Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN

“CKD”

Untuk Memenuhi Tugas Profesi Ners Departemen Keperwatan Medikal Bedah

di Ruang 22 RSUD dr. Saiful Anwar Malang

Disusun oleh:

BAYU VIRGIAN SAPUTRA

196410010

PROGRAM STUDI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

INSAN CENDEKIA MEDIKA

JOMBANG

2019
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan ini telah disetujui untuk diajukan sebagai tinjauan teoritis kasus
kelolaan individu Stase Keperawatan Medikal Bedah dengan kasus CKD di ruang 22
RSUD DR. SAIFUL ANWAR MALANG untuk memenuhi tugas individu Program
Studi Profesi Ners STIKES ICME JOMBANG.

Disetujui

Hari :

Tanggal :

Mahasiswa

( )

Mengetahui,

Pembimbing Akademik Pembimbing Ruangan

( ) ( )

Kepala Ruangan

( )
LEMBAR PENGESAHAN

Asuhan Keperawatan ini telah disetujui untuk diajukan sebagai tinjauan teoritis kasus
kelolaan individu Stase Keperawatan Medikal Bedah dengan kasus CKD di ruang 22
RSUD DR. SAIFUL ANWAR MALANG untuk memenuhi tugas individu Program
Studi Profesi Ners STIKES ICME JOMBANG.

Disetujui

Hari :

Tanggal :

Mahasiswa

( )

Mengetahui,

Pembimbing Akademik Pembimbing Ruangan

( ) ( )

Kepala Ruangan

( )
ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN
DENGAN DIAGNOSA MEDIS CKD
DI RUANG 22 RSUD DR. SAIFUL ANWAR MALANG

DEPARTEMEN

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Disusun Oleh:

BAYU VIRGIAN SAPUTRA

196410010

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
INSAN CENDEKIA MEDIKA
JOMBANG
2019
A. DEFINISI

Kegagalan ginjal kronis terjadi bila ginjal sudah tidak mampu

mempertahankan lingkungan internal yang konsisten dengan kehidupan dan

pemulihan fungsi tidak dimulai.Pada kebanyakan individu transisi dari sehat ke

status kronis atau penyakit yang menetap sangat lamban dan menunggu

beberapa tahun. (Barbara C Long, 1996; 368)

Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir (ESRD) merupakan

gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversible dimana kemampuan

tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan

elektrolit,menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam

darah). (Brunner & Suddarth, 2001; 1448)

Kegagalan ginjal kronis terjadi bila ginjal sudah tidak mampu

mempertahankan lingkungan internal yang konsisten dengan kehidupan dan

pemulihan fungsi tidak dimulai.Pada kebanyakan individu transisi dari sehat ke

status kronis atau penyakit yang menetap sangat lamban dan menunggu

beberapa tahun. (Barbara C Long, 1996; 368)

Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir (ESRD) merupakan

gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversible dimana kemampuan

tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan

elektrolit,menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam

darah). (Brunner & Suddarth, 2001; 1448)

B. ANATOMI FISILOGI GINJAL

Ginjal adalah sepasang organ saluran kemih yang terletak di rongga

peritoneal bagian atas.Bentuknya menyerupai kacang dengan sisi cekungnya

menghadap ke medial. Pada sisi ini, terdapat hilus ginjal, yaitu tempat struktur-

sturuktur pembuluh darah, sistem limfatik, sistem saraf, dan ureter menuju dan

meninggalkan ginjal. Besar dan berat ginjal sangat bervariasi tergantung pada

jenis kelamin, umur, serta ada tidaknya ginjal pada sisi lain. Ukuran ginjal rata-

rata adalah 11,5 cm (panjang) x 6 cm (lebar) x 3,5 cm (tebal). Beratnya bervariasi

sekitar 120-170 gram (Aziz dkk.2008).


Ginjal dibungkus oleh jaringan fibrous tipis dan berkilau yang disebut true

capsule (kapsul fibrosa) ginjal dan di luar kapsul ini terdapat jaringan lemak peri

renal.Di sebelah kranial terdapat kelenjar anak ginjal atau glandula

adrenal/suprarenal yang berwarna kuning.Kelenjar adrenal bersama-sama ginjal

dan jaringan lemak perineal dibungkus oleh fasia gerota.Fasia ini berfungsi

sebagai barier yang menghambat meluasnya perdarahan dari parenkim ginjal

serta mencegah ekstravasasi urin pada saat terjadi trauma ginjal. Selain itu, fasia

gerota dapat pula berfungsi sebagai barier dalam menghambat metastasis tumor

ginjal ke organ sekitarnya. Di luar fasia gerota terdapat jaringan lemak

retroperitoneal atau disebut jarinagn lemak pararenal (Aziz dkk. 2008).

Gambar 1. Anatomi Ginjal (Aziz dkk. 2008)

Di sebelah posterior, ginjal dilindungi oleh otot-otot punggung yang

tebal serta tulang rusuk ke XI dan XII, sedangkan di sebelah anterior dilindungi

oleh organ-organ intraperitoneal.Ginjal kanan dikelilingi oleh hepar, kolon, dan

duodenum, sedangkan ginjal kiri dikelilingi oleh lien, lambung, pankreas,

jejunum, dan kolon (Aziz dkk. 2008).Ginjal kanan tingginya sekitar 1 cm di atas

ginjal kiri (Faiz &Moffat 2004).

Secara anatomik ginjal terbagi dalam dua bagian, yaitu korteks dan

medula ginjal.Di dalam korteks terdapat berjuta-juta nefron, sedangkan di dalam

medula banyak terdapat duktuli ginjal.Nefron adalah unit fungsional terkecil dari

ginjal yang terdiri atas glomeruli dan tubuli ginjal. Darah yang membawa sisa-

sisa hasil metabolisme tubuh difiltrasi di dalam glomeruli kemudian di tubuli

ginjal beberapa zat yang masih diperlukan tubuh mengalami reabsorbsi dan zat-
zat hasil sisa metabolisme tubuh disekresi bersama air dalam bentuk urin (Aziz

dkk. 2008).

Gambar 2. Sistem Nefron Ginjal (Aziz dkk. 2008)

Urin yang terbentuk di dalam nefron disalurkan melalui piramida ke

sistem pelvikalises ginjal untuk disalurkan ke dalam ureter.Sistem pelvikalises

ginjal terdiri atas kaliks minor, infundibulum, kaliks mayor, dan pielum/pelvis

renalis.Mukosa sistem pelvikalises terdiri atas epitel transisional dan dindingnya

terdiri otot polos yang mampu berkontraksi untuk mengalirkan urin sampai ureter

(Aziz dkk. 2008).

Ginjal bekerja untuk menyaring darah sebanyak kurang lebih 200 liter

tiap harinya dan juga membuang sisa-sisa metabolisme serta kelebihan cairan tubuh

melalui urin. Selain membuang sisa-sisa metabolisme tubuh melalui urin, ginjal

berfungsi juga dalam:

1. Melakukan kontrol terhadap sekresi hormon-hormon aldostreon dan Anti

Diuretik Hormon (ADH)

2. Mengatur metbolisme ion kalsium dan vitamin D

3. Menghasilkan hormon, antara lain: eritropoetin yang berperan dalam

pembentukan sel darah merah, renin yang berperan dalam pengaturan tekanan

darah, kalsitriol atau vitamin D3 yaitu bentuk aktif dari vitam D yang berfungsi

mengatur tekanan darah dengan cara mengatur keseimbangan kadar kalsium,

dan hormon prostaglandin (Aziz dkk. 2008).

C. KLASIFIKASI
Klasifikasi gagal ginjal kronis berdasarkan derajat (stage) LFG (Laju Filtration

Glomerulus) dimana nilai normalnya adalah 125 ml/min/1,73m2 dengan rumus

Kockroft – Gault sebagai berikut :

Derajat Penjelasan LFG (ml/mn/1.73m2)

1 Kerusakan ginjal dengan LFG normal atau ↑ ≥ 90

2 Kerusakan ginjal dengan LFG ↓ atau ringan 60-89

3 Kerusakan ginjal dengan LFG ↓ atau sedang 30-59

4 Kerusakan ginjal dengan LFG ↓ atau berat 15-29

5 Gagal ginjal < 15 atau dialisis

Sumber : Sudoyo,2006 Buku Ajar Ilmu penyakit Dalam. Jakarta : FKUI

D. ETIOLOGI

Penyebab GGK termasuk glomerulonefritis, infeksi kronis, penyakit vaskuler

(nefrosklerosis), proses obstruksi (kalkuli), penyakit kolagen (luris sutemik), agen

nefrotik (amino glikosida), penyakit endokrin (diabetes). (Doenges, 1999; 626)

Penyebab GGK menurut Price, 1992; 817, dibagi menjadi delapan kelas, antara

lain:

1. Infeksi misalnya pielonefritis kronik

2. Penyakit peradangan misalnya glomerulonephritis

3. Penyakit vaskuler hipertensif misalnya nefrosklerosis benigna, nefrosklerosis

maligna, stenosis arteria renalis

4. Gangguan jaringan penyambung misalnya lupus eritematosus sistemik,

poliarteritis nodosa,sklerosis sistemik progresif

5. Gangguan kongenital dan herediter misalnya penyakit ginjal polikistik,asidosis

tubulus ginjal

6. Penyakit metabolik misalnya DM,gout,hiperparatiroidisme,amyloidosis

7. Nefropati toksik misalnya penyalahgunaan analgesik,nefropati timbal

8. Nefropati obstruktif misalnya saluran kemih bagian atas: kalkuli neoplasma,

fibrosis netroperitoneal. Saluran kemih bagian bawah: hipertropi prostat,

striktur uretra, anomali kongenital pada leher kandung kemih dan uretra.
E. MANIFESTASI KLINIS

Menurut Brunner & Suddart (2002) setiap sistem tubuh pada gagal ginjal kronis

dipengaruhi oleh kondisi uremia, maka pasien akan menunjukkan sejumlah tanda

dan gejala. Keparahan tanda dan gejala bergantung pada bagian dan tingkat

kerusakan ginjal, usia pasien dan kondisi yang mendasari. Tanda dan gejala pasien

gagal ginjal kronis adalah sebagai berikut :

a. Manifestasi kardiovaskuler

Mencakup hipertensi (akibat retensi cairan dan natrium dari aktivasi sistem

renin-angiotensin-aldosteron), pitting edema (kaki,tangan,sakrum), edema

periorbital, Friction rub perikardial, pembesaran vena leher.

b. Manifestasi dermatologi

Warna kulit abu-abu mengkilat, kulit kering, bersisik, pruritus, ekimosis, kuku

tipis dan rapuh, rambut tipis dan kasar.

c. Manifestasi Pulmoner

Krekels, sputum kental dan liat, napas dangkal, pernapasan Kussmaul

d. Manifestasi Gastrointestinal

Napas berbau amonia, ulserasi dan pendarahan pada mulut, anoreksia,

mual,muntah, konstipasi dan diare, pendarahan saluran gastrointestinal

e. Manifestasi Neurologi

Kelemahan dan keletihan, konfusi, disorientasi, kejang, kelemahan tungkai,

panas pada telapak kaki, perubahan perilaku

f. Manifestasi Muskuloskeletal

Kram otot, kekuatan otot hilang, fraktur tulang, foot drop

g. Manifestasi Reproduktif

Amenore dan atrofi testikuler

F. PATOFISIOLOGI

Pada waktu terjadi kegagalan ginjal sebagian nefron (termasuk glomerulus

dan tubulus) diduga utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesa nefron utuh).

Nefron-nefron yang utuh hipertrofi dan memproduksi volume filtrasi yang

meningkat disertai reabsorpsi walaupun dalam keadaan penurunan GFR / daya


saring.Metode adaptif ini memungkinkan ginjal untuk berfungsi sampai ¾ dari

nefron–nefron rusak.Beban bahan yang harus dilarut menjadi lebih besar daripada

yang bisa direabsorpsi berakibat diuresis osmotik disertai poliuri dan

haus.Selanjutnya karena jumlah nefron yang rusak bertambah banyak oliguri

timbul disertai retensi produk sisa.Titik dimana timbulnya gejala-gejala pada

pasien menjadi lebih jelas dan muncul gejala-gejala khas kegagalan ginjal bila

kira-kira fungsi ginjal telah hilang 80% - 90%.Pada tingkat ini fungsi renal yang

demikian nilai kreatinin clearance turun sampai 15 ml/menit atau lebih rendah itu.(

Barbara C Long, 1996, 368)

Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein (yang normalnya

diekskresikan ke dalam urin) tertimbun dalam darah.Terjadi uremia dan

mempengaruhi setiap sistem tubuh. Semakin banyak timbunan produk sampah

maka gejala akan semakin berat. Banyak gejala uremia membaik setelah dialisis.

(Brunner & Suddarth, 2001 : 1448).

Perjalanan umum gagal ginjal progresif dapat dibagi menjadi tiga stadium

yaitu:

a. Stadium 1 (penurunan cadangan ginjal)

Ditandai dengan kreatinin serum dan kadar Blood Ureum Nitrogen (BUN)

normal dan penderita asimtomatik.

b. Stadium 2 (insufisiensi ginjal)

Lebih dari 75% jaringan yang berfungsi telah rusak (Glomerulo filtration Rate

besarnya 25% dari normal). Pada tahap ini Blood Ureum Nitrogen mulai

meningkat diatas normal, kadar kreatinin serum mulai meningklat melabihi

kadar normal, azotemia ringan, timbul nokturia dan poliuri.

c. Stadium 3 (Gagal ginjal stadium akhir / uremia)

Timbul apabila 90% massa nefron telah hancur, nilai glomerulo filtration rate

10% dari normal, kreatinin klirens 5-10 ml permenit atau kurang. Pada tahap

ini kreatinin serum dan kadar blood ureum nitrgen meningkat sangat

mencolok dan timbul oliguri. (Price, 1992: 813-814)


G. PATWAY
H. KOMPLIKASI

Seperti penyakit kronis dan lama lainnya, penderita CKD akan mengalami

beberapa komplikasi. Komplikasi dari CKD menurut Smeltzer dan Bare (2001)

serta Suwitra (2006) antara lain adalah :

1. Hiperkalemi akibat penurunan sekresi asidosis metabolik, kata bolisme, dan

masukan diit berlebih.

2. Perikarditis, efusi perikardial, dan tamponad jantung akibat retensi produk

sampah uremik dan dialisis yang tidak adekuat.

3. Hipertensi akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi sistem renin

angiotensin aldosteron.

4. Anemia akibat penurunan eritropoitin.

5. Penyakit tulang serta klasifikasi metabolik akibat retensi fosfat, kadar kalsium

serum yang rendah, metabolisme vitamin D yang abnormal dan peningkatan

kadar alumunium akibat peningkatan nitrogen dan ion anorganik.

6. Uremia akibat peningkatan kadar uream dalam tubuh.

7. Gagal jantung akibat peningkatan kerja jantung yang berlebihan.

8. Malnutrisi karena anoreksia, mual, dan muntah.

9. Hiperparatiroid, Hiperkalemia, dan Hiperfosfatemia.

I. PEMERIKSAAN PENUNJANG

a. Radiologi

Ditujukan untuk menilai keadaan ginjal dan derajat komplikasi ginjal.

1. Ultrasonografi ginjal digunakan untuk menentukan ukuran ginjal dan

adanya massa kista, obtruksi pada saluran perkemihan bagianatas.

2. Biopsi Ginjal dilakukan secara endoskopik untuk menentukan sel jaringan

untuk diagnosis histologis.

3. Endoskopi ginjal dilakukan untuk menentukan pelvis ginjal.

4. EKG mungkin abnormal menunjukkan ketidakseimbangan elektrolit dan

asam basa.
b. Foto Polos Abdomen

Menilai besar dan bentuk ginjal serta adakah batu atau obstruksi lain.

c. Pielografi Intravena

Menilai sistem pelviokalises dan ureter, beresiko terjadi penurunan faal ginjal

pada usia lanjut, diabetes melitus dan nefropati asam urat.

d. USG

Menilai besar dan bentuk ginjal, tebal parenkin ginjal , anatomi sistem

pelviokalises, dan ureter proksimal, kepadatan parenkim ginjal, anatomi sistem

pelviokalises dan ureter proksimal, kandung kemih dan prostat.

e. Renogram

Menilai fungsi ginjal kanan dan kiri , lokasi gangguan (vaskuler, parenkhim)

serta sisa fungsi ginjal

f. Pemeriksaan Radiologi Jantung

Mencari adanya kardiomegali, efusi perikarditis

g. Pemeriksaan radiologi Tulang

Mencari osteodistrofi (terutama pada falangks /jari) kalsifikasi metatastik

h. Pemeriksaan radiologi Paru

Mencari uremik lung yang disebabkan karena bendungan.

i. Pemeriksaan Pielografi Retrograde

Dilakukan bila dicurigai adanya obstruksi yang reversible

j. EKG

Untuk melihat kemungkinan adanya hipertrofi ventrikel kiri, tanda-tanda

perikarditis, aritmia karena gangguan elektrolit (hiperkalemia)

k. Biopsi Ginjal

dilakukan bila terdapat keraguan dalam diagnostik gagal ginjal kronis atau

perlu untuk mengetahui etiologinya.

l. Pemeriksaan laboratorium menunjang untuk diagnosis gagal ginjal

1) Laju endap darah


2) Urin

Volume : Biasanya kurang dari 400 ml/jam (oliguria atau urine tidak ada

(anuria).

Warna : Secara normal perubahan urine mungkin disebabkan oleh pus /

nanah, bakteri, lemak, partikel koloid,fosfat, sedimen kotor, warna

kecoklatan menunjukkan adanya darah, miglobin, dan porfirin.

Berat Jenis : Kurang dari 1,015 (menetap pada 1,010 menunjukkan

kerusakan ginjal berat).

Osmolalitas : Kurang dari 350 mOsm/kg menunjukkan kerusakan tubular,

amrasio urine / ureum sering 1:1.

3) Ureum dan Kreatinin

Ureum:

Kreatinin: Biasanya meningkat dalam proporsi. Kadar kreatinin 10 mg/dL

diduga tahap akhir (mungkin rendah yaitu 5).

4) Hiponatremia

5) Hiperkalemia

6) Hipokalsemia dan hiperfosfatemia

7) Hipoalbuminemia dan hipokolesterolemia

8) Gula darah tinggi

9) Hipertrigliserida

10) Asidosis metabolik

J. PENATALAKSANAAN MEDIS

Tujuan utama penatalaksanaan pasien GGK adalah untuk mempertahankan

fungsi ginjal yang tersisa dan homeostasis tubuh selama mungkin serta mencegah

atau mengobati komplikasi (Smeltzer, 2001; Rubenstain dkk, 2007).Terapi

konservatif tidak dapat mengobati GGK namun dapat memperlambat progres dari

penyakit ini karena yang dibutuhkan adalah terapi penggantian ginjal baik dengan

dialisis atau transplantasi ginjal.


Lima sasaran dalam manajemen medis GGK meliputi :

1. Untuk memelihara fungsi renal dan menunda dialisis dengan cara mengontrol

proses penyakit melalui kontrol tekanan darah (diet, kontrol berat badan dan

obat-obatan) dan mengurangi intake protein (pembatasan protein, menjaga

intake protein sehari-hari dengan nilai biologik tinggi < 50 gr), dan katabolisme

(menyediakan kalori nonprotein yang adekuat untuk mencegah atau

mengurangi katabolisme)

2. Mengurangi manifestasi ekstra renal seperti pruritus , neurologik, perubahan

hematologi, penyakit kardiovaskuler;

3. Meningkatkan kimiawi tubuh melalui dialisis, obat-obatan dan diet;

4. Mempromosikan kualitas hidup pasien dan anggota keluarga

(Black & Hawks, 2005)

Penatalaksanaan konservatif dihentikan bila pasien sudah memerlukan dialisi

tetap atau transplantasi. Pada tahap ini biasanya GFR sekitar 5-10 ml/mnt. Dialisis

juga diiperlukan bila :

1) Asidosis metabolik yang tidak dapat diatasi dengan obat-obatan

2) Hiperkalemia yang tidak dapat diatasi dengan obat-obatan

3) Overload cairan (edema paru)

4) Ensefalopati uremic, penurunan kesadaran

5) Efusi perikardial

6) Sindrom uremia ( mual,muntah, anoreksia, neuropati) yang memburuk.


Menurut Sunarya, penatalaksanaan dari CKD berdasarkan derajat LFG nya, yaitu:

K. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN

Penatalaksanaan keperawatan pada pasien dengan CKD dibagi tiga yaitu :

1. Konservatif

1) Dilakukan pemeriksaan lab.darah dan urin

2) Observasi balance cairan

3) Observasi adanya odema

4) Batasi cairan yang masuk

2. Dialysis

1) peritoneal dialysis

biasanya dilakukan pada kasus – kasus emergency.

Sedangkan dialysis yang bisa dilakukan dimana saja yang tidak bersifat

akut adalah CAPD (Continues Ambulatori Peritonial Dialysis)

2) Hemodialisis

Yaitu dialisis yang dilakukan melalui tindakan infasif di vena dengan

menggunakan mesin. Pada awalnya hemodiliasis dilakukan melalui

daerah femoralis namun untuk mempermudah maka dilakukan :


3) AV fistule : menggabungkan vena dan arteri

4) Double lumen : langsung pada daerah jantung (vaskularisasi ke jantung

3. Operasi

1) Pengambilan batu

2) transplantasi ginjal
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

DENGAN DIAGNOSA MEDIS CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD)

DI RUANG 22

RSUD DR. SAIFUL ANWAR MALANG

1. PENGKAJIAN

Pengkajian dalam hal ini terdapat beberapa pengkajian yang harus di isi

seperti identitas, pasien tanggal masuk, penangguang jawab pasien, semua itu

harus di isi dengan benar.

2. RIWAYAT KESEHATAN

Riwayat kesehatan merupakan bagian dari salah satu pengkajian dalam hal ini

pasien dikaji seperti keluahan utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat

kesehatan terdahulu, riwayat kesehatan keluarga serta persepsi keluarga

terhadap penyakit dan genogram.

3. POLA FUNGSI KESEHATAN

4. PERSEPSI DAN PEMELIHARAAN KESEHATAN

Dalam hal ini meliputi harapan dirawat di rumah sakit, penegetahuan tentang

penyakit, penegtahuan tentang keamanan, dan keselamatan.

5. NUTRISI DAN METABOLIK

Terdapat jenis diet, panatangan, jumalah porsi, nafsu makan, kesulitan

menelan, jumlah cairan, jenis caiaran

6. AKTIVITAS DAN LATIHAN

Disini terdapat kemampuan perawatan diri pasien seperti makan, minum,

mandi, toileting, berpakaian, berpindah, mobilitas, di tempat tidur, dan alat

bantu.

7. TIDUR DAN ISTIRAHAT

Dalam hal ini terdapat kebiasaan tidur pasien, lama tidur pasien, dan masalah

tidur pasien
8. ELIMINASI

Hal ini terdapat kebiasaan defekasi, pola defekasi, warna feces, kolostomi,

kebiasaan miksi, warna urine, jumlah urine.

9. POLA PERSEPSI DIRI

Terdapat hargadiri pasien, identitas diri pasien, ideal diri pasien, penampilan

koping.

10. SISTEM PERAN

Hal ini terdapat peran pasien saat ini, penampilan pasien, system pendukung,

interaksi dengan orang lain.

11. SEKSUAL DAN REPRODUKSI

Hal ini terdapat frekuensi hubungan seksual pasien, hambatan hubungan

seksual, periode mestruasi.

12. KOGNITIF PERSEPTUAL

Hal ini terdapat keadaan mental, berbicara, kemapuan memahami, ancietas,

pendengaran, penglihatan, nyeri.

13. NILAI DAN KEYAKINAN

Hal ini terdapat agama dan nilai keyakianan yang dianut oleh pasien.

14. PENGKAJIAN FISIK PASIEN

1) Vital sign: tekanan darah, suhu, nadi, respirasi

2) Pemerkasaan fisik

a) Kepala: warna rambut, kualiatas rambut, kulit kepala,bentuk

kepala.

b) Mata: konjungtiva, seclera, kesimetrisan, pengeluaran cairan.

c) Telinga: bentk telinga, kesimetrisan, pengeluaran cairan

d) Hidung dan sinus: pengeluaran cairan, bentuk hidung, warna.

e) Mulut dan tenggorokan: bentuk bibir, mukosa, gigi, lidah,

palatum, faring.

f) Leher: bentuk, warna, posisi trakea, pemeriksaan tiroid, JVP.


g) Thorak: bentuk dada, frekuensi nafas, kedalaman nafas, jenis

pernafasan, retraksi dada, irama nafas, ekspansi paru, vocal

vermitus, nyeri, batas paru,

h) Jantung: ictus cordis, nyeri, batas jantung, suara tambahan.

i) Abdomen: bentk perut warna kulit lingkar perut, bising usus,

masa, acites, nyeri

j) Genetalia: kondisi meatus, kelinan sukrotum, odem vulva.

k) Ektermitas: kekuatan otot, turgor kulit, odem, nyeri, warna

kulit, akral, sianosis, parase, alat bantu.

15. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan penunjang dilakukan setelah pemeriksaan fisik pada penderita,

specimen yang diperoleh dari pasien akan mengalami berbagai macam

pemeriksaan mikroskopik, biokimia, mikrobiologi, mauapun imuno fluo

resensi

16. TERAPI MEDIK

Terapi yang dilakukan guna mengembalikan fungsi tubuh yang mengalami

masalah, biasanya bagi seseorang yang telah menjalankan pengobatan atau

operasi

17. ANALISA DATA

Mengelompokan data-data pasien atau keadaan tertentu pasien dimana pasien

mengalami permasalahan kesehatan atau keperawatan berdasarkan kkriteria

permasalahan.

18. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1) Intoleransi aktivitas b.d ketidaksimbangan atara suplai dan kebutuhan

2) Resiko ketidak efektifan perfusi jaringan perifer b.d kurang pegetahuan

tentang factor pemberat

3) Resiko kerusakan intergritas kulit b.d gangguan pigmentasi


19. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

NO DIAGNOASA KEPERAWATAN NOC NIC

1 Gangguan pertukaran gas Pertukaran gas Manajemen Asam basa


Setalah dilakukan 1). Pertahankan kepatenan
berhubungan dengan suplai o2 pengakjian selama jalan nafas
3x24 jam didapatkan 2) Monitor pola nafas
menurun hasil ; 3) Monitor intake dan output
1) Frekuensi 4) Sediakan nutrisi yang
pernafasan (4) adekuat bagi pasien yang
2) Irama pernafasan mengalami asidosis metabolic
(4) kronik
3) Suara auskultasi
nafas (4)
4) Kepatenan jalan
nafas (4)

Perfusi jaringan perifer Manajemen asam basa


Perfusi jaringan perifer Setalah dilakukan 1. Monitor
berhubungan dengan pengakjian selama kencenderungan Ph
3x24 jam didapatkan ateri, PaCO dan HCO
Hemoglobin menurun hasil ; dalam
1) Kekuatan denyut memeprtimbangkan
nadi karotis kanan ketidakseimabangan
(4) yang terjadi.
2) Kekuatan denyut 2. Monitor pola nafas
nadi karotis kiri (4) 3. Perthankan kepatenan
3) Kekuatan denyut jalan nafas
nadi brakialis kanan 4. Instruksikan pasien
(4) atau keluarga
4) Kekuatan denyut mengenai tindakan
nadi brakialis kiri yang telah disarankan
(4) Kolaborasi dengan tim medis
5) Tekanan darah dalam pemebrian pengobatan
diastolic (4) yang tepat.
6) Tekanan darah
sistolik (4)

Toleransi terhadap Manajeman ernergi


Intoleransi aktivitas b.d aktivitas 1. Monitor intake nutrisi
Setalah dilakukan untuk mengetahu
Ketidakseimbangan antara suplai pengakjian selama sumber energy
3x24 jam didapatkan 2. Kurangi ketidak
dan kebutuhan oksigen hasil ; nyamanan fisik
1) Saturasi pasien yang bisa
oksigen ketika mempengaruhi fungsi
bernafas kongnitif,
2) Frekunsi nadi pemantauan diri dan
ketika diri dan pengaturan
bernafas aktivitas pasien
3) Jarak jalan 3. ajarkan pasien
4) Toleransi mengenai
dalam penegelolahan
menaiki kegiatan dan teknik
tangga manajemen waktu
untuk mencegah
kelelahan.
4. Instruksikan pasien
menegnai kelelahan
Kolaborasii dengan tim medis

mengai cara menigkatkan

energi
20. IMPLEMENTASI

Pelaksanaan rencama keperawatan oleh perawat dan pasien (Riyadi, 2010)

21. EVALUASI

Kegiatan yang harus terus menerus dilakukan untuk menentukan apakah

rencana keperatan efektif dan bagaimana rencana keperawatan dilanjutkan,

merevisi rencana, atau menghentikan rencana keperawatan (Manunung, 2011)

S: berisi data dari pasien melalui anamnesis yang merupakan ungkapan

langsung.

O: berisi data dari observasi melalui pemeriksaan fisik

A: analisis dan interpretasi berdarkan data yang terkumpul dibuat kesimpulan

yang meliputi diagnosis, antisipasi diagnosis atau masalah potensial, serta

perlu dilakukan tindakan selanjutnya

P: perencanaan merupakan rencana dari tindakan yang akan diberikan termasuk

asuhan mandiri, kolaborasi, diagnosis, atau laboratorium, serta konseling

untuk tindak lanjut.


DAFTAR PUSTAKA

Anonim.Dialisis Pada Diabetes

Melitus.http://internis.files.wordpress.com/2011/01/dialisis-pada-diabetes-

melitus.pdf diakses pada tanggal 23 Februari 2014

Anita dkk.Penggunaan Hemodialisis pada Bidang Kesehatan yang Memakai Prinsip

Ilmu Fisika.http://dc128.4shared.com/doc/juzmT0gk/preview.html diakses pada

tanggal 23 Februari 2014

Bakta, I Made & I Ketut Suastika,.Gawat Darurat di Bidang Penyakit Dalam.Jakarta :

EGC. 1999

Black, Joyce M. & Jane Hokanson Hawks.Medical Surgical Nursing Clinical

Management for Positive Outcome Seventh Edition. China : Elsevier inc. 2005

Bulechek, Gloria M., Butcher, Howard K., Dotcherman, Joanne M. Nursing

Intervention Classification (NIC). USA: Mosby Elsevier. 2008.

Herdinan, Heather T. Diagnosis Keperawatan NANDA: Definisi dan Klasifikasi 2012-

2014. Jakarta: EGC. 2012.

Johnson, M. Etal. Nursing Outcome Classification (NOC). USA: Mosby Elsevier.

2008.

Anda mungkin juga menyukai