Anda di halaman 1dari 10

Resume 4

Definisi :
Bandara Udara adalah suatu tempat termasuk fasilitasnya, dimana umum berkumpul
untuk menunggu, naik/turun kapal/ pesawat udara.

Dasar pelaksanaan Penyehatan Lingkungan Bandara Udara adalah Kep. Menkes


288/Menkes/SK/III/2003 tentang Pedoman Penyehatan Sarana dan Bangunan Umum.

Peranan bandara :
 Simpul dalam jaringan transportasi udara
 Pintu gerbang kegiatan perekonomian
 Tempat kegiatan alih moda transportasi
 Pendorong dan penunjang kegiatan industri, perdagangan dan/atau pariwisata
 Pembuka isolasi daerah
 Pengembangan daerah perbatasan
 Penanganan bencana

Klasiifkasi bandara :
 Bandar udara umum yaitu bandar udara yang dipergunakan untuk melayani
kepentingan umum.
 Bandar udara khusus bandar udara yang hanya digunakan untuk melayani
kepentingan sendiri untuk menunjang kegiatan usaha pokoknya.

Berdasarkan rute penerbangan yang dilayani :


 Bandar Udara Domestik adalah bandar udara yang ditetapkan sebagai bandar
udara yang melayani rute penerbangan dalam negeri.
 Bandar Udara Internasional adalah bandar udara yang ditetapkan sebagai
bandar udara yang melayani rute penerbangnan dalam negeri dan rute
penerbangan dari dan ke luar negeri.
Aspek penilaian bandara :
 Tempat parkir
 Tempat sampah
 Pencahayaan
 Ruang tunggu
 Pembuangan kotoran manusia
 Pembuangan air limbah
 Tempat cuci tangan

Bandara wajib amdal : Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 05 Tahun


2012

Eco-Airport
Eco-Airport adalah suatu bandar udara dimana telah dilakukan pengukuran terhadap
seluruh komponan yang dapat atau berpotensi menimbulkan dampak terhadap
lingkungan untuk menciptakan lingkungan yang sehat di bandara dan lingkungannya.

PP RI No 40 tahun 2012 pembanguan dan pelestarian lingkungan hidup

No Jenis Indeks kebisingan Peruntukan kawasan

Kawasan
≥70 – <75 untuk berbagai jenis kegiatan dan atau bangunan
1. TINGKAT I
kecuali untuk jenis bangunan sekolah dan rumah
dB
≥ 75– <80 untuk berbagai jenis kegiatan
2. TINGKAT II
dan/atau bangunan kecuali untuk jenis kegiatan
dB
dan/atau bangunan sekolah, rumah sakit, dan rumah
tinggal
tanah dan ruang udara yang dapat dimanfaatkan
3. TINGKAT III ≥ 80 dB
untuk membangun fasilitas Bandar Udara yang
dilengkapi insulasi suara dan dapat dimanfaatkan
sebagai jalur
hijau atau sarana pengendalian lingkungan dan
pertanian yang tidak mengundang burung

Zona kebisingan di sekitar perawat :


1. Zone A : Daerah dengan tingkatan bising antara 150 dB. Zone ini jangan
dimasuki sama sekali.
2. Zone B : Daerah dengan tingkatan bising antara 135 – 150 dB. Di daerah ini
orang harus berusaha sesingkat mungkin dan harus memakai ear muff.
3. Zone C : Daerah dengan tingkatan bising antara 115 – 135 dB. Semua orang
yang bekerja di sini harus memakai ear muff. Bila hanya sebentar boleh
memakai ear plug.
4. Zone D : Daerah dengan tingkatan bising antara 100 – 115 dB. Mereka yang
bekerja di sini harus mekakai ear plug terus menerus.

Kebisingan pada tenaga kerja di bandara :


Akibat bising yang paling penting adalah menurunnya pendengaran dan dapat terjadi
tuli permanen (sensoric deafness).
dibagi dalam golongan, yaitu :
1. Golongan I : Mereka yang bekerja dekat sekali dengan pesawat (kurang dari 8
meter) selama runs up.
2. Golongan II : Mereka yang relatif dekat (8 – 50 m) pesawat, misalnya maintenance
personnel, starting crew, dan trouble line personnel.
3. Golongan lII : Mereka yang kadang-kadang harus bekerja tidak jauh dari pesawat
(50 – 120 m), misalnya pramugari darat, personel kargo, dsb.
Untuk mencegah/mengurangi akibat gangguan bising perlu dilakukan Hearing
Conservation Program, dengan cara :
1. Pemeriksaan audiometris secara berkala pada karyawan tersebut di atas.
2. Dilakukan usaha-usaha pencegahannya, di antaranya ialah memakai :
 Helmet : Dipakai bila bekerja dekat sekali dengan pesawat yang run-up.
Diperkirakan sebagian bising diserap oleh tulang-tulang kepala, jadi perlu
helmet.
 Ear muff : Dibuat dari plastik atau karet dengan ukuran small, medium dan
large.
 Golongan I memakai helmet dan ear plug.
 Golongan II memakai ear muff.
 Golongan III cukup memakai ear plug.

Syarat higience sanitasi makanan :


 Makanan dan minuman harus dalam keadaan segar dan bersih,
 Penyajiannya terhindar dari pengotoran lalat dan serangga lainnya.
 Tersedianya tempat penampungan sampah sementara yang tertutup, kedap air
dengan jumlah yang cukup.
 Air yang digunakan harus memenuhi syarat.
 Karyawan harus memperhatikan kesehatan dan kebersihan dirinya Disekitar
tempat bekerja.
KESEHATAN KELAUTAN DAN MASYARAKAT PESISIR

Secara sosial ekonomi wilayah pesisir dan laut memiliki arti penting
karena:
• Sebagian besar kota (baik propinsi dan kabupaten) terletak di kawasan
pesisir
• Kontribusi sektor kelautan terhadap PDB nasional sekitar 20,06% pada
tahun 1998
• Sekitar 140 juta (60%) penduduk Indonesia hidup di wilayah pesisir

Secara biofisik, wilayah pesisir dan laut Indonesia memiliki arti penting karena:
 Indonesia memiliki garis pantai terpanjang di dunia setelah kanada
 Sekitar 75 % dari wilayahnya merupakan wilayah perairan
 Negara kepulauan terbesar di dunia dengan jumlah pulau sekitar 17.508
 SDA yang terdiri atas potensi renewable resources seperti perikanan,
ekosisten mangrove, ekosistem terumbu karang, maupun non renewable
resources seperti migas, mineral atau bahan tambang lainnya serta jasa-jasa
lingkingan (environmental services), seperti industri maritim dan jasa
transportasi.

DEMOGRAFI MASYARAKAT PESISIR


1. Aspek Ekonomi
Mata pencaharian  Nelayan  pendapatan daerah rendah
2. Tingkat pendidikan : rata-rata SD
3. Lingkungan pemukiman : terkesan kumuh.

Masalah Kesehatan Pesisir


• Perlindungan untuk kesehatan kerjanya,
• Layanan kesehatan puskesmas / PUSTU / posyandu
• pola hidup tidak sehat dan daya tahan tubuh yang lemah
MASALAH KESEHATAN PENYELAMAN

1. MASALAH SDM PENYELAM


• TINGKAT PENDIDIKAN DASAR KURANG MEMADAI
• PENGETAHUAN & KETRAMPILAN KERJA PENYELAMAN KURANG
MEMADAI

2. MASALAH PERANGKAT LUNAK KESEHATAN PENYELAMAN


& HIPERBARIK
 BELUM ADANYA PETUNJUK TEKNIS KESEHATAN
PENYELAMAN & HIPERBARIK
 BELUM ADANYA PERANGKAT HUKUM YANG
MELINDUNGI TENAGA KERJA PENYELAM &
HIPERBARIK

3. MASALAH INFRASTRUKTUR KESEHATAN PENYELAMAN &


HIPERBARIK
 MASIH KURANGNYA FASILITAS RUJUKAN
KESEHATAN PENYELAMAN & HIPERBARIK
 BELUM DIMILIKINYA PERALATAN MONOPLACE
CHAMBER SBG ALAT PENGOBATAN DITEMPAT DAN
TRANSPORTASI

4. UNDANG-UNDANG NO.23 TAHUN 1992 :


DEPARTEMEN KESEHATAN SBG PEMBINA KES.MATRA NAS.

5. Upaya yang tealh dilakukan :


 Kesepakatan bersama depkes dengan TNI-AL
 Dilengkapi faskes hiperbarik (dibeberapa RSU )
 Pelatihan bagi medis paramedis dan kepala puskesmas
 Penyelesaian perangkat lunak, PERMENKES matra , konsep
jejaring penyelaman dan hiperbarik.
 Pendidikan S2 kedokteran penyelaman hiperbarik dan
manajemen kelautan.

PEMERIKSAAN KESEHATAN CALON PENYELAM

 Penyiapan kesehatan
 Penyiapan fisik
 Penyiapan ketrampilan

PERSYARATAN UMUR

Tidak ada batas maksimun umur


bagi calon penyelam sport atau rekreasi,
Umur Optimum antara 20-35 tahun.
Tidak kurang dari umur 16 tahun
[CMAS ,Word Federation for Underwater Activity]
Calon penyelam angkatan laut, komersial,
pelatihan dilakukan tidak kurang
dari umur 18 tahun dan tidak melebihi
dari umur 30 tahun.

Riwayat Ganguan Kesehatan Katagori Diskualifikasi Mutlak

Asthma (except chilhood)

Chronic cystic, Obstructive or

Restrictive pulmonary disease;

Chronic Bronchitis
Spontaneous Pneumothorax

Seizure Disorders or Frequent Syncope

Diabetes Requiring Insulin; Hypoglicemic Episode

Central Nervous System Disease of any kind,

Including Vascular Insufficiency

Closed Head or Spinal Cord Injury with sequelae;

Craniotomy; Depressed Skull Fracture

Chronic Perforation of Tympanic Membrane

Middle Ear Surgery with Placement of Protheses

Chronic Serous Otitic Media or Otitis Media

Chronic Sinusitis

Riwayat Ganguan Kesehatan Katagori Diskualifikasi Mutlak

Severe Speech Impediment

Sickle Cell Trait Anemia

Angina Pectoris or Myocardial Infarction

Cardiac Arrhythmia except

occasional Premature Ventricular Contraction

Wolff-Parkinson-White Syndrome

Valvular Heart disease


Congestive Heart Failure; Cardiomyopathy;

Intracardial Shunt

Aseptic Bone Necrosis

Color Blindness

Claustrophobia;Suicidal Tendency

Myasthenia Gravis;Periodic Paralysis

PEMERIKSAAN FISIK

1.PEMERIKSAAN FISIK;

• PARU

• JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH

• THT

• NEUROLOGI

2.FOTO RONTGEN

• SURVEY TULANG PANJANG

3.LABORATORIUM

4.TEST KOMPRESI

Anda mungkin juga menyukai