Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Penyakit arteri koroner adalah penyakit yang berhubungan dengan kerusakan pada arteri
koroner seperti angina pectoris dan infark miokard yang disebut dengan acute coronary
sindrom. Istilah acute coronary biasanya digunakan untuk menggambarkan gejala klinis pada
pasien dengan iskemia miokard akut. Istilah angina berasal dari bahasa latin yang artinya
tersumbat. Angina pectoris adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan nyeri dada
atau ketidaknyamanan akibat penyakit arteri koronari. (Morton. 2009)
Angka kematian angina pectoris tergolong rendah tetapi penyakit ini suatu masalah
yang harus diatasi karena dapat menimbulkan beberapa komplikasi seperti nyeri dada, sesak
napas dan perasaan lelah. Apabila komplikasi ini tidak segera diatasi dapat mempengaruhi
serangan infark miokard yang dapat mempercepat kematian.
Peran perawat dalam penanganan masalah angina pectoris tergantung pada kerja sam
yang baik antara perawat, pasien, dan keluarga. Maka perawatan pada penderita yang dapat
diberikan secara komprehensif yaitu dengan membatasi aktifitas untuk mengurang kerja
jantung dan mengurangi rasa nyeri. Selain itu tindakan lainnya dapat berupa pengaturan pola
makan, mengurangi merokok dan stress emosional.
Angina dapat diklasifikasikan menjadi tiga yaitu angina stabil, tidak stabil dan varian.
Di Amerika Serikat setiap tahun ada sebanyak 1 juta pasien yang dirawat di rumah sakit karena
angina pectoris tak stabil; dimana 6-8 % kemudian mendapat serangan infark jantung yang tak
fatal atau meninggal dalam satu tahun setelah diagnosis ditegakkan. Banyak penelitian
melaporkan bahwa UAP merupakan risiko untuk terjadinya IMA dan kematian. Beberapa
penelitian retrospektif menunjukkan bahwa 60-70% penderita IMA dan 60% penderita mati
mendadak pada riwayat penyakitnyamengalami gejala prodroma UAP.

2. TUJUAN
a. Tujuan Umum
Tujuan umum dari makalah ini yaitu untuk mengetahui tentang penyakit angina
pectoris dan memahami tentang asuhan keperawatan yang komprehensif pada pasien
dengan penyakit angina pectoris.

b. Tujuan Khusus
1. Menjelaskan tentang pengertian angina pektoris
2. Menjelaskan tentang etiologi angina pektoris
3. Membahas tentang patofisiologi angina pektoris
4. Menjelaskan klasifikasi angina pektoris
5. Menyebutkan manifestasi angina pektoris
6. Menjelaskan pemeriksaan diagnosis angina pektoris
7. Membahas asuhan keperawatan angina pektoris

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. ANGINA PECTORIS
1. Definisi
Angina Pectoris adalah perasaan tercekik di dada. Angina pectoris juga merupakan
istilah yang umum digunakan dalam kesehatan untuk menggambarkan rasa dari nyeri
dada yang disebabkan oleh iskemia miokard. (Perrin, 2009). Istilah angina berasal dari
bahasa latin yang artinya tersumbat. Angina pectoris adalah istilah yang digunakan untuk
menggambarkan nyeri dada atau ketidaknyamanan akibat penyakit arteri koronari.
(Morton. 2009).
Angina pectoris memiliki arti nyeri dada intermiten yang disebabkan oleh iskemia
miokardium yang refersibel dan sementara (Robbins, 2007). Angina pectoris adalah nyeri
hebat berasal dari jantung dan terjadi sebagai respon terhadap suplai oksigen yang tidak
adekuat ke sel-sel miokardium. Nyeri bisa menyebar dilengan kiri ke punggung, ke
rahang atau ke daerah abdomen (Corwin, 2009). Jadi berdasarkan pengertian di atas,
dapat disimpulkan angina pectoris adalah nyeri hebat yang menyebar ke lengan kiri, ke
punggung, ke rahang, atau ke daerah abdomen dan terjadi sebagai akibat suplai oksigen
yang tidak adekuat ke sel-sel miokardium.
2. Etiologi
Angina pektoris dapat terjadi bila otot jantung memerlukan asupan oksigen yang
lebih pada waktu tertentu, misalnya pada saat bekerja, makan, atau saat sedang
mengalami stress. Jika pada jantung mengalami penambahan beban kerja, tetapi
supplai oksigen yang diterima sedikit, maka akan menyebabkan rasa sakit pada jantung.
Oksigen sangatlah diperlukan oleh sel miokard untuk dapat mempertahankan fungsinya.
Oksigen yang didapat dari proses koroner untuk sel miokard ini, telah terpakai sebanyak
70 - 80 %, sehingga wajar bila aliran koroner menjadi meningkat. Aliran darah koroner
terutama terjadi sewaktu diastole pada saat otot ventrikel dalam keadaan istirahat.

Faktor- faktor yang mempengaruhi pemakaian oksigen pada jantung, adalah:

a. Denyut Jantung
Apabila denyut jantung bertambah cepat, maka kebutuhan oksigen tiap menitnya
akan bertambah.

b. Kontraktilitas
Dengan bekerja, maka akan banyak mengeluarkan katekolamin (adrenalin dan nor
adrenalin) sehingga dapat meningkatkan kontraksi pada jantung.

c. Tekanan Sistolik Ventrikel Kiri


Makin tinggi tekanan, maka akan semakin banyak pemakaian oksigen.

d. Ukuran Jantung
Jantung yang besar, akan memerlukan oksigen yang banyak.

Faktor-faktor penyebab lainnya, antara lain adalah :

1. Aterosklerosis
2. Denyut jantung yang terlalu cepat
3. Anemia berat
4. Kelainan pada katup jantung, terutama aortic stenosis yang disebabkan oleh
sedikitnya aliran darah ke katup jantung.
5. Penebalan pada di dinding otot jantung - hipertropi- dimana dapat terjadi pada
penderita tekanan darah tinggi sepanjang tahun
6. Spasme arteri koroner

Adapun faktor resikonya dibagi menjadi yaitu:


a. Faktor resiko yang dapat dirubah:
- Merokok
- Hipertensi
-Aktifitas fisik
- Obesitas
- Dislipidemia
b. Faktor resiko yang tidak dirubah:
- Umur
- Jenis Kelamin
- Herediter
c. Faktor resiko lainnya:
- Diabetes Mellitus
- Stress
- Alkohol
- Hormon

3. Patofisiologi
Sakit dada pada angina pektoris disebabkan karena timbulnya iskemia miokard
atau karena suplai darah dan oksigen ke miokard berkurang. Aliran darah berkurang
karena penyempitan pembuluh darah koroner (arteri koronaria). Penyempitan terjadi
karena proses ateroskleosis atau spasme pembuluh koroner atau kombinasi proses
aterosklerosis dan spasme.

Aterosklerosis dimulai ketika kolesterol berlemak tertimbun di intima arteri besar.


Timbunan ini, dinamakan ateroma atau plak akan mengganggu absorbsi nutrient oleh
sel-sel endotel yang menyusun lapisan dinding dalam pembuluh darah dan menyumbat
aliran darah karena timbunan ini menonjol ke lumen pembuluh darah. Endotel pembuluh
darah yang terkena akan mengalami nekrotik dan menjadi jaringan parut, selanjutnya
lumen menjadi semakin sempit dan aliran darah terhambat. Pada lumen yang
menyempit dan berdinding kasar, akan cenderung terjadi pembentukan bekuan darah.
Hal ini menjelaskan bagaimana terjadinya koagulasi intravaskuler, diikuti oleh penyakit
tromboemboli, yang merupakan komplikasi tersering aterosklerosis.

Pada mulanya, suplai darah tersebut walaupun berkurang masih cukup untuk
memenuhi kebutuhan miokard pada waktu istirahat, tetapi tidak cukup bila kebutuhan
oksigen miokard meningkat seperti pada waktu pasien melakukan aktivitaas fisik yang
cukup berat. Pada saat beban kerja suatu jaringan meningkat, kebutuhan oksigennya
juga meningkat. Apabila kebutuhan oksigen meningkat pada jantung yang sehat, arteri-
arteri koroner akan berdilatasi dan mengalirkan lebih banyak darah dan oksigen ke otot
jantung. Akan tetapi apabila arteri koroner mengalami kekakuan atau menyempit akibat
aterosklerosis dan tidak dapatberdilatasi sebagai respon terhadap peningkatan
kebutuhan oksigen, dan terjadi iskemia(kekurangan suplai darah) miokardium dan sel-
sel miokardium mulai menggunakan glikolisis anaerob untuk memenuhi kebutuhan
energinya. Proses pembentukan energy ini sangat tidak efisien dan menyebabkan
pembentukan asam laktat. Asam laktat menurunkan pH miokardium dan menyebabkan
nyeri ang berkaitan dengan angina pectoris. Apabila kebutuhan energy sel-sel jantung
berkurang, suplai oksigen oksigen menjadi adekut dan sel-sel otot kembali keproses
fosforilasi oksidatif untuk membentuk energy. Proses ini tidak menghasilkan asam laktat.
Dengan menghilangnya penimbunan asam laktat, nyeri angina pectoris mereda.

Patways

4. Klasifikasi Angina Pectoris


a. Angina Stabil
Angina stabil adalah nyeri dada yang kemungkinan terjadi karena aktifitas.
Gejala dari angina stabil biasanya terjadi karena berkurangnya oksigen miokardium,
pemakaian oksigen dan suhu yang ekstrim. Penanganan pada angina stabil yaitu
dengan pemberian nitrogliserin dan istirahat. Pada beberapa pasien juga
menggunakan kalsium chanel bloker dan beta adrenergic blockers (Reigle, 2005).
b. Angina Prinzmetal (variant)
Karakteristik dari nyeri dada pada angina prizmetal (Variant) terjadi pada saat
istirahat atau tidak beraktivitas. Penyebab angina variant yaitu karena adanya
vasospasme arteri koroner, dimana dapat menyebabkan peningkatan kebutuhan
oksigen neokardium dan adanya segmen ST elevasi. Jenis ini penanganannya dengan
kalsium chanel blockers.

c. Angina Tidak Stabil


Angina tidak stabil terjadi pada pasien pada saat istirahat dan bisa juga terjadi pada
pasien dengan aktifitas terbatas. Menurut Metules dan Bauer, 2005 angina yang tidak
stabil merupakan awal proses terjadinya NSTEMI.

5. Manifestasi Klinis
a. Angina Stabil
- Rasa tidak nyaman sering menyebar ke leher, bahu dan punggung.
- Sesak pada saat beraktifitas, kelelahan
- Merasa tidak nyaman pada sternum seperti rasa tertekan
b. Angina tidak stabil
- Ciri khas ketidaknyamanan di dada pada angina ini berupa: nyeri dada retrosternal
atau percordial yang tertekan, sering menyebar ke leher, lengan kiri, dan bahu.
- Mual, muntah, palpitasi dan sesak napas
- Gejala terjadi pada saat istirahat atau pada saaat beraktifitas ringan
c. Angina Varians
- Ketidaknyamanan retrosternal mungkin menyebar ke lengan, leher atau rahang
biasanya terjadi pada saat istirahat, sering terjadi pada waktu pagi hari.

6. Pemeriksaan Diagnostik
a. EKG
EKG merekam adanya nyeri mungkin disebabkan iskemia dengan menggambarkan
tanda ST elevasi atau depresi. Rekaman EKG selama episode nyeri memberi kesan
adanya kekakuan arteri koroner dan meluasnya otot jantung menandakan adanya atau
terjadinya iskemia.
b. Latihan EKG
Selama stress tes, pasien berlatih dengan treadmill atau sepeda yang tidak berjalan
sampai mencapai 85% dari frekuensi jantung. EKG atau vital sign mungkin
mengindikasikan adanya iskemia
c. EBCT (Electron Beam Computed Temography)
Tindakan non invasive ini memungkinkan mendeteksi jumlah dari kalsium dalam
arteri koroner. Karena klasifikasi terjadi dengan adanya pembentukan dari plak
aterosklerosis dikoroner. Tingginya nilai kalsium koroner mempunyai hubungan
dengan penyakit sumbatan koroner.
d. Koroner Angiography
Angiography merupakan tes atau pemeriksaan diagnostic yang paling akurat dalam
menegakkan diagnose adanya sumbatan pada arteri koroner karena adanya
aterosklerosis.
e. Foto Thoraks
Foto thorak adalah teknik yang mudah untuk melihat atau mendeteksi adanya
cardiomegaly dan penyebab nyeri dada yang bukan pada bagian jantung (misalnya;
pleuritis atau pneumonia).

7. Pemeriksaan Laboratorium
Ketika sel miokardium mengalami kerusakan karena adanya infark, biokimia dalam
aliran darah dapat dideteksi dengan tes laboratorium.
1. Kreatinin Kinase
Kreatinin kinase adalah enzim yang ditemukan di jantung dan otot skeletal. Ketika
otot jantung mengalami kerusakan, kreatinin kinase beredar dalam darah. Tingkat
kreatinin kinase menjadi tidak normal ketika 6-8 jam setelah onset infark, memuncak
pada 12-28 jam, dan berkurang atau menurun atau kembali normal dalam 24-36 jam.
Isoenzim dari kreatinin kinase adalahttindakan yang menentukan apakah kreatinin
kinase berasal dari jantung (MB) atau dari otot skeletal. Tingginya CK-MB
menandakan adanya indikasi dari kerusakan miokardium. Untuk pasien IM, CK-MB
terlihat dalam serum, dalam 3-12 jam, memuncak pada 24 jam, dan kembali normal
dalam 48-72 jam. CK-MB positif ketika lebih besar 3% dari total kreatinin kinase.
Nilai normal: Total kreatinin kinase Pria: 60 – 400 u/L
Total kreatinin kinase wanita: 40 – 150 u/L
CK-MB < 3% atau 0 – 7,5 ng/ml
2. Troponin
Troponin adalah komponen dasar dari otot jantung yang menyebabkan kontraksi dari
otot jantung. Troponin tidak ditemukan pada orang yang sehat. Troponin dibagi
menjadi 2 yaitu troponin I dan troponin T. Troponin I dan troponin T sangat bagus
untuk digunakan dalam diagnose IMA.
- Troponin I; meningkat dalam 3-12 jam, memuncak 24 jam, dan tetap meningkat
dalam 5-10 hari. Troponin I sangat spesifik dan sensitive indikasi dari IMA dan
tidak meempengaruhi dari penyakit lainnya atau injuri dari otot lain kecuali otot
jantung.
- Troponin T; mirip dengan CK-MB, meningkat dalam 3 – 6 jam setelah nyeri, dan
tetap meningkat dalam 14 – 21 hari. Troponin dapat ditemukan sampai 6 jam setelah
gejala dimulai. Oleh karena itu, AHA merekomendasikan bahwa pasien yang
meempunyai troponin negative pada 6 jam dari gejala onset hingga 8 – 12 jam setelah
onset.
Nilai Rujuk; Troponin I < 0,6 ng/ml
> 1,5 ng/ml konsisten dengan IM
Troponin T > 0,1-0,2 ng/ml konsisten dengan IM
Dapat dideteksi pada batas rendah 0,08 ng/ml
3. Myoglobin
Myoglobin adalah protein yang mengikat oksigrn yang ditemukan pada tulng dan otot
jantung. Pengeluaran myoglobin dari otot yang mengalami iskemia lebih dulu darri
pada pengeluaran kreatinin kinase. Sehingga peningkatan serum myoglobin dapat
diketahui segera setelah gejala onset. Myoglobin meningkat dalam 1-4 jam dari IMA
dan memuncak dalam 6 – 7 jam. Karena myoglobin juga berada dalam otot skeletal
maka peningkatan myoglobin tidak dapat mendiagnosa IM secara spesifik.
Nilai rujuk; Myoglobin 50 – 120 ug/ml

A. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Anamnesa
 Identitas
 Keluhan utama
 Riwayat penyakit sekerang
 Riwayat kesehatan masa lalu
 Riwayat kesehatan keluarga
 Riwayat psikososial
Pengumpulan informasi diperlukan untuk mengetahui seluruh aktivitas pasien,
terutama yang beresiko mengalami serangan jantung atau angina pectoris. Tanyakan
mengenai :
 Kapan biasanya terjadi serangan? Setelah melakukan aktivitas tertentu?
 Bagaimana gambaran nyeri yang dirasakan?
 Apakah awitan nyeri mendadak atau bertahap?
 Berapa lama nyeri tersebut berlangsung dalam beberapa detik? Menit? Jam?
 Apakah kualitas nyeri menetap dan terus-menerus?
 Apakah rasa tidak nyaman disertai rasa mual, sakit kepala, palpitasi dan napas
pendek?
 Bagaimana nyeri berkurang?
b. Pemeriksaan Fisik
 B1 (Breath) : Dyspnea
 B2 (Blood) : Palpitasi
 B3 (Brain) : normal, biasanya ditemukan pusing
 B4 (Bladder) : normal
 B5 (Bowel) : Obesitas, biasa ditemukan mual dan muntah
 B6 (Bone) : normal

2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan ateroskelorosis atau spasme koroner
b. Intoleran aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen dan
kebutuhan
c. Kurang pengetahuan berhubungan dengan ketidakpahaman proses dan pengobatan
penyakit
a. Penurunan curah jantung berhubungan dengan disfungsi konduksi listrik
d. Ansietas berhubungan dengan ancaman kematian
3. Intervensi Keperawatan

No. Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi Rasional


(NOC) (NIC)
1. Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan tindakan 1. Instruksikan pasien untuk 1. NTG mempunyai efek
dengan ateroskelorosis atau keperawatan selama ….x 24 pemberian NTG sublingual. Pada sebagai vasodilator, yang
spasme koroner jam nyeri terkontrol, dengan saat pemberian NTG minta pasien menyebabkan aliran darah ke
kriteria hasil : untuk duduk dan berbaring. miokardium lebih terpenuhi,
1. Pasien melaporkan sehingga nyeri dada pun
ketidaknyamanan mulai berkurang.
berkurang.
2. Pasien tampak rileks dan
nyaman. 2. Monitor karakteristik nyeri; 2. Ketidaknyamanan dari
kualitas, lokasi, skala, dan durasi angina sering susah
nyeri. dijelaskan oleh pasien.

3. Instruksikan pasien untuk rileks 3. Menurunkan kebutuhan


dan istirahat. oksigen myocard sehingga
mengembalikan
keseimbangan antara suplai
oksigen dan kebutuhan.

4. Kolaborasi pemberian oksigen 4. Meningkatkan saturasi


oksigen sehingga arteri
membawa lebih banyak
oksigen ke otot jantung dan
mengurangi suplai oksigen
dan kebutuhan yang tidak
seimbang.

5. Monitor tanda-tanda vital selama 5. Tekanan darah dan nadi


nyeri dada. biasanya meningkat setelah
rangsangan simpatik selama
nyeri. Bagaimanapun mitral
menyebabkan vasodilatasi
dan hasil tekanan darah dapat
turun atau drop.

6. Menilai gambaran EKG untuk 6. Perbedaan antara angina dan


melihat perubahan segmen ST dan IM sangat penting dalam
gelombang T. membuat implementasi
intervensi yang tepat.

2. Intoleran aktifitas Setelah dilakukan tindakan 1. Menganjurkan istirahat 1. Istirahat aktifitas


berhubungan dengan keperawatan selama ….x 24 diantara aktifitas. menyediakan waktu untuk
ketidakseimbangan antara jam diharapkan dapat menyimpan energy dan
suplai oksigen dan beraktifitas secara bertahap, pemulihan.
kebutuhan dengan kriteria hasil :
1. Pasien dapat beraktifitas 2. Ingatkan pasien untuk tidak 2. Beraktifitas dengan lengan
dengan tanpa adanya bekerja dengan menggunakan dan bahu dapat
gangguan iskemik. lengan dan bahu dalam jangka meningkatkan kebutuhan otot
2. Pasien mengatakan waktu yang lama. jantung.
aktifitas dengan
pembatasan energy dan 3. Ingatkan pasien untuk berobat 3. Biasanya tubuh mengatur
istirahat. secara berlanjut (seperti beta pengobatan setelah beberapa
blockers). minggu.

4. Menilai tekanan darah dan 4. Menyediakan informasi dasar


nadi sebelum, selama, dan untuk menentukan
sesudah aktifitas. pembatasan aktifitas dan
lamanya terapi.

5. Menganjurkan untuk 5. Latihan yang rutin dapat


melakukan latihan aerobic meningkatkan fungsi
secara bertahap. kapasitas jantung lebih
efisien.
3. Kurang pengetahuan Setelah dilakukan tindakan 1. Menilai pengetahuan 1. Pemberian informasi awal
berhubungan dengan keperawatan selama ….x24 jam sebelumnya tentang penyebab merupakan tahap
ketidakpahaman proses dan diharapkan pasien dapat angina, prsosedur diagnosa, pembelajaran.
pengobatan penyakit mengetahui tentang proses rencana pengobatan dan faktor
penyakit dan pengobatan, resiko terjadinya penyakit
dengan kriteria hasil : arteri koroner.
1. Pasien menyatakan
pemahaman tentang 2. Dorong untuk menghindari 2. Dapat menurunkan insiden
kondisi dan proses factor resiko serangan angina, episode iskemik.
penyakit, serta seperti kerja fisik, stress
pengobatan. emosional.
2. Pasien dapat
berpartisipasi dalam 3. Diskusikan langkah yang 3. Menyiapkan pasien untuk
program pengobatan. diambil jika terjadi serangan menghilangkan rasa takut
3. Pasien dapat melakukan angina. pada pasien ketika tidak tahu
perubahan pola hidup. apa yang harus dilakukan
bila terjadi serangan.

4. Dorong pasien untuk 4. Membiarkan pasien untuk


menghitung nadi sendiri mengidentifikasi aktivitas
selama beraktivitas. yang dapat dimodifikasi
untuk menghindari stress
jantung.

4. Penurunan curah jantung Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji tekanan darah, adanya 1. Takikardi dapat terjadi
berhubungan dengan keperawatan selama ….x 24 sianosis dan status pernapasan. karena nyeri, cemas,
disfungsi konduksi listrik jam diharapkan peningkatan hipoksemia, dan menurunnya
curah jantung, dengan kriteria curah jantung.
hasil :
1. Menunjukkan penurunan 2. Mempertahankan tirah baring 2. Menurunkan kebutuhan
curah jantung teratasi pada posisi nyaman selama oksigen dan menurunkan
dibuktikan dengan episode akut kerja jantung.
keefektifan pompa
jantung, status sirkulasi 3. Berikan kesempatan kepada 3. Penghematan energy dan
dan perfusi jaringan. pasien untuk istirahat yang menurunkan kerja jantung.
2. Menunjukkan status adekuat dan bantu dalam
sirkulasi dibuktikan melakukan ADL
dengan tekanan darah 4. NTG mempunyai efek
dalam batas normal, 4. Kolaborasi dengan dokter sebagai vasodilator, yang
bunyi napas tambahan untuk pemberian obat anti menyebabkan aliran darah ke
tidak ada, distensi vena aritmia, nitrogliserin dan miokardium lebih terpenuhi,
jugularis tidak ada.. fasodilator untuk sehingga nyeri dada pun
mempertahankan kontraktilitas berkurang.
prelod dan afterlod.

5. Ansietas berhubungan Setelah dilakukan tindakan 1. Pantau tanda dan gejala dari 1. Perasaan yang tidak
dengan ancaman kematian keperawatan selama ….x 24 ansietas. diekspresikan dapat
jam diharapkan klien dalam menimbulkan kekacauan
keadaan rileks dan tidak cemas, internal.
dengan kriteria hasil :
1. Pasien dalam tenang, 2. Berikan informasi tentang 2. Menurunkan cemas dan takut
tidak ditemukan adanya penyakit dan prognosis pasien. terhadap diagnose dan
palpitasi. prognosis penyakit.
2. Pasien mengekspresikan
perasaan yang positif. 3. Dorong pasien untuk 3. Membantu pasien dalam
3. Pasien dapat mengekspresikan perasaan mengurangi tingkat
menunjukkan koping pada orang yang penting pada kecemasan.
dalam memecahkan pasien.
masalah.
4. Pasien melaporkan cemas
berkurang atau teratasi. 4. Kolaborasi dengan dokter 4. Membantu pasien untuk
pemberian obat (misalnya, dapat rileks.
sedative)
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ANGINA PECTORIS

A. Pengkajian
1. Anamnesa
a. Data Demografi Klien
Nama : Tn. F
Usia : 50 tahun
Jenis kelamin : Pria
Suku/bangsa : -
Alamat : -
Agama : -
Tgl MRS : -
Jam MRS : -
Diagnosa : Angina pectoris

b. Keluhan utama
Pasien mengatakan dada kiri seperti ditusuk.

c. Riwayat penyakit sekarang


Pasien mengatakan dada kiri terasa seperti di tusuk yang muncaknya kadang-
kadang khususnya pada saat bermain tenis lapangan.

d. Riwayat penyakit masa lalu


Riwayat penyakit masa lalu Hipertensi, Merokok sejak usia 25 tahun sekitar 2
batang per hari.

2. Pemeriksaan Fisik
B1 (Breath) : RR = 15 x/m.
B2 (Blood) : TD = 130/90 mmHg, N = 90 x/m, Suara S1 dan S2 tunggal,
tidak tampak adanya anemia.
B3 (Brain) : -
B4 (Bladder) : -
B5 (Bowel) : BB = 75 kg, TB = 160 cm
B6 (Bone) : -

3. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
Hb, Leukosit, Trombosit, Hct dalam batas normal.
b. EKG
Irama sinus 88x/menit, Hipertropi ventrikel kiri.

B. Analisa Data
Data Penyebab Masalah
Data subjektif : Beban kerja jantung Nyeri
- Pasien mengatakan
meningkat
dada kiri terasa seperti
Kebutuhan O2 meningkat
di tusuk yang
muncaknya kadang- Aterosklerosis
kadang khususnya
Arteri koroner tidak dapat
pada saat bermain tenis
berdilatasi
lapangan.
Suplai O2 ke miokard
Data objektif :
berkurang
-
Proses glikolisis anaerob

Terbentuk asam laktat

Menyentuh ujung-ujung
saraf reseptor

Dipersepsikan

Intoleran Aktivitas
Nyeri

Beban kerja jantung


Data Subjektif: meningkat
- Pasien mengatakan
Kebutuhan O2 meningkat
dada kiri terasa seperti
di tusuk yang Aterosklerosis
muncuknya kadang-
Arteri koroner tidak dapat
kadang khususnya
berdilatasi
pada saat bermain tenis
Suplai O2 ke miokard
lapangan
Data Objektif: berkurang
-
Intoleran Aktivitas

C. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan ateroskelorosis atau spasme koroner
b. Intoleran aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen
dan kebutuhan.
D. Intervensi Keperawatan
No. Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi Rasional
(NOC) (NIC)
1. Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan tindakan 1. Instruksikan pasien untuk 1. Pasien perlu mengetahui
dengan ateroskelorosis atau keperawatan selama ….x 24 pemberian NTG sublingual. tentang gejala nyeri dada dari
spasme koroner jam nyeri terkontrol, dengan Pada saat pemberian NTG iskemia mikord.
kriteria hasil : minta pasien untuk duduk dan
1. Pasien melaporkan berbaring.
ketidaknyamanan mulai 2. Ketidaknyamanan dari
berkurang. 2. Monitor karakteristik nyeri; angina sering susah
2. Pasien tampak rileks dan kualitas, lokasi, skala, dan dijelaskan oleh pasien.
nyaman. durasi nyeri.
3. Menurunkan kebutuhan
3. Instruksikan pasien untuk oksigen myocard sehingga
rileks dan istirahat. mengembalikan
keseimbangan antara suplai
oksigen dan kebutuhan.

4. Meningkatkan saturasi
4. Kolaborasi pemberian oksigen oksigen sehingga arteri
membawa lebih banyak
oksigen ke otot jantung dan
mengurangi suplai oksigen
dan kebutuhan yang tidak
seimbang.

5. Tekanan darah dan nadi


5. Monitor tanda-tanda vital biasanya meningkat setelah
selama nyeri dada. rangsangan simpatik selama
nyeri. Bagaimanapun mitral
menyebabkan vasodilatasi
dan hasil tekanan darah dapat
turun atau drop.
6. Perbedaan antara angina dan
6. Menilai gambaran EKG untuk IM sangat penting dalam
melihat perubahan segmen ST membuat implementasi
dan gelombang T. intervensi yang tepat.

2. Intoleran aktifitas Setelah dilakukan tindakan 1. Menganjurkan istirahat 1. Istirahat aktifitas


berhubungan dengan keperawatan selama ….x 24 diantara aktifitas. menyediakan waktu untuk
ketidakseimbangan antara jam diharapkan dapat menyimpan energy dan
suplai oksigen dan beraktifitas secara bertahap, pemulihan.
kebutuhan dengan kriteria hasil :
1. Pasien dapat beraktifitas 2. Ingatkan pasien untuk tidak 2. Beraktifitas dengan lengan
dengan tanpa adanya bekerja dengan menggunakan dan bahu dapat
gangguan iskemik. lengan dan bahu dalam jangka meningkatkan kebutuhan otot
2. Pasien mengatakan waktu yang lama. jantung.
aktifitas dengan
pembatasan energy dan 3. Ingatkan pasien untuk berobat 3. Biasanya tubuh mengatur
istirahat. secara berlanjut (seperti beta pengobatan setelah beberapa
blockers). minggu.

4. Menilai tekanan darah dan 4. Menyediakan informasi dasar


nadi sebelum, selama, dan untuk menentukan
sesudah aktifitas. pembatasan aktifitas dan
lamanya terapi.

5. Menganjurkan untuk 5. Latihan yang rutin dapat


melakukan latihan aerobic meningkatkan fungsi
secara bertahap. kapasitas jantung lebih
efisien.
E. CASE STUDY ANGINA PECTORIS
n. F. Usia 50 Tahun. Datang ke Poli jantung dengan keluhan dada kiri terasa seperti
di tusuk yang muncuknya kadang-kadang khususnya pada saat bermain tenis lapangan.
Hasil pemeriksaan fisik didapatkan: Berat badan 75 Kg, Tinggi badan 160 cm. Tekanan
darah 130/90 mmHg. Nadi 90x/m, pernafasan 15x/mnt. Suara jantung S1 dan S2 Tunggal.
Tidak ada anemi. Hasil Pemeriksaan penunjang. ECG ditemukan Irama Sinus 88 X/mnt,
hipertropi ventrikel kiri. Pemeriksaan Laboratorium Hb, Leko, Trombosit, dan Hct semua
dalam batas normal. Riwayat penyakit masa lalu Hipertensi, Merokok sejak usia 25 tahun
sekitar 2 batang per hari. Pasien disarankan untuk control 2 hari lagi untuk dilakukan uji
latihan beban (Treadmil).

1. Apakah Faktor resiko yang ada pada Tn. F? Secara teori, factor resiko terjadinya
Angina adalah?
2. Bagaimanakah fisiologi terjadinya nyeri yang dialami Tn. F?
3. Hasil pemeriksaan ECG pada kasus angina, seharusnya ditemukan gambaran apa?
4. Apa alasan dilakukan uji latihan beban (Treadmil)?
5. Bagaimana Web Of Caution pada kasus Angina?
6. Diagnosa keperawatan yang muncul dari Tn.F? Susunlah Diagnosa keperawatan,
tujuan, intervensi dan rasional yang tepat untuk Tn.F?

Jawaban :
1. Faktor resiko yang ada pada pada Tn. F, yaitu:
 Tn. F berusia 50 tahun
 Tn. F memiliki berat badan 75 Kg
 Riwayat penyakit masa lalu hipertensi
 Merokok sejak usia 25 tahun, sekitar 2 batang perhari
Secara teori faktor resiko terjadinya angina, yaitu:
 Faktor risiko yang tidak dapat diubah :
Umur, jenis kelamin dan riwayat penyakit dalam keluarga.
 Faktor risiko yang dapat diubah :
Merokok, Aktivitas fisik, Manajemen lipid, hipertensi, obesitas dan DM.

2. Fisiologi terjadinya nyeri yang dialami Tn. F berawal dari faktor resiko yang
mempengaruhi yakni umur, Berat badan (obesitas), riwayat hipertensi, dan merokok
sejak usia 25 tahun. Factor-faktor resiko tersebut memungkinkan terjadinya
penimbunan plak pada pembuluh darah koroner (ateroskelorosis), yang
mengakibatkan pada saat beban kerja jantung meningkat dan kemudian dipersepsik,
maka kebutuhan oksigen miokard juga meningkat, dengan adanya ateroskelorosis
pada arteri koroner menyebabkan kekakuan/penyempitan pada arteri koroner sehingga
arteri koroner tidak mampu berdilatasi dan suplai O2 ke miokard juga berkurang
(tidak adekuat). Akhirnya untuk memenuhi kebutuhan energi, sel-sel miokardium
melakukan proses glikolisis anaerob yakni proses pembentukan energy tanpa
menggunakan oksigen, pada proses ini juga terjadi penimbunan asam laktat yang
kemudian menyentuh ujung-ujung saraf an sebagai nyeri. (Elizabeth, 2009).

3. Gambaran EKG pada pasien angina


Pada pasien angina, terdapat gangguan perfusi pada jantung yang disebabkan adanya
penyempitan atau sumbatan arteri koroner. Dengan adanya gangguan gangguan
tersebut, pada hasil EKG akan ditemukan gelombang T terbalik/T inversi dan ST
depresi. Oleh karena itu gambaran ekg pada pasien angina bisa ditemukan gelombang
T inversi dan ST depressi (morton & fontaine, 2009).

4. Alasan dilakukan uji latihan beban (Treadmil) yaitu


 Untuk menilai dan menentukan beratnya penyakit arteri koroner.
 Untuk mengetahui kemampuan jantung dalam merespon iskemik.

Factor resiko yang tidak dapat


diubah :
Umur
Jenis kelamin
Riwayat penyakit dalam
Beban kerja jantung meningkat keluarga
Factor resiko yang dapat
diubah :
5. Web Of Caution Angina Pectoris Merokok
Kebutuhan O2 meningkat
Hiperlipidemia
Obesitas
DM
Arteri koroner tidak dapat
berdilatasi
Aterosklerosis

MK: Intoleran Suplai O2 ke miokard Perubahan status


aktivitas berkurang (tidak adekuat) kesehatan

iskemia Proses Glikolisis Ancaman kematian


Anaerob

MK: Ansietas
Gangguan konduktivitas Terbentuk asam laktat
dan kontraktilitas

Menyentuh ujung-ujung
saraf reseptor
MK :
Penurunan
curah jantung
dipersepsikan MK: Kurang
Pengetahuan

MK : Nyeri
6. Diagnosa, Intervensi dan Rasional pada Tn. F
No. Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi Rasional
(NOC) (NIC)
1. Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan tindakan 1. Instruksikan pasien untuk 1. Pasien perlu mengetahui
dengan ateroskelorosis atau keperawatan selama ….x 24 pemberian NTG sublingual. tentang gejala nyeri dada dari
spasme koroner jam nyeri terkontrol, dengan Pada saat pemberian NTG iskemia mikord.
kriteria hasil : minta pasien untuk duduk dan
1. Pasien melaporkan berbaring.
ketidaknyamanan mulai
berkurang. 2. Monitor karakteristik nyeri; 2. Ketidaknyamanan dari
2. Pasien tampak rileks dan kualitas, lokasi, skala, dan angina sering susah
nyaman. durasi nyeri. dijelaskan oleh pasien.

3. Instruksikan pasien untuk 3. Menurunkan kebutuhan


rileks dan istirahat. oksigen myocard sehingga
mengembalikan
keseimbangan antara suplai
oksigen dan kebutuhan.

4. Kolaborasi pemberian oksigen 4. Meningkatkan saturasi


oksigen sehingga arteri
membawa lebih banyak
oksigen ke otot jantung dan
mengurangi suplai oksigen
dan kebutuhan yang tidak
seimbang.

5. Monitor tanda-tanda vital 5. Tekanan darah dan nadi


selama nyeri dada. biasanya meningkat setelah
rangsangan simpatik selama
nyeri. Bagaimanapun mitral
menyebabkan vasodilatasi
dan hasil tekanan darah dapat
turun atau drop.
6. Menilai gambaran EKG untuk 6. Perbedaan antara angina dan
melihat perubahan segmen ST IM sangat penting dalam
dan gelombang T. membuat implementasi
intervensi yang tepat.

2. Intoleran aktifitas Setelah dilakukan tindakan 1. Menganjurkan istirahat 1. Istirahat aktifitas


berhubungan dengan keperawatan selama ….x 24 diantara aktifitas. menyediakan waktu untuk
ketidakseimbangan antara jam diharapkan dapat menyimpan energy dan
suplai oksigen dan beraktifitas secara bertahap, pemulihan.
kebutuhan dengan kriteria hasil :
3. Pasien dapat beraktifitas 2. Ingatkan pasien untuk tidak 2. Beraktifitas dengan lengan
dengan tanpa adanya bekerja dengan menggunakan dan bahu dapat
gangguan iskemik. lengan dan bahu dalam jangka meningkatkan kebutuhan otot
4. Pasien mengatakan waktu yang lama. jantung.
aktifitas dengan
pembatasan energy dan 3. Ingatkan pasien untuk berobat 3. Biasanya tubuh mengatur
istirahat. secara berlanjut (seperti beta pengobatan setelah beberapa
blockers). minggu.

4. Menilai tekanan darah dan 4. Menyediakan informasi dasar


nadi sebelum, selama, dan untuk menentukan
sesudah aktifitas. pembatasan aktifitas dan
lamanya terapi.

5. Menganjurkan untuk 5. Latihan yang rutin dapat


melakukan latihan aerobic meningkatkan fungsi
secara bertahap. kapasitas jantung lebih
efisien.
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Saat istirahat, jantung menggunakan oksigen dalam jumlah yang cukup besar
(75%) dari aliran darah koroner, lebih besar daripada beberapa organ utama yang lain
dalam tubuh. Saat metabolism, beban kerja jantung dan suplay oksigen meningkat
sehingga kebutuhan akan oksigen meningkat berlipat ganda. Bila aliran darah koroner
tidak dapat menyuplai kebutuhan sejumlah oksigen yang diperlukan oleh otot jantung,
maka terjadi ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan.

B. Saran
Saran dari penulis yaitu diharapkan mahasiswa/I dapat mengaplikasikan tentang
proses asuhan keperawatan kepada pasien dengan penyakit angina pectoris.

DAFTAR PUSTAKA

Corwin, Elizabeth J. 2009. Patofisiologi. Jakarta: EGC

Houn, H. Gray, Keith D. Dawkins, Iain A. Simpson & Jhon M. Morgan. 2005. Lecture notes
kardiologi. Jakarta : Erlangga.

Kathleen, Ouimet Perrin. 2009. Understanding the essentials of critical care nurshing.
London : PEARSON

Morton, Patricia gonce & Fontaine, Dorrie K. 2009. Critical care nurshing a holistic
approach. USA: Wolters Kluwer Health
Ruhyanudin, faqih. 2006. Asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan system
kardiovaskuler. Malang : UMM Press

Wilkinson, Judith M. 2006. Buku saku diagnosis keperawatan dengan intervensi NIC dan
kriteria hasil NOC. Jakarta: EGC

ASUHAN KEPERAWATAN
ANGINA PECTORIS

Disusun oleh :
Agus Hartanto

STIKES KENDAL
2019/2020

Anda mungkin juga menyukai