KAJIAN TEORITIS
2.1 Anatomi
Tulang tengkorak terdiri dari 22 tulang yang dibagi menjadi 2
sebuah sutura yang terbagi menjadi kubah tengkorak, dasar tegkorak, dan
(tulang rahang bawah), os nasale (tulang hidung), os orbita (tulang air mata).
(Setiadi, 2007)
Gambar 2.1 Cranium tampak depan (sumber : R.Putz & R.Pabst 2006)
Bagian samping tengkorak (os temporal) dengan terdapat linea
5
6
terdiri dari bagian tulang karang (skumosa) yang membentuk tongga telinga,
bagian tulang keras (os petrosum), yang menjorok kebagian tulang pipi dan
mempunyai taju (procesus stylodeus), bagian mastoid terdiri dar tulang yang
merupakan tulang yang berbentuk seperti pelana kuda, dorsum sella yang
Gambar 2.2 Cranium tampak lateral (sumber : R.Putz & R.Pabst 2006)
terdiri dari coronal, sagittal, squamosal, dan lamboidal. Sutura coronal yang
sella. Bentuk sella tursica seperti pelana kuda, dorsum sella berada pada
bagian tengah radiografi, dengan daerah petrous simetris, dorsum sella dan
pada daerah sella tanpa gerakan ntuk mendapatkan hasil optimal. (Bronteger,
1993)
bagian posterior oleh dorsum sella, dimana processus clinoid pada tajunya.
Sisi lain sella tursica adalah sulkus carotid, dalam arteri carotid bagian
internal dan sinus yang besar. Lekukan chiasmatic (obtic) pada bagian
atau lekukan ini mengelilingi bagian anterior oleh jagum spenoid dan
bagian posterior oleh tuberculum sella. Lekukan ini berakhir diatas canalis
optikum sebagai jalan masuk ke apek dari orbit untuk mengirim syaraf
Gambar 2.4 Cranium potongan paramedial (sumber : R.Putz & R.Pabst 2006)
sella tursika juga telah banyak dilakukan dengan metode yang berbeda.
nilai lebar sella tursika yaitu 10,6 mm (pada penelitian ini disebut panjang)
dan 11,3 mm pada penelitian yang dilakukan pada etnis pakistan pada
anak telah diteliti secara radiografi, seperti pada penelitian implant oleh
Bjork dan Skieller (1983) dan secara histologi seperti oleh Melsen (1974).
mengalami resorpsi dan titik sella secara bertahap bergerak ke arah dorsal-
dkk, 1983; Choi dkk,2001; Axelsson dkk, 2004; Jones dkk, 2005. Data
normatif mengenai ukuran telah dilaporkan pada literatur dan rentang jarak
Gambar 2.5 Morfologi normal sella tursika dan garis referensi yang digunakan
untuk mengukur sella: TS: tuberkulum sella; DS: dorsum sella;
BPF: base of the pituitary fossa. A: panjang sella.
B: diameter anteroposterior sella. C: kedalaman sella. (sumber :
Fitriasary, 2017)
proses membuat bayangan nampak lebih besar dari ukuran yang sebenarnya
dengan menggunakan lensa atau rasio sehingga ukuran objek dengan ukuran
sumber radiasi.
2. FOD (Focus o bjek distance) adalah jarak antara objek dengan
sumber radiasi.
3. OFD (Objek film distance) adalah jarak antara objek dengan
film.
2.2.1 Prinsip Macroradiografi / Magnifikasi
Pinsip dasar macroradiografi adalah perubahan ukuran menjadi
lebih besar dari pada ukuran objek aslinya. Semakin besar nilai OFD
jarak fokus film (FFD), jarak objek ke film (OFD), dan jarak fokus ke
(Curry 1984)
FFD FFD
Faktor magnifikasi = =
FFD−OFD FOD
Keterangan:
FFD
Faktor Magnifikasi =
FOD
13
100
1,5 =
FOD
100
FOD =
1,5
FOD = 66,6 cm
OFD = 33,4 cm
FFD
Faktor Magnifikasi =
FOD
100
2=
FOD
100
FOD =
2
FOD = 50 cm
Magnifikasi = 2x pembesaran
Geometry)
14
detail anatomi yang diperiksa akan terlihat dengan jelas, dalam arti detail
kecil menjadi lebih jelas. Adanya jarak antara objek dengan film juga
secara tidak langsung teknik ini mempresentasikan teknik celah udara (air
yang terdiri dari P’Q’ yang merupakan pusat bayangan dikenal dengan
15
istilah umbra (bayangan sejati) yang dikelilingi bayangan RP’ dan Q’S
yang dibentuk oleh beberapa titik dari focal spots yang disebut daerah
kabur.
2.2.3 Distorsi
(Bontrager & Lampignano, 2014: 44). Adapun faktor tersebut antara lain
focal spot, Focus Image Distance (𝐹𝐼�), dan Object Image Distance (𝑂𝐼�)
(Sartinah et al., 2008). Gambar 2.10 merupakan skema dari bagian – bagian
yang terjadi akibat banyaknya berkas cahaya atau sinar-X melewati emulsi
yang optimum, pemilihan faktor eksposi harus tepat, untuk objek yang
tebal dan rapat jenis yang tinggi (tulang) diperlukan faktor eksposi
2.3.4 Ketajaman
Ketajaman adalah perbedaan daerah kehitaman pada hasil
radiasi hambur.
17
Menurut Hiswara (2015), pengaruh radiasi ada organ tubuh manusia macam-
macam tergantung pada jumlah dosis yang diterima pasien dan luas lapangan
radiasi yang diterima pasien. Oleh karena itu, untuk mengendalikan bahaya
radiasi dapat menggunakan 3 (tiga) azaz proteksi radiasi ini, yatu sebagai
berikut:
2.4.1 Justifikasi
Justifikasi adalah suatu pemanfaatan yang mecakup paparan atau
masyarakat tidak boleh melampaui Nilai Batas Dosis (NBD) yang telah
terjadinya efek stokastik. Batas dosis radiasi yang diterima pekerja radiasi
adalah 20 mSv per tahun, apabila melebihi batas yang sudah ditentukan