Anda di halaman 1dari 9

A.

PENDAHULUAN

Esai ini membahas tentang segala hal yang berkaitan dengan manfaat bahasa Indonesia
bagi perilaku ibu tentang pemberian makan dan status gizi anak autisme. Esai ini bertujuan
ingin mengetahui lebih jauh tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan manfaat bahasa
Indonesia bagi perilaku ibu tentang pemberian makan dan status gizi anak autisme.
Bahasa memiliki fungsi yang penting dalam kehidupan manusia.. Begitu pula ketika
kita sedang berbicara dengan masyarakat luas maka bahasa yang digunakan adalah bahasa yang
resmi dan sopan. Contohnya ketika kita sedang pemberitahuan informasi tentang perilaku ibu
tentang pemberian makan dan status gizi anak autisme. Pada dasarnya, bahasa memiliki fungsi-
fungsi tertentu, yaitu sebagai alat untuk berkomunikasi, sebagai alat untuk mengekspresikan
diri dan juga sebagai alat beradaptasi sosial. Bahasa Indonesia dijadikan sebagai alat pemersatu
bangsa Indonesia karena bangsa Indonesia memiliki banyak sekali perbedaan, baik dari segi
suku, ras, adat istiadat, dan budaya karena daerah Indonesia yang tak terhitung banyaknya. Oleh
karena itu, manfaat bahasa Indonesia bagi perilaku ibu tentang pemberian makan dan status gizi
anak autisme sangat banyak bagi masyarakat Indonesia itu sendiri.
Di Indonesia, banyak sekali ditemukan anak balita yang mengalami autisme. Autisme
adalah gangguan dikarenakan kelainan genetik yang cukup kompleks pada perkembangan saraf
sehingga menghambat tumbuh kembang pada balita. Penyebab penyakit ini belum bisa
dideteksi dengan baik karena masih banyak kejanggalan. Penyakit ini ditandai dengan kesulitan
dalam interaksi sosial, emosional, komunikasi verbal maupun non verbal, dan perilaku terbatas.
Penanganan untuk anak yang mengalami autisme yaitu dengan melakukan terapi pada orang
yang ahli, meminum beberapa obat, dan sebagainya. Makanan yang baik untuk anak yang
mengalami autisme yaitu makanan yang tidak mengandung gluten atau kasein karena makanan
yang mengandung gluten atau kasein diperkirakan sebagai salah satu pemicu munculnya sikap
agresif di otak. Contoh makanan yang tidak mengandung gluten atau kasein yaitu bayam,
brokoli, kiwi, kacang almond, jagung, kentang, dan sebagainya.
Cara pemberian makan untuk anak yang mengalami autisme tentu berbeda dengan anak-
anak yang tidak mengalami autisme dikarenakan mereka memeliki kelemahan pada mental
mereka. Mereka tidak bisa disamakan dengan orang normal lainnya sehingga kita menghadapi
mereka harus perlahan-lahan.

Status gizi seseorang diukur dari perkembangan tinggi badannya dan berat badan. Status
gizi seorang anak yang normal jika ia memiliki perkembangan tinggi badan badan serta berat
badan yang baik, begitupun sebaliknya. Status gizi yang kurang atau berlebih jika ia memiliki
perkembangan tinggi badan badan serta berat badan yang menurun atau meningkat secara
1
berlebihan. Gizi seimbang sudah pasti menjadi kebutuhan semua manusia di muka bumi ini,
bukan hanya anak-anak tetapi anak remaja, orang dewasa, serta lansia tetap membutuhkan gizi
yang seimbang.
Manfaat bahasa Indonesia bagi perilaku ibu tentang pemberian makan dan status gizi
anak autisme untuk memberitahu kepada semua ibu yang memiliki anak yang mengalami
keterbelakangan mental bagaimana cara pemberian makan yang baik serta status gizi anak
mereka menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar.

B. PEMBAHASAN

Manusia adalah makhluk sosial yang saling membutuhkan satu sama lain. Proses ini
memerlukan sebuah interaksi agar terjadi kesepahaman satu sama lain. Alat yang digunakan
untuk berinteraksi inilah yang dinamakan dengan bahasa. Bahasa memiliki arti yaitu sebuah
ungkapan dalam bentuk kata-kata yang digunakan untuk menyampaikan suatu informasi.
Sesuatu yang dimaksudkan oleh pembicara ini yaitu yang bisa dipahami dan dimengerti oleh
pendengar atau lawan bicara melalui bahasa yang diungkapkan. Pada dasarnya, bahasa
memiliki fungsi-fungsi tertentu, yaitu sebagai alat untuk berkomunikasi, sebagai alat untuk
mengekspresikan diri dan juga sebagai alat untuk beradaptasi sosial. Hal ini sejalan dengan
Chaer dan Agustina (1995:14) fungsi utama bahasa adalah sebagai alat komunikasi. Sebagai
alat komunikasi maksudnya yaitu alat yang digunakan manusia untuk berkomunikasi dengan
dua orang atau lebih. Sebagai alat mengekspresikan dini maksudnya yaitu alat yang digunakan
manusia untuk mengekspresikan apa yang mereka rasakan atau dipikirkan. Sebagai alat untuk
beradaptasi sosial maksudnya alat yang digunakan manusia untuk melakukan adaptasi di
lingkungan sosial karena manusia adalah makhluk sosial yang sangat membutuhkan satu sama
lain dan tidak bisa berdiri sendiri.. Hal ini sejalan dengan Soeparno (1993:5) yang menyatakan
bahwa fungsi umum bahasa adalah sebagai alat komunikasi sosial. Sosiolinguistik memandang
bahasa sebagai tingkah laku sosial (social behavior) yang dipakai dalam komunikasi sosial.

Indonesia sangat kaya akan ragam budaya yang masing-masing memiliki ciri
khas. Bahasa Indonesia merupakan bahasa nasional di negara Indonesia sehingga masyarakat
di Indonesia sudah pasti memahami segala hal yang menggunakan bahasa Indonesia. Hal itu
terjadi dikarenakan sesuai dengan salah satu fungsi Bahasa Indonesia dalam kehidupan sehari-
hari yaitu sebagai alat pemersatu masyarakat bangsa Indonesia. Bahasa Indonesia dijadikan alat
pemersatu bangsa dikarenakan bahasa Indonesia termasuk bahasa yang sangat mudah
dipahami, dipelajari serta diucapkan. Selain itu, Bahasa Indonesia dijadikan sebagai alat
pemersatu bangsa Indonesia karena bangsa Indonesia memiliki banyak sekali perbedaan, baik
2
dari segi suku, ras, adat istiadat, dan budaya karena daerah Indonesia yang tak terhitung
banyaknya. Bahasa Indonesia memiliki manfaat dalam bidang kesehatan, misalnya seperti
penerjemahan pendidikan ilmu kesehatan menggunakan bahasa Indonesia, pemberitahuan
informasi tentang kesehatan kepada masyarakat, dan sebagainya.

Autisme (Autism Spectrum Disorder) merupakan salah satu kelompok dari gangguan
perkembangan pada anak. Menurut Veskariskiyanti (2008:17) dalam bahasa Yunani dikenal
kata autis, “auto” yang berarti sendiri ditujukan pada seseorang ketika menunjukkan gejala
hidup dalam dunianya sendiri atau mempunyai dunia sendiri. Autisme (Autism Spectrum
Disorder) adalah gangguan dikarenakan kelainan genetik yang cukup kompleks pada
perkembangan saraf sehingga menghambat tumbuh kembang pada balita. Gangguan autisme
(Autism Spectrum Disorder) ini pertama kali ditemukan oleh Leo Kanner pada tahun 1943.
Kanner mendeskripsikan gangguan ini sebagai ketidakmampuan untuk berinteraksi dengan
orang lain, gangguan berbahasa yang ditujukan dengan penguasaan bahasa yang tertunda,
echolalia, pembalikan kalimat, adanya aktivitas bermain repetitive dan strerotype, rute ingatan
yang kuat dan keinginan obsesif untuk mempertahankan keteraturan di dalam lingkungannya.

Gangguan autisme (Autism Spectrum Disorder) ini mulai terlihat sebelum 3 tahun
kelahiran sang anak. Gangguan ini ditandai dengan kesulitan dalam interaksi sosial, emosional,
komunikasi verbal maupun non verbal, dan perilaku terbatas. Gangguan ini berpengaruh pada
komunikasi, interaksi sosial, imajinasi dan sikap. Pada dasarnya gejala dan tingkat keparahan
Autisme (Autism Spectrum Disorder) ini cenderung beragam pada setiap setiap orang. Menurut
dr. Tania Savitri, gejala-gejala autisme (Autism Spectrum Disorder) dapat dikelompokkan
dalam dua kategori utama, yaitu:

1. Gangguan Interaksi sosial dan Komunikasi


Gejala ini dapat meliputi masalah kepekaan terhadap lingkungan sosial dan
gangguan penggunaan bahasa verbal maupun non verbal, contohnya:

 Tidak merespon jika setiap kali dipanggil namanya


 Lebih suka bermain sendiri
 Tidak suka kontak mata dan menunjukkan ekspresi wajah yang datar
 Berbicara dengan nada atau ritem yang tidak normal, terkadang ucapanya
seperti robot
 Sering mengulang kata atau frasa kata demi kata, namun tidak mengerti cara
menggunakannya
 Sulit mencerna pertanyaan atau petunjuk sederhana
3
 Tidak bisa mengontrol perasaannya sendiri
 Tidak suka dipeluk atau hanya membolehkan dipeluk saat mereka ingin saja
 Tidak akan melihat lurus objek saat orang lain menunjuk ke arah objek
tersebut
 Kesulitan mengenali isyarat non-verbal, seperti menafsirkan ekspresi wajah
orang lain, postur tubuh, atau nada suaranya

2. Pola Perilaku
Gejala di kategori kedua meliputi pola pikir, minat, dan perilaku yang terbatas
serta bersifat pengulangan, contohnya:

 Sering melakukan gerakan berulang, misalnya mengetuk-ngetuk atau


meremas tangan, serta merasa kesal saat rutinitas tersebut terganggu.
 Melakukan aktivitas yang bisa melukai dirinya sendiri, seperti menggigit-gigit
kuku atau membenturkan kepala.
 Memiliki masalah dengan koordinasi atau memiliki pola gerakan aneh, kaku,
atau berlebihan seperti jalan berjinjit.
 Memiliki indera yang sangat sensitif. Misalnya terhadap cahaya, suara, atau
sentuhan. Namun, anak mungkin kurang peka terhadap rasa sakit atau
perubahan suhu.
 Anak dengan autisme (Autism Spectrum Disorder) juga cenderung memiliki
masalah dalam belajar dan kondisi kejiwaan lain, misalnya gangguan
hiperaktif atau Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD), gangguan
kecemasan, dan depresi.

Tidak mudah menjadi orang tua yang memiliki anak yang hidup dengan
gangguan autisme (Autism Spectrum Disorder). Namun dengan pemahaman dan pembelajaran
yang baik, orang tua dan anak yang memiliki gangguan autisme (Autism Spectrum Disorder)
dapat sama-sama berkembang dan hidup secara lebih baik. Sangat penting bagi orang tua untuk
mengumpulkan, mempelajari, dan terus memperbarui semua informasi tentang gangguan
autisme (Autism Spectrum Disorder). Hal ini dikarenakan gejala dan sifat dari gangguan
autisme (Autism Spectrum Disorder) selalu berubah dari waktu ke waktu. Perubahan ini
membuat penanganannya pun perlu disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing penyandang
autisme. Pada umumnya, perawatan untuk anak yang mengalami gangguan autisme (Autism
Spectrum Disorder) yaitu dengan melakukan terapi pada orang yang ahli. Terapi untuk anak
yang memiliki gangguan autisme (Autism Spectrum Disorder) bermacam-macam seperti terapi
4
wicara, terapi okupasi atau terapi perkembangan motorik halus, terapi perilaku dan terapi
pendidikan. Lalu ada perawatan yang lain yaitu pemberian dosis obat dari dokter. Biasanya
dokter memberikan obat untuk menangani gejala yang berhubungan
dengan autisme seperti depresi, susah tidur, perilaku agresif, ataupun epilepsi Selain
melakukan hal tersebut, ada pula rangkaian perawatan alternatif lainnya seperti akupuntur,
terapi khelasi untuk pembuluh darah, terapi kreatif, terapi berbasis sensor dan terakhir pola
makan.

Cara pemberian makan untuk anak yang mengalami autisme tentu berbeda dengan anak-
anak yang tidak mengalami autisme karena merawat dan menjaga mereka perlu perhatian dan
kesabaran yang ekstra hingga hampir tanpa jeda. Jangan pernah berperilaku kasar kepada anak
yang mengalami gangguan autisme (Autism Spectrum Disorder) karena mereka akan lebih
berontak, brutal dan emosional. Jangan pernah memaksa mereka ketika mereka tidak ingin
makan. Hadapi mereka secara pelan-pelan, penuh kehati-hatian karena sedikit saja kita
melakukan kesalahan maka kesehatan mereka akan semakin memburuk.

Makanan merupakan suatu hal yang juga harus diperhatikan pada anak dengan
gangguan autisme (Autism Spectrum Disorder). Pemberian serta pemilihan makanan secara
benar merupakan suatu cara untuk meringankan gejalan autisme. Salah satu terapi diet makanan
yang dianjurkan untuk anak dengan gangguan autisme (Autism Spectrum Disorder) adalah diet
bebas gluten dan bebas kasein karena makanan yang mengandung gluten atau kasein
diperkirakan sebagai salah satu pemicu munculnya sikap agresif di otak. Selain sebagai salah
satu pemicu munculnya sikap agresif di otak, gluten dan kasein pada anak dengan gangguan
autisme (Autism Spectrum Disorder) tidak diperbolehkan karena terjadi peningkatan
permeabilitas usus (leaky gut), sehingga memungkinkan peptide dari kasein dan gluten yang
tidak tercerna keluar dari dinding usus masuk kedalam aliran darah. Apabila adanya gangguan
enzim Dipeptidylpeptidase IV mengakibatkan gluten dan kasein tidak tercerna secara sempurna.

Gluten adalah sejenis komponen protein yang disebut peptide. Gluten adalah protein
yang ditemukan pada padi-padian dan serealia, gandum, gandum hitam (rye), jelai (barley) dan
triticale. Gluten ini berperan sebagai lem yang membantu menjaga makanan tetap menempel
dan menjaga bentuk makanan. Ada dua jenis utama protein pada gluten, yaitu glutenin dan
gliadin. Gluten banyak ditemukan di berbagai jenis makanan yang berasal dari serealia,
terutama berbahan dasar dari gandum. Banyak peneliti menyatakan makanan mengandung
gluten dan kasein memicu sikap agresif, dan tidak baik untuk anak autis. Maka dari itu anak
yang mengalami gangguan autisme (Autism Spectrum Disorder) dianjurkan melakukan terapi
diet bebas gluten dan bebas kasein. Contoh makanan yang tidak mengandung gluten atau kasein
5
yaitu bayam, brokoli, kiwi, kacang almond, jagung, kentang, daging, ikan dan hidangan laut,
telur, produk susu, produk buah-buahan, produk sayur-sayuran, produk polong-polongan,
produk kacang-kacangan, produk umbi-umbian, produk lemak, seperti minyak dan mentega.
Meski belum terbukti secara medis, namun sebaiknya kurangi juga makanan yang mengandung
zat aditif seperti bahan pengawet dalam pola makan anak. Selain itu, ada beberapa studi yang
menyatakan bahwa beberapa pola makan tertentu bisa membantu meringankan gejala autis,
tetapi keefektifannya masih belum terbukti sepenuhnya. Walaupun makanan mereka bebas dari
gluten, kasein dan zat aditif, makanan tersebut harus mencukupi status gizi mereka.

Status gizi adalah suatu ukuran mengenai kondisi tubuh seseorang yang dapat dilihat dari
makanan yang dikonsumsi dan penggunaan zat-zat gizi di dalam tubuh. Status gizi dibagi
menjadi tiga kategori, yaitu status gizi kurang, gizi normal, dan gizi lebih (Almatsier, 2005).
Status gizi normal merupakan suatu ukuran status gizi dimana terdapat keseimbangan
antara jumlah energi yang masuk ke dalam tubuh dan energi yang dikeluarkan dari luar tubuh
sesuai dengan kebutuhan individu. Energi yang masuk ke dalam tubuh dapat berasal dari
karbohidrat, protein, lemak dan zat gizi lainnya. Status gizi normal merupakan keadaan yang
sangat diinginkan oleh semua orang (Apriadji, 1986). Status gizi kurang atau yang lebih sering
disebut undernutrition merupakan keadaan gizi seseorang dimana jumlah energi yang masuk
lebih sedikit dari energi yang dikeluarkan. Hal ini dapat terjadi karena jumlah energi yang
masuk lebih sedikit dari anjuran kebutuhan individu (Wardlaw, 2007). Status gizi lebih atau
yang sering disebut overnutrition merupakan keadaan gizi seseorang dimana jumlah energi
yang masuk ke dalam tubuh lebih besar dari jumlah energi yang dikeluarkan (Nix, 2005). Hal
ini terjadi karena jumlah energi yang masuk melebihi kecukupan energi yang dianjurkan untuk
seseorang, akhirnya kelebihan zat gizi disimpan dalam bentuk lemak yang dapat
mengakibatkan seseorang menjadi gemuk (Apriadji, 1986).
Penilaian status gizi merupakan penjelasan yang berasal dari data yang diperoleh dengan
menggunakan berbagai macam cara untuk menemukan suatu populasi atau individu yang
memiliki risiko status gizi kurang maupun gizi lebih. Penilaian status gizi terdiri dari dua jenis,
yaitu :
1. Penilaian Langsung
a. Antropometri
Antropometri merupakan salah satu cara penilaian status gizi yang berhubungan
dengan ukuran tubuh yang disesuaikan dengan umur dan tingkat gizi seseorang. Pada
umumnya antropometri mengukur dimensi dan komposisi tubuh seseorang. Metode
antropometri sangat berguna untuk melihat ketidakseimbangan energi dan protein.

6
Akan tetapi, antropometri tidak dapat digunakan untuk mengidentifikasi zat-zat gizi
yang spesifik.
b. Klinis
Pemeriksaan klinis merupakan cara penilaian status gizi berdasarkan perubahan yang
terjadi yang berhubungan erat dengan kekurangan maupun kelebihan asupan zat gizi.
Pemeriksaan klinis dapat dilihat pada jaringan epitel yang terdapat di mata, kulit,
rambut, mukosa mulut, dan organ yang dekat dengan permukaan tubuh (kelenjar
tiroid).
c. Biokimia
Pemeriksaan biokimia disebut juga cara laboratorium. Pemeriksaan biokimia
pemeriksaan yang digunakan untuk mendeteksi adanya defisiensi 13 zat gizi pada
kasus yang lebih parah lagi, dimana dilakukan pemeriksaan dalam suatu bahan biopsi
sehingga dapat diketahui kadar zat gizi atau adanya simpanan di jaringan yang paling
sensitif terhadap deplesi, uji ini disebut uji biokimia statis. Cara lain adalah dengan
menggunakan uji gangguan fungsional yang berfungsi untuk mengukur besarnya
konsekuensi fungsional daru suatu zat gizi yang spesifik Untuk pemeriksaan biokimia
sebaiknya digunakan perpaduan antara uji biokimia statis dan uji gangguan
fungsional.
d. Biofisik
Pemeriksaan biofisik merupakan salah satu penilaian status gizi dengan melihat
kemampuan fungsi jaringan dan melihat perubahan struktur jaringan yang dapat
digunakan dalam keadaan tertentu, seperti kejadian buta senja.

2. Penilaian Tidak Langsung


a. Survei Konsumsi Makanan
Survei konsumsi makanan merupakan salah satu penilaian status gizi dengan melihat
jumlah dan jenis makanan yang dikonsumsi oleh individu maupun keluarga. Data
yang didapat dapat berupa data kuantitatif maupun kualitatif. Data kuantitatif dapat
mengetahui jumlah dan jenis pangan yang dikonsumsi, sedangkan data kualitatif dapat
diketahui frekuensi makan dan cara seseorang maupun keluarga dalam memperoleh
pangan sesuai dengan kebutuhan gizi.
b. Statistik Vital
Statistik vital merupakan salah satu metode penilaian status gizi melalui data-data
mengenai statistik kesehatan yang berhubungan dengan gizi, seperti angka kematian

7
menurut umur tertentu, angka penyebab kesakitan dan kematian, statistik pelayanan
kesehatan, dan angka penyakit infeksi yang berkaitan dengan kekurangan gizi.
c. Faktor Ekologi
Penilaian status gizi dengan menggunakan faktor ekologi karena masalah gizi dapat
terjadi karena interaksi beberapa faktor ekologi, seperti faktor biologis, faktor fisik,
dan lingkungan budaya. Penilaian berdasarkan faktor ekologi digunakan untuk
mengetahui penyebab kejadian gizi salah (malnutrition) di suatu masyarakat yang
nantinya akan sangat berguna untuk melakukan intervensi gizi.

C. PENUTUP
Bahasa memiliki arti yaitu sebuah ungkapan dalam bentuk kata-kata yang digunakan
untuk menyampaikan suatu informasi. Sesuatu yang dimaksudkan oleh pembicara ini yaitu
yang bisa dipahami dan dimengerti oleh pendengar atau lawan bicara melalui bahasa yang
diungkapkan. Pada dasarnya, bahasa memiliki fungsi-fungsi tertentu, yaitu sebagai alat
untuk berkomunikasi, sebagai alat untuk mengekspresikan diri dan juga sebagai alat untuk
beradaptasi sosial.
Indonesia kaya akan ragam budaya yang masing-masing memiliki ciri khas. Bahasa
Indonesia merupakan bahasa nasional di negara Indonesia sehingga masyarakat di
Indonesia sudah pasti memahami segala hal yang menggunakan bahasa Indonesia. fungsi
Bahasa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari yaitu sebagai alat pemersatu masyarakat
bangsa Indonesia. Bahasa Indonesia dijadikan alat pemersatu bangsa dikarenakan bahasa
Indonesia termasuk bahasa yang sangat mudah dipahami, dipelajari serta diucapkan. Selain
itu, Bahasa Indonesia dijadikan sebagai alat pemersatu bangsa Indonesia karena bangsa
Indonesia memiliki banyak sekali perbedaan, baik dari segi suku, ras, adat istiadat, dan
budaya karena daerah Indonesia yang tak terhitung banyaknya. Bahasa Indonesia memiliki
manfaat dalam bidang kesehatan, misalnya seperti penerjemahan pendidikan ilmu
kesehatan menggunakan bahasa Indonesia, pemberitahuan informasi tentang kesehatan
kepada masyarakat, dan sebagainya.

Autisme (Autism Spectrum Disorder) merupakan salah satu kelompok dari gangguan
perkembangan pada anak. Autisme (Autism Spectrum Disorder) adalah gangguan
dikarenakan kelainan genetik yang cukup kompleks pada perkembangan saraf sehingga
menghambat tumbuh kembang pada balita. Gangguan autisme (Autism Spectrum Disorder)
ini pertama kali ditemukan oleh Leo Kanner pada tahun 1943. Gangguan autisme (Autism
Spectrum Disorder) ini mulai terlihat sebelum 3 tahun kelahiran sang anak. Gangguan ini
8
ditandai dengan kesulitan dalam interaksi sosial, emosional, komunikasi verbal maupun non
verbal, dan perilaku terbatas. Pada dasarnya gejala dan tingkat keparahan Autisme (Autism
Spectrum Disorder) ini cenderung beragam pada setiap setiap orang.
Pada umumnya, perawatan untuk anak yang mengalami gangguan autisme (Autism
Spectrum Disorder) yaitu dengan melakukan terapi pada orang yang ahli. Lalu ada
perawatan yang lain yaitu pemberian dosis obat dari dokter. Selain melakukan hal tersebut,
ada pula rangkaian perawatan alternatif lainnya seperti akupuntur, terapi khelasi untuk
pembuluh darah, terapi kreatif, terapi berbasis sensor dan terakhir pola makan.
Cara pemberian makan untuk anak yang mengalami autisme tentu berbeda karena
merawat dan menjaga mereka perlu perhatian dan kesabaran yang ekstra hingga hampir
tanpa jeda. Jangan pernah memaksa mereka ketika mereka tidak ingin makan. Hadapi
mereka secara pelan-pelan, penuh kehati-hatian karena sedikit saja kita melakukan
kesalahan maka kesehatan mereka akan semakin memburuk.
Makanan merupakan suatu hal yang juga harus diperhatikan pada anak dengan
gangguan autisme (Autism Spectrum Disorder). Salah satu terapi diet makanan yang
dianjurkan untuk anak dengan gangguan autisme (Autism Spectrum Disorder) adalah diet
bebas gluten dan bebas kasein karena makanan yang mengandung gluten atau kasein
diperkirakan sebagai salah satu pemicu munculnya sikap agresif di otak.
Gluten adalah sejenis komponen protein yang disebut peptide. Gluten adalah protein
yang ditemukan pada padi-padian dan serealia, gandum, gandum hitam (rye), jelai (barley)
dan triticale. Contoh makanan yang tidak mengandung gluten atau kasein yaitu bayam,
brokoli, kiwi, kacang almond, jagung, kentang, daging, ikan dan hidangan laut, telur,
produk susu, produk buah-buahan, produk sayur-sayuran, produk polong-polongan, produk
kacang-kacangan, produk umbi-umbian, produk lemak, seperti minyak dan mentega.
Status gizi adalah suatu ukuran mengenai kondisi tubuh seseorang yang dapat dilihat
dari makanan yang dikonsumsi dan penggunaan zat-zat gizi di dalam tubuh. Status gizi
dibagi menjadi tiga kategori, yaitu status gizi kurang, gizi normal, dan gizi lebih.

Anda mungkin juga menyukai