Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN
1. Latar Belakang

Istilah hujan asam digunakan pertama kali oleh Robert A. Smith (1872). Hujan asam adalah
turunnya asam dalam bentuk hujan. Hujan asam juga dapat di artikan sebagai kondisi dimana
campuran material-material yang mengendap dari atmosfer yang mengandung kadar asam sulfat
dan nitrat diatas batas normal. Sumber utama dari industri, transportasi, dan macam-macam
pembangkit. Kandungan Industrial dari SOx , NOx, dan polusi di udara menyebabkan peningkatan
drastis dari tingkat keasaman serta merusak tanaman, kesehatan manusia, dan infrastruktur.

Sejak Era revolusi industri kadar SO dan NO sudah meningkat. Tahun 1852 Robert A. Smith
menunjukan hubungan antara hujan asam dan polusi atmosfer di Menchester. 1970s Harolds
Harvey meneliti tentang a dead lake. Kepedulian public tentang hujan asam meningkat di tahun
1970. Masalah dari hujan asam tidak hanya meningkat dengan peningkatan populasi dan industrial
namun mempunyai persebaran lebih luas dan cepat. Penggunaan cerobong asap yang tinggi untuk
mengurangi polusi lokal, juga berkontribusi untuk penyebaran dari hujan asam dengan
mengeluarkan gas ke region sirkulasi atmosfer. Faktanya polusi udara berpengaruh ke manusia
dan alam. Efek bagi kesehatan manusia. Hasil dari penelitian baru baru ini partikel dari udara dapat
mengakibatkan 350.000 kematian prematur di 25 negara di Eropa pada tahun 2000. Selanjutnya
ini harus menjadi pertimbangan dengan adanya polusi udara yang mempunyai efek tidak langsung
ke alam dan manusia, seperti air tanah yang beracun dan material yang terdampak korosi. Karena
adanya peningkatan drastis dari polusi udara dan kualitas udara umum semakin buruk akan juga
berdampak pada iklim.

Kandungan zat dalam emisi adalah SO2, NOx, CO2 dan Pb yang mengalami reaksi kimia di
atmosfer berubah menjadi asam sulfat H2SO4 dan Asam Nitrat HNO3. Dua sumber emisi yaitu dari
alam (letusan gunung dan kebakaran hutan) dan dari antropogenik atau aktivitas manusia
(pembakaran BBF yang memiliki kadar belerang tinggi dan peleburan logam). Sumber asam nitrat
yang lain adalah amoniak (NH3). NH3 sebenarnya bersifat basa, tetapi di dalam tanah sebagian

1
NH3 mengalami proses nitrifikasi menjadi asam nitrat. Sumber utama NH3 adalah pertanian dan
peternakan, yaitu pupuk dan kotoran ternak.

2. Tujuan
Menganalisis data yang diperoleh dan menjabarkan secara deskriptif mengenai pengertian
hujan asam, dampak yang timbul akibat hujan asam dan pengendalian hujan asam. Hasil daripada
pembahasan adalah penggabungan tiga jurnal dari tahun 2007, 2008 dan 2013.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hujan Asam


Pengendapan asam atmosfer dalam bentuk hujan, kabut atau salju diidentifikasi
sebagai masalah lingkungan utama bagi negara-negara di Eropa, Asia Timur dan Amerika
Utara (Bouwman et al., 2002), termasuk Kanada, Inggris, Skotlandia, Swedia, Norwegia,
Denmark, Jerman Barat, Belanda, Austria, Swiss, Rusia, Polandia dan Cekoslowakia, barat
daya Cina dan Jepang. Hujan asam mempengaruhi kualitas hidup manusia, mengancam
stabilitas lingkungan dan keberlanjutan pangan dan cadangan kayu, sehingga menimbulkan
krisis ekonomi. Hujan asam memiliki implikasi ekonomi, sosial dan medis yang luas dan
telah disebut wabah yang tak terlihat dari usia industri (Anon, 1984).
Penyebab pengasaman adalah sulfur dioksida (SO2) dan nitrogen monoksida (NOx)
dan ozon (O3) sampai batas tertentu merupakan penyebab utama hujan asam. Polutan ini
berasal dari aktivitas manusia seperti pembakaran limbah dibakar, bahan bakar fosil dalam
pembangkit listrik termal dan mobil. Konstituen ini berinteraksi dengan reaktan hadir
dalam atmosfer dan hasilnya menjadi asam deposisi. Sumber alami polutan belerang adalah
lautan dan tingkat yang jauh lebih kecil dari letusan gunung berapi. Sumber buatan manusia
dari emisi SO2 adalah pembakaran batubara dan minyak bumi dan berbagai proses industri
(Cullis dan Hischler, 1980).
Sumber lain termasuk peleburan besi dan bijih logam (Zn dan Cu) lainnya,
pembuatan asam sulfat, dan pengoperasian konsentrator asam dalam industri minyak bumi.
Tingkat NOx kecil dibandingkan dengan SO2, tetapi kontribusi dalam produksi hujan asam
meningkat. Sumber alami utama dari NOx termasuk keringanan, letusan gunung berapi dan
proses biologis (terutama aktivitas mikroba). Sumber buatan manusia adalah pembangkit
listrik, knalpot kendaraan dan emisi industri.

3
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Dampak Hujan Asam


A. Kesehatan Manusia
Hujan asam mempengaruhi kesehatan melalui tiga cara, yaitu pertama efek jangka
pendek karena menghirup udara yang tercemar berat; efek jangka panjang karena
menghirup udara yang tercemar sedang atau ringan; efek tidak langsung karena
terexposed pada logam berat seperti alumunium dan logam berat lain yang terbebaskan
dari zarah tanah pada pH yang rendah, akumulasi logam berat melalui rantai makanan
dan terlarutnya logam berat dari pipa air yang terbuat dari timbal atau tembaga. (2007)
Hujan asam tidak memiliki perbedaan dengan hujan normal. Bahaya ke manusia
dari hujan asam tidak langsung. SO2 dan NO mempunyai efek yang merugikan,
meningkatnya kandungan tersebut dapat berkontribusi ke masalah jantung dan paru
paru termasuk asma, bronchitis, iritasi mata dan hidung. Gas tersebut berinteraksi di
atmosfere untuk membentuk sulfat dan nitrat yang dibawa angin dan dihirup oleh paru
paru manusia. Asam adalah partikel yang kecil dan halus. Para peneleiti telah
membuktikan bahwa ini dapat menyebabkan kanker. SO2 dapat menyebabkan efek
negatif ke tubuh manusia dalam gas dan aerosol. (2008 & 2013)
B. Hutan
Kematian hutan mengakibatkan naiknya resiko terjadinya tanah longsor dan juga
kelonggaran salju pada musim dingin, yang sangat berbahaya bagi penduduk (2007)
Efek dari pengendapan asam pada tanaman yang lebih tinggi muncul dalam dua
cara-baik melalui dedaunan atau melalui akar. Gejalanya termasuk kerusakan langsung
pada jaringan tanaman (terutama akar dan dedaunan), mengurangi penutup kanopi,
mahkota kematian dan kematian seluruh pohon (Tomlinson, 1983). (2008)
Hujan asam dapat menggantikan mineral penting dari daun dan tanah. Dengan
fungsi yang tidak sesuai dari daun , maka pertumbuhan dari pohon juga akan terhambat
atau lambat dan hasilnya akan kekurangan daun , pertumbuhan kerdil, rusaknya kulit,
dan cenderung rentan diserang oleh fungi. Ini juga dapat menyebabkan kematian dari
pohon tersebut. (2013)

4
C. Pertanian
Hasil padi dapat turun sampai 30% karena hujan asam, (2007). Sedangkan efek
hujan asam pada tanaman pangan (jurnal 2008): tanaman tumbuhan menunjukkan
berbagai sensitivitas terhadap keasaman hujan berdampak pada penurunan hasil
produksi.
D. Ekosistem Akuatik
Hujan asam yang berkepanjangan akan mempengruhi pH air ekosistem akuatik
(Kupchella, 1989). Kehidupan organisme hidup akuatik sangat dipengaruhi oleh pH air
tempat hidupnya. Hujan asam menurunkan populasi ikan, tumbuhan akuatik dan jasad
renik. Di samping efeknya terhadap pH, hujan asam juga memperkaya danau dengan
unsur hara, khususnya nitrogen. Sebagai akibatnya dapatlah terjadi apa yang disebut
eutrofikasi, yaitu penyuburan perairan (pertumbuhan plankton yang berlebihan)
sehingga plankton itu saling meneduhi dari sinar matahari dan terjadilah kematian
massal plankton (Odum, 1996). Jika ini terjadi oksigen dalam air habis terpakai dalam
proses pembusukan biomassa yang mati itu dan mengakibatkan kematian ikan dan
organisme. (2007)
Jumlah siput dan fitoplankton juga turun di bawah pH 5,5. Ketika pH kurang dari
5,2, siput menghilang; pada pH 5,0, zooplankton menghilang; dan di bawah pH 4,0,
saham dari semua spesies ikan menurun dengan cepat karena embrio gagal matang pada
tingkat keasaman (Carrick, 1979).(2008)
E. Material
Hujan asam mempunyai dampak penting terhadap berbagai jenis material. Logam,
bangunan baru, keramik dan gelas, cat, kertas, bahan fotografi, tekstil, kulit dan karet
terpengaruh oleh oksida belerang, oksida nitrogen dan zat pencemar udara lainnya.
Sebagian kerusakan ini disebabkan oleh deposisi kering asam sulfat yang berasal dari
transpor dalam kota dan dari industri. (2007)
Dampak deposisi basah dan kering lokal senyawa asam diselidiki oleh Tsujino et
al. (1995) dengan mengekspos bahan yang berbeda seperti tembaga, perunggu, marmer,
dll di bawah kondisi indoor dan outdoor dan hasil menunjukkan korosi langsung
berkorelasi dengan polusi lokal, terutama rasio SO2/NOx dan iklim. (2008)

5
Hujan asam mampu merusak kaca, jembatan dari besi, jalur kereta api yang mana
menyebabkan korosi , merusak warna, merusak kulit membentuk kerak di permukaan
kaca. (2013)
F. Tanah
Tanah mengandung mineral yang berbahaya seperti merkuri dan alumunium yang
mana mineral tersebut tidak dapat di serap oleh tanaman dengan demikian tidak
berbahaya. Dengan adanya kontak dengan hujan asam, senyawa tersebut mengalami
reaksi dengan asam. Unsur kimia dari tanah dapat berubah secara dramatis saat kation
(ion bermuatan positif yang terbentuk ketika sebuah atom kehilangan satu atau lebih
elektron selama reaksi kimia) dasar seperti kalsium dan magnesium terserap dengan
hujan asam. Hasilnya senyawa Alumunium, timbal dan merkuri akan terbentuk.
Tanaman dan pohon akan sangat mudah menyerap senyawa ini yang mana ini sangat
berbahaya untuk kehidupan (rantai makanan). Senyawa kimia ini tidak hanya
berbahaya untuk flora namun juga fauna yang mengonsumsinya. Biologi dan kimia
tanah akan rusak dirusak dengan hujan asam. Beberapa mikroba juga tidak bisa
menoleransi perubahan pH yang rendah dan akhirnya mati. Enzim dari juga akan
denaturisasi (berubah sifat atau tidak berfungsi ) dikarenakan asam. Ion hidronium dari
asam juga memobilisasi racun seperti alumunium, dan melarutkan nutrisi dan mineral
penting seperti magnesium. (2008 2013)
G. Badan Air, Tumbuhan dalam Air dan Aktivitas Hewan
Substansi yang berbahaya seperti alumunium timbal dan merkuri yang dibahas
diatas, telah hanyut dari tanah ke sumber mata air dari hujan asam yang menyebabkan
polusi air. Bahan kimia tersebut tidak dapat digunakan flora dan fauna untuk
berkembang dan berproduksi. Ini akan menyebabkan menurunnya / menipisnya kadar
O2 di air yang mana dapat membuat ikan susah untuk bernafas dan juga mati
dikarenakan keberadaan dari unsur kimia diatas. Ini juga berimbas pada hewan yang
memakan ikan tersebut ( mempengaruhi rantai makanan lebih luas ) , terakumulasi dan
semakin banyak. Fenomena ini diketahui sebagai biomagnifikasi.
Telah ditemukan bahwa spesies Diatom dan alga coklat keemasan juga peka
terhadap perubahan dalam kimia air dan karenanya dapat digunakan sebagai indikator
keasaman air (Smol dan Glew, 1992).

6
Aktivitas hewan berbagai laporan yang tersedia menunjukkan efek hujan asam pada
kegiatan metabolik hewan. Efek keasaman pada air mengakibatkan menurunnya
kemampuan pemijahan pada ikan. (2008 & 2013)

3.2 Pengendalian Hujan Asam


A. Pengendalian pencemaran selama pembakaran.
B. Mengurangi kandungan belerang sebelum pembakaran.
C. Kerusakan danau dan badan air lainnya dapat dihilangkan dengan menambahkan
kapur. Banyak bahan kimia seperti Soda kaustik, natrium karbonat, kapur miring
dan batu kapur yang paling populer untuk menaikkan pH air. Penambahan kapur
dapat mengembalikan banyak spesies dan meningkatkan kualitas air di danau dan
sungai, akan tetapi penambahan kapur harus diulang secara berkala (setiap 3-6
tahun) untuk hasil efektif.
D. Oksida nitrogen juga dapat dikurangi melalui pengurangan atau kontrol yang lebih
baik dari suhu pembakaran.
E. Campur tangan pemerintah melalui upaya pembuatan kebijakan untuk mendukung
pengurangan emisi terutama zat SOx dan NOx sebagai sumber asam.
F. Manusia harus mengurangi menggunakan bahan bakan fosil untuk mengurangi
emisi dari nitrogen dan sulfur
G. Menggunakan transportasi publik dan jalan kaki dapat mengurangi emisi ke
atmosfer.
H. Mulai menggunakan energi terbarukan seperti panas bumi, air, angin dan
pembangkit listrik tenaga surya.

7
BAB IV

KESIMPULAN

4.1 Jurnal Dampak dan Pengendalian Hujan Asam di Indonesia, Erni. M.


Yatim (2007)

Pembakaran bahan bakar, terutama bahan bakar fosil ( BBF ) mengakibatkan terbentuknya
asam sulfat dan asam nitrat. Asam itu dapat dideposisikan dalam bentuk hujan pada hutan,
tanaman pertanian, danau, dan gedung sehingga menyebabkan kerusakan dan kematian
organisme hidup. Asam juga dicurigai mempunyai dampak negatif terhadap kesehatan. bahan
bakar sebelum dibakar,dan pilihan yang paling baik adalah mengikat dan mengubah zat
pencemar dari gas pembuangan yang berasal dari penggunakan bahan bakar. Untuk mengurangi
kerugian itu, perlu dilakukan usaha untuk mengurangi pencemaran udara dengan mempunyai
kadar belerang rendah, mengurangi kadar belerang dalam pembakaran BBF dengan menghemat
energi, seperti pengembangan transportasi masal umum.

4.2 Jurnal Acid Rain and Its Ecological Consequences, Anita Singh and
Madhoolika Agrawal (2008)

Dengan mengurangi emisi dari prekursor hujan asam dan sampai batas tertentu oleh
LIMING, masalah pengasaman dari ekosistem darat dan air telah berkurang selama dua dekade
terakhir.

4.3 Jurnal Ecological Consequences of The Acid Rain, Dr. Sunita Bhargava
and Sharad Bhargava

Efek ekologi dari hujan asam sangat jelas di daerah perairan. Hujan asam mengalir melalui
aliran air seperti sungai, danau,rawa setelah melalui hutan, ladang, bangunan dan jalan. Hujan
asam juga dapat langsung jatuh ke ekosistem air dan dapat mempengaruhi semua ekosistem. Hujan
asam berdampak pada material buatan manusia dan struktur. Hujan asam merupakan masalah
lingkungan yang serius yang disebabkan polusi udara oleh SO2 , NO, dan ozon. Polusi ini berasal
dari aktivitas manusia seperti pembakaran sampah, bahan bakar fosil untuk pembangkit listrik dan
kendaraan. Menurunnya tingkat pH dan meningkatnya kadar alumunium secara langsung menjadi
racun untuk ikan, fenomena pertumbuhan kerdil dan tidak maksimal sehingga ikan tidak mampu

8
bersaing untuk mendapatkan makanan dan habitat. Hujan asam membuat efek berkelanjutan
(biomagnifikasi) di rantai makanan. Kontaminasi yang tersebar di tanah dan air berdampak pada
kerusakan rantai makanan (ikan, daging, sayuran) yang dimakan manusia membuat banyak
masalah untuk kesehatan seperti batuk , asma, pusing, iritasi mata, hidung, dan tenggorokan.

9
BAB V

SARAN

5.1 Jurnal Dampak dan Pengendalian Hujan Asam di Indonesia, Erni. M.


Yatim (2007)

Saran terhadap pengendalian hujan asam yang disampaikan penulis memiliki dampak
yang lebih besar daripada fonema yang terjadi.

5.2 Jurnal Acid Rain and Its Ecological Consequences, Anita Singh and
Madhoolika Agrawal (2008)

Sumber data yang dipaparkan sangat detail dengan memberikan contoh-contoh riil yang
terjadi di beberapa kota dari berbagai benua. Tidak ada saran.

5.3 Jurnal Ecological Consequences of The Acid Rain, Dr. Sunita Bhargava
and Sharad Bhargava

Penjelasan yang dipaparkan jelas dan lansung ke inti. Tidak ada saran.

10

Anda mungkin juga menyukai