Anda di halaman 1dari 17

PELAKSANAAN PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA

BERDASARKAN PERMENDAGRI NO. 5 TAHUN 2007 TENTANG

PEDOMAN PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN

(Studi Di Kecamatan Praya Barat)

JURNAL

Oleh:

Muhammadun

D1A114182

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS MATARAM

MATARAM

2018

i
PELAKSANAAN PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA

BERDASARKAN PERMENDAGRI NO. 5 TAHUN 2007 TENTANG

PEDOMAN PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN

(Studi Di Kecamatan Praya Barat)

JURNAL

Oleh:
Muhammadun
D1A114182

Menyetujui
Pembimbing Pertama

Dr. Minollah, SH, MH.


NIP. 196012311988031005

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS MATARAM

MATARAM

2018

ii
PELAKSANAAN PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA
BERDASARKAN PERMENDAGRI NO. 5 TAHUN 2007 TENTANG
PEDOMAN PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN
(Studi Di Kecamatan Praya Barat)

Muhammadun (D1A114182)
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MATARAM

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Pelaksanaan Penataan


Lembaga Kemasyarakatan dan untuk mengetahui apasaja kendala-kendala dalam
pelaksanaan Penataan Lembaga Kemasyarakatan Desa. Jenis penelitian ini ialah
penelitian hukum empiris. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan peraturan perundang undang-undangan, konseptual dan pendekatan
sosiologis. Adapun sumber dan jenis bahan data yang digunakan adalah sumber
kepustakaan dan sumber lapangan. Hasil penelitian ini adalah menunjukkan
bahwa pelaksanaan penataan lembaga kemasyarakatan di Kecamatan Praya Barat
hususnya di tingkat Kabupaten secara aturan belum terlaksana namun dari segi
pelaksanaan di tinggkat Desa sudah terlaksana.
Kata Kunci: Pelaksanaan, Penataan, Lembaga Kemasyarakatan Desa.

IMPLEMENTATION OF VILLAGE COMMUNITY INSTITUTION


INSTITUTIONS BASED ON PERMENDAGRI NO. 5 YEAR 2007
REGARDING GUIDELINES OF COMMUNITY INSTITUTIONAL
INSTITUTIONS (STUDY INWEST PRAYA DISTRICT)

ABSTRACT

The purpose of thisResearch is to know how the Implementation of Structuring


Society Institutions in the District of West Praya and what are the constraints in
the implementation of Structuring Society Institutions in the District Praya Barat.
This type of research is empirical law research. The method used in this research
is the approach of legislation and sociological approach. The sources and types
of legal materials / data used is the source of literature and field resources. The
result of this research is to show that the implementation of social institution
arrangement in Praya Barat Sub-district at the regency level is not implemented
yet, but in terms of content in the village level has been done.
Keywords: Implementation, Setup, Village Community Institution

iii
I. PENDAHULUAN

Desa merupakan bagian wilayah terdasar dari tata pemerintahan yang

dipimpin oleh kepala Desa. Secara historis Desa merupakan cikal bakal

terbentuknya masyarakat politik dan pemerintahan, di Indonesia jauh sebelum

negara dan bangsa ini terbentuk, stuktur sosial sejenis Desa, masyarakat adat dan

lembaga-lembaga lainnya telah menjadi instansi sosial yang mempunyai posisi

yang sangat penting.

Pemberdayaan masyarakat merupakan salah satu upaya untuk

meningkatkan kesejahteraan masyarakat, melalui Lembaga-lembaga yang terdapat

dimasing-masing Desa. Berdasarkan Peraturan Mentri Dalam Negeri No. 5 Tahun

2007, seperti yang tertera dalam Pasal 7 tentang Jenis Lembaga Kemasyarakatan

terdiri dari : (a) Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa (LPMD) (b) Ketahanan

Masyarakat Desa (LKMD) (c) Lembaga Adat (d) Tim Penggerak PKK Desa (e)

RW (f) Karang Taruna.

Jenis-jenis lembaga di atas merupakan wadah yang dibentuk atas prakarsa

masyarakat melalui musyawarah dan mufakat sebagai mitra pemerintah

Desa/Kelurahan dalam mewujudkan aspirasi dan kebutuhan masyarakat.

Keberadaan lembaga kemasyarakatan seperti yang terdapat di atas

dianggap sangat penting karena diharapkan dapat menjadi wadah pembinaan dan

pengembangan serta pemberdayaan dalam upaya mengembangkan potensi-potensi

sumber daya alam selain itu juga dijadikan tempat untuk menggali dan

menyalurkan potensi sumber daya manusia, menjalin kebersamaan, membangun

iv
rasa tanggung jawab dan kepedulian diri sendiri dan masyarakat. Namun realita

yang berkembang di Kecamatan Praya Barat terkait semangat berorganisasi,

gontong royong sudah mulai mengendor selain itu dalam hal merencanakan

pembangunan dan melaksanakan atas apa yang sudah direncana sering kali tidak

terealisasi.

Selain itu dalam rangka penataan lembaga kemasyarakatan pemerintah

Kabupaten/Kota diperintahkan untuk mengatur lebih lanjut mengenai Lembaga

Kemasyarakatan dengan membentuk Peraturan Daerah. Berdasarkan pengamatan

awal berkaitan dengan pengaturan lebih lanjut mengenai Lembaga

Kemasyarakatan, bahwa belum ada Peraturan Daerah yang terbentuk.

Berdasarkan latar belakang di atas penyusun tertarik meneliti terkait

dengan, bagaimana pelaksanaan penataan lembaga kemasyarakatan di Kecamatan

Praya Barat dan bagimana kendala dalam pelaksanaan penataan lembaga

kemasyarakatan di Kecamatan Praya Barat.

Adapun tujuan dari dilaksanakannya penelitian ini antara lain sebagai

berikut, untuk mengetahui pelaksanaan penataan lembaga kemasyarakatan di

Kecamatan Praya Barat dan untuk mengetahui kendala-kendala dalam

pelaksanaan penataan lembaga kemasyarakatan di Kecamatan Praya Barat.

Sedangkan manfaat yang diharapkan dari hasil penelit ini antara lain, yang

pertama secara akademik untuk memenuhi sebagai persyaratan dalam mencapai

derajat serjana strata satu (SI) Program Studi Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum

Universitas Mataram kemudian yang ke dua secara Teoritis sebagai acuan dan

pedoman bagi pembuat kebijakan dalam membuat aturan khususnya dibidang

v
penataan Lembaga dan ketiga secara praktis dapat digunakan sebagai bahan

masukan bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Lombok Tengah dan Pemerintah

Desa selaku pelaksana administrasi pemerintahan.

Penelitian ini merupakan penelitian hukum empiris, yaitu penelitian yang

dilakukan untuk mengkaji pelaksanaan penataan lembaga kemasyarakatan Desa

berdasarkan Peraturan Mentri Dalam Negeri No. 5 Tahun 2007 tentang Pedoman

Penataan Lembaga Kemasyarakatan.

Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu : pertama

pendekatan peraturan perundang-undangan adalah pendekatan yang dilakukan

dengan menelaah suatu peraturan perundang-undangan terutama yang berkaitan

dengan masalah penataan lembaga kemasyarakatan Desa, kedua pendekatan

konseptual adalah suatu pendekatan yang dilakukan dengan mengacu pada

konsep-konsep hukum, yaitu melalui pandangan para sarjana dan doktrin-doktrin

hukum yang berkaitan dengan masalah yang diteliti dan yang ketiga pendekatan

sosiologis adalah suatu pendekatan yang dilakukan dengan cara melihat atau

memperhatikan keberlakuan dan penerapan dari hasil pelaksanaan penatan

lembaga khususnya pelaksanaan penataan lembaga kemasyarakatan Desa di

Kecamatan Praya Barat.

vi
II. PEMBAHASAN

Pelaksanaan Penataan Lembaga Kemasyarakatan di Kecamatan Praya


Barat
“Berlakunya hukum dapat ditilik dari berbagai persepektif, seperti
persepektif filosofis, yuridis (Normatif) dan Sosiologis.Persepektif
filosofis, berlakunya hukum jika sesuai dengan cita-cita hukum.
Persepektif yuridis (normatif) berlakunya hukum jika sesuai dengan
kaidah yang lebih tinggi (demikian teori Stufenbau dari Hans Kelsen), atau
terbentuknya sesuai dengan cara-cara yang ditetapkan (demikian menurut
W. Zevenbergen). Sedangkan berlakunya hukum dari persepektif
sosiologis menurut Purnadi Purbacaraka dan Soerjono Soekanto, intinya
adalah efektipitas hukum”1

Berkaitan dengah ketentuan di atas, peneliti telah wawancara Bapak H.

Mutawalli, Kepala Bagian Hukum Kabupaten Lombok Tengah.

“Bahwa pelaksanaan Penataan Lembaga Kemasyarakatan di Kabupaten


Lombok Tengah khususnya mengenai ketentuan Pasal 31 Ayat (1 dan 2)
di Kabupaten Lombok Tengah belum sepenuhnya terlaksana. Namun, di
kabupaten Lombok Tengah telah di buat Peraturan Bupati Lombok
Tengah No. 47 Tahun 2017 Tentang Pedoman Pembentukan dan Penataan
Lembaga Kemasyarakatan Desa dan Kelurahan yang dalam PERBUB ini
sudah sudah mengatur mengenai : Pembentukan, Struktur Organisasi,
Kepengurusan, Tugas dan Fungsi, Hubungan Kerja, Pembinaan dan
Pendanaan. Poin-poin yang termuat ini sesuai dengan yang diinginkan
oleh PERMENDAGRI.Selain itu telah dibuat PERBUB No. 23 Tahun
2014 Tentang Pedoman Pembentukan Dan atau Penguatan Lembaga Adat
Desa.2
Selain itu peneliti juga mewawancarai Ibu Sri Mulyani Kepala Bidang

Kelembagaan BPMD Kabupaten Lombok Tengah.

“Bahwa pelaksanaan penataan lembaga kemasyarakatan di kabupaten


Lombok Tengah terus kita dorong para kepala desa untuk membuat
Peraturan Desa yang mengatur mengenai pembentukan Lembaga
Kemasyarakatan Desa, karena dalam pembentukannya itu harus diatur

1
Amiruddin dan Zainal Asikin, pengatar Metode Penelitian Hukum, rajawali pers, Jakarta, 2012.
Hal 31
2
Wawancara dengan Bapak H. Mutawalli,Kabag Hukum Kabupaten Lombok Tengah di kantornya
pada Hari Rabu 31 Januari 2018, Pukul 11:00 WIB

vii
dengan peraturan Desa.Terkait pengajuan pembentukan PERDA.
Mengingat pengaturan mengenai Lembaga Kemasyarakatan Desa ini
diperluka segera sedangkan kalau kita menunggu PERDA, itu prosesnya
lama, sehingga dalam penataan Lembaga Kemasyarakatan ini kami
menggunakan PERBUB No. 47 tahun 2017 Tentang Tentang Pedoman
Pembentukan dan Penataan Lembaga Kemasyarakatan Desa. Sedangkan
terkait lembaga adat, mengapa kita dorong untuk dibuatkan PERBUB
terpisah, karena dalam Undang-undang No. 6 Tahun 2014 tentang Desa
terdapat BAB tersendiri mengenai Lembaga Adat yang artinya terpisah
dengan Lembaga Kemasyarakatan Desa”3

Pelaksanaan Penataan Lembaga Kemasyrakatan di Desa Penujak

Mengenai penataan lembaga kemasyarakatan yang tergambar di lokasi

Desa penelitian yang berkaitan dengan pembentukan, pembinaan, pendanaan, dan

penetapan.

Berhubungan dengan ketentuan Pasa l2 Ayat (1, 2 dan 3) di atas, peneliti

telah mewawancara Bapak Kepala Desa Penujak.4

“bahwa di Desa Penujak telah di bentuk Lembaga-lembaga di antaranya:


LKMD, BKD, PKK, Karang Taruna, Lembaga Adat dan RT. Semua
lembaga ini dibentuk berdasarkan musyawaroh bersama masyarakat yang
dipasilitasi oleh Kepala Desa dan BPD. Semua lembaga yang ada telah
dibuatkan SK Kepala Desa.Pembentukannya dilaksanakan di kantor desa
dengan dihadiri oleh masyarakat. Adapun yang menjadi landasan
pembentukannya adalah PERBUB dan PERDES”

Mengenai Hubungan Kerja Lembaga-lembaga kemasyarakatan denga

Desa yang tertera dalam Pasal 21 Ayat (1 dan 2) PERMENDAGRI. Berdasarkan

wawancara dengan Bapak Kepala Desa Penujak.

“hubungan kerja lembaga-lembaga ini dengan desa adalah bermitra,


konsultasi dan kordinasi, jadi setiap mereka mau melakukan kegiatan
mereka berkonsultasi dengan kepala desa”

3
wawancara Ibu Sri Mulyani Kepala Bidang Kelembagaan BPMD Kabupaten Lombok Tengah, di
kantornya pada Hari Rabu 31 Januari 2018, Pukul 11:51 WIB
4
Wawancara Bapak Lalu Dik Jaya Kepala Desa Penujak, di kantornya pada hari selasa 6
Februarii, Pukul 10:54 WIB

viii
Dalam hal pembinaan yang diberikan oleh pemerintah, seperti yang

tertuang dalam PERMENDAGRI No. 5 Tahun 2007 Pasal 23 dan 24, peneliti

telah mewawancarai Bapak Kepala Desa Penujak.

“bahwa pembinaan yang dilakukan oleh pemerintah kabupaten hanya


diberikan kepada ketua dan sekertasis dari lembaga-lembaga ini dan
pelatihannya dilaksanakan di praya”

Mengenai sumber pendanaan Lembaga Kemasyarakatan, peneliti telah

mewawancarai Bapak Lalu Dik Jaya Kepala Desa Penujak.5

“bahwa sumber-sumber pendanaan lembaga-lembaga ini adalah dari dana


Desa itu sendiri, setiap pembahasan anggaran Desa masing-masing
pengurus dari lembaga ini kita ikut sertakan karena disitulah kita
mengetahui berapa total anggaran yang dibutuhkan, namun dari total yang
sudah diajukan oleh masing-masing lembaga tidak harus diterima, karena
kita juga harus melihat program-program lain yang menjadi skala prioritas,
selain pendanaan dari Desa mereka juga mendapatkan dana dari
kabupaten”

Pelaksanaan Penataan Lembaga Kemasyrakatan di Desa Bonder

Berhubungan dengan ketentuan Pasal 2 dan 3 tentang pembentukan,

peneliti telah mewawancara Bapak Lalu Faizi KAUR Pemerintahan Desa

Bonder.6

“bahwa di Desa Bonder telah di bentuk Lembaga-lembaga di antaranya:


LKMD, BKD, PKK, Karang Taruna, Lembaga Adat dan RT. Semua
lembaga ini dibentuk berdasarkan musyawaroh bersama masyarakat yang
dipasilitasi oleh Kepala Desa dan BPD. Semua lembaga yang ada telah
telah dibentuk sudah dibuatkan SK Kepala Desa. Adapun yang menjadi
landasan pembentukannya adalah PERBUB dan PERDES”

Mengenai Hubungan Kerja Lembaga-lembaga kemasyarakatan denga

Desa yang tertera dalam Pasal 21 Ayat (1, 2 dan 3) PERMENDAGRI.

5
Wawancara, Bapak Lalu Dik Jaya Kepala Desa Penujak, di kantornya pada hari selasa 6 Februari,
Pukul 10:54 WITA
6
Wawancara Bapak Lalu FaiziKAUR Pemerintahan Bonder, di kantor Desa Bonder pada hari
selasa 6 Februari, yang dimulai Pukul 10:54 WITA

ix
Berdasarkan wawancara dengan Bapak Lalu Darma KAUR Bidang Pemerintahan

Desa Bonder.

“terkait hubungan kerja Lembaga Kemasyarakatan Desa dengan


Lembaga-lembaga yang ada iala bermitra, konsultasi dan kordinasi, jadi
setip mereka mau melakukan kegiatan mereka berkonsultasi dengan
kepala desa dan sekertaris desa, tetapi yang berkaitan dengan keuangan
maka diarahkan ke bendahara”

Dalam hal pembinaan yang diberikan oleh pemerintah, seperti yang

tertuang dalam PERMENDAGRI No. 5 Tahun 2007 Pasal 23 dan 24, peneliti

telah mewawancarai Bapak Lalu Faizi KAUR Pemerintahan Bonder.7

“dalam hal pembinaan yang diberikan oleh perintah kabupaten terhadap


pengurus lembaga-lembaga yang ada, memang pemerintah sudah
memberikan pelatihan, namun pelatihan itu tidak untuk semua pengurus
tetapi hanya perwakilan-perwakilan”

Terkait dengan sumber pendanaan Lembaga Kemasyarakatan, peneliti

telah melakukan wawancara dengan Bapak Lalu Faizi KAUR Pemerintahan

Bonder.

“bahwa sumber-sumber pendanaan lembaga ini ada yang dari APBDes


setiap pembahasan anggaran desa masing-masing pengurus dari lembaga ini kita
ikut sertakan, selain pendanaan dari desa mereka juga mendapatkan dana dari
kabupaten”

Pelaksanaan Penataan Lembaga Kemasyrakatan di Desa Mangkung

Pelaksanaan atas PERMENDAGRI No 5 Tahun 2007, terkait Pasal 2 Ayat

(1, 2 dan 3) di Desa Mangkung, peneliti telah melakukan wawancara

denaganaBapak Lalu Darma KAUR Bidang Pemerintahan Desa Mangkung.8

“bahwa di Desa Mangkung sebelum terbitnya Undang-undang No 6 Tahun


2014 Tentang Desa telah ada Lembaga-lembaga di antaranya: LKMD,

7
Wawancara Bapak Lalu Faizi KAUR Pemerintahan Bonder, di kantor Desa Bonder pada hari
selasa 30 Januari, yang dimulai Pukul 08:40 WITA
8
wawancara denagana Bapak Lalu Darma KAUR Bidang Pemerintahan Desa Mangkung di
kantornya pada hari Rabu 7 Februari, yang dimulai pada Pukul 10:15 WITA

x
BKD, PKK, Karang Taruna, Lembaga Adat dan RT. Semua lembaga ini
dibentuk berdasarkan keinginan masyarakat serta persetujuan Desa yang
cara pembentukannya melalui musyawaroh bersama masyarakat yang
dipasilitasi oleh Kepala Desa dan BPD. Semua lembaga yang ada telah
dibuatkan SK Kepala Desa. Adapun yang menjadi PERDES”
Mengenai Hubungan Kerja Lembaga-lembaga kemasyarakatan denga

Desa yang tertera dalam Pasal 21 Ayat (1, 2 dan 3) PERMENDAGRI.

Berdasarkan wawancara dengan BapakLalu Darma KAUR Bidang Pemerintahan

Desa Mangkung.

“desa dengan lembaga-lembaga yang ada tidak bias terpisahkan karena


lembaga-lembaga ini menjadi penyambung tangan kepala desa dalam
melaksanakan program-program yang sudah direncanakan selain itu
lembaga-lembaga ini juga memiliki program-program tersendiri yang akan
mereka laksanakan tentu program yang berkaitan langsung dengan
kepentingan masyarakat. Adapun hubungan kerja lembaga-lembaga ini
dengan desa adalah bermitra, konsultasi dan kordinasi, jadi setip mereka
mau melakukan kegiatan mereka berkonsultasi berhubungan langsung
dengan kepala desa dan bertanggungjawab kepada Kepala Desa”

Dalam hal pembinaan yang diberikan oleh pemerintah, seperti yang

tertuang dalam PERMENDAGRI No. 5 Tahun 2007 Pasal 23 dan 24, peneliti

telah mewawancarai Bapak Lalu Darma KAUR Bidang Pemerintahan Desa

Mangkung.

“bahwa pelaksanaan pembinaan yang dilakukan oleh pemerintah


kabupaten dan kecamatan hanya diberikan kepada pengurus inti saja dan
itupun dilaksanakan di praya”

Dalam hal pendanaan yang diberikan oleh pemerintah, seperti yang

tertuang dalam Pasal 28 dan 29, penyusun telah mewawancarai Bapak Lalu

Darma KAUR Bidang Pemerintahan Desa Mangkung.9

“bahwa sumber-sumber pendanaan lembaga-lembaga ini adalah dari dana


desa itu sendiri, setiap pembahasan anggaran desa masing-masing

9
wawancara denagana Bapak Lalu Darma KAUR Bidang Pemerintahan Desa Mangkung di
kantornya pada hari Rabu 7 Februari, yang dimulai pada Pukul 10:15 WITA

xi
pengurus dari lembaga ini kita ikut sertakan karena disitulah kita
mengetahui berapa total anggaran yang dibutuhkan, namun dari total yang
sudah diajukan oleh masing-masing lembaga tidak harus diterima, karena
kita juga harus melihat program-program lain yang menjadi skala prioritas,
selain pendanaan dari desa mereka juga mendapatkan dana dari
kabupaten”

Pelaksanaan Penataan Lembaga Kemasyrakatan di Desa Banyu Urip

Terkait ketentuan Pasal (1, 2 dan 3) di atas, penyusun telah mewawancarai

Bapak Miatim Kasi Pemerintahan Desa Banyu Urip.10

“bahwa di Desa Banyu Urip telah di bentuk Lembaga-lembaga di


antaranya: LKMD, BKD, Karang Taruna, Lembaga Adat. Sementara
terkait lembaga-lembaga yang lain belum terbentuk. Semua lembaga
yangada ini dibentuk berdasarkan musyawaroh bersama masyarakat yang
dipasilitasi oleh Kepala Desa dan BPD dan Semua lembaga yang ada ini
telah dibuatkan SK Kepala Desa. Adapun yang menjadi landasan
pembentukannya adalah PERBUB dan PERDES”

Mengenai Hubungan Kerja Lembaga-lembaga kemasyarakatan denga

Desa yang tertera dalam Pasal 21 Ayat (1, 2 dan 3) PERMENDAGRI.

Berdasarkan wawancara dengan Bapak Miatim Kasi Pemerintahan Desa Banyu

Urip.11

“hubungan kerja lembaga-lembaga ini dengan desa adalah konsultasi dan


kordinasi, setiap permasalahan yang dihadapi pasti dikonsultasikan ke
kepala desa dan sekdes”

Pada saat yang sama, untuk mengetahui dalam hal pembinaan yang

diberikan oleh pemerintah, peneliti telah mewawancarai Bapak Miatim Kasi

Pemerintahan Desa Banyu Urip.

10
Wawancara Bapak Miatim Kasi Pemerintahan Desa Banyu Urip, di kantornya pada hari Rabu 7
Februari, Pukul 09:04 WIB
11
Wawancara Bapak Miatim Kasi Pemerintahan Desa Banyu Urip, di kantornya pada hari Rabu 7
Februari, Pukul 09:04 WIB Wawancara Bapak Miatim Kasi Pemerintahan Desa Banyu Urip, di
kantornya pada hari Rabu 7 Februari, Pukul 09:04 WIB

xii
“pembinaan yang dilakukan oleh pemerintah kabupaten hanya diberikan
kepada ketua dan sekertasis dari lembaga-lembaga ini dan pelatihannya
dilaksanakan di praya
Mengenai sumber pendanaan Lembaga Kemasyarakatan, penyusun telah

mewawancarai Bapak Miatim Kasi Pemerintahan Desa Banyu Urip.

“pendanaan lembaga-lembaga ini bersumber dari AAPBDes, setiap


pembahasan perwakilan dari masing-masing lembaga kami undang untuk
mereka memaparkan program kerja dan menyampaikan total anggaran
yang dibutuhkan, dari pemaparan mereka akan ditampung untuk
disinkronkan dengan program-program yang menjadi skala prioritas. Yang
perlu diingat dari total yang sudah diajukan oleh masing-masing lembaga
tidak semuanya diterima. Semua lembaga yang mendapatkan anggaran
dari desa diharuskan untuk membuat laporan pertanggungjawaban kepada
kepala desa. Selain pendanaan dari desa mereka juga mendapatkan dana
dari kabupaten, ini tergantung pintar-pintarnya lembaga erancang
program”

Tabel Pelaksanaan Penataan Lembaga Kemasyarakatan di Kecamatan


Praya Barat

Lembaga Karang
NO DESA RT RW PKK LKMD LPMD
Adat Taruna
1 Penujak      
2 Bonder      
3 Mangkung      
Banyu
4      
Urip

Kendala-kendala dalam pelaksanaan Penataan Lembaga Kemasyarakatan di


Kecamatan Praya Barat

Berdasarkan hasil peneliti terhadap Pelaksanaan Penataan Lembaga


Kemasyarakatan di Kecamatan Praya Barat, secara umum menghadapi kendala-
kendala seperti:
a) Masih adanya ketidak tahuan pengurus lembaga kemasyarakatan
terkait peraturan perundang-undangan yang berlaku khususnya yang
berkaitan dengan Lembaga Kemasyarakatan.
b) Masih minimnya sumber daya manusia (SDM) yang berkompeten.
c) Masih kurangnya bimbingan dan pelatihan.

Berkaitan dengan ketentuan di atas, peneliti telah melakukan wawancara

dengan Bapak H. Mutawalli, Kepala Bagian Hukum Kabupaten Lombok Tengah.

xiii
“Bahwa pelaksanaan Penataan Lembaga Kemasyarakatan di Kabupaten
Lombok Tengah khususnya mengenai ketentuan Pasal 31 Ayat (1 dan 2)
di Kabupaten Lombok Tengah belum sepenuhnya terlaksana.12

Adapun alasan-alasan dalam hal beleum terbentuknya PERDA yang

mengatur mengenai Lembaga Kemasyarakatan, berdasarkan hasil wawancara

peneliti dengan Bapak H. Mutawalli,adalah sebagai berikut13:

a) karena sering kali kalau kita membuat PERDA akan memerlukan


waktu yang cukup lama, sedangkan di lapangan sangat diperlukan
segera terkait peraturan mengenai Lembaga Kemasyarakatan ini.
b) kalau seandainya kita akan membuat PERDA kita akan membutuhkan
biaya yang cukup banyak, sedangkan anggaran yang kita miliki
terbatas dan pembuatan PERDA tersebut belum masuk skala prioritas.
c) dalam BAB XI Ketentuan Penutup yang terdapat dalam
PERMENDAGRI itu tidak mewajibkan untuk dibentuknya PERDA.
Selain itu peneliti juga mewawancarai Ibu Sri Mulyani Kepala Bidang

Kelembagaan BPMD Kabupaten Lombok Tengah.14

“Bahwa dalam Undang-undang Nomor 6 tahun 2014 tentang desa tidak


diperintahkan untuk membuat PERDA sedangkan dalam
PERMENDAGRI Nomor 5 Tahun 2007 tentang pedoman penataan
lembaga kemasyarakatan diperintahkan untuk membuat PERDA yang
mengatur lebih lanjut mengenai Lembaga Kemasyarakatan”
“Dalam kaitan ini kami sebagai perencana masyarakat desa masih
menunggu kejelasan dari pemerintah pusat terkait undang-undang yang
terbaru ini (Undang-undang No 6 Tahun 2014 Tentang Desa) karena
dalam undang-undang ini tidak diperintahkan untuk membuat PERDA,
sehingga atas dasar inilah kami mengajukan PERBUB Nomor 47 Tahun
2017 Tentang Pedoman Pembentukan dan Penataan Lembaga
Kemasyarakatan Desa
“Antara Lembaga Adat dan Lembaga Kemasyarakatan dalam Undang-
undang Desa terdapat pemisahan pasal artinya ada pemisahan untuk itu
perlu untuk dibuatkannya aturan terpisah yang mengatur husus mengenai
Lembaga Adat, PERBUB No. 23 Tahun 2014 Tentang Pedoman
Pembentukan Dan atau Penguatan Lembaga Adat Desa. Sedangkan kalau

12
Wawancara dengan Bapak H. Mutawalli,Kabag Hukum Kabupaten Lombok Tengah di
kantornya pada Hari Rabu 31 Januari 2018, Pukul 11:00 WIB
13
Wawancara dengan Bapak H. Mutawalli, Bagian Hukum Kabupaten Lombok Tengah di
kantornya pada Hari Rabu 31 Januari 2018, Pukul 11:00 WIB
14
Wawancara Ibu Sri Mulyani Kepala Bidang Kelembagaan BPMD Kabupaten Lombok Tengah,
di kantornya pada Hari Rabu 31 Januari 2018, Pukul 11:51 WIB

xiv
kita mengacu pada PERMENDAGRI Nomor 5 Tahun 2007 Tentang
Pedoman Penataan Lembaga Kemasyarakatan, bahwa memang benar
Pemerintah Kabupaten diperintahkan untuk membuat PERDA”
“Dalam Undang-undang No 6 Tahun 2007 Tendang Desa terdapat
pemisahan antara Lembaga Kemasyarakatan dengan Lembaga Adat,
sedangkan dalam PERMENDAGRI No 5 Tahun 2007 Tentang Pedoman
Penataan Lembaga Kemasyarakatan tidak dibedakan Lembaga
Kemayarakatan dengan Lembaga Adat. Mengingat sangat perlunya
landasan acuan terkait lembaga-lembaga ini maka kami megajuka
PERBUB yang terpisah antara Lembaga Adat dengan Lembaga
Kemasyarakatan”
Daripemaparan di atas dengan melihat dari beberapa peraturan perundang-
undangan di bawah:

Dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa terdapat


pemisahan antara lembaga kemasyarakatan dengan lembaga adat yang mana
terkait dengan Lembaga Kemasyarakatan Desa di atur dalam Pasal 94 Ayat (1,2,3
dan 4) sedangkan lembaga adat dalam Pasal 95 Ayat ( 1, 2 dan 3) dari peraturan
perundang-undangan di atas bahwa pemerintah Kabupaten/Kotadiperintahkan
untuk mengatur lebih lanjut terkait Lembaga Kemasyarakatan dengan membentuk
Peraturan Daerah, namun fakta di lapangan hususnya ditataran Pemerintah
Kabupaten Lombok Tengah bahwa belum dibuat PERDA Tentang Lembaga
Kemasyarakatan. Artinya, Pelaksanaan Penataan Lembaga Kemasyarakatan dari
sisi aturan oleh Pemerintah Kabupaten Lombok Tengah belum terlaksana,
namundari segi pelaksanaannya ditingkat desa sudah terlaksanakhususnya terkait
dengan: pembentukan, maksud dan tujuan, tugas, fungsi, kepengurusan, hubungan
kerja, sumber dana.

Melihat peraturan perundang-undangan di atas hususnya yang terdapat


dalam Pasal 31 Ayat (1) PERMENDAGRI No. 5 Tahun 2007, maka terkait
dengan keberadaan PERBUB Nomor 47 Tahun 2017 Tentang Pedoman
Pembentukan dan Penataan Lembaga Kemasyarakatan Desa dan PERBUB No. 23
Tahun 2014 Tentang Pedoman Pembentukan Dan atau Penguatan Lembaga Adat
Des, yang mana menurut “Asas Ne Bis Vexasi Rule (Merupakan Asas yang
menghendaki agar setiap tindakan administrasi Negara harus didasarkan atas
undang-undang dan hukum)”15 maka penyusun berpendapat bahwa keberadaan
PERBUB diatas betentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berarti
dapat dibatalkan.

15
Zaeni Asyhadie dan Arief Rahman. Pengantar Ilmu Hukum, PT. Rajagrapindo. Jakarta, 2014.
Hal.143

xv
III. PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang sudah diuraikan, penyusun menarik

kesimpulan mengenai Pelaksanaan Penataan Lembaga Kemasyarakatan Di

Kecamatan Praya Barat adalah sebagai berikut:

1. Secara aturan Pelaksanaan Penataan Lembaga Kemasyarakatan Di tataran

kabupaten Lombok Tengah berdasarkan PERMENDAGRI No. 5 Tahun 2007

Tentang Pedoman Penataan Lembaga Kemasyarakat khususnya dalam

kaitannya dengan pembuatan PERDA belum terlaksana. Sedangkan dari sisi

pelaksanaan di tingkat Desa dalam kaitannya dengan Penataan Lembaga

Kemasyarakatan di Kecamatan Praya Barat sudah terlaksana.

2. Adapun kendala-kendala dalam Pelaksanaan Penataan Lembaga

Kemasyarakatan ialah masih kurangnya sumber daya manusia selain itu

kurangnya pengurus lembaga kemasyarakatan yang aktif dan minimnya

pelatihan bimbingan.

Saran

1. Diharapkan kepada pemerintah Kabupaten Lombok Tengah untuk membuat

Peraturan Daerah sesuai dengan ketentuan PERMENDAGRI No. 5 Tahun

2007 Tentang Pedoman Penataan Lembaga Kemasyarakatan

2. Perlunya perhatian khusus dari Pemerintah Daerah Kabupaten Lombok

Tengah untuk meningkkatkan bimbingan pelatihan sesuai dengan bidang dari

masing-masing lembaga kemasyarakatan dalam rangka meningkatkan kualitas

sumber daya manusia.

xvi
DAFTAR PUSTAKA

A. Buku dan Katalog

Anwar dkk, Bunga Rampai Kajian Kelembagaan Kecamatan Di Era Otonomi


Daerah, pusat kajian kinerja kelembagaan-LAN, Jakarta, PT. Pilarindo
Meditama 2010.

Amiruddin dan Zainal Asikin, pengatar Metode Penelitian Hukum, rajawali pers,
Jakarta, 2012.

Bayu surya ningrat, Pemerintahan Administrasi Desa Pemerintahan, Jakarta:


Askara Baru, 1992

Makmur, Efektivitas Kebijakan Kelembagaan Pengawasan, Bandung, PT. Refika


Aditama, 2011.

Satjibto, Ilmu Hukum, Bandung, PT. Citra Aditya Bakti 1996.

Syapri, Implementasi Kebijakan Publik Dan Etika Profesi Pamong Praja.


Sumedang. 2008.

Widjaja, Pemerintahan Desa/Marga. PT. Raja Grafindo Persada.Jakarta.2003.

Zaeni Asyhadie dan Arief Rahman. Pengantar Ilmu Hukum, PT. Rajagrapindo.
Jakarta, 2014.

B. Peraturan perundang-undangan

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara Republik


Indonesia Tahun 2014 Nomor 7 Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5495)

Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015 Tentang Perubahan atas Peraturan


Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-
Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 5539);

Peraturan Mentri Dalam Negeri Nomor. 5 Tahun 2007 Tentang Pedoman


Penataan Lembaga Kemasyarakatan

Peraturan Mentri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 83 Tahun 2015


Tentang Perangkat Dan Pemberhentian Perangkat Desa

xvii

Anda mungkin juga menyukai