Anda di halaman 1dari 21

Pengaruh supply chain planning dan kepercayaan terhadap integrasi

kinerja operasional perusahaan

Disusun Oleh:

Kelompok 5

1. Muhammad Pandu Kurnia P (141160180)

2. Muhammad Restu Syahputra (141160193)

3. Tiara Natasha (141160194)

4. Tharek Bangkit Cahyono (141160197)

Jurusan Manajemen

Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta

2018
A. Latar Belakang Masalah

Perencanaan rantai pasokan dulunya jauh lebih mudah, tetapi di dunia sumber
global saat ini dan lintasan hampir tak terbatas dari sumber ke pelanggan,
kerumitannya menakutkan. Itulah sebabnya mengapa sistem perencanaan rantai
pasokan saat ini mencakup semuanya, mulai dari produksi, transportasi, penjualan,
dan operasi (S&OP), hingga perencanaan pengisian ulang dan banyak lagi. Solusi
perencanaan diharapkan dapat menyelesaikan berbagai tantangan perencanaan yang
membingungkan yang dihadapi bisnis setiap harinya, namun cukup fleksibel untuk
mengakomodasi beragam kebutuhan pengguna dari seluruh industri.
Supply chain (rantai pasok) merupakan suatu sistem yang mengintegrasikan
seluruh proses bisnis pada suatu produk mulai dari hulu hingga ke hilir dengan tujuan
menyampaikan produk ke konsumen secara tepat waktu dan tepat jumlah tanpa
mengesampingkan keuntungan perusahaan. Kendala utama dalam pengelolaan rantai
pasok yaitu pada pengelolaan anggota-anggota rantai pasok dengan tingkat
kompleksitas yang tinggi serta memiliki ketidakpastian pada setiap poin anggota
rantai pasok. Perencanaan rantai pasokan (SCP) adalah strategi untuk menjaga
keseimbangan antara pasokan dan permintaan barang dan jasa. Ada perangkat lunak
yang tersedia untuk tujuan ini. SCP adalah salah satu elemen utama dari manajemen
rantai pasokan. Perencanaan rantai pasokan mencakup banyak aspek dari keseluruhan
rantai pasokan perusahaan. Ini termasuk penggunaan alat untuk persediaan, penjualan
atau produksi. SCP juga mencakup strategi seperti inventori just-in-time, di mana
perencanaan yang lebih tepat memungkinkan untuk persyaratan penyimpanan
inventaris yang lebih mudah dikelola. Kepercayaan (trust) pada umumnya dianggap
sebagai nilai ekonomi paling besar ketika didasarkan pada mekanisme non-
kontraktual, daripada kontraktual. Dasar pemikiran untuk nilai ekonomi dari
kepercayaan "non-kontraktual" sangatlah mudah: kepercayaan menghilangkan
kebutuhan akan kontrak formal. yang mahal untuk menulis, memantau, dan
menegakkan (Hill. 1995; Barney & Hansen. 1995). Demikian. kepercayaan diyakini
mengurangi biaya transaksi. Selain itu, beberapa bukti anekdot menunjukkan bahwa
transactor lebih mungkin untuk berbagi informasi berharga terkait pekerjaan ketika
mereka telah mengembangkan tingkat kepercayaan yang tinggi (Lorenz, 1988; Sake,
1991; Nishiguchi. 1994). Akhirnya, tingkat kepercayaan antarorganisasi yang tinggi
dapat mendorong perusahaan untuk melakukan investasi dalam aset atau teknologi
hubungan-khusus yang produktif yang disesuaikan dengan hubungan pertukaran.
Pada akhirnya penulis ingin mengetahui bagaimana pengaruh SCP dan kepercayaan
terhadap integrasi kinerja operasional Perusahaan.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah kepercayaan berpengaruh terhadap perencanaan rantai pasokan?
2. Apakah Perencanaan rantai pasokan berpengaruh terhadap integrasi kinerja
operasional?
3. Apakah kepercayaan berpengaruh terhadap integrasi kinerja operasional?

C. Tujuan Penelitian
1. Untuk menganalisis pengaruh kepercayaan terhadap perencanaan rantai
pasokam.
2. Untuk menganalisis pengaruh Perencanaan rantai pasokan terhadap Integrasi
kinerja operasional.
3. Untuk menganalisis pengaruh kepercayaan terhadap integrasi kinerja
operasional.

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi perusahaan
Hasil pelitian yang dilakukan diharapkan dapat menjadi sumber referensi
mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja supply chain planning
pada perusahaan.
2. Bagi akademik
Diharapkan dapat menjadi referensi bagi penelitian selanjutnya yang ingin
mengetahui lebih banyak tentang kinerja supply chain planning terhadap
perusahaan.

E. Landasan Teori

a. Teori-teori

1. Pengertian Suply Chain

Supply chain adalah jaringan perusahaan-perusahaan yang secara bersama-sama


bekerjauntuk menciptakan dan menghantarkan suatu produk ke tangan pemakai akhir
(dalam hal inikonsumen). Perusahaan-perusahaan tersebut biasanya termasuk supplier,
pabrik, distributor, tokoatau pengecer, serta perusahaan-perusahaan pendukung seperti
perusahaan jasa logistic

Menurut Heizer (2011: 452), manajemen rantai pasokan ialah pengintegrasian


aktivitaspengadaan bahan dan pelayanan, pengubahan bahan baku menjadi barang
setengah jadi danproduk akhir, serta pengiriman ke pelanggan

Menurut levi, et. Al (2000) supply chain management sebagai suatu pendekatan yang
digunakan untuk mencapai pengintegrasian yang efisien dari supplier, manufacture,
distributor, retailer, dan customer. Artinya ada barang diproduksi dalam jumlah yang tepat
dan pada tempat yang tepat dengan tujuan mencapai suatu biaya dari system secara
keseluruhan yang minimum dan juga mencapai service level yang diinginkan.

Chow et.al. (2006) mengartikan Supply Chain Management (Manajemen Rantai Pasokan)
sebagai pendekatan yang holistik dan strategis dalam hal permintaan, operasional, pembelian,
dan manajemen proses logistik.

Heizer & Rander (2004), mendefinisikan Supply Chain Management (Manajemen Rantai
Pasokan) sebagai kegiatan pengelolaan kegiatan-kegiatan dalam rangka memperoleh bahan
mentah menjadi barang dalam proses atau barang setengah jadi dan barang jadi kemudian
mengirimkan 7 produk tersebut ke konsumen melalui sistem distribusi. Kegiatan-kegiatan ini
mencangkup fungsi pembelian tradisional ditambah kegiatan penting lainnya yang
berhubungan antara pemasok dengan distributor.

Supply Chain memiliki tujuan strategis yang perlu dicapai untuk membuat Supply Chain
menang atau setidaknya bertahan dalam persaingan. Untuk bisa memenangkan
persaingan pasar maka Supply Chain harus bisa menyediakan produk yang murah,
berkualitas, tepatwaktu, bervariasi.Semua tindakan yang diambil oleh perusahaan
ini dimaksudkan untukmembantu perusahaan mencapai daya saing strategisnya dan
menghasilkan laba di atas rata-rata. Daya saing strategis dicapai ketika sebuah
perusahaan berhasil memformulasikan danmenerapkan strategi penciptaan nilai.
Ketika perusahaan mengimplementasikan suatu strategiyang tidak dapat ditiru oleh
perusahaan lain atau terlalu mahal untuk menirunya, perusahaanini memiliki keunggulan
persaingan bertahan atau dapat bertahan (sustainedatau sustainablecompetitive
advantage, s e l a n j u t n y a d i s e b u t s e b a g a i k e u n g g u l a n p e r s a i n g a n ) .
S e t e l a h perusahaan mendapatkan daya saing strategis dan sukses
mengeksploitasi keunggulan persaingannya, suatu perusahaan mampu mencapai tujuan
utamanya: mendapatkan laba diatasrata-rata, yaitu kelebihan penghasilan yang diharapkan
oleh seorang investor dari investasi

2. Supply chain planning


Perencanaan adalah proses untuk memperkirakan berapa kebutuhan di masa datang yang
meliputi kebutuhan dalam ukuran kuantitas, kualitas, waktu dan lokasi yang dibutuhkan
dalam rangka memenuhi permintaan barang ataupun jasa. perencanaan rantai pasokan
didefinisikan sebagai proses mengumpulkan informasi dari pembeli dan pemasok untuk
membantu perusahaan merencanakan masa depan dan memenuhi permintaan dengan biaya
minimum. Perencanaan rantai pasokan tergantung pada upaya yang dilakukan oleh manajer
puncak dan menengah dari fokus perusahaan untuk memastikan arus informasi di seluruh
rantai pasokan.
Menurut (Lee et al., 1997) Supply chain planning diasumsikan untuk menumbuhkan
kepercayaan antara perusahaan, pembeli dan pemasok. Ini melibatkan kegiatan yang terkait
dengan peramalan permintaan, produksi,kapasitas, dan tingkat persediaan serta mengurangi
ketidakcocokan antara produksi dan permintaan dan menuntut variabilitas informasi
Menurut Yeung (2008), perencanaan harus mencakup orientasi strategis dalam manajemen
rantai pasokan untuk memungkinkan perusahaan untuk meningkatkan daya saingnya.
Menurut Chopra and Meindl (2007:7) desain rantai pasokan, perencanaan, dan keputusan
operasi memberikan peranan yang penting dalam menentukan keberhasilan atau kegagalan
sebuah organisasi. Dalam hal ini perencanaan pada rantai pasokan menjadi sebuah kunci
kesuksesan dalam organisasi.

3. Trust-based relationship

Kepercayaanadalahkonstruksimultidimensi yang mencerminkankeyakinandan /


atauharapansatupihakbahwapihak lain dapatdipercayadanakanbertindaksesuaidenganapa yang
telahdisepakatikeduabelahpihakdalamhalhubungan yang ditetapkan (Cheng et al., 2008).
Kepercayaan memiliki pengaruh positif
padapemberianpengetahuandalamorganisasi.Semakinbanyakpengaruh yang
membangunterhadapkepercayaansemakinbanyakpengaruh yang
dibangunterhadappembagianinformasi. Sedangkan yang
membanguntanpaadanyapengaruhterhadapkepercayaanmakadampak yang
ditimbulkanakankurangbahkantidakadaterhadapberbagipengetahuan di organisasitersebut
Kepercayaan dirasakan semakin penting dalam sebuah hubungan antar organisasi. Tanpa
kepercayaan, sebuah hubungan antara klien dan suplier tidak pernah berjalan untuk
memaksimalkan kekuatan potensialnya. Kepercayaan digambarkan sebagai sebuah kesediaan
untuk mengambil resiko, dan kepercayaan akan timbul apabila sebuah kelompok saling
percaya dan berintegrasi dalam berinteraksi sesama partner (Kwon & Taewon, 2004)

Kepercayaan melibatkan setidaknya dua agen: trustor dan wali amanat Dengan demikian,
inilah persepsi yang dipegang oleh salah satu pihak dan pihak lain layak dipercaya (Dyer,
1996). Dyer dan Chu, 2000menunjukkan pemasok meiliki kepercayaan yang tinggi terhadap
pembeli yang stabil dan konsisten yang mewakili komitmen yang kredibel dalam jangka
panjang - terutama pemberian bantuan rutinitas dan pemilihan pemasok secara rutin yang
meningkatkan hubungan jangka panjang. SEBUAH tingkat stabilitas organisasi yang tinggi
personel di kedua organisasi mungkin diperlukan untuk menghasilkan hubungan berbasis
kepercayaan (ikatan melekat) sebagaimana dibuktikan oleh fakta bahwa panjang hubungan
itu hanya prediktor kepercayaan.

Chopra dan Meindl (2007) menyebutkan bahwa kepercayaan merupakan hasil dari interaksi-
interaksi berlangsung antar anggota organisasi. Dalam pandangan ini, kepercayaan hanya
akan tumbuh setelah terjadinya proses interaksi, kepercayaan antar organisasi mampu
membantu meningkatkan kinerja supply chain dalam beberapa hal yaitu: pertama saling
berbagi informasi seringkali diimplementasikan untuk membantu peningkatan kinerja
(information sharing). Kemudian visi, misi dan strategi bersama sering diupayakan dalam
pencapaian tujuan bersama (incentive alignment). Kemudian koordinasi pengambilan
keputusan dalam produksi dan distribusi (joint decision making). Selanjutnya dalam hal
peningkatan produktivitas supply chain secara keseluruhan, bagian-bagian dalam supply
chain seringkali melakukan peramalan bersama (joint forecasting)

3. Integration with suppliers

Integrasi dengan pemasok adalah cara perusahaan bekerja dengan pemasok demi mencari
tujuan bersama, berbagi ide, informasi, pengetahuan, risiko, penghargaan dan solusi untuk
masalah umum (Cohen dan Roussel, 2004; Benton, 2007).
Lambert (2006), istilah kemitraan masih merupakan istilah yang paling deskriptif untuk
mengintegrasikan hubungan yang saling menguntungkan yang meningkatkan kinerja rantai
suplai. Mulai dari hubungan jangka panjang yang sederhana hingga jangka panjang yang
lebih rumit

Menurut Li et al. (2006), integrasi pemasok merupakan hubungan jangka panjang antara
organisasi dan pemasok.

Integrasi adalah konsep multidimensional (Bellmunt and Torres, 2013), yang menjalin
hubungan erat dengan pemasok dan menekankan langsung, jangka panjang asosiasi,
mendorong perencanaan dan upaya pemecahan masalah Yang mencirikan adalah kehadiran
hubungan kolaboratif dan penghormatan terhadap perbedaan budaya dan organisasi
perusahaan

Integrasi dengan pemasok adalah cara di mana perusahaan bekerja dengan pemasok mencari
tujuan bersama, berbagi ide, informasi, pengetahuan, risiko, penghargaan dan solusi untuk
masalah umum (Cohen dan Roussel, 2004; Benton, 2007). Untuk Lambert (2006), kemitraan
jangka adalah istilah yang paling deskriptif untuk hubungan yang terintegrasi dan saling
menguntungkan yang meningkatkan kinerja rantai pasokan.
Risiko sumber konstruksi melibatkan semua entitas dalam rantai pasokan: pemilik proyek,
arsitek, kontraktor utama, subkontraktor, dan pemasok. Potensi untuk kesalahan dan masalah
diperbesar oleh hubungan timbal balik antara entitas-entitas ini. Beberapa risiko meliputi:
• Masalah keuangan internal
• Masalah modal kerja
• Pembayaran lambat dari pemilik proyek
• Rencana dan spesifikasi yang kurang memadai
• Kemampuan teknis yang tidak memadai
• Teknologi informasi yang tidak memadai
• Kurangnya komunikasi antara mitra rantai pasokan
• Inefisiensi produktivitas
• Masalah kualitas pekerjaan
• Pekerjaan masalah metode
• Masalah keandalan pengiriman
• Masalah kualitas bahan secara massal
Setiap kejadian buruk ini secara mandiri atau bersama-sama dapat menyebabkan seluruh
rantai pasokan bangkrut. Manajemen risiko pasokan melibatkan identifikasi dan penilaian
strategi alternatif untuk menghilangkan dan mengurangi risiko sumber rantai pasokan.
Mungkin komponen yang paling penting dari manajemen risiko adalah sertifikasi,
prakualifikasi, dan pemantauan semua peserta rantai suplai.

4. Operational Performance

Menurut (Skinner,1969; Wheelwright, 1984) Kinerja operasional adalah konstruksi


multidimensional yang menangkap bagaimana sebuah perusahaan melakukan sesuai dengan
beberapa kriteria kompetitif relatif terhadap pesaing utamanya dimana terdapat biaya rendah,
kualitas, fleksibilitas, dan dapat diandalkan. Kinerja operasional berkaitan dengan efektifitas
penggunaan setiap sumber daya yang digunakan organisasi dalam mengatasi rantai pasokan.

Menurut (Mentzer et al.,2007) Kemitraan antar perusahaan dalam rantai pasokan


kemungkinan akan menghasilkan peningkatan kinerja operasional untuk perusahaan karena
hubungan bisnis kolaboratif meningkatkan kemampuan perusahaan untuk menanggapi
lingkungan bisnis baru . Perilaku kooperatif dalam hubungan pembeli-pemasok
meningkatkan fleksibilitas dan tanggung jawab bersama dalam tindakan yang diambil oleh
mitra dalam rantai pasokan.

kinerja operasi (operational performance) menurut Daft (2010), adalah suatu bidang efisien
dan tanggung jawab sosial seperti halnya, produktifitas, siklus dan kepatuhan terhadap
peraturan dan secara lebih rinci tujuannya ini berhubungan dengan:

1. Efektifitas dan efesiensi dari kinerja sebuah perusahaan dalam menggunakan


asset dan sumber daya lainnya.
2. Melindungi perusahaan dari kerugian.
3. Memastikan bahwa semua pegawai telah bekerja memenuhi sasaran dan
tujuan dengan efesien dan disertai integritas yang tinggi, tanpa biaya yang
tidak diinginkan atau berlebihan.
4. Berbagai pihak (pegawai,vendor,maupun pelanggan) menempatkan
kepentingan mereka dibelakang dan mendahulukan kepentingan perusahaan.

Biasanya setiap perusahaan mendefinisikan strategi dan tujuan perusahaan


mereka, lalu mengidentifikasikan obyektif operational performance yang harus di
penuhi guna mencapai strategi perusahaan. Selanjutnya, perusahaan akan
mendefinisikan alat ukur yang akan digunakan untuk menentukan apakah obyektif
dari operational performance merek terpenuhi. Dapat disimpulkan bahwa pada
dasarnya demi mencapai tujuan-tujuan organisasi dalam operational performance
yaitu dengan pelaksanaan fungsi-fungsi:

1. Perencanaan (planning)
Adalah keputusan-keputusan yang menyangkut kreasi metode-metode
pelaksanaan suatu operasi produktif.
2. Pengorganisasian (organizing)
Adalah keputusan-keputusan perencanaan tingkat keluaran jangka panjang
atau dasar forecast permintaan dan keputusan-keputusan scheduling pekerjaan
dan pengalokasian karyawan jangka pendek.
3. Pengarahan (actuating)
Adalah keputusan-keputusan yang dilakukan dalam system produksi
berdasarkan perubahan permintaan, tujuan-tujuan organisasional dan
manajemen.
4. Pengawasan (controlling)
Adalah prosedur-prosedur yang menyangkut pengambilan tindakan korektif
dalam operasi-operasi produksi barang atau penyediaan jasa.
Penelitian – penelitian Terdahulu

Tabel I. Penelitian Terdahulu

No. Keterangan Penelitian Terdahulu 1 Penelitian Saat Ini

1. Peneliti Ely laureanopaiva, Rafael Kelompok 5 :


teixeria, Luciana marques
1. Muhammad
Vieira, and Andrew
Beheregaray Finger PanduKurnia Putra
(141160180)
2. Muhammad
RestuSyahputra
(141160193)
3. Tiara Natasha
(141160194)
4. TharekBangkitCah
yono (141160197)

2. Tahun 2014 2018

3. Judul Supply Chain Planning and Pengaruh supply chain


Trust : Two sides of the same
planning dan kepercayaan
coin
terhadap integrasi kinerja

operasional perusahaan

4. Objek 339 perusahaan dari tiga Perusahaan di sektor


sector industri yang berbeda industry elektronik, mesin,
yaitu elektronik, mesin dan dan pemasok otomatif
pemasok otomotif.

5 Teknik Sampling Purposive sampling Purposive sampling

6 Variabel Independen : supply chain Independen : integrasi


kinerja operasional
Dependen : supply chain perusahaan
planning dan kepercayaan
Dependen : supply chain
planning dan kepercayaan

7 Alat analisis Analisis kolmogorv smirnov Analisis regresi sederhana


test

E. Kerangka Berpikir Dan Hipotesis

KerangkaBerpikir

Hipotesis

Dari kerangka pikir diatas, maka peneliti mengambil hipotesis sebagai berikut :
H1 : Hubungan berdasarkan kepercayaan secara positif terkait dengan
perencanaan rantai pasokan.
H2 : Perencanaan rantai pasokan berhubungan positif terhadap integrasi
dengan supplier
H3 : Hubungan berdasarkan kepercayaan secara positif terkait dengan
integrasi dengan pemasok.

F. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ialah suatu cara untuk memahami sesuatu melalui proses
penyelidikan atau usaha dengan mencari bukti-bukti yang muncul sehubungan
dengan masalah tersebut, yang dilakukan secara hati-hati sehingga diperoleh
pemecahannya (Mohammad Ali, 2002).
Jenis penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif yaitu, penelitian yang
analisisnya secara umum menggunakan data yang diukur dalam suatu skala
numerik (angka) yang diuji menggunakan analisis statistik.
Pengumpulan data menggunakan metodologi survei. Database milik proyek
High-Performance Manufacturing (Schroeder dan Flynn, 2001), sebuah studi
internasional sistematis dari pabrik-pabrik manufaktur. Proyek ini dimulai pada
tahun 1989. Sejak itu, ada dua revisi skala, terjemahan untuk memungkinkan
aplikasi mereka di berbagai negara, serta konsolidasi database dengan informasi
dari semua negara yang berpartisipasi. Di setiap putaran, anggota kelompok
penelitian telah membahas konstruk, rentang dan prosedur pengumpulan data
mereka.
2. Subjek Penelitian
Subjek penelitian merupakan tempat variabel melekat. Subjek penelitian
adalah tempat dimana data untuk variabel penelitian diperoleh (Arikunto, 2010).
Subjek dalam penelitian ini adalah rantai pasokan pada perusahaan
otomotif,permesinan dan elektronik
3. Populasi dan Sampel
a. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian. Apabila seseorang
ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka
penelitiannya merupakan penelitian populasi atau studi populasi atau studi
sensus (Sabar, 2007). .Dua kelompok negara dianalisis menggunakan
pemodelan persamaan struktural: negara-negara barat (Eropa, Brasil dan
Amerika Serikat) dan negara-negara timur (Jepang, Korea Selatan dan Cina).
Secara total, 224 pabrik terletak di negara-negara barat dan 115 di negara-
negara timur (Asia).
b. Teknik Pengambilan Sampel
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik pengambilan
sampel Purposive Sampling.Menurut (Notoatmojo, 2010) purposive sampling
adalah pengambilan sampel yang berdasarkan atas suatu pertimbangan tertentu
seperti sifat-sifat populasi ataupun ciri-ciri yang sudah diketaui sebelumnya.
c. Sampel
Sampel mengandung 339 plant produksi dari tiga sektor industri yang berbeda:
elektronik, mesin dan pemasok otomotif. Sektor-sektor ini dipilih karena
mereka mewakili berbagai karakteristik produk serta menjadi contoh industri
dalam transisi, di mana tanaman dapat menunjukkan berbagai macam praktik
dan kinerja yang berbeda. Identifikasi perusahaan tidak secara acak karena
dalam beberapa kasus kuesioner diterapkan di perusahaan yang memiliki
kontak sebelumnya dengan peneliti. Semuanya memiliki lebih dari 100
karyawan. Responden adalah manajer persediaan, insinyur pabrik dan kepala
pabrik. Item aslinya ditulis dalam bahasa Inggris dan kemudian diterjemahkan
ke dalam berbagai bahasa menggunakan terjemahan terbalik. Data yang telah
dikumpulkan melibatkan berbagai perusahaan dari berbagai negara (lihat
Tabel II). Item tersebut menyajikan jawaban perusahaan fokal, dan ini adalah
alasan kami hanya menganalisis kebijakan yang terkait dengan pembeli dalam
perencanaan pasokan dan hubungannya dengan pemasok (Tabel I).
4. Data yang diperlukan
Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif dan
kualitatif. data menggunakan data kuantitatif dengan melihat data pada sample
339 perusahaan yang bergerak di otomotif,elektronik dan permesinan.
Pengumpulan data dilakukan dengan menyebarkan kuisioner. Kuesioner adalah
sebuah set pertanyaan yang secara logis berhubungan dengan masalah penelitian,
dan tiap pertanyaan merupakan jawaban-jawaban yang mempunyai makna dalam
menguji hipotesis

5. Teknik Pengumpulan Data


Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner
(angket). Menurut Sugiyono (2008) kuesioner (angket) merupakan teknik
pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan
atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Pembagian
kuesioner dilakukan pada Kuesioner yang dibagikan diukur dengan skala likert.
Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang
atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Variabel yang diukur dijabarkan
menjadi indikator variabel, kemudian dijadikan sebagai titik tolak untuk
menyusun item-item yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan (Sugiyono,
2008). Dari pernyataan yang diberikan, masing-masing mempunyai bobot nilai 1
sampai dengan 7 , dengan penjabaran skala seperti berikut :
a) Sangat tidak setuju = diberi bobot 1
b) Tidak setuju = diberi bobot 2
c) agak tidak setuju = diberi bobot 3
d) Netral = diberi bobot 4
e) Agak setuju = diberi bobot 5
f) Setuju = diberi bobot 6
g) Sangat setuju = diberi bobot 7

6. Validitas dan Rentabilitas


a. Uji Validitas
Menurut Hair et al (2010 : 126) adalah “Set of measure accurately
represent the concept of interest.” Uji validitasmerupakan pengujian yang
dilakukan untuk mengetahui apakah butir-butir pertanyaan yang terdapat
dalam kuesioner tepat menjawab apa yang hendak diteliti oleh variabel
tersebut. Menurut Ghozali (2006) uji validitas digunakan untuk mengukur sah
atau valid tidaknya suatu kuesioner. Validitas menyangkut pada tingkat
akurasi yang dicapai oleh sebuah indikator dalam menilai sesuatu atau
akuratmya pengukuran atas apa yang seharusnya diukur (Irmawati, 2007).
Untuk mengetahui apabila kuisioner yang digunakan valid atau tidak,
maka r yang diperoleh (rhitung) dikonsultasikan dengan (rtabel) maka instrument
dikatakan valid, dan apabila (rhitung) ≥ (rtabel) maka instrume dikatakan valid,
dan apabila (rhitung) < (rtabel) maka instrument dikatakan tidak valid.
b. Uji Reliabilitas
Menurut Nunnaly dalam Ghozali (2006) reliabilitas adalah alat untuk
mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel atau
konstruk. Uji reliabilitas pada penelitian ini di ukur dengan cara One Shot atau
pengukuran sekali saja. Disini pengukurannya hanya sekali dan kemudian
hasilnya dibandingkan dengan pertanyaan lain atau mengukur korelasi antar
jawaban pertanyaan. Dalam penelitian ini, uji keandalan setiap variabel diukur
dengan menggunakan Cronbach’s alpha. Ada tiga alasan peneliti
menggunakan uji Cronbach’s alpha. Pertama, karena teknik ini merupakan
teknik pengujian keandalan kuesioner yang paling sering digunakan (Bryman
dan Bell, 2007: 176). Kedua, dengan melakukan uji Cronbach’s alpha maka
akan terdeteksi indikator-indikator yang tidak konsisten (Malhotra, 2012:
289). Ketiga, pada penelitian sebelumnya olehSunny R. Igwe, Coker Preye
Robert dan God’swill C. Chukwu (2016), uji keandalan yang digunakan
adalah Cronbach’s alpha.
Cronbach’s Alpha merupakan sebuah ukuran keandalan yang memiliki nilai
berkisar dari nol sampai satu (Hair et al., 2010: 92). Menurut Eisingerich dan
Rubera (2010: 27) nilai tingkat keandalan Cronbach’s Alpha minimum adalah
0,60. Ada dua alasan peneliti menggunakan nilai keandalan Cronbach’s
Alpha minimum 0,60. Pertama,Cronbach’s Alpha yang andal (0,60), dapat
memberikan dukungan untuk konsistensi internal. Rata-rata varians dan
realibilitas komposit melebihi ambang batas yang disarankan (Bagozzi dan Yi,
1988, dalam Eisingerich dan Rubera, 2010: 27). Kedua, karena peneliti
mengikuti penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Sunny R. Igwe, Coker
Preye Robert dan God’swill C. Chukwu (2016). Nilai tingkat
keandalan Cronbach’s Alpha dapat ditunjukan pada tabel berikut ini:

Nilai Cronbach’s Alpha Tingkat Keandalan

0.0 - 0.20 Kurang Andal

>0.20 – 0.40 Agak Andal

>0.40 – 0.60 Cukup Andal

>0.60 – 0.80 Andal

>0.80 – 1.00 Sangat Andal

Tabel Tingkat Keandalan Cronbach’s Alpha

Dalam penelitian ini digunakan confirmatory factor analysis (CFA) untuk untuk
memverifikasi validitas dan reliabilitas item pengukuran dan ukuran keandalan
yang diterima dengan baik, seperti reliabilitas komposit dan Average Variance
Extracted (AVE).
CFA menurut Joreskog dan Sorborn (1993) digunakan untuk menguji
unidimensional, validitas dan reliabilitas model pengukuran konstruk yang tidak
dapat diukur langsung. Model pengukuran atau disebut juga model deskriptif
(Ferdinant, 2002), measurement theory (Hair, dkk, 2006), atau confirmatory factor
model (Long, 1983) yang menunjukkan operasionalisasi variabel atau konstruk
penelitian menjadi indikator-indikator terukur yang dirumuskan dalam bentuk
persamaan dan atau diagram jalur tertentu (dalam Kusnendi, 2008:98). Untuk
penelitian ini, peneliti menggunakan lima konstruk berdasarkan beberapa
skala.Konstruksi perencanaan rantai pasok didasarkan pada skala yang berusaha
untuk menangkap bagaimana rencana pabrik manufaktur, koordinat dan
mengendalikan rantai pasokannya. Integrasi dengan pemasok membangun
berusaha untuk menangkap tingkat integrasi antara pabrik manufaktur dan
pemasoknya. Konstruksi hubungan berbasis kepercayaan menangkap aspek
informal dalam integrasi antara pembeli dan pemasoknya. Akhirnya, kinerja
operasional didasarkan pada konstruk urutan kedua dan mengukur kinerja
perusahaan fokal (pembeli).

Hasil dari CFA menunjukkan alat ukur memiliki kecocokan yang baik seperti yang
ditunjukan pada tabel 1

Tabel 1. General statisticsfor goodness-of-fit

Tabel 2 menyajikan keandalan konstruk melalui varians diekstraksi dan reliabilitas komposit.
Varian rata-rata yang diekstrak untuk konstruksi semuanya di atas cut-off 0,4. Validitas
konstruk konvergen dinilai melalui pembebanan faktor dari masing-masing item pengukuran
dan konstruk korespondennya. Semua faktor pembebanan di atas 0,50, memberikan bukti
validitas konvergen (Hair et al., 2006) (lihat Tabel 3). Uji perbedaan w2 digunakan untuk
memeriksa validitas diskriminan (Koufteros, 1999). Semua model menunjukkan perbedaan
yang signifikan secara statistik, ketika salah satu skala mereka memiliki korelasi tetap pada 1.
Mengulangi prosedur ini untuk semua pasangan skala dalam instrumen, semua perbedaan
antara solusi tetap dan bebas dalam w2 signifikan (Tabel 4)
Tabel 2. Reliability of the constructs

Tabel 3. Convergent validity


Tabel 4. Results of the confirmatory factor analysis test of discriminant validity

Rungtusanatham et al. (2008) menunjukkan bahwa adalah mungkin untuk menemukan


perbedaan ketika sekelompok konstruk diuji di berbagai sampel. Dua kelompok negara
dianalisis menggunakanpemodelan persamaan struktural: negara-negara barat (Eropa, Brasil
dan Amerika Serikat) dan negara-negara timur (Jepang, Korea Selatan dan Cina). Secara
total, 224 pabrik terletak di negara-negara barat dan 115 di negara-negara timur (Asia). Untuk
mengidentifikasi masalah potensial ini, kami menguji invarian configural.

Tabel 5. Countries and number of plants


seperti yang ditunjukkan pada Tabel 7. Di temukan nilai yang dapat diterima untuk indeks fit,
seperti yang dilaporkan pada Tabel 7, untuk dua sampel. Kedua kasus menunjukkan jumlah
variabel laten yang sama dan pemuatan dekat di setiap item yang terdiri dari variabel laten,
terlepas dari beberapa pengecualian (l31 dan l51). Oleh karena itu, hasilnya menunjukkan
bahwa invarian configural didukung untuk kelompok barat dan Asia (Tabel 6). Tabel 6
menunjukkan koefisien untuk setiap analisis jalur yang diuji dalam model yang diusulkan.

Hasilnya menunjukkan bahwa perencanaan rantai pasokan dan kepercayaan berhubungan


positif, sehingga memberikan dukungan untuk H1. Perencanaan rantai pasokan juga terkait
dengan integrasi dengan pemasok dalam sampel. Hasil ini memberikan dukungan untuk H2.
Di sisi lain, hasil menunjukkan bahwa kepercayaan tidak memberikan dampak signifikan
pada integrasi dengan pemasok. Anehnya, H3 tidak sepenuhnya dikonfirmasi. Akhirnya,
integrasi dengan pemasok memiliki dampak positif yang signifikan terhadap kinerja
operasional. Oleh karena itu, hasil ini memberikan dukungan untuk H4.

Tabel 6. Configural invariance – western countries vs eastern countries


Tabel 7. Path analyses results: regression weights and general statistics for goodness-of-fit

Hasilnya menyoroti pemahaman bahwa perencanaan pasokan dikombinasikan dengan


kepercayaan adalah penggerak potensial untuk integrasi dan kinerja pemasok. Bahkan aspek-
aspek ini tidak dipelajari dalam studi sebelumnya dalam pendekatan terpadu, temuan kami
menunjukkan bahwa mereka saling melengkapi. Dengan mengandalkan informasi yang lebih
akurat dan merinci tindakan perusahaan di masa depan, proses perencanaan pasokan
tampaknya menarik untuk menyoroti kompetensi yang diharapkan dan meningkatkan
integrasi antara perusahaan fokus dan pemasok mereka. Pada saat yang sama, perencanaan
rantai pasokan secara positif terkait dengan hubungan berbasis kepercayaan, bahkan bahwa
aspek kedua ini bukan merupakan anteseden langsung untuk integrasi dengan pemasok dalam
sampel yang dianalisis. Namun demikian keduanya harus hadir untuk integrasi dan untuk
peningkatan kinerja, yaitu, mereka adalah sisi yang berbeda dari koin yang sama.
DAFTAR PUSTAKA

Supply chain planning and trust: two sides of the same coin
Ely Laureano Paiva POI, Fundacao Getulio Vargas – Sao Paulo, Sao Paulo, Brazil
Acar, Y., Kadipasaoglu, S. and Schipperjin, P. (2010), “A decision support framework for
global supply chain modelling: an assessment of the impact of demand, supply and lead-time
uncertainties on performance”, International Journal of Production Research, Vol. 48

Akkermans, H., Bogerd, P. and Van Doremalen, J. (2004), “Travail, transparency and trust: a
case study of computer-supported collaborative supply chain planning in high-tech
electronics”, European Journal of Operational Research

Bellmunt, T.V. and Torres, P.R. (2013), “Integration: attitudes, patterns and practices”,
Supply Chain Management: An International Journal,

Cannon, J.P., Doney, P.M., Mullen, M.R. and Petersen, K.J. (2010), “Building long-term
orientation in buyer – supplier relationships: the moderating role of culture”, Journal of
Operations Management,

Cao, M. and Zhang, Q. (2011), “Supply chain collaboration: impact on collaborative


advantage and firm performance”, Journal of Operations Management

Cheng, J.H., Yeh, C.H. and Tu, C.W. (2008), “Trust and knowledge sharing in green supply
chains”, Supply Chain Management: An International Journal
Chopra, S. and Meindl, P. (2007), Supply Chain Management: Strategy, Planning, and
Operation, 3rd ed., Pearson Prentice Hall, Upper Saddle River, NJ.

Anda mungkin juga menyukai