PENDAHULUAN
1
inginkan. Hal ini sangat mengecewakan dan membingungkan pasien dan pemberi asuhan.
oleh karena itu, perawat perlu menciptakan komunikasi yang mudah. (Wahjudi Nugroho,
2008)
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
3
penyakit yang dapat menyebabkan kematian misalnya pada sistem kardiovaskuler dan
pembuluh darah, pernafasan, pencernaan, endokrindan lain sebagainya.
Hal tersebut disebabkan seiring meningkatnya usia sehingga terjadi perubahan dalam
struktur dan fungsi sel, jaringan, serta sistem organ. Perubahan tersebut pada umumnya
mengaruh pada kemunduran kesehatan fisik dan psikis yang pada akhirnya akan berpengaruh
pada ekonomi dan sosial lansia. Sehingga secara umum akan berpengaruh pada activity of
daily living(Fatmah, 2010)
4
perhatikan adalah adanya suasana saling menghormati, saling menghargai, saling percaya,
dan terbuka.
Komunikasi verbal dan nonverbal adalah bentuk komunikasi yang harus saling
mendukung satu sama lain. Seperti halnya komunikasi pada anak-anak, perilaku nonverbal
sama pentingnya pada orang dewasa dan juga lansia. Ekspresi wajah, gerakan tubuh dan nada
suara memberi tanda tentang status emosional dari orang dewasa dan lansia. “Lansia
memiliki pengetahuan, pengalaman, sikap, dan ketrampilan yang menetap dan sukar untuk
dirubah dalam waktu singkat.”“Memberi motivasi dan memberdayakan
pengetahuan/pengalaman dan sikap yang sudah dimiliki adalah hal yang penting untuk
melakukan komunikasi dengan lansia”
5
usia merasa puas. Perawat harus selalu memegang prinsip “Triple S”, yaitu sabar,
simpatik, dan service. Bila perawat ingin mengubah tingkah laku dan pandangan
mereka terhadap kesehatan, perawat bisa melakukannya secara perlahan dan bertahap,
perawat harus dapat mendukung mental mereka kearah pemuasan pribadi sehingga
seluruh pengalaman yang dilaluinya tidak menambah beban, bila perlu diusahakan
agar dimasa lanjut usia ini mereka dapat merasa puas dan bahagia.
3. Pendekatan Sosial
Mengadakan diskusi, tukar pikiran, dan bercerita merupakan salah satu upaya
perawat dalam pendekatan sosial. Memberi kesempatan untuk berkumpul bersama
dengan sesama klien lanjut usia berarti menciptakan sosialisasi mereka. Pendekatan
sosial ini merupakan suatu pegangan bagi perawat bahwa orang yang dihadapinya
adalah makhluk sosial yang membutuhkan orang lain. Dalam pelaksanaannya,
perawat dapat menciptakan hubungan sosial antara lanjut usia dan lanjut usia maupun
lanjut usia dan perawat sendiri. Para lanjut usia perlu dirangsang untuk mengetahui
dunia luar, seperti menonton tv, mendengar radio, atau membaca majalah dan surat
kabar. Dapat disadari bahwa pendekatan komunikasi dalam perawatan tidak kalah
pentingnya dengan upaya pengobatan medis dalam proses penyembuhan atau
ketenangan para pasien lanjut usia.
4. Pendekatan Spiritual
Perawat harus bisa memberikan ketenangan dan kepuasan batin dalam
hubungannya dengan Tuhan atau agama yang dianutnya, terutama bila pasien lanjut
usia dalam keadaan sakit atau mendekati kematian. Sehubungan dengan pendekatan
spiritual bagi pasien lanjut usia yang menghadapi kematian, Dr. Tony Setyabudhi
mengemukakan bahwa maut seringkali menggugah rasa takut. Rasa takut semacam
ini didasari oleh berbagai macam faktor, seperti tidakpastian akan pengalaman
selanjutnya, adanya rasa sakit atau penderitaan yang sering menyertainya, kegelisahan
untuk tidak kumpul lagi dengan keluarga atau lingkungan sekitarnya. Adapun 4
(empat) keharusan yang harus dimiliki oleh seorang perawat, yaitu pengetahuan,
ketulusan, semangat dan praktik. Dalam usaha berkomunikasi dengan baik, seorang
perawat harus mempunyai pengetahuan yang cukup, sehingga memudahkan dalam
melaksanakan tugasnya setiap hari. Untuk ketulusan, jika seseorang telah
memutuskan sebagai perawat harus dapat dipastikan mempunyai ketulusan yang
mendalam bagi para pasiennya siapa pun itu. Semangat serta pantang menyerah harus
selalu dikobarkan setiap harinya agar para pasiennya selalu ikut bersemangat pada
6
akhirnya terutama bagi para pasien lansia yang terkadang suka merasa dirinya
“terbuang” dan “sakit karena tua”. Sedangkan untuk praktiknya, seorang perawat
harus dapat berbicara komunikatif dengan para pasiennya, sehingga tidak saja hanya
jago dalam teori namun praktiknya pun harus bisa melakukan dengan baik dan benar.
Meskipun batasan usia sangat beragam untuk menggolongkan lansia namun perubahan-
perubahan akibat dari usai tersebut telah dapat di identifikasi, misalnya perubahan pada
aspekfisik berupa perubahan neurologi dan sensorik, perubahan visual, dan perubahan
pendengaran. Perubahan-perubahan tersebut dapat menghambat proses penerimaan dan
interprestasiterhadap maksud komunikasi. Perubahan ini juga menyebabkan klien lansia
7
mengalamikesulitan dalam berkomunikasi. Belum lagi perubahan kognetif yang berpengaruh
padatingkat intelegensi, kemampuan belajar, daya memori dan motivasi klien.
Perubahan emosi yang sering terlihat adalah berupa reaksi penolakan terhadap
kondisiyang terjadi. Gejala-gejala penolakan tersebut misalnya:
a) Tidak percaya terhadap diagnose, gejala, perkembangan serta keterangan yang di berikan
petugas kesehatan
b) Mengubah keterangan yang di berikan sedemikian rupa, sehinga di terima keliru
c) Menolak membicarakan perawatanya di rumah sakit
d) Menolak ikut serta dalam perawatan dirinya secara umum khususnya tindakan
yangmengikut sertakan dirinya
e) Menolak nasehat-nasehat misalnya, istirahat baring, berganti posisi tidur, terutama
bilanasehat tersebut demi kenyamanan klien
8
mempunyai batasan, akan tetapi dibidang geriatric hal tersebut berdasar pada
keadaan,apakah penderita dapat membuat putusan secara mendiri/bebas.
4) Keadilan, yaitu prinsip pelayanan geriatrik harus memberikan perlakuan yang sama bagi
semua penderita. Kewajiban untuk memperlakukan seorang penderita secara wajar dan
tidak mengadakan perbedaan atas dasar karakteristik yang tidak relevan.
9
terhadap sesuatu yang asing atau sebagai penampung masalah-masalah yang
pribadi dan sebagai sahabat yang akrab bagi klien.
c) Pendekatan social
Pendekatan ini di lakukan untuk meningkatkan keterampilan berinteraksi
dalamlingkungan. Mengadakan diskusi, tukar pikiran, bercerita, bermain, atau
mengadakankegiatan-kegiatan kelompok merupakan implementasi dari
pendekatan ini agar klien dapat berinteraksi dengan sesama klien maupun dengan
petugas kesehatan.
d) Pendekatan spiritual
Perawat harus bisa memberikan kepuasan batin dalam hubunganya dengan
Tuhanatau agama yang dianutnya terutama ketika klien dalam keadaan sakit.
10
Sayangnya hal seperti ini sering disalahartikan oleh lansia sebagai bentuk
penghinaan dengan membentak. Disinilah berbagai masalah baru muncul, maka
dari itu sangat dibutuhkan pengertian dan pemahaman yang baik oleh lawan
bicara terhadap kondisi lansia agar komunikasi yang efektif dapat berjalan
dengan baik dan lancar.
e. Stress
Hal lain yang menjadi hambatan dalam komunikasi dengan lansia adalah depresi
atau tingkat stres yang dialami oleh lansia.
Lansia sangat mudah diserang oleh stres, baik akibat kondisi fisik yang ia alami,
maupun faktor lainnya.Jika seorang lansia sudah menderita stres, maka ia akan
selalu mudah marah dan tidak mau mendengar apapun yang dikatakan oleh orang
lain. Kondisi ini hanya bisa diperbaiki jika sumber dari beban pikirannya telah
diatasi.
f. Mempermalukan orang lain di depan umum
Faktor penghambat komunikasi dengan lansia yang satu ini merupakan salah satu
hal yang banyak dihadapi oleh orang yang berkomunikasi dengan lansia. Lansia
yang selalu merasa benar dan tahu segalanya biasanya juga akan mempermalukan
orang lain di depan umum.
Hal ini sering dilakukan untuk menutupi kekurangan yang terdapat dalam diri
mereka sendiri. Jika sudah terjadi, maka biasanya komunikasi akan langsung
berhenti dan tidak lagi dilanjutkan karena lawan bicara sudah merasa tidak
nyaman. Meskipun begitu, kebanyakan lansia menyadari perbuatan mereka ini
dan tidak merasa melakukan kesalahan dalam komunikasi yang dilakukan.
g. Tertidur
Beberapa lansia mengalami masalah dengan sistem saraf mereka sehingga banyak
dari mereka yang mungkin akan tertidur ketika diajak berbicara.
Kelelahan yang amat sangat akan membuat mereka yang tadinya begitu
bersemangat dalam berbicara, tiba-tiba tertidur dan tidak mengetahui apapun
ketika bangun. Hal ini lebih banyak terjadi pada lansia yang memiliki riwayat
penyakit demensia atau Alzheimer. Lansia dengan riwayat penyakit tersebut
biasanya lebih mudah tertidur, bahkan ketika sedang makan sekalipun.
h. Lupa
Lupa adalah salah satu ciri dari seorang lansia. Kebanyakan lansia akan berkali-
kali menanyakan hal yang sama meskipun sudah dijawab berulang kali.
Jika lawan bicaranya tidak sabar, maka komunikasi yang terjadi pun menjadi tidak
lancar. Menjadi sebuah kewajaran dimana lansia menjadi sangat pelupa, sehingga
sangat dibutuhkan pengertian dan kesabaran dari lawan bicara dalam menghadapi
lansia.
i. Gangguan penglihatan
Komunikasi pada lansia juga sering terkendala akibat adanya gangguan
penglihatan pada lansia. Gangguan penglihatan yang terjadi bisa berupa rabun
jauh, dekat, atau bahkan sulit melihat.
Beberapa bahasa yang menggunakan bahasa tubuh mungkin tidak akan terlalu
dimengerti jika lansia dalam kondisi seperti ini, maka dari itu diperlukan
11
pengetahuan yang cukup mengenai kondisi lansia yang diajak berkomunikasi
sehingga lawan bicara mengerti apa yang dibutuhkan lansia agar komunikasi
berjalan lancar.
Gangguan penglihatan yang dialami lansia dapat diatasi dengan memberikan
kacamata yang sesuai dengan kondisi matanya. Dengan bantuan alat, maka lansia
akan lebih memahami bahasa tubuh atau komunikasi yang non verbal yang
digunakan oleh lawan bicaranya.
j. Lebih banyak diam
Lansia yang diajak melakukan komunikasi namun lebih banyak diam biasanya
merupakan jenis lansia yang pasif. Lansia dengan kondisi seperti ini akan
menyerahkan setiap topik dan keputusan dalam sebuah komunikasi pada lawan
bicaranya.
Mereka juga akan sulit untuk dimintai pendapat karena lebih banyak mengiyakan
dan mengikuti apa yang dipikirkan oleh lawan bicara.
Bagi kebanyakan orang, lansia adalah pribadi yang cerewet yang dihindari untuk
diajak bicara. Beberapa lansia memang terkesan sangat cerewet.
Hal ini tidak terlepas dari pemikiran mereka untuk selalu menasehati orang yang
lebih muda. Keinginan untuk selalu berbicara juga tidak terlepas dari rasa
kesepian dan kebosanan yang mereka rasakan.
Salah satu cara mengatasi sifat cerewet yang banyak dihindari lawan bicara ini
adalah dengan berusaha menjadi pendengar yang baik. Dengan melihat sikap
lawan bicaranya yang menghargai apa yang ia katakan, maka ia pun akan ikut
memberikan kesempatan pada lawan bicaranya untuk berbicara.
k. Mudah marah
Lansia identik dengan berbagai macam penyakit dan komplikasi. Rasa sakit yang
dirasakan tentu saja akan membuatnya tidak nyaman dan menjadi mudah marah,
bahkan meskipun tidak ada penyebabnya.Rasa mudah marah ini membuat banyak
orang menjadi malas untuk melakukan cara berkomunikasi dengan baik dengan
lansia karena akan selalu disalahkan atas segala sesuatu yang ada.
12
7. Perawat tidak boleh berasumsi bahwa pasien memahami tujuan dari wawancara
pengkajian
8. Perawat harus memperhatikan respon pasien dengan mendengarkan dengan cermat
dan tetap mengobservasi
9. Tempat wawancarai diharuskan tidak pada tempat yang baru dan asing bagi pasien
10. Lingkungan harus dibuat nyaman dan kursi harus di buat senyaman mungkin
11. Lingkungan harus dimodifikasi sesuai dengan kondisi lansia yang sensitif terhadap
suara berfrekuensi tinggi atau perubahan kemampuan penglihatan
12. Perawat harus mengkonsultasikan hasil wawancara kepada keluarga pasien atau orang
lain yang sangat mengenal pasien
13. Memperhatikan kondisi fisik pasien pada waktu wawancara
13
mendengar dari biasanya sehingga ada baiknya kita menggunakan suara yang lantang
dan jelas.
14
6. Hambatan pada pribadi
Seperti penurunan sensoris, ketidaknyamanan fisik, efek pengobatan dan kondisi
patologi, gangguan fungsi psikososial, karena depresi atau dimensia, gangguan kontak
dengan realita.
15
BAB III
TINJAUAN KASUS
Skenario I
Seorang pasien laki-laki 75 tahun dirawat di bangsa dalam sebuah rumah sakit
dengann diangnosa stroke. Pasien sering marah kepada keluarga dan perawat karena merasa
tidak diperhatikan. Pasien mengalami penurunan fungsi pendengaran. Perawat mengajak
pasien berkomunikasi dengan bahasa yang sederhana dan jelas. Perawat juga menggunakan
sentuhan untuk memperjelas komunikasi yang disampaikan.
Step 1 ( identifikasi kata sulit )
1. Bangsal
2. Stroke
3. Penurunan fungsi pendengaran
4. Komunikasi
Jawaban :
1. Bangsa adalah ruang rawat inap pasien di rumah sakit
2. Stroke adalah kondisi yang terjadi ketika pasokan darah ke otak terganggu atau
berkurang akibat penyumbatan atau pecahnya pembuluh darah. Tanpa darah , otak
tidak akan mendapatkan asupan oksigen dan nutrisi, sehingga sel-sel pada sebagian
area otak akan mati.
3. Penurunan fungsi pendengaran adalah salah satu gangguan kesehatan yang umumnya
disebebkan oleh faktor usia atau karena sering terpapar suara yang nyaring atau keras.
4. Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi baik itu pesan, ide, maupun
gagasan dari satu pihak kepada pihak lainnya .
Step 2 ( identifikasi masalah)
1. Bagaimana contoh komunikasi terapeutik pada klien ?
2. Komunikasi apakah yang diberikan oleh klien pada kasus ?
3. Bagaimana cara perawat mengkaji pasien , apakah secara langsung atau tidak ?
4. Jelaskan cara yang tepat untuk berkomunikasi pada pasien yang mudah marah ?
5. Bagaiman teknik komunikasi yang tepat untuk pasien yang mengalami penurunan
fungsi pendengaran ?
6. Apakah hambatan yang disarasakan perawat saat berkomunikasi dengan pasien ?
7. Bagaimana hubungan intrapersonal antara pasien dengan perawat ?
8. Apa komunikasi non verbal yang dapat di lakukan untuk menunjang komunikasi
verbal yang telah dilakukan perawat ?
16
9. Apa yang menyebabkan pasien merasa tidak diperhatikan ?
10. Apa hubungan stroke dengan gangguan fungsi pendengaran ?
11. Mengapa pada lansia sering mengalami perubahan emosi ?
Step 3 ( analisa masalah )
1. Contoh
2. Komunikasi verbal : secara lisan dengan bahasa yang sederhana dan jelas
Komunikasi non verbal : dengan sentuhan
3. Dengan cara anamnesa, anamnesa dibagi menjadi dua yaitu :
Autoanamnesa : anamnesa yang dilakukan secara langsung kepada pasien.
Pasien sendirilah yang menjawab dan menceritakan kondisinya.
Alloanamnesa : anamnesa yang dilakukan dengan orang lain seperti keluarga
pasien atau sahabat pasien guna memperoleh informasi yang tepat tentang
keadaan pasien. Biasanya pada pasien yang tidak sadarkan diri, bayi, dan anak-
anak.
4. Berkomunikas pada pasien mudah marah :
Siaplah untuk menghadapi emosi yang beragam
Tunjukkan empati dan fokus
Hati-hati dalam berbicara
Jangan menghiraukan perasaan mereka / pasien
Berusaha sependapat dengan pasien
Hiburlah mereka / pasien
5. Komunikasi untuk pasien yang mengalami penurunan fungsi pendengaran :
Menggunakan bahasa isyarat
Membaca bibir
Materi tulis
Verbilisasi oleh klien
Memperkeras bunyi
6. Hambatan komunikasi pada kasus :
Pasien mudah marah
Pasien mengalami penurunan fungsi pendengaran
Pasien lansia yang lebih mudah tersinggung
Kondisi fisik pasien
7. Hubungan antara perawat dengan pasien merupakan hal yang sangat penting. Karena
informasi dari pasien sangat membantu para tenaga kesehatan untuk mengambil
17
tindakan selanjutnya. Bahkan hubungan tersebut ada yang terus berlanjut sampai
pasien itu sembuh. Artinya hubungan intrapersonal terjalin tidak hanya di dalam
asuhan keperawatan , tetapi bisa berlangsung di luar asuhan keperawatan.
8. Komunkasi non verbal :
Komunikasi dengan sentuhan
Komunikasi dengan gerakan tubuh
9. Karena stroke menghambat peredaran darah ke otak sehingga suplai darah ke otak
berkurang dan dapat menyebabkan sistem saraf terganggu termasuk saraf yang di ada
di telinga.
18
Step 4 ( mind mapping )
Stroke
Tindakan perawat
Komunikasi terapeutik
pada lansia
19
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Komunikasi terapeutik adalah hubungan kerja sama yang ditandai dengan tukar
menukar perilaku, perasaan, fikiran dan pengalaman dalam membina hubungan intim
terapeutik. Teknik komunikasi yang baik akan memperbaiki outcome pasien lanjut usia dan
caregiver-nya. Bukti mengindikasikan bahwa outcome perawatan kesehatan untuk orang
tuatidak hanya tergantung pada perawatan kebutuhan biomedis tetapi juga tergantung pada
hubungan perawatan yang diciptakan melalui komunikasi yang efektif. Manfaat komunikasi
terapeutik adalah untuk mendorong dan menganjurkan kerja sama antara perawat dan pasien
melalui hubungan perawat dan pasien.
Pendekatan perawatan lansia dalam konteks komunikasi ada pendekatan fisik,
psikologis, social, dan spiritual Teknik komunikasi pada lansia terdiri dari : teknik asertif,
responsif, focus, supportif , klarifikasi, sabar dan ikhlas dan lain-lain. Hambatan
berkomunkasi dengan lansia ada agresif, non-asertif dan sebagainya. Teknik perawatan lansia
pada reaksi penolakan : kenali segera reaksi penolakan klien, orientasikan klien lansia pada
pelaksanan perawatan diri sendiri, libatkan keluarga atau pihak keluarga terdekat dengan
tepat. Hal-hal yang perlu diperhatikan saat berinteraksi pada lansia: menunjukkan rasa hormat
hindari menggunakan istilah yang merendahkan pasien, pertahankan kontak mata dengan
pasien dan lainnya.
Komunikasi antara perawat dan pasien lansia harus berjalan efektif terutama bagi
pasien lansia karena mempunyai pengaruh yang besar terhadap kesehatan dari pasien lansia
tersebut. Komunikasi yang baik dengan pasien adalah kunci keberhasilan untuk masalah
klinisnya. Komunikasi terapeutik merupakan komunikasi yang direncanakan secara sadar,
bertujuan dan dipusatkan untuk kesembuhan pasien. Komunikasi terapeutik mengarah pada
bentuk komunikasi interpersonal yaitu komunikasi antara orang-orang secara tatap muka
yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain sacara langsung, baik
secara verbal dan nonverbal.
4.2 Saran
Bagi perawat harus memahami tentang aplikasi komunikasi terapeutik pada lansia
agar pemeriksaan pasien lansia di rumah sakit berjalan dengan lancar.Komunikasi pada lansia
baiknya dilakukan secara bertahap supaya mudah dalam pemahamannya. Lansia merupakan
kelompok yang sensitive dalam perasaannya oleh sebab itu, saat komunikasi harus berhati-
hati agar tidak menyinggung perasaannya.Besar harapan kami kepada pembaca untuk bias
memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun agar makalah ini menjadi lebih
sempurna.
20
DAFTAR PUSTAKA
21