OLEH KELOMPOK 13
Puji dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melibatkan rahmat
dan hidayat-Nya, sehingga kelompok dapat menyelesaikan makalah kami ini berjudul
“ASKEP PADA AGREGAT DALAM KOMUNITAS KESEHATAN LANSIA RESIKO
JATUH ’ tepat pada waktunya. Makalah ini di susun untuk memenuhi tugas pada mata
kuliah “ KEPERAWATAN KOMUNITAS II”
Penulisan makalah ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini menulis mengucapkan terimakasih kepada
Bapak/Ibu :
1. Perlindungan Purba, SH, MM, Selaku Ketua Yayasan Sari Mutiara Medan.
2. Dr. Ivan Elisabeth Purba, M.Kes, Selaku Rektor Universitas Sari Mutiara
Indonesia.
3. Ns. Taruli Rohana Sinaga, Sp. MKM, Selaku Dekan Fakultas Farmasi Dan
Ilmu Kesehatan Universitas Sari Mutiara Indonesia.
4. Ns. Rinco Siregar, MNS, Selaku Ketua Program Studi Ners Fakultas Farmasi
dan Ilmu Kesehatan sekaligus dosen Pengasuh Mata Kuliah Keperawatan
Komunitas II Universitas Sari Mutiara Indonesia
i
Kelompok
DAFTAR ISI
Cover ..................................................................................................................................
Komunitas Lansia.......................................................................... 6
Daftar Pustaka
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Jatuh sering terjadi atau dialami oleh usia lanjut. Banyak faktor berperan di
dalamnya, baik faktor intrinsic dalam diri lansia tersebut seperti gangguan gaya
berjalan, kelemahan otot ekstremitas bawah, kekakuan sendi, sinkope dan dizzines,
serta faktor ekstrinsik seperti lantai yang licin dan tidak rata, tersandung benda –
benda, penglihatan kurang karena cahaya kurang terang, dan sebagainya.
Jatuh adalah suatu kejadian yang dilaporkan penderita atau saksi mata, yang
melihat kejadian mengakibatkan seseorang mendadak terbaring/terduduk di lantai /
tempat yang lebih rendah dengan atau tanpa kehilangan kesadaran atau luka ( Reuben,
1996 ).
1
dkk (2009) juga menunjukkan bahwa lansia berisiko cedera akibat kecelakaan lalu
lintas 1,37 kali lebih besar daripada anak-anak. Diketahui jumlah korban kecelakaan
lalu lintas di Indonesia pada tahun 2003-2007 mayoritas adalah usia dewasa. Namun
korban kecelakaan lalu lintas usia 51-60 tahun yang di dalamnya terdapat golongan
lansia, jumlahnya meningkat pesat dari tahun sebelumnya. Dapat dikatakan bahwa
golongan usia tersebut masih banyak yang menjadi pengguna jalan raya. Pada usia
51-60 tahun pertumbuhan rata-rata korban kecelakaan lalu lintas mencapai 73,34 %
dan jumlah korbannya lebih banyak dari usia anak-anak (5-15 tahun). Hasil penelitian
Riyadina, dkk (2009) juga menunjukkan bahwa lansia berisiko cedera akibat
kecelakaan lalu lintas 1,37 kali lebih besar daripada anak-anak.
Penatalaksanaan secara umum pada lansia dengan resiko jatuh yaitu untuk
mencegah terjadinya jatuh berulang dan menerapi komplikasi yang terjadi,
mengembalikan fungsi AKS terbaik, mengembalikan kepercayaan diri penderita.
Oleh karena itu penting bagi kita selaku tenaga kesehatan yaitu perawat
komunitas untuk menciptakan keselamatan dan kesehatan bagi lansia, dalam makalah
ini akan dibahas tanggung jawab serta peran serta dari perawat sesuai tugas dan
kewajibannya sehingga diharapkan setelah mempelajari makalah ini kita dapat
memberikan asuhan keperawatan bagi lansia dengan resiko jatuh.
1.2 Tujuan
2
BAB 2
TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi
Menurut Depkes RI (1999), pengertian lansia adalah seseorang yang berusia
60 tahun keatas. Danish Med Bull (1987), mendefinisikan risiko jatuh sebagai suatu
kejadian yang menyebabkan subyek yang sadar menjadi berada dipermukaan tanah
tanpa disengaja. Dimana kita ketahui pada lansia mengalami perubahan secara
fisiologis, seperti pada sistem muskuloskeletal, menurut makhudli (2009) pada sistem
muskuloskeletal pada lansia yang terjadi adalah “tulang kehilangan kepadatannya
(density) dan semakin rapuh, kifosis, persentian membesar dan menjadi kaku, tendon
mengerut dan mengalami sklerosis, atrofi serabut otot sehingga gerak seseorang
menjadi lambat, otot-otot kram dan menjadi tremor”.
Jatuh merupakan suatu ketidakmampuan untuk mempertahankan pusat
gravitasi diantara kedua kaki. Pada lansia kejadian jatuh lazim didahului oleh episoda
instabilitas (sulit berjalan). Kejadian ini adalah pada pasien geriatri yang kerap kali
muncul sebagai manifestasi penyakit akut lain dan juga dilatar-belakangi oleh
perubahan fisiologik akibat proses penuaan. Gejala instabilitas dan jatuh sering terjadi
namun acap kali lepas dari pengamatan dokter bahkan keluarga. Kejadian jatuh
memiliki resiko besar untuk menimbulkan berbagai penyakit yang akan mengancam
kualitas hidup pasien berusia lanjut ini bisa berupa jejas jaringan, nyeri, imobilisasi
maupun fraktur.
2.2 Epidemiologi
Data di klinik layanan terpadu usia lanjut RSUPN CM tahun 2000
menunjukkan angka kejadian instabilitas sebesar 15,53% atau 285 kasus. Di ruang
rawat akut geriatri RSUPN CM, pada tahun 2001 tercatat 15 pasien (dari 146 pasien)
yang dirawat karena instabilitas dan sering jatuh. Di ruangan yang sama pada tahun,
1999, 2000 dan 2001 masing-masing tercatat sebanyak 25 pasien, 31 pasien dan 42
pasien yang dirawat karena fraktur femur akibat jatuh. Data di Amerika menunjukkan
bahwa 35-40% dari penduduk diatas usia 65 tahun pernah mengalami jatuh setiap
tahunnya.
3
2.3 Masalah seputar instabilitas dan jatuh
Selain mengakibatkan berbagai penyulit pada lansia, instabilitas dan jatuh
pada lansia kerap kali membawa gejala yang membawa lansia tersebut ke instalasi
gawat darurat yang dalam pengamatan lebih lanjut ternyata mengidap penyakit lain
sebagai kondisi penyakit primer. Penyakit pada lansia yang sering bermanifestasi
kejadian jatuh antara lain pneumonia, infeksi saluran kencing, IMA, dll.
Gejala instabilitas saja sebenarnya sudah harus diwaspadai dan mengarahkan
untuk menelusuri lebih lanjut kemungkinan penyebab lain. Sayangnya, gejala
instabilitas sering dianggap sebagai keluhan biasa pada warga usia lanjut sehingga
kurang mendapatkan perhatian yang layak sampai terjadi kondisi patologik yang lebih
parah. Pasien atau keluarganya sering tidak menyadari pentingnya keluhan tersebut
sehingga tidak melaporkannya secara aktif. Disinilah pentingnya tenaga kesehatan
secara proaktif menanyakan perihal adanya keluhan instabilitas sebelum berkembang
pada kejadian jatuh
4
plantar. Kelemahan otot quadriceps femoris juga merupakan faktor predisposisi
untuk jatuh karena pasien tak mampu mengangkat tungkainya secara optimal saat
berjalan. Selain itu kejadian jatuh juga bisa diakibatkan oleh penyakit parkinson
serta keadaan postur tubuh lansia.
5
rentan dan rapuh, dan perhatian tentang kematian dan keadaan menjelang ajal,
menjadi beban keluarga dan teman-teman, atau memerlukan institusionalisasi.
Menurut penelitihan, di Amerika terdapat kejadian sekitar 1% kejadian
terjatuh pada lansia mengakibatkan fraktur femure, 25% kejadian jatuh
mengakibatkan kematian, 60% dari kejadian jatuh mengakibatkan imobilisasi.
6
1. JPKM
JPKM yang merupakan salah satu program pokok perawatan kesehatan
masyarakat yang ada di puskesmas sasarannya adalah yang didalamnya ada
keluarga lansia. Perkembangan jumlah keluarga yang terus menerus meningkat
dan banyaknya keluarga yang berisiko tentunya menurut perawat memberikan
pelayanan pada keluarga secara professional. Tuntutan ini tentunya membangun “
Indonesia Sehat 2015” yang salah satu strateginya adalah Jaminan Pemeliharan
Kesehatan Masyarakat (JPKM).
2. Posyandu Lansia
Posyandu lansia adalah pos pelayanan terpadu untuk masyarakat usia
lanjut di suatu wilayah tertentu yang sudah disepakati, yang digerakkan oleh
masyarakat dimana mereka bisa mendapatkan pelayanan kesehatan Posyandu
lansia merupakan pengembangan dari kebijakan pemerintah melalui pelayanan
kesehatan bagi lansia yang penyelenggaraannya melalui program Puskesmas
dengan melibatkan peran serta para lansia, keluarga, tokoh masyarakat dan
organisasi sosial dalam penyelenggaraannya.
7
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
Kasus Semu
Di kelurahan Sidomulyo terdapat lansia (usia >60 tahun) berjumlah 120 orang yang terdiri
dari 50 laki-laki dan 70 perempuan. Kelurahan tersebut terletak di daerah pegunungan, tipe
perumahan mayoritas tidak permanen, jarak antara satu rumah yang satu dengan lainnya
sangat berdekatan dan dinding kayu tidak dicat. Mayoritas penduduk kelurahan Sidomulyo
bekerja sebagai petani. Layanan kesehatan yang ada hanya puskesmas. Transportasi yang
digunakan penduduk adalah transportasi umum.
Asuhan keperawatan lansia risiko jatuh yang dilakukan di Kelurahan Sidomulyo
menggunakan pendekatan proses keperawatan yang meliputi pengkajian status kesehatan
lansia risiko jatuh, perumusan diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
Pemberian asuhan keperawatan melibatkan kader kesehatan, tokoh masyarakat, tim
kesehatan, tokoh agama, kelompok pengajian, pimpinan wilayah setempat.
3.1 Pengkajian
35
30
25 Ungu : perempuan
20
15
Abu-abu : laki-laki
10
0
>60 tahun >70 tahun >80 tahun >90 tahun
8
2.Status perkawinan
97% dari lansia kawin, 3% dari lansia belum kawin.
Hindu, 5, 4%
Kristen, 38,
Islam Kristen Hindu
32% Islam, 77, 64%
Berdasarkan winshield survey dan data dari monografi didapatkan fasilitas ibadah
yang tersedia di wilayah Sidomulyo adalah 4 masjid yang tersebar di 20 RW.
Inspeksi : Tipe perumahan mayoritas tidak permanen, jarak antara satu rumah yang
satu dengan lainnya sangat berdekatan. Dinding kayu tidak dicat, tidak
ada degradasi warna pada anak tangga untuk rumah yang bertingkat, tidak
ada pegangan pada dinding rumah yang digunakan untuk lansia dalam
bermobilisasi. Kebersihan lingkungan terjaga dengan baik, status
kepemilikan sebagian besar rumah sendiri. Tidak ada aktivitas di luar
rumah selain bercocok tanam. Batas wilayah kelurahan Sidomulyo yaitu
sungai C, sawah dan desa lainya
9
Auskultasi : Hasil wawancara dengan kepala desa, ketua RW, tidak ada kegiatan atau
organisasi untuk para lansia. Lansia hanya beraktivitas bercocoktanam
seperti yang dilakukan oleh orang dewasa muda.
Angket :
1. Gangguan Penglihatan 79
2. Gangguan Pengdengaran 32
3. Gangguan Urologi 34
5. Gangguan Mobilisasi 25
Pada tabel di atas disebutkan oleh lansia bahwa riwayat kesehatan lansia pada
Kelurahan Sidomulyo sebagian besar mengalami riwayat jatuh sejumlah 87 orang dan
untuk riwayat jatuh berulang sebanyak 15 orang.
10
Seksualitas:
Laki-Laki 15 35
Perempuan 14 56
Dari jumlah lansia laki-laki dan perempuan, sekitar 80% mengalami menopause
dan sekitar 70% mengalami andropause.
11
mengharapkan untuk para lansia
terdapatnya menuju tempat
fasilitas pelayanan
berupa kesehatan
transportasi
yang dapat
mengantar
lansia ke
pelayanan
kesehatan
12
a. Keamanan : Menurut informasi dari kepala desa sidomulyo, bahwa di keluarhan ini
secara rutin digalakkan kegiatan ronda malam di setiao pos penjagaan masing –
masing RT.
b. Transportasi
Mayoritas penduduk kelurahan Sidomulyo menggunakan transportasi umum, karena
lokasi kelurahan terletak di pegunungan dan jalan setempat curam, yang hanya aktif
beroperasi pada pukul 05.00 pagi sampai 17.00 sore. Tidak ada akses lain selain
angkutan umum dan kondisi jalan yang curam dan berkelok-kelok.
3.1.2.5 Politik dan pemerintahan
Pada subsystem politik dan pemerintahan peran lansia di kelurahan Sidomulyo masih
berpengaruh besar terhadap pengambilan keputusan atau musyawarah desa
3.1.2.6 Komunikasi
1. Formal
Media komunikasi yang digunakan oleh warga kelurahan Sidomulyo untuk
memperoleh informasi mengenai acara kelurahan setempat, resepsi, rapat dan lain
lain menggunakan media berupa surat undangan tertulis.
2. Informal
Pada umumnya masyarakat masih menggunakan fasilitas megaphone mushola
setempat untuk menyiarkan kabar kepada penduduk, seperti kabar adanya rapat
yang akan dilakukan di balai desa, kabar duka, pengajian dll.
3.1.2.7 Pendidikan
Diagram 28 : Karakteristik lansia Berdasarkan Pendidikan di Kelurahan Sidomulyo
bulan April tahun 2013
60
50
40 Tidak Sekolah
30 SR
SMP
20
SMA
10
0
Pria Wanita
13
Pendidikan lansia terbanyak adalah Tidak sekolah sebanyak 97 orang dan yang
bersekolah sampai pada tingkat SMA sebanyak 2 orang
3.1.2.8 Rekreasi
Rekresi yang umunya dilakukan lansiahanya berkebun, mendengarkan radio, dan
menonton televisi. Jarang lansia yang pergi ke pusat kota untuk mengunjungi mal –
mal dan pusat perbelanjaan atau liburan keluarga.
DO: 3. Masyarakat
kurang
1. Dari hasil angket, sebanyak 87 memikirkan
lansia mengalami riwayat jatuh alternatif
dan riwayat jatuh berulang 15 kendaraan lain
orang untuk menjangkau
2. Bangunan rumah yang tidak tempat pelayanan
disesuaikan untuk kondisi lansia kesehatan.
3. Tidak adanya posyandu lansia
di kelurahan Sidomulyo
4. Tidak adanya transportasi yang
melewati tempat pelayanan
kesehatan selain kendaraan
pribadi
14
3.2 Diagnosa Keperawatan komunitas
Intervensi Rasional
1. Menggunakan fasilitas yang ada di Menggunakan sumberdaya yang ada agar
dapat menunjang keseahatan lansia
kelurahan Sidomulyo untuk dijadikan sebagai
tempat posyandu lansia misanya balai desa,
rumah dari perangkat desa atau rumah
penduduk yang mempunyai halaman luas
2. Membentuk dan melatih kader-kader dari Supaya kegiatan dapat berkelanjutan dan
tidak mengandalkan pada petugas kesehatan
warga kelurahan sidomulyo untuk membantu
memperlancar kegiatan posyandu lansia
3. Memberikan pengetahuan kepada keluarga Menambah pengetahuan keluarga yang
yang mempunyai lansia tentang manfaat dari mempunyai lansia untuk mempertahankan
posyandu lansia misalnya untuk menjaga kesehatan para lansia
kebugaran lansia yaitu dengan senam lansia,
memantau kesehatan lansia dengan
mengukur tekanan darah.
15
yang mempunyai lansia agar menyesuaikan mempermudah lansia untuk membedakan
pewarnaan cat rumah dengan kondisi lansia satu tempat dengan tempat yang lainnya .
yaitu warna yang terang dan perbedaan
warna yang mencolok, hindari warna pastel
atau soft misalnya pada tangga rumah,
kamarmandi
6. Mengkoordinir transportasi khusus untuk Mempermudah lansia untuk mengikuti
mempermudah lansia menjangkau pelayanan kegiatan posyandu lansia
kesehatan
16
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Lansia adalah seseorang yang berusia 60 tahun keatas. Sedangkan risiko jatuh
adalah suatu kejadian yang menyebabkan subyek yang sadar menjadi berada
dipermukaan tanah tanpa disengaja. Pada lansia kejadian jatuh lazim didahului oleh
episoda instabilitas (sulit berjalan). Kejadian ini adalah pada pasien geriatri yang
kerap kali muncul sebagai manifestasi penyakit akut lain dan juga dilatar-belakangi
oleh perubahan fisiologik akibat proses penuaan. Peran perawat gerontik yaitu sebagai
care giver atau pemberi asuhan langsung, sebagai pendidik klien lansia, sebagai
motivator, sebagai advokasi, sebagai konselor dengan sifat pelayanan yang
independent, interdependent, dan humanistik. Intervensi asuhan keperawatan pada
lansia dengan resiko jatuh yaitu yang utama memberikan informasi faktor-faktor yang
meningkatkan resiko cedera, rasionalnya yaitu supaya dapat mengantisipasi timbulnya
cedera
.
4.2 Saran
Setelah memahami paparan makalah diatas, seorang perawat komunitas yang
profesional diharapkan mampu melaksanakan asuhan keperawatan gerontik secara
maksimal, terutama masalah KDM lansia yang sering terbengkalai.
17
DAFTAR PUSTAKA
Maryam, R Siti. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatanya. Jakarta: Salemba Medika
Carpenito Moyet,L.J.2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Edisi 10. Jakarta : EGC
Jeffrey B. Halter,dkk.2009.Hazzard's Geriatric Medicine and Gerontology, 6thEdition. USA:
McGraw-Hill Companies
Patricia Gauntlett Beare. RN, Phd. 2007. Gerontological Nursing : A Health Promotion
Protection Approach. Jakarta : EGC
Supartono, Siti Setiati, dkk. 2003. Penatalaksanaan Pasien Geriatri dengan Pendekatan
Interdisiplin. Jakarta : Pusat Informasi dan Penerbitan Bagian Ilmu Penyakit Dalam
Fakultas Kedokteran Indonesia