Anda di halaman 1dari 188

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN POLA KONSUMSI MAKAN

PADA SISWA MADRASAH IBTIDAIYAH UNWANUL HUDA DI JAKARTA SELATAN


TAHUN 2015

SKRIPSI

Oleh:

Alvina Yarra Putri

NIM: 1111101000086

PEMINATAN GIZI

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1436 H/2015
i
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
PEMNINATAN GIZI
Skripsi, Agustus 2015

Alvina Yarra Putri, NIM: 1111101000086

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pola Konsumsi Makan pada Siswa


Madrasah Ibtidaiyah Unwanul Huda di Jakarta Selatan Tahun 2015

xix + 169 halaman, 20 tabel, 2 bagan, 8 lampiran

ABSTRAK

Pola konsumsi makan merupakan jenis dan jumlah makanan yang


dikonsumsi pada waktu tertentu untuk memenuhi kebutuhan individu
secara biologis, psikologis, dan sosial. Anak kelompok usia sekolah (6 –
12 tahun) termasuk salah satu kelompok yang rentan mengalami masalah
gizi yaitu kekurangan energi. Hasil Riset Kesehatan Dasar 2010
menunjukkan sekitar 44,4 % anak usia sekolah memiliki tingkat konsumsi
energi kurang dari 70 % AKG.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang
berhubungan dengan pola konsumsi makan pada siswa Madrasah
Ibtidaiyah Unwanul Huda di Jakarta Selatan, yang dilaksanakan pada
November 2014-Juni 2015 dengan menggunakan desain penelitian cross
sectional. Sampel penelitian berjumlah 133 siswa umur 9-12 tahun.
Analisis data terdiri dari analisis univariat, bivariat dengan menggunakan
uji statistik chi-square dan korelasi spearman.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar siswa memiliki
tingkat konsumsi energi kurang (65,4%). Berdasarkan analisis bivariat
diketahui bahwa variabel umur (pvalue= 0,002) dan peran orang tua
(pvalue= 0,041) berhubungan dengan pola konsumsi makan pada siswa
Madrasah Ibtidaiyah Unwanul Huda di Jakarta Selatan.
Berdasarkan hasil penelitian, saran yang dapat diberikan adalah 1)
untuk sekolah: a) sekolah tetap meneruskan kurikulum pendidikan gizi
terhadap kelas 5 dan 6; b) diharapkan bagi pihak sekolah agar dapat
menyediakan jenis jajanan sehat dan dapat mengontrol jenis jajanan yang
ada di kantin sekolah, 2) untuk orang tua, terutama ibu: a) diharapkan bagi
ibu aga membawakan bekal yang bervariasi dan memenuhi gizi seimbang
3) untuk penelitian selanjutnya: a) mengikutsertakan variabel-variabel lain
yang diduga berhubungan dengan pola konsumsi.

Kata kunci: Pola Konsumsi Makan, Anak Sekolah, Peran Orang Tua
Daftar bacaan: 92 (1986-2015)

ii
ISLAMIC STATE UNIVERSITY OF SYARIF HIDAYATULLAH
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE
PUBLIC HEALTH STUDY PROGRAM
SPECIALIZATION OF NUTRITION
Undergraduate Thesis, Agustus 2015

Alvina Yarra Putri, NIM: 1111101000086

FACTORS THAT RELATED TO COMSUMPTION PATTERN FODOD AT


UNWANUL HUDA IBTIDAIYAH ISLAMIC SCHOOL STUDENTS IN
SOUTH JAKARTA, 2015

xix + 169 pages, 20 tables, 2 charts, 7 attachments

ABSTRACT

Consumption pattern is the kind and total of food that consumed on


certain time to fulfill the needs of every person biologically,
psychologically and socially. Children at school’s age (6-12 years) is one
of a group that has a risk of nutrient’s problem, sich as lack of energy and
protein. The result of 2010 Basic Health Research stated that 44,4%
children at school’s age has energy consumptions level less than 70%
AKG.
This study aims to determine factors which are related with the
consumption pattern of student Madrasah Ibtidaiyah Unwanul Huda in
south Jakarta on 2015, which was held in November 2014-June 2015 by
using cross sectional research design. The samples of this research were
133 student’s age 9-12 years. The data analysis which were use in this
research consists of univariate analysis, bivariate analysis by using chi-
square and korelasi-spearman.
The result showed the most student of energy consumption levels is
less (65,4%). Based on bivariate analysis age (pvalue= 0,002) and family
parent (pvalue= 0,041) have a significant impact to the consumption
pattern of students Madrasah Ibtidaiyah Unwanul Huda in South Jakarta.
Based on the result of research, advice can be given are 1) for scholl:
a) scholl still continuing nutrition education for grade 5 and 6; c) expected
for the scholl to be able to provide the kind of healthy snacks and can
control snacks in the school cafeteria, 2) for parents 3) for future research
are suggested: a) to include other variables which are allegedly wich are
related with the consumption pattern of students.

References: 92 (1985-2015)

Keywords: Consumption Pattern Food, School’s Students, Family Role

iii
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

PERSONAL DATA

Nama : Alvina Yarra Putri

Tempat & Tanggal Lahir : Jakarta, 24 Mei 1994

Jenis Kelamin : Perempuan

Status : Belum Menikah

Kewarganegaraan : WNI

Agama : Islam

No. HP : 085691210048

E-mail : alvinayarra@gmail.com

PENDIDIKAN FORMAL

 1999-2005 : SD BPI

 2005-2008 : SMP Waskito 4

 2008-2011 : SMA Muhammadiyah 25

 2011- 2015 : UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta, Fakultas Kedokteran

dan Ilmu Kesehatan

Masyarakat, Jurusan Kesehatan

Masyarakat

vi
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan rahmat, hidayah serta nikmat-Nya yang berlimpah kepada penulis,

sehingga penulis mampu menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul

“Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pola Konsumsi Makan pada

Siswa Madrasah Ibtidaiyah Unwanul Huda di Jakarta Selatan Tahun 2015”.

Sholawat serta salam penulis limpahkan kepada Nabi besar Muhammad SAW,

semoga kita semua termasuk golongan umat yang mendapatkan syafaatnya fi

yaumil akhir. Amin.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak sedikit

kesulitan yang penulis hadapi. Namun berkat kesungguhan, kerja keras, serta

dorongan dan bantuan dari berbagai pihak baik langsung ataupun tidak penulis

tetap bersemangat dalam menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu, dengan segala

kerendahan hati, penulis haturkan terima kasih yang tak terhingga kepada yang

terhormat:

1. Bapak DR. Arif Sumantri, SKM, M.Kes selaku dekan Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu Fajar Ariyanti, SKM, M.Kes, Ph.D, selaku Ketua Program Studi

Kesehatan Masyarakat.

3. Ibu Ratri Ciptaningtyas, MHS selaku dosen pembimbing I dalam

penyusunan skripsi ini yang telah dengan sabar meluangkan waktu,

memberikan banyak masukan dan dorongan kepada penulis sehingga

skripsi ini dapat selesai dengan baik.

vii
4. Ibu Dr.Ela Laelasari, SKM, M.Kes selaku dosen pembimbing II dalam

penyusunan skripsi ini yang juga telah banyak membantu penulis dalam

menyelesaikan penyusunan skripsi dengan arahan, saran, dan

bimbingannya hingga penulis mampu menyelesaikan penyusunan skripsi

ini.

5. Kepada seluruh dosen Program Studi Kesehatan Masyarakat Universitas

Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, yang dengan ikhlas

memberikan ilmunya kepada penulis. Semoga ilmu yang diberikan dapat

diaplikasikan dalam kehidupan penulis.

6. Segenap staff Akademik dan Perpustakaan Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta.

7. Kepala Puskesmas dan Kepala bagian Gizi Puskesmas Kalibata 2 yang

telah memberikan data sekunder dan izin bagi peneliti untuk melakukan

penelitian di wilayah kerja Puskesmas.

8. Kepala Sekolah Madrasah Ibtidaiyah Fatahillah dan ibu guru bagian UKS

yang telah memberikan izin bagi peneliti untuk melakukan penelitian.

9. Kepala Sekolah Madrasah Ibtidaiyah Unwanul Huda yang telah

memberikan ijin pengambilan data primer yang digunakan dalam

penelitian ini.

10. Ibu Uswatun, S.pd yang telah banyak membantu dalam pengambilan data

primer di Madrasah Ibtidaiyah Unwanul Huda.

11. Para pegawai/staff di Madrasah Ibtidaiyah Unwanul Huda, yang telah

memberikan ijin pengambilan data primer yang digunakan dalam

penelitian ini.

viii
12. Kedua orang tua penulis tercinta dan tersayang, Bapak Eko Budhi

Gayalaksana dan Ibu Betty Puspitasari terimakasih tak terhingga penulis

persembahkan untu mereka. Tanpa kasih sayang, harapan, do’a, nasihat

dan usaha yang tulus, penulis tak kan sanggup menjadi seperti ini. Serta

kepada adik-adik ku tersayang (Firas, Nabil, Khansa) dan nenek ku

tercinta (uti Yetty Martoko) terimakasih atas do’a dan semangatnya.

Kalian semua adalah penyemangat penulis.

13. Teman- teman seperjuangan di Kesmas 2011 dan kelas gizi. Kalian adalah

motivasi bagi penulis.

14. Para sahabat-sahabat tersayang (Renita, Dwi, Harum, Hasanah, Betty,

Indah, Utami, Junika dan Tanza) yang telah banyak membantu dan

memberikan dukungan.

15. Keluarga besar di rumah Bapak Yayan yang telah banyak memberikan

dukungan dan bimbingan. Terimakasih atas bimbingannya selama ini.

16. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini, yang

tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Thanks to All.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak

kekurangan. Saran dan kritik yang membangun, penulis harapkan untuk perbaikan

yang lebih baik di masa mendatang. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi

kita semua. Amin.

Ciputat, 14 Agustus 2015

Penulis

ix
DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN………………………………………………………i
ABSTRAK ............................................................................................................. ii
ABSTRACT ........................................................................................................... iii
PERNYATAAN PERSETUJUAN...................................................................... iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................. v
DAFTAR ISI .......................................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 8
C. Pertanyaan Penelitian ................................................................................... 9
D. Tujuan ........................................................................................................ 10
1. Tujuan Umum ..................................................................................... 10
2. Tujuan Khusus .................................................................................... 10
E. Manfaat Penelitian ..................................................................................... 13
1. Bagi Peneliti ........................................................................................ 13
2. Bagi Sekolah ....................................................................................... 13
3. Bagi Peneliti Lain ............................................................................... 13
4. Bagi Universitas……………………………………………………...14
F. Ruang Lingkup Penelitian .......................................................................... 15
BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................... 15
A. Anak Sekolah ............................................................................................. 15
B. Kebutuhan Gizi Anak ................................................................................. 16
1. Karbohidrat ......................................................................................... 16
2. Protein ................................................................................................. 17
3. Lemak ................................................................................................. 18
4. Kebutuhan Energi ............................................................................... 19
C. Kekurangan Makronutrien ............................................................................ 20
D. Pola Konsumsi Makan .................................................................................. 21
E. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Pola Konsumsi Makan ..................... 26
1. Indeks Massa Tubuh (IMT) .............................................................. 26
2. Umur ................................................................................................... 28

x
3. Jenis Kelamin...................................................................................... 28
4. Pengetahuan Gizi ................................................................................ 30
5. Keyakinan, Nilai, dan Norma ............................................................. 31
6. Kebutuhan Fisiologis Tubuh............................................................... 32
7. Body Image/Citra Diri ........................................................................ 33
8. Konsep Diri ......................................................................................... 34
9. Pemilihan dan Arti Makanan ............................................................. 35
10. Perkembangan Psikososial .................................................................. 35
11. Kesehatan (Riwayat Penyakit) ............................................................ 36
12. Tingkat Ekonomi Keluarga ................................................................. 37
13. Pekerjaan ............................................................................................. 39
14. Pendidikan Ibu .................................................................................... 40
15. Pengalaman Individu .......................................................................... 41
16. Sosial dan Budaya ............................................................................... 41
17. Tempat Tinggal ................................................................................... 42
18. Peran Orang Tua ................................................................................. 43
19. Teman Sebaya ..................................................................................... 44
20. Dampak Media Massa ........................................................................ 44
21. Ketersediaan Pangan ........................................................................... 45
F. Kerangka Teori........................................................................................... 46
BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN
HIPOTESIS……………………………………………………………………..Er
ror! Bookmark not defined.
A. Kerangka Konsep ....................................................................................... 47
B. Definisi Operasional................................................................................... 51
C. Hipotesis Penelitian.................................................................................... 53
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN……………………………………...54
A. Desain Penelitian ........................................................................................ 54
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ..................................................................... 54
C. Populasi dan Sampel .................................................................................. 54
1. Populasi............................................................................................... 54
2. Sampel ................................................................................................ 55
D. Pengumpulan dan Pengolahan Data ........................................................... 57
1. Sumber Data ....................................................................................... 57

xi
2. Cara Pengumpulan Data ..................................................................... 58
3. Instrumen Pengumpulan Data ............................................................. 62
4. Uji Coba Instrumen ............................................................................. 63
E. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ....................................................... 65
1. Teknik pengolahan data ...................................................................... 65
2. Analisis Data ....................................................................................... 68
a. Uji Normalitas ..................................................................................... 68
b. Analisis Univariat……………………………………………………..68
c. Analisis Bivariat………………………………………………………68
BAB V HASIL…………………………………………………………………..71
A. Analisis Univariat…………………………………………………………...71
1. Gambaran Pola Konsumsi Makan Siswa MI Unwanul Huda di
Jakarta Selatan Tahun 2015 ............................................................... 71
2. Gambaran Karateristik Siswa MI Unwanul Huda di Jakarta Selatan
Tahun 2015 ......................................................................................... 72
3. Gambaran Besar Uang Jajan Siswa MI Unwanul Huda di Jakarta
Selatan Tahun 2015 ............................................................................ 73
4. Gambaran Pendidikan Ibu Siswa MI Unwanul Huda di Jakarta Selatan
Tahun 2015 ......................................................................................... 73
5. Gambaran Peran Orang Tua Siswa MI Unwanul Huda di Jakarta
Selatan Tahun 2015 ............................................................................ 74
6. Gambaran Pengetahuan Gizi Siswa MI Unwanul Huda di Jakarta
Selatan Tahun 2015 ............................................................................ 74
7. Gambaran Body Image Siswa MI Unwanul Huda di Jakarta Selatan
Tahun 2015 ......................................................................................... 75
B. Analisis Bivariat ......................................................................................... 76
1. Hubungan Umur dengan Pola Konsumsi Makan Siswa MI Unwanul
Huda di Jakarta Selatan Tahun 2015 ................................................. 76
2. Hubungan Jenis Kelamin dengan Pola Konsumsi Makan Siswa MI
Unwanul Huda di Jakarta Selatan Tahun 2015 .................................. 77
3. Hubungan Pendidikan ibu dengan Pola Konsumsi Makan Siswa MI
Unwanul Huda di Jakarta Selatan Tahun 2015 .................................. 78
4. Hubungan Besar Uang Jajan dengan Pola Konsumsi Makan Siswa MI
Unwanul Huda di Jakarta Selatan Tahun 2015 .................................. 79

xii
5. Hubungan Peran Orang Tua dengan Pola Konsumsi Makan Siswa MI
Unwanul Huda di Jakarta Selatan Tahun 2015 .................................. 80
6. Hubungan Pengetahuan Gizi dengan Pola Konsumsi Makan Siswa MI
Unwanul Huda di Jakarta Selatan Tahun 2015 .................................. 81
7. Hubungan Body Image dengan Pola Konsumsi Makan Siswa MI
Unwanul Huda di Jakarta Selatan Tahun 2015 .................................. 82
BAB VI PEMBAHASAN.................................................................................... 83
A. Keterbatasan Penelitian .............................................................................. 83
B. Analisis Univariat ...................................................................................... 84
1. Gambaran Pola Konsumsi Makan pada Siswa MI Unwanul Huda Jakarta
Selatan Tahun 2015.................................................................................84
2. Gambaran Umur pada Siswa MI Unwanul Huda di Jakarta Selatan
Tahun 2015.............................................................................................89
3. Gambaran Jenis Kelamin pada Siswa MI Unwanul Huda di Jakarta
Selatan Tahun 2015................................................................................90
4. Gambaran Pendidikan Ibu pada Siswa MI Unwanul Huda di Jakarta
Selatan Tahun 2015................................................................................91
5. Gambaran Besar Uang Jajan pada Siswa MI Unwanul Huda di Jakarta
Selatan Tahun 2015................................................................................91
6. Gambaran Peran Orang Tua pada Siswa MI Unwanul Huda di Jakarta
Selatan Tahun 2015................................................................................92
7. Gambaran Pengetahuan Gizi pada Siswa MI Unwanul Huda di Jakarta
Selatan Tahun 2015................................................................................93
8. Gambaran Body Image pada Siswa MI Unwanul Huda di Jakarta Selatan
Tahun 2015.............................................................................................94
C. Analisis Bivariat..........................................................................................96
1. Hubungan Umur dengan Pola Konsumsi Makan pada Siswa MI
Unwanul Huda di Jakarta Selatan tahun 2015....................................96
2. Hubungan Jenis Kelamin dengan Pola Konsumsi Makan pada Siswa
MI Unwanul Huda di Jakarta Selatan tahun 2015..............................97
3. Hubungan Pendidikan Ibu dengan Pola Konsumsi Makan pada Siswa
MI Unwanul Huda di Jakarta Selatan Tahun 2015.............................99
4. Hubungan Besar Uang Jajan dengan Pola Konsumsi Makan pada
Siswa MI Unwanul Huda di Jakarta Selatan tahun 2015................. 101
5. Hubungan Peran Orang Tua dengan Pola Konsumsi Makan pada
Siswa MI Unwanul Huda di Jakarta Selatan tahun 2015..................103
6. Hubungan Pengetahuan Gizi dengan Pola Konsumsi Makan pada
Siswa MI Unwanul Huda di Jakarta Selatan tahun 2015..................105
7. Hubungan Body Image dengan Pola Konsumsi Makan pada Siswa di
MI Unwanul Huda di Jakarta Selatan tahun 2015...........................107

xiii
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 109
A. Simpulan .................................................................................................. 109
B. Saran ......................................................................................................... 110
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 112

xiv
v
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Anak merupakan salah satu aset sumber daya manusia dimasa depan

yang perlu mendapat perhatian khusus. Adanya peningkatan dan perbaikan

kualitas hidup anak merupakan salah satu upaya yang penting bagi kelangsungan

hidup suatu bangsa. Kualitas hidup anak dapat dilihat kesehatannya melalui

keadaan status gizi yang baik dan merupakan salah satu indikator pembangunan

yang dapat diukur dari tujuan MDGs (Todaro, 2005).

Millenium Development Goals (MDGs) merupakan kerangka kerja

pembangunan yang telah disepakati seluruh anggota PBB, termasuk Indonesia.

Terdapat 8 sasaran MDGs, yaitu: memberantas kemiskinan dan kelaparan,

mencapai pendidikan tingkat dasar yang merata dan universal, memajukan

kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan, megurangi tingkat kematian

anak, meningkatkan kesehatan ibu, menanggulangi HIV/AIDS, malaria dan

penyakit lain, menjamin kelestarian lingkungan, dan menjalin kerjasama global

bagi perkembangan kesejahteraan. Indikator yang paling menentukan pada

MDGs yang pertama adalah prevalensi gizi kurang dan gizi buruk (Depkes,

2011).

Anak usia sekolah merupakan kelompok rawan yang pada masa

perkembangannya sering mengalami masalah gizi (Anzarkusuma, 2014).

Indikator pertumbuhan dapat dilihat dari berat badan menurut umur (BB/U), berat

badan menurut tinggi bandan (BB/TB) dan tinggi badan menurut umur (TB/U)

sebagai alat untuk penilaian status gizi anak serta indeks massa tubuh (IMT/U).

1
2

Indikator status gizi dapat menyebabkan keadaan kekurangan gizi pada anak

yaitu berat badan kurang (underweight), Pendek (stuning) dan kurus (Wasting)

(WHO, 2005).

Gizi kurang merupakan gangguan akibat kekurangan atau

ketidakseimbangan zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan. Kurang

gizi pada awal kehidupan karena kurangnya zat gizi yang diterima ibu saat

mengandung yang dapat menyebabkan janin mengalami kurang gizi dan

lahir dengan berat badan rendah. Anak yang lahir akan mempunyai

konsekuensi kurang menguntungkan dalam kehidupan berikutnya. Sebagai

akibat lebih lanjut dari tingginya angka Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)

dan kurang gizi pada masa balita dan tidak adanya pencapaian perbaikan

pertumbuhan sempurna pada masa berikutnya, maka tidak heran apabila

pada usia sekolah banyak ditemukan anak yang kurang gizi (Hadi, 2005).

Anak usia sekolah merupakan anak yang rentan terhadap masalah gizi,

terutama masalah kurang gizi. Oleh sebab itu, anak usia sekolah dijadikan

sasaran dalam perbaikan gizi masyarakat guna mempersiapkan generasi

penerus yang berkualitas (Depkes, 2005). Hal ini juga didukung oleh hasil

penelitian Joshi, dkk (2011) yang menyatakan bahwa kurang gizi masih

menjadi masalah kesehatan dan kematian anak di negara-negara

berkembang.

Menurut Tahir (2013) salah satu faktor yang dapat mempengaruhi

status gizi adalah pola konsumsi makan. Oleh karena itu, diperlukan gizi

yang berkualitas untuk tumbuh kembang anak di masa yang akan datang.

Selain itu anak usia sekolah juga dapat dijadikan media pembawa
3

perubahan (agent of change) bagi pembentukan perilaku gizi bagi diri

sendiri dan keluarganya (Depkes, 2005).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Pahlevi (2012), dari

tujuh faktor yang diteliti berhubungan dengan status gizi, ternyata

didapatkan hasil dua faktor yang berhubungan secara statistik dengan satus

gizi yaitu konsumsi energi dan dan konsumsi protein. Hal ini juga

didukung oleh penelitian Yulni (2014) yang menyatakan bahwa ada

hubungan yang signifikan antara asupan zat gizi makro dengan status gizi

pada anak sekolah. Berdasarkan Riskesdas 2010 menunjukkan sekitar 44,4

% anak usia sekolah memiliki tingkat konsumsi energi kurang dari 70 %

dari AKG (Angka Kecukupan Gizi) dan sebanyak 59,7 % anak usia

sekolah memiliki tingkat konsumsi protein kurang dari 80% berdasarkan

AKG (Kemenkes, 2010). Hasil survei konsumsi makanan individu

Indonesia (2014) menunjukkan bahwa proporsi tingkat konsumsi energi

penduduk di DKI Jakarta sudah mencapai ≥70% dari AKG (Balitbangkes,

2014).

Menurut Hapsari (2009) pola konsumsi makan seimbang

cenderung akan berdampak pada status gizi anak usia sekolah yang baik

dan berlaku sebaliknya. Apabila pola konsumsi makan tidak baik, maka

dapat berdampak pada gizi lebih atau bahkan gizi kurang (Anzarkusuma,

2014). Hal ini didukung oleh hasil penelitian Tahir, dkk (2013) yang

menyatakan bahwa pola konsumsi makan dapat mempengaruhi status gizi

anak.
4

Anak kelompok usia sekolah (6–12 tahun) termasuk salah satu

kelompok yang rentan mengalami masalah gizi yaitu kekurangan energi

dan protein (Yulni, 2013). Menurut hasil penelitian Taras (2005) bahwa

kekurangan atau kelebihan zat gizi akan terlihat` dalam bentuk

pertumbuhan yang menyimpang dari pola standar yang telah ditetapkan.

Pertumbuhan dan perkembangan pada masa sekolah akan berjalan cepat

pada umur 10-12 tahun, dimana akan ada kenaikan berat badan per tahun

mencapai 2,5 kg. Aktivitas pada anak usia sekolah semakin tinggi dan

akan memperkuat kemampuan motoriknya.

Menurut Worthington (2000), pola konsumsi makan dipengaruhi

oleh dua faktor, yaitu faktor eksternal dan internal. Faktor eksternal terdiri

dari IMT (Indeks Massa Tubuh), umur, jenis kelamin, pengetahuan gizi,

kenyakinan, nilai dan norma, pemilihan dan arti makanan, kebutuhan

fisiologis tubuh, body image/citra diri, konsep diri, perkembangan

psikososial, kesehatan (riwayat penyakit) dan faktor eksternal yang

meliputi tingkat ekonomi keluarga, pekerjaan, pendidikan orang tua, sosial

dan budaya, peran orang tua, teman sebaya, pengalaman individu,

pengaruh media. Pada penelitian Panjaitan (2008) terdapat hubungan

antara pola konsumsi makan dengan pendidikan, pengetahuan, pendapatan

keluarga, dan jumlah anggota keluarga. Pada penelitian Luciana, dkk

(2012) menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara

pendidikan ibu dan pendapatan keluarga dengan pola konsumsi makan

anak.
5

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Rita (2002)

menyatakan bahwa umur merupakan salah satu faktor yang berhubungan

dengan pola konsumsi pangan (Farida, 2010). Hal ini juga didukung oleh

Almatsier (2010) bahwa semakin tinggi umur maka asupan akan gizi akan

semakan meningkat. Selain umur, peran orang tua juga salah satu faktor

yang cukup memiliki pengaruh terhadap pola konsumsi makan. Bryant

(2004) dalam penelitiannya membuktikan adanya hubungan yang

bermakna antara peran orang tua dengan pola konsumsi makan anak. Hal

ini juga didukung oleh hasil penelitian Karina, dkk (2014) yang

menunjukkan bahwa peran orang tua, terutama ibu dapat mempengaruhi

pola makan anak.

Penelitian lain yang berhubungan dengan pola konsumsi makan,

yaitu pada penelitian Sands (2003) menunjukkan bahwa sekitar 50 % anak

perempuan berusia 9-12 tahun ingin memiliki tubuh lebih kurus dan lebih

puas dengan citra tubuh mereka yang kurus, sehingga menyebabkan para

anak perempuan memiliki gangguan dalam pola konsumsi makannya dan

melakukan diet (Christina, 2014).

Word Food Program/WFP dan UNESCO (2007) menemukan anak

usia sekolah dasar di seluruh dunia sebanyak 60% mengalami gizi kurang

(WFP, 2008). Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013

prevalensi gizi kurang di Indonesia sebesar 13,9%. Prevalensi anak yang

mengalami stunting di daerah perkotaan sebesar 7,1% lebih rendah

daripada anak pedesaan yaitu sebesar 7,3% (Kemenkes, 2013).


6

Prevalensi pada anak usia 6-12 tahun atau anak usia sekolah di

DKI Jakarta yang mengalami stunting mencapai (15,4%) dan kekurusan

(5,8%) (Kemenkes, 2013). Berdasarkan penelitian Yudesti (2013) di

Jakarta Selatan prevalensi status gizi umur 6-12 tahun berdasarkan IMT

ditemukan 3,7% anak usia sekolah mengalami status gizi kurang. Dengan

proporsi anak usia sekolah sebesar 20,2% (BPS, 2011). Sedangkan

masalah gizi kurang pada anak usia sekolah di Jakarta Selatan khususnya

Puskesmas Kalibata 2 diperoleh data sebesar 10% (Profil Puskesmas

Kalibata 2, 2014).

Hasil penelitian awal yang dilakukan di dua Madrasah ibtidaiyah

(MI), terdapat 3% anak usia 9-12 tahun dengan status gizi kurang di MI

Fatahillah dan terdapat 8% di MI Unwanul Huda. Berdasarkan penelitian

yang dilakukan oleh Nuryanto (2009) bahwa terdapat perbedaan status gizi

antara siswa sekolah dasar dengan siswa Madarasah Ibtidaiyah. Hal ini

juga didukung oleh penelitian Hermina, dkk (1998) yang menjelaskan

beberapa perbedaan antara SD dengan MI adalah jumlah siswa dan guru di

SD lebih banyak daripada di MI, fasilitas seperti air bersih lebih memadai

di SD daripada di MI, tingkat pendidikan guru di SD lebih tinggi daripada

di mi, kurikulum belajar mengajar antara SD dan MI tidak ada perbedaan.

Namun, pendidikan agama Islam lebih besar MI.

Dari berbagai penelitian tersebut dapat disimpulkan banyak sekali

faktor yang mempengaruhi pola konsumsi makan. Untuk mengetahui

seberapa besar permasalahan tentang pola konsumsi makan yang terjadi

pada anak sekolah, maka dilakukanlah studi pendahuluan pada dua


7

sekolah yaitu di MI Unwanul Huda dan MI Fatahillah, Jakarta Selatan.

Dari hasil studi pendahuluan, didapatkan hasil dari MI Unwanul Huda

menunjukkan pada anak usia 9-12 tahun memiliki pola konsumsi makan

energi sebanyak (75%) siswa memiliki konsumsi energi <70% dan

protein <80% dari Angka Kecukupan Gizi (AKG) dan sebanyak (80%)

siswa memiliki konsumsi karbohidrat dan lemak <70% angka yang

dianjurkan.

Kemudian hasil dari Madrasah Ibtidaiyah Fatahillah menunjukkan

pada anak usia 9-12 tahun memiliki pola konsumsi makan energi

sebanyak (65%) siswa memiliki konsumsi energi dan lemak sesuai dari

angka yang dianjurkan AKG dan konsumsi protein 80% sesuai angka yang

dianjurkan oleh AKG, sedangkan untuk konsumsi karbohidrat sebanyak

(10%) siswa <70% dari angka yang danjurkan oleh AKG. Hal ini sejalan

dengan penelitian Pahlevi (2012) yang menunjukkan bahwa terdapat

hubungan antara tingkat konsumsi energi dan tingkat konsumsi protein

dengan status gizi. Hal ini menunjukkan bahwa adanya masalah kesehatan

di Madrasah Ibtidaiyah Unwanul Huda. Hasil pengukuran terhadap pola

konsumsi makan di Madrasah Ibtidaiyah Fatahilah lebih rendah

dibandingkan dengan Madrasah Ibtidaiyah Unwanul Huda, selain itu

Madrasah Ibtidaiyah Unwanul Huda belum pernah dijadikan lokasi

penelitian mengenai pola konsumsi makan.

Berdasarkan data-data di atas, peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian tentang “Faktor- Faktor yang Berhubungan dengan Pola


8

Konsumsi Makan pada Siswa Madrasah Ibtidaiyah Unwanul Huda di

Jakarta Selatan tahun 2015.

B. Rumusan Masalah

Anak usia sekolah merupakan kelompok yang rawan terkena masalah

gizi yaitu kurang gizi. Anak sekolah dasar di seluruh dunia sebanyak 60%

mengalami gizi kurang. Sedangkan prevalensi pada anak usia 6-12 tahun

atau anak usia sekolah di DKI Jakarta yang mengalami stunting mencapai

(15,4%) dan kekurusan (5,8%). Di Madrasah Ibtidaiyah Unwanul Huda

yang dijadikan tempat penelitian ditemukan masalah kurang gizi sebesar

8% pada anak usia 9-12 tahun.

Salah sau faktor yang dapat menyebabkan stunting dan kekurusan

adalah pola konsumsi makan. Secara nasional di Indonesia menunjukkan

sekitar 44,4% anak usia sekolah memiliki tingkat konsumsi energi kurang

dari 70 % dari AKG dan sebanyak 59,7% anak usia sekolah memiliki

tingkat konsumsi protein kurang dari 80% berdasarkan AKG. Proporsi

tingkat konsumsi energi penduduk di DKI Jakarta sudah mencapai ≥70%

dari AKG.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan di Madrasah Ibtidaiyah Unwanul

Huda. Terdapat anak sekolah berumur 9-12 tahun sebanyak (75%)

memiliki konsumsi energi, karbohidrat, protein, dan lemak kurang dari

70% angka kecukupan yang dianjurkan oleh AKG. Apabila hal ini

berlangsung secara terus-menerus dan dalam jangka waktu yang lama,

maka dampak kesehatan yang akan timbul adalah kondisi gizi kurang

pada siswa Madrasah Ibtidaiyah Unwanul Huda. Hal ini telah dibuktikan
9

dengan ditemukannya masalah gizi kurang pada siswa Madrasah

Ibtidaiyah Unwanul Huda.

Banyak faktor yang diduga berhubungan dengan pola konsumsi

makan pada siswa. Sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

tentang “Faktor-faktor yang berhubungan dengan pola konsumsi makan

pada siswa Madrasah Ibtidaiyah Unwanul Huda di Jakarta Selatan tahun

2015”.

C. Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana gambaran pola konsumsi makan (energi, karbohidrat,

protein, dan lemak) pada siswa Madrasah Ibtidaiyah Unwanul Huda di

Jakarta Selatan Tahun 2015?

2. Bagaimana gambaran umur pada siswa Madrasah Ibtidaiyah Unwanul

Huda di Jakarta Selatan Tahun 2015?

3. Bagaimana gambaran jenis kelamin pada siswa Madrasah Ibtidaiyah

Unwanul Huda di Jakarta Selatan Tahun 2015?

4. Bagaimana gambaran pendidikan ibu pada siswa Madrasah Ibtidaiyah

Unwanul Huda di Jakarta Selatan Tahun 2015?

5. Bagaimana gambaran besar uang jajan pada siswa Madrasah Ibtidaiyah

Unwanul Huda di Jakarta Selatan Tahun 2015?

6. Bagaimana gambaran peran orang tua pada siswa Madrasah Ibtidaiyah

Unwanul Huda di Jakarta Selatan Tahun 2015?

7. Bagaimana gambaran pengetahuan gizi pada siswa Madrasah

Ibtidaiyah Unwanul Huda di Jakarta Selatan Tahun 2015?


10

8. Bagaimana gambaran body image/citra diri pada siswa Madrasah

Ibtidaiyah Unwanul Huda di Jakarta Selatan Tahun 2015?

9. Apakah ada hubungan antara umur dengan pola konsumsi makan

(energi, karbohidrat, protein, dan lemak) pada siswa Madrasah

Ibtidaiyah Unwanul Huda di Jakarta Selatan Tahun 2015?

10. Apakah ada hubungan antara jenis kelamin dengan pola konsumsi

makan (energi, karbohidrat, protein, dan lemak) pada siswa Madrasah

Ibtidaiyah Unwanul Huda di Jakarta Selatan Tahun 2015?

11. Apakah ada hubungan antara pendidikan ibu dengan pola konsumsi

makan (energi, karbohidrat, protein, dan lemak) pada siswa di

Madrasah Ibtidaiyah Unwanul Huda di Jakarta Selatan Tahun 2015?

12. Apakah ada hubungan antara besar uang jajan dengan pola konsumsi

makan (energi, karbohidrat, protein, dan lemak) pada siswa Madrasah

Ibtidaiyah Unwanul Huda di Jakarta Selatan Tahun 2015?

13. Apakah ada hubungn antara peran orang tua dengan pola konsumsi

makan (energi, karbohidrat, protein, dan lemak) pada siswa Madrasah

Ibtidaiyah Unwanul Huda di Jakarta Selatan Tahun 2015?

14. Apakah ada hubungan antara pengetahuan gizi dengan pola konsumsi

makan (energi, karbohidrat, protein, dan lemak) pada siswa Madrasah

Ibtidaiyah Unwanul Huda di Jakarta Selatan Tahun 2015?

15. Apakah ada hubungan antara body image/citra diri dengan pola

konsumsi makan (energi, karbohidrat, protein, dan lemak) pada siswa

di Madrasah Ibtidaiyah Unwanul Huda di Jakarta Selatan Tahun 2015?


11

D. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mengetahui faktor–faktor yang berhubungan dengan pola

konsumsi makan (energi, karbohidrat, protein, dan lemak) pada

siswa Madrasah Ibtidaiyah Unwanul Huda di Jakarta Selatan Tahun

2015.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahuinya gambaran pola konsumsi makan (energi,

karbohidrat, protein, dan lemak) pada siswa Madrasah Ibtidaiyah

Unwanul Huda siswa di Jakarta Selatan Tahun 2015.

b. Diketahuinya gambaran umur pada siswa Madrasah Ibtidaiyah

Unwanul Huda siswa di Jakarta Selatan Tahun 2015.

c. Diketahuinya gambaran jenis kelamin pada siswa Madrasah

Ibtidaiyah Unwanul Huda di Jakarta Selatan Tahun 2015.

d. Diketahuinya gambaran pendidikan ibu pada siswa Madrasah

Ibtidaiyah Unwanul Huda di Jakarta Selatan Tahun 2015.

e. Diketahuinya gambaran besar uang jajan pada siswa siswa di

Madrasah Ibtidaiyah Unwanul Huda di Jakarta Selatan Tahun

2015.

f. Diketahuinya gambaran peran orang tua pada siswa di Madrasah

Ibtidaiyah Unwanul Huda di Jakarta Selatan Tahun 2015.

g. Diketahuinya gambaran pengetahuan gizi pada siswa Madrasah

Ibtidaiyah Unwanul Huda di Jakarta Selatan Tahun 2015.


12

h. Diketahuinya gambaran body image/citra diri pada siswa

Madrasah Ibtidaiyah Unwanul Huda di Jakarta Selatan Tahun

2015.

i. Diketahuinya hubungan antara umur dengan pola konsumsi

makan (energi, karbohidrat, protein, dan lemak) pada siswa

Madrasah Ibtidaiyah Unwanul Huda di Jakarta Selatan Tahun

2015.

j. Diketahuinya hubungan antara jenis kelamin dengan pola

konsumsi makan (energi, karbohidrat, protein, dan lemak) pada

siswa Madrasah Ibtidaiyah Unwanul Huda di Jakarta Selatan

Tahun 2015.

k. Diketahuinya hubungan antara pendidikan ibu dengan pola

konsumsi makan (energi, karbohidrat, protein, dan lemak) pada

siswa di Madrasah Ibtidaiyah Unwanul Huda Tahun 2015.

l. Diketahuinya hubungan antara besar uang jajan dengan pola

konsumsi makan (energi, karbohidrat, protein, dan lemak) siswa

Madrasah Ibtidaiyah Unwanul Huda di Jakarta Selatan Tahun

2015.

m. Diketahuinya hubungan antara peran orang tua dengan pola

konsumsi makan (energi, karbohidrat, protein, dan lemak) pada

siswa Madrasah Ibtidaiyah Unwanul Huda di Jakarta Selatan

Tahun 2015.

n. Diketahuinya hubungan pengetahuan gizi dengan pola konsumsi

makan (energi, karbohidrat, protein, dan lemak) pada siswa


13

Madrasah Ibtidaiyah Unwanul Huda di Jakarta Selatan Tahun

2015.

o. Diketahuinya hubungan antara body image/citra diri dengan pola

konsumsi makan (energi, karbohidrat, protein, dan lemak) pada

siswa Madrasah Ibtidaiyah Unwanul Huda di Jakarta Selatan

Tahun 2015.

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

Untuk menambah wawasan dan pengalaman yang tak ternilai

dalam melakukan penelitian dan sebagai aplikasi ilmu yang telah

didapat selama kuliah serta dapat mengetahui faktor-faktor yang

berhubungan dengan pola konsumsi makan pada siswa Madrasah

Ibtidaiyah Unwanul Huda di Jakarta Selatan. Selain itu, dapat

dijadikan sebagai bahan penelitian lanjutan oleh peneliti lain dalam

topik yang sama yaitu terkait pola konsumsi pada siswa sekolah dasar.

2. Bagi Sekolah

Memberikan informasi kepada pihak sekolah tentang data

antropometri siswa dan keterkaitan antara faktor-faktor yang diduga

berpengaruh terhadap pola konsumsi makan pada siswanya.

3. Bagi Peneliti Lain

Memberikan informasi pada peneliti lainnya tentang faktor-faktor

yang berhubungan dengan pola konsumsi makan pada siswa Madrasah


14

Ibtidiyah Unwanul Huda di Jakarta Selatan dan sebagai pembelajaran

untuk peneliti lainnya dalam melakukan penelitian lanjutan.

4. Bagi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Dapat memberikan masukan ilmu yang berguna dan sebagai

bahan pembelajaran dan memperkaya ilmu pengetahuan dari hasil

penelitian.

F. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan pola

konsumsi makan (energi, karbohidrat, protein, dan lemak) pada siswa

Madrasah Ibtidaiyah Unwanul Huda di Jakarta Selatan Tahun 2015.

Penelitian ini dilakukan oleh mahasiswa program studi Kesehatan

Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada bulan November 2014-

Juni 2015. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif dengan

desain studi cross sectional. Penelitian ini penting dilakukan karena masih

terdapat siswa Madrasah Ibtidaiyah Unwanul Huda di Jakarta Selatan yang

mempunyai angka kecukupan energi yang kurang dari 70% AKG.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Anak Sekolah

Anak sekolah adalah anak usia sekolah berusia 6-12 tahun. Anak

usia sekolah mempunyai laju pertumbuhan fisik yang lambat tetapi

konsisten. Mereka secara terus-menerus memperoleh pendewasaan dalam

keterampilan motorik seperti kognitif, sosial, dan emosional. Pada masa

ini anak memperoleh keterampilan yang memungkinkan untuk makan

secara bebas dan mengembangkan kesukaan makannya sendiri dan

membentuk kebiasaan makan, serta jenis makanan yang disukai dan tidak

disukai, merupakan dasar bagi pola konsumsi makan dan asupan gizi anak

selanjutnya (Almatsier, 2011). Namun pada anak sekolah usia 9-12 tahun

sudah mulai memasuki masa tahap remaja awal yang mulai menjembatani

periode kehidupan anak dan dewasa (Arisman, 2009).

Karateristik anak usia sekolah (6-12 tahun) akan dijabarkan

sebagai berikut:

1. Karateristik fisik/ jasmani: anak memiliki pertumbuhan lambat dan

teratur, BB dan TB anak wanita lebih besar dibandingkan dengan anak

laki-laki pada usia yang sama, pertumbuhan tulang, pertumbuhan gigi

permanen, nafsu makan meningkat, dan timbul haid pada akhir masa

ini.

15
16

2. Karateristik emosi: pada masa ini anak mulai memiliki rasa ingin tahu,

suka berteman, dan tidak peduli terhadap lawan jenis.

3. Karateristik sosial: anak mulai suka bermain dan memiliki hubungan

erat dengan teman sebayanya.

4. Karateristik intelektual: anak mulai suka berbicara dan mengeluarkan

pendapat, memiliki minat yang besar dalam belajar dan keterampilan,

ingin coba-coba, dan memiliki perhatian terhadap sesuatu yang singkat

(Andriyani, 2012).

B. Kebutuhan Gizi Anak

1. Karbohidrat

Almatsier (2001) menyebutkan bahwa karbohidrat memegang

peranan penting dalam alam karena merupakan sumber energi utama

bagi manusia. Fungsi karbohidrat adalah menyediakan energi bagi

tubuh, pemberi rasa manis pada makanan, penghemat protein, pengatur

metabolisme lemak, dan membantu pengeluaran feses. Karbohidrat

diperlukan oleh anak yang sedang tumbuh terutama sebagai sumber

energi.

Karbohidrat disebut juga zat pati atau zat tepung atau zat gula

yang tersusun dari unsur Karbon (C), Hidrogen (H), dan Oksigen (O).

Di dalam tubuh karbohidrat akan dibakar untuk menghasilkan tenaga

atau panas. Satu gram karbohidrat akan menghasilkan empat kalori.

Menurut besarnya molekul karbohidrat dapat dibedakan menjadi tiga

yaitu: monosakarida, disakarida, dan polisakarida. Karbohidrat


17

menyediakan kebutuhan dasar yang diperlukan tubuh. Sumber

karbohidrat adalah padi-padian atau serelia, umbi-umbian, kacang-

kacangan dan gula. Hasil olahan bahan-bahan ini adalah bihun, mie,

roti, beras, jagung. Sebagian besar sayur dan buah tidak banyak

mengandung karbohidrat. (Almatsier, 2001).

2. Protein

Protein merupakan zat gizi yang paling penting. Protein adalah

bagian dari semua sel hidup dan merupakan bagian terbesar tubuh

sesudah air. Seperlima bagian tubuh adalah protein, setengahnya ada di

dalam otot, seperlima di dalam tulang dan tulang rawan, sepersepuluh

di dalam kulit, dan selebihnya di dalam jaringan lain dan cairan tubuh.

Semua enzim, berbagai hormon, pengangkut zat-zat gizi dan darah,

matriks intraseluler dan sebagainya adalah protein. Protein mempunyai

fungsi khas yang tidak dapat digantikan oleh zat gizi lain, yaitu

membangun serta memelihara sel-sel dan jaringan tubuh (Almatsier,

2001).

Kebutuhan protein anak termasuk untuk pemeliharaan jaringan,

perubahan komposisi tubuh, dan pembentukan jaringan baru. Selama

pertumbuhan, kadar protein tubuh meningkat dari 14,6% pada umur

satu tahun menjadi 18-19% pada umur empat tahun, yang sama dengan

kadar protein orang dewasa. Kebutuhan protein untuk pertumbuhan

diperkirakan berkisar antara 1-4 g/kg penambahan jaringan tubuh.

Penilaian terhadap asupan protein anak harus didasarkan pada

kecukupan untuk pertumbuhan, mutu protein yang dimakan,


18

kombinasi makanan dengan kandungan asam amino esensial yang

saling melengkapi bila dimakan bersama, dan kecukupan asupan

vitamin, mineral, dan energi (Soetardjo, 2011).

Molekul protein mengandung fosfor, belerang dan ada jenis

protein yang mengandung unsur logam seperti besi dan tembaga

(Winarno, 2004). Bahan makanan hewani merupakan sumber protein

yang baik, dalam jumlah maupun mutu seperti telur, susu, daging,

unggas, ikan, dan kerang.

Sedangkan sumber protein nabati adalah kacang kedelai dan

hasil olahannya, seperti tempe dan tahu, serta kacang-kacangan lain.

kacang kedelai merupakan sumber protein nabati yang mempunyai

mutu atau nilai biologi tertinggi (Almatsier, 2001).

3. Lemak

Lemak meliputi senyawa-senyawa heterogen, termasuk lemak

dan minyak yang umum dikenal di dalam makanan, fosfolipida, sterol, dan

ikatan lain sejenis yang terdapat di dalam makanan dan tubuh manusia.

Lipida mempunyai sifat yang sama, yaitu larut dalam pelarut nonpolat,

seperti etanol, eter, kloroform, dan benzene. Asam lemak merupakan asam

organik yang terdiri atas rantai hidrokarbon lurus yang pada satu ujungnya

mempunyai gugus karboksil (COOH) dan pada ujung lain gugus metil

(CH3). Asam lemak alami biasanya mempunyai rantai dengan jumlah atom

karbon genap, yang berkisar antara empat hingga dua puluh dua karbon

(Almatsier, 2001).
19

Sumber utama lemak adalah minyak tumbuh-tumbuhan (minyak

kelapa, kelapa sawit, kacang tanah, kacang kedelai, jagung, dan

sebagainya), mentega, margarin dan lemak hewan (lemak daging dan

ayam). Sumber lemak lain adalah kacang-kacangan, biji-bijian, daging,

dan ayam gemuk, krim, susu, keju, dan kuning telur, serta makanan yang

dimasak dengan lemak atau minyak. Sayur dan buah (kecuali alpukat)

sangat sedikit mengandung lemak (Almatsier, 2010).

4. Kebutuhan Energi

Energi merupakan zat yang sangat esensial bagi manusia dalam

menjalankan metabolisme basal (proses tubuh yang vital), melakukan

aktivitas, pertumbuhan, dan pengaturan suhu (Hardinsyah, dkk, 2012).

Menurut Almatsier (2001) energi dapat diperoleh dari metabolisme

karbohidrat, lemak, dan protein yang ada di dalam bahan makanan.

Dimana, karbohidrat menyumbang sebesar 4,1 kkal/g, sedangkan lemak

dan protein masing-masing menyumbang energi sebesar 8,87 kkal/g dan

5,65 kkal/g.

Kebutuhan energi seseorang adalah konsumsi energi berasal dari

makanan yang diperlukan untuk menutupi pengeluaran energi seseorang

pada ukuran dan komposisi tubuh dengan tingkat aktivitas yang sesuai

dengan kesehatan jangka panjang, dan yang memungkinkan pemeliharaan

aktivitas fisik yang dibutuhkan secara sosial dan ekonomi. Pada anak-

anak, ibu hamil, dan ibu menyusi menggunakan kebutuhan energi untuk

pembentukan jaringan-jaringan baru atau untuk sekresi ASI yang sesuai

dengan kesehatan. Karbohidrat sendiri menyumbang sebesar 4,1 kkal/g,


20

sedangkan lemak dan protein masing-masing menyumbang energi sebesar

8,87 kkal/g dan 5,65 kkal/g (Almatsier, 2001).

Tabel 2.1
Angka Kecukupan Zat Gizi Anak di Indonesia

Umur Berat Tinggi Energi Karbohidrat Protein Lemak


(Thn) Badan Badan (Kkal) (Kkal) (g) (g)
(Kg) (cm)

Anak 4-6 19 112 1600 220 35 62


Anak 7-9 27 130 1850 254 49 72
Laki-laki 34 142 2200 289 56 70
10-12
Perempuan 36 145 2000 275 60 67
10-12
Sumber : AKG, 2013

C. Kekurangan Makronutrien

Depkes RI (2002) menjelaskan masalah gizi makro merupakan

masalah gizi yang disebabkan oleh ketidakseimbangan antara kebutuhan

dan asupan energi dan protein. Kekurangan zat gizi makro umumnya

disertai dengan kekurangan zat gizi mikro. Terdapat dua manifestasi dari

kekurangan zat gizi makro (kekurangan energi/KEK dan protein/KEP),

yaitu marasmus dan kwashiorkor.

Marasmus adalah gangguan pertumbuhan dan kesehatan yang

disebabkan oleh kekurangan energi kronis. Marasmus banyak terjadi dan

biasanya menimpa anak yang berumur dibawah 1 tahun. Anak yang

mengalami marasmus ditandai dengan turunnya berat badan yang sangat

drastis, berkurangnya otot dan lemak, wajah terlihat tua, sering kelihatan
21

waspada dan lapar. Marasmus sering disertai defisiensi vitamin terutama

vitamin D dan vitamin A. Marasmus berpengaruh dalam jangka panjang

terhadap mental dan fisik yang sukar diperbaiki. Sedangkan kwashiorkor

adalah gangguan kekurangan protein, yang dapat terjadi juga pada

konsumsi energi yang cukup atau lebih. Kwashiorkor ditandai dengan

pertumbuhan terhambat, tidak ada nafsu makan, tidak gembira, kulit

pecah-pecah, rambut mengalami depigmentasi. Kwashiorkor memiliki ciri

khas yaitu terdapat edema pada perut, kaki, dan tangan serta kehadirannya

berkaitan erat dengan albumin dalam serum (Almatsier, 2001). Keadaan

kwashiorkor banyak dijumpai pada anak-anak yang terlambat disapi yaitu

usia antara 2-3 tahun.

D. Pola Konsumsi Makan

Pola konsumsi makan adalah susunan makanan yang merupakan

suatu kebiasaan yang dimakan seseorang mencakup jenis dan jumlah

bahan makanan rata-rata per orang per hari yang umum dikomsumsi atau

dimakan penduduk dalam jangka waktu tertentu (PERSAGI, 2009).

Berdasarkan definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa pola konsumsi

makan menggambarkan berbagai macam makanan yang dikonsumsi

seseorang setiap hari akibat pengaruh dari psikologi, fisiologi, budaya,

dan sosial. Pada kelompok usia anak sekolah, pertumbuhan fisik secara

kognitif, sosial dan emosional, terus mengalami pertambahan yang

signifikan serta aktivitas fisik yang meningkat. Sehingga dibutuhkan

makanan yang proporsional, seperti jumlah yang cukup dan mutu yang

baik.
22

Anak usia sekolah pada umumnya mempunyai pola konsumsi

makan dan asupan gizi yang tidak terlalu berbeda dengan teman

sebayanya. Pada anak usia sekolah jumlah dan variasi makanan yang

dimakan akan bertambah, tetapi banyak diantara mereka yang tetap

menolak sayuran dan makanan yang dicampur seperti gado-gado, pecel,

dan sayur asam. Anak usia sekolah lebih menyukai makanan jajanan

seperti mi bakso, siomay, gorengan, dan makanan manis seperti kue-kue

(Almatsier, 2011).

Kecukupan gizi anak sekolah harus memenuhi menu gizi seimbang

yang sesuai dengan banyaknya aktivitas anak, makanan harus

mengandung karbohidrat, lemak, protein, vitamin, dan mineral yang cukup

untuk menunjang pertumbuhan dan perkembangannya (Andriyani, 2012).

Berdasarkan hasil penelitian Yelni (2013) menunjukkan bahwa terdapat

hubungan antara asupan zat gizi makro dengan status gizi, penelitian

tersebut dapat disimpulkan bahwan asupan zat gizi makro seperti energi,

karbohidrat, protein, dan lemak dapat mempengaruhi status kesehatan

masyarakat. Pola konsumsi makan dapat berhubungan erat dengan

berbagai jenis penyakit. Tubuh membutuhkan asupan zat gizi yang cukup

untuk melakukan aktivitas dan mencegah berbagai jenis penyakit.

Apabila tubuh mengalami kekurangan zat gizi, khususnya energi

dan protein pada tahap awal akan menyebabkan rasa lapar dalam jangka

waktu tertentu serta akan mengalami penurunan berat badan yang disertai

dengan penurunan produktivitas kerja. Apabila tidak ada perbaikan

konsumsi energi dan protein dapat menyebabkan tubuh mudah terserang


23

penyakit infeksi yang selanjutnya akan berdampak pada kematian

(Hardiansyah & D. Briawan, 2005) dalam (Puji, 2011).

Pola Konsumsi makan dapat diukur melalui dua survei yaitu suvei

memberikan informasi kualitatif dan survei memberikan informasi

kuantitatif. Kedua survei tersebut terdiri dari metode food recall 3x24 jam,

metode pencatatan makan (food records), dan kuesioner frekuensi

makanan. Hal tersebut digunakan untuk mengukur konsumsi makan

individu.

Metode pengukuran pola konsumsi makan dibagi menjadi 3 yang

akan dijabarkan sebagai berikut:

1. Metode food recall 3x24 jam


Metode food recall adalah wawancara asupan makanan dalam

3x24 jam yang lalu. Untuk membantu mengingat banyaknya

makanan, maka digunakannya food model atau ukuran porsi. Asupan

nutrisi dapat dihitung dengan data komposisi bahan makanan. Recall

3x24 jam dilakukan dengan mencatat jenis dan jumlah bahan makanan

yang dikonsumsi pada periode 3x24 jam yang lalu, pencatatan di

deskripsikan secara mendetail oleh pewawancara yang sebaiknya

dilakukan berulang pada hari yang berbeda (tidak berturut-turut),

tergantung dari variasi menu keluarga dari hari ke hari. Metode food

recall ini mempunyai beberapa kekurangan dan kelebihan sebagai

berikut (Gibson, 2005):

a. Kelebihan metode recall 24 jam antara lain:


24

1) Berguna untuk rata-rata asupan sehari-hari dalam populasi

2) Penggunaannya sangat mudah

3) Hasilnya representatif

4) Dapat digunakan secara internasional, untuk melihat hubungan

asupan makanan dan penyakit kronis.

b. Kelemahan metode recall 24 jam diantaranya:

1) Tidak bisa menunjukkan kebiasaan makan

2) Membutuhkan daya ingat yang kuat

3) Tidak dianjurkan untuk lansia dan anak kecil.

2. Metode estimati pencatatan makan (estimated food records)


Metode ini adalah metode mencatat semua makanan dan

minuman termasuk snack yang telah dimakan dari periode 1 sampai 7

hari, digunakan untuk mengukur asupan di rumah tangga dan asupan

makan individu sehari-hari. Asupan nutrisi dapat dikur dengan

menggunakan data komposisi makanan. Pengukuran bergantung pada

hari saat dilakukannya pencatatan. Adapun kelebihan dan kekurangan

yang dimiliki oleh food records diantaranya:

a. Kelebihan food records antara lain:

1) Dapat digunakan untuk individu

2) Dapat digunakan untuk konsultasi diet

3) Dapat menjangkau sampel dalam jumlah besar

4) Dapat mengetahui konsumsi zat gizi dalam sehari

5) Sampel makanan dapay disimpan individu.

b. Kelemahan food records diantaranya:


25

1) Responden harus bersedia

2) Mahal

3) Metodenya cepat

4) Tidak cocok untuk responden yang buta huruf

5) Sangat bergantung pada motivasi responden (Gibson, 2005).

3. Kuesioner Frekuensi Makanan (Food Frequency Questionnaire)


Kuesioner frekuensi makan menggunakan daftar makanan

yang spesifik untuk mencatat asupan makanan selama periode waktu

tertentu (hari, minggu, bulan, tahun). Pencatatan ini menggunakan

interview atau kuesioner yang diisi sendiri. Kuesioner bisa semi

kuantitatif, ketika subjek menanyakan ukuran porsi yang digunakan

setiap makanan, dengan atau tanpa menggunakan food model.

Di samping itu, metode ini juga memiliki beberapa kelebihan

dan kelemahan, diantaranya:

a. Kelebihan metode kuesioner frekuensi makan

1) Dapat menggambarkan data asupan sehari-hari pada periode

yang lama

2) Digunakan pada studi epidemologi untuk tingkatan subjek yang

dikategorikan rendah, sedang, atau tinggi asupan makanan,

komponen makanan atau nutrisi

3) Untuk mengukur prevalensi atau statistik kesakitan dari

penyakit.

4) Bisa juga menggambarkan model hubungan kekurangan asupan

terhadap nutrisi yang spesifik.


26

b. Kelemahan metode kuesioner frekuensi makan :

1) Metodenya cepat.

2) Dibutuhkannya tingkat repons yang tinggi

3) Akurasinya rendah dibandingkan metode yang lainnya

(Gibson, 2005).

E. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Pola Konsumsi Makan

Worthington (2000), banyak faktor yang dapat mempengaruhi

kebiasaan makan diantaranya adalah meningkatnya partisipasi dalam

kehidupan sosial dan aktivitas anak sekolah merupakan bagian dari

pertumbuhan dan perkembangan anak yang terus meningkat, hal ini

akan berdampak pada pola konsumsi makan anak tersebut. Faktor yang

dapat mempengaruhi pola konsumsi makan menurut Worthington

(2000) membaginya menjadi dua yaitu faktor internal yang terdiri dari

IMT, umur, jenis kelamin, pengetahuan gizi, kenyakinan, nilai, dan

norma, pemilihan dan arti makanan, kebutuhan fisiologis tubuh, body

image/citra diri, konsep diri, perkembangan psikososial, kesehatan

(riwayat penyakit) dan faktor eksternal yang meliputi tingkat ekonomi

keluarga, pekerjaan, pendidikan orang tua, sosial dan budaya, peran

orang tua, teman sebaya, pengalaman individu, pengaruh media.

1. Indeks Massa Tubuh (IMT)

Indeks massa tubuh (IMT) merupakan perbandingan (rasio)

dari pembagian antara berat badan dengan tinggi badan yang sering

digunakan untuk mengetahui kategori berat badan seperti kurang,

normal, lebih atau obes (Supariasa, 2001). Metode ini membutuhkan


27

dua pengukuran sekaligus yaitu pengukuran berat badan yang diukur

menggunakan timbangan seca (ketelitian 0,1 kg) dan pengukuran

tinggi badan yang diukur menggunakan microtoise (ketelitian 0.1 cm).

Berdasarkan hasil penelitian Togo (2001) Menyatakan bahwa ada

hubungan yang signifikan antara body massa index dengan pola

konsumsi makan. Hal in juga didukung oleh hasil penelitian Hendrik

(2011) dalam Tienne (2013) yang menyatakan bahwa terdapat

hubungan anatara asupan energi dengan Indeks Mass Tubuh (IMT)

yaitu. Hasil pengukuran berat dan tinggi badan akan dimasukan ke

dalam rumus IMT, sebagai berikut:

Tabel 2.2
Rumus Indeks Massa Tubuh (IMT)

IMT = Berat badan (kg)

Tinggi badan (m) x Tinggi badan (m)

Tabel 2. 3
Kategori Indeks Massa Tubuh (IMT)

IMT Kategori
< 17 kg/m2 Sangat Kurus

17 – 18,4 kg/m2 Kurus


18,5 – 25 kg/m2 Normal

25,1- 27 kg/m2 Gemuk


> 27 kg/m2 Sangat gemuk/ obese

Sumber: Depkes, 2004


28

2. Umur

Menurut Depkes (2008) dalam Farida (2011) umur merupakan

waktu hidup yang dinilai dalam tahun dengan melakukan pembulatan

ke bawah atau pada ulang tahun terakhir. Kelompok anak menurut usia

dibagi menjadi tiga golongan yaitu anak usia prasekolah (1-6 tahun),

dan anak usia sekolah (6-12 tahun) (Kemenkes, 2013). Komposisi

tubuh setelah umur 5 tahun mulai berubah. Sebagian besar waktu anak

usia sekolah banyak dimanfaatkan dengan aktivitas di luar rumah,

yakni sekitar 3-6 jam di sekolah, beberapa jam untuk bermain,

berolahraga, dan sebagainya. Sehingga anak memerlukan energi lebih

banyak. Semakin tinggi umur, semakin tinggi juga kebutuhan gizinya

(Kurniasih, dkk, 2010).

Berdasarkan hasil penelitian Lucy, dkk (2005) menunjukkan

bahwa terdapat hubungan antara umur dengan pola konsumsi makan,

dimana semakin tinggi umur makan akan semakin tinggi pula asupan

makannya. Hal ini juga sejalan dengan penelitian Rita (2002) dalam

Farida (2010) yang menyatakan bahwa umur merupakan salah satu

faktor yang berhubungan dengan pola konsumsi makan.

3. Jenis Kelamin

Menurut Depkes (2008), jenis kelamin adalah perbedaan seks

yang didapat sejak lahir yang dibedakan antara laki-laki dan

perempuan. Jenis kelamin merupakan faktor internal kebutuhan gizi

seseorang. Kebutuhan gizi antara laki-laki dan perempuan sangat

berbeda, hal ini disebabkan karena pertumbuhan dan perkembangan


29

laki-laki dan perempuan juga berbeda. Dimana laki-laki selalu menjadi

prioritas dalam keluarga (Apriadji, 1986).

Sejak awal usia kanak-kanak dapat diakui bahwa variasi asupan

makanan dapat dipengaruhi oleh jenis kelamin. Survei pola makan di

Eropa memperhatikan perbedaan konsumsi makan antara pria dan

wanita. Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa kaum pria di

Eropa memiliki asupan seperti produk daging, alkohol, dan gula yang

lebih tinggi dari asupan wanita di Eropa. Sedangkan asupan seperti

buah, sayuran dan produk rendah lemak pria di Eropa mengkonsumsi

asupan tersebut lebih rendah jika dibandingkan dengan wanita.

Sehingga dapat disimpulkan berdasarkan penelitian di Eropa bahwa

pria lebih menyukai makanan yang tinggi lemak, karbohidrat, protein,

gula dan alkohol. Sedangkan wanita lebih menyukai makanan seperti

buah, sayur, dan produk rendah lemak, sehingga tidak heran jika

terjadi defisiensi makronutrien pada wanita (Gibney dkk, 2005).

Berdasarkan hasil penelitian Worthtington, dkk, (2006)

mengatakan bahwa anak laki-laki usia sekolah mengkonsumsi asupan

energi dan zat gizi lebih besar dibandingkan dengan anak perempuan,

karena nafsu makan pada anak laki-laki lebih tinggi dibandingkan

dengan perempuan. Hal itu, sejalan dengan penelitian Suci (2009)

bahwa anak laki-laki lebih suka mengkonsumsi makanan jajanan tinggi

energi dan karbohat dibandingkan dengan anak perempuan. Hal ini

juga didukung oleh hasil penelitian Lucy, dkk (2005) yang menyatakan

bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dengan


30

pola konsumsi makan. Namun, hasil ini bertolak belakang dengan hasil

penelitian Puji (2011) yang menyatakan tidak ada hubungan antara

jenis kelamin dengan pola makan.

4. Pengetahuan Gizi

Pengetahuan adalah hasil dari tahu seseorang yang didapat

dengan menggunakan penginderaan terhadap objek sampai

menghasilkan pengetahuan yang sangat dipengaruhi oleh intesitas

perhatian dan persepsi terhadap objek (Notoadmojo, 2010).

Pengetahuan gizi sebaiknya telah ditanamkan sedini mungkin sehingga

mampu memenuhi kebutuhan energi tubuhnya dengan perilaku

makannya. Pengetahuan gizi sangat bermanfaat dalam menentukan apa

yang kita konsumsi setiap harinya (Notoatmojo, 2007).

Berdasarkan hasil penelitian Sofianta, dkk (2015) menunjukkan

adanya hubungan yang bermakna antara pengetahuan gizi anak dengan

kebiasaan konsumsi sarapan. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian

Aminah (2007) dalam Mardhina, dkk (2014) menyimpulkan bahwa

terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan mahasiswa tentang pola

makan sehat dengan perilaku pola makan sehat pada mahasiswa kost,

artinya bahwa semakin tinggi tingkat pengetahuan maka akan semakin

baik pola makannya. Begitu pula sebaliknya, semakin rendah tingkat

pengetahuan maka semakin buruk pola makannya. Hal ini sesuai

dengan pendapat Khomsan (2000) yang menyatakan pengetahuan gizi

merupakan aspek kognitif yang menunjukan pemahaman responden

tentang ilmu gizi, jenis zat gizi, serta interaksinya terhadap status gizi
31

dan kesehatan. Pengetahuan gizi merupakan landasan yang penting

dalam menentukan konsumsi makanan.

Berdasarkan hasil penelitian Puji (2011) menunjukkan tidak

ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan pola makan.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Setyorini (2010) dalam Sada

(2012) yang mengemukakan, tidak terdapat hubungan antara

pengetahuan gizi dengan pola makan remaja putri. Hal ini sesuai

dengan pendapat Sukandar (2009) dalam Widyantara (2013) yang

menyatakan bahwa pengaruh pengetahuan gizi dengan konsumsi

makan tidak selalu linier, artinya semakin tinggi tingkat pengetahuan

gizi seseorang, belum tentu konsumsi makan yang diterapkan akan

baik. Karena konsumsi makan jarang dipengaruhi langsung oleh

pengetahuan gizi tetapi dapat dipengaruhi oleh interaksi sikap dengan

keterampilan gizi. Semakin tinggi tingkat pengetahuan seseorang,

maka akan cenderung memilih makanan yang murah dengan

kandungan nilai gizi yang lebih tinggi sesuai dengan jenis pangan yang

tersedia dan kebiasaan makan tiap orang.

5. Keyakinan, Nilai, dan Norma

Pada masyarakat tertentu, terdapat suatu pernyataan yang

menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat keprihatian seseorang maka

akan semakin bahagia dan bertambah tinggi taraf sosial yang dapat

dicapainya. Keprihatian ini dapat dicapai dengan “tirakat” yaitu suatu

kepercayaan melakukan kegiatan fisik dan mengurangi tidur, makan

dan minum atau berpantang melakukan sesuatu (Suhardjo, 2006).


32

Berdasarkan penelitian Suhardjo (2006) menyatakan bahwa keyakinan,

nilai dan norma yang berlaku di masyarakat dapat mempengaruhi

perilaku konsumsi masyarakat. Hal ini didukung oleh hasil penelitian

Deboran (2012) menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang

signifikan antara suku di Amerika dengan suku di Afrika terhadap pola

makan, yang artinya masing-masing suku mempunyai kenyakinan,

nilai, dan norma terhadap pola makannya.

6. Kebutuhan Fisiologis Tubuh

Kebutuhan fisiologis tubuh setiap individu berbeda, hal ini

dapat mempengaruhi tingkat kebutuhan gizi setiap individu. Sebagai

contoh, kebutuhan fisiologis tubuh ibu hamil, ibu menyusui, anak

balita, lansia dan orang yang sedang sakit akan berbeda kebutuhan

gizinya dengan orang yang sehat. Oleh karena itu, kebutuhan fisiologis

tubuh dapat berperan dalam menentukan pola konsumsi individu dan

pemilihan makanan untuk dikonsumsi (Suhardjo, 2006).

Perkembangan fisik dan sosial membuat anak mengalami

peningkatan nafsu makan yang secara alami menyebabkan

peningkatan konsumsi makanan. Karena anak-anak banyak

menghabiskan waktu di sekolah dibandingkan di rumah, sehingga

terjadi peningkatan aktivitas fisik yang berdampak pada peningkatan

pola konsumsi makan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kebutuhan

fisiologis tubuh anak sekolah akan berbeda dengan kebutuhan

fisiologis tubuh anak pra sekolah, karena terjadi peningkatan aktivitas

fisik yang banyak membutuhkan asupan zat gizi (Almatsier, 2011).


33

7. Body Image/Citra Diri

Body image atau citra diri merupakan cara seseorang menilai

dan memandang bentuk tubuhnya sendiri. Pada perempuan cenderung

menganggap dirinya gemuk, sehingga mereka sangat memperhatikan

konsumsinya. Semakin negatif persepsi body image maka akan

cenderung mengurangi frekuensi makannya (Dachlan, 2012).

Menurut penelitian Sands, Wardle (2003) dalam Christina

(2014) menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara pandangan citra

tubuh pada anak usia 9-12 tahun dengan pola konsumsi, termasuk

perilaku. Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Chairah (2012)

yang menyimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara body

image dengan pola makan pada remaja putri. Ini artinya bahwa

semakin positif body image maka semakin baik pula pola makannya.

Begitu juga sebaliknya, jika body image yang dimiliki negatif maka

semakin buruk pola makannya. Hal ini sependapat dengan Emilia

(2009) yang menyatakan bahwa gangguan body image pada remaja

berhubungan dengan masalah makan, pola makan yang tidak sehat,

dan ketidakpuasan terhadap bentuk tubuhnya yang dapat diidentifikasi

melalui persepsi ukuran tubuh, subjektif dan aspek perilaku seseorang

yang merasa tidak puas dengan bentuk tubuhnya. Namun, hal ini tidak

sejalan dengan hasil penelitian Daryono (2003) yang menyatakan

bahwa tidak terdapat hubungan antara body image dengan konsumsi

energi sehari.
34

8. Konsep Diri

Konsep diri merupakan cara pandang manusia dalam

melakukan penilaian pada dirinya sendiri, yang erat kaitannya dengan

motivasi diri dan berpengaruh terhadap perfomance seseorang

khususnya bidang akademis. Langkah paling efektif dalam

menumbuhkan konsep diri pada anak adalah terjalinnya komunikasi

antara orang tua dan anak, hingga anak mau atau mampu

mengungkapkan kegelisahan terhadap proses perkembangan fisiknya.

Sebagai contoh, apabila anak merasa dirinya lebih gemuk dari teman-

temannya dan berniat untuk berdiet keras dengan tujuan untuk

mencapai berat badan seimbang. Hal yang dapat dilakukan oleh orang

tua adalah mengajak anak untuk berkomunikasi mengenai pola dan

tata cara diet yang tepat, dan menyarankan anak untuk menghindari

diet yang terlalu keras karena dapat mengganggu kesesehatan.

Sehingga cara yang paling tepat untuk mendapatkan berat badan

seimbang adalah dengan pola konsumsi makan makanan yang

seimbang (Puspitasari, 2007).

9. Pemilihan dan Arti Makanan

Pemilihan makan merupakan usaha atau kekuataan untuk

menahan kemauan dalam mengendalikan makanan yang akan

dikonsumsi baik dari segi cita rasa, suasa hati, dan kualitas. Makanan

merupakan faktor yang berpengaruh terhadap zat gizi individu. Pada

pemilihan makan bagi individu banyak melibatkan interaksi kompleks

yang mencakup berbagai bidang seperti biologis, psikologis, sosial dan


35

budaya, dan kesehatan. Selain itu, adapula faktor-faktor yang dapat

mempengaruhi pemilihan makan individu seperti cita rasa, harga,

kualitas, kesukaan, selera, dll. Menurut ahli gizi, faktor-faktor yang

memengaruhi pemilihan makan merupakan hasil dasar untuk

membantu efektivitas penuangan tujuan gizi ke dalam perilaku

konsumen (Gibney, 2005).

Pemilihan makanan atau penerimaan terhadap makanan dan

pola perkembangan pilihan makanan pada anak dapat dipengaruhi oleh

berbagai faktor yang multikompleks seperti kecukupan asupan

makanan, ketersediaan makan, budaya, lingkungan, dan interaksi

sosial (Almatsier, 2011).

Berdasarkan hasil penelitian luas yang dilakukan di Eropa

tentang berbagai pengaruh pemilihan makanan. Terdapat lima variabel

yang merupakan faktor penting yang dapat berpengaruh terhadap

pemilihan makan seperti kualitas dan kesegaran makanan, harga, cita

rasa, upaya konsumsi makanan sehat, dan kesukaan keluarga (Gibney,

2005).

10. Perkembangan Psikososial

Perkembangan psikososial merupakan berbagai kejadian

dengan relasi sosial atau hubungan kemasyarakatan juga mencakup

faktor-faktor psikologis dari seseorang. Pola konsumsi merupakan

keadaan psikososial individu yang berdampak terhadap perilaku

individu. Seseorang dengan kondisi psikososial yang baik, akan


36

cenderung lebih baik dalam mengonsumsi dan memilih makanan,

demikian pula sebaliknya (Chaplin, 2004) dalam Farida (2010).

Perkembangan psikososial pada anak sekolah berkaitan dengan

interaksi anak dengan lingkungannya seperti anak sudah bisa bermain

dengan teman-temannya. Pada masa ini anak perlu mendapat

dukungan dari orang tua dan diperkenalkan cara beradaptasi di

lingkungan baru. Pada usia ini, anak akan mulai belajar mandiri secara

fisik seperti berlari, berjalan, dan berkelana tanpa dibantu oleh orang

dewasa lagi.

Hambatan yang akan terjadi pada masa ini adalah anak akan

mengalami kecemasan, sulit berinteraksi dengan orang yang baru

dikenal, dan bisa menjadi pemalu apabila orang tua tidak memberikan

kebebasan dan bersifat overprotektif (Andriani, 2012). Berdasarkan

hasil penelitian Tienne (2013) menunjukkan bahwa ada hubungan

yang signifikan antara status psikososial dengan konsumsi pangan.

11. Kesehatan (Riwayat Penyakit)

Menurut Undang-undang No.36 tahun 2009 tentang kesehatan,

kesehatan merupakan hak asasi manusia dan merupakan salah satu

unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita

bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pancasila dan

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Namun, pada kondisi tubuh yang kurang sehat dapat

menyebabkan penurunan sistem kekebalan tubuh. Hal tersebut akan


37

berdampak pada keadaan infeksi yang akut pada tubuh. Secara

patologis mekanismenya adalah penurunan asupan zat gizi akibat

kurangnya nafsu makan, menurunnya absorbsi, dan kebiasaan

mengurangi makanan saat sakit, peningkatan kehilangan cairan atau

zat gizi akibat penyakit diare, mual atau muntah akibat perdarahan

yang terus-menerus, meningkatnya kebutuhan akibat sakit dan parasit

yang terdapat di dalam tubuh dan toleransi terhadap makanan yang

dapat memperburuk status gizi (Supariasa, et al., 2002).

Berkurangnya nafsu makan dalam jangka waktu yang lama,

akan menyebabkna menurunnya asupan makan, sehingga berat badan

pun akan menurun dan berdampak pada status gizi Suhardjo (1989)

dalam Rezkina (2013). Berdasarkan hasil penelitian Fatimah, dkk

(2008) menunjukkan bahwa faktor yang memiliki kontribusi terhadap

gizi kurang pada anak adalah riwayat penyakit infeksi. Namun, hal ini

tidak sejalan dengan penelitian Tahir (2013) yang menyatakan bahwa

tidak ada hubungan antara riwayat penyakit dengan status gizi yang

akan berdampak pada pola konsumsi makannya.

12. Tingkat Ekonomi Keluarga

Tingkat ekonomi keluarga merupakan kemampuan finansial

yang dapat dihasilkan keluarga untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Semakin tinggi tingkat ekonomi keluarga, maka akan semakin baik

tingkat konsumsi makanan yang akan dimakan, begitu juga sebaliknya.

Keluarga dengan pendapatan terbatas akan cenderung kurang


38

memperhatikan kebutuhan makanannya terutama kebutuhan zat gizi

dalam tubuh (Apriadji, 1986).

Pendapatan merupakan pengaruh yang kuat terhadap status

gizi. Setiap kenaikan pendapatan umumnya mempunyai dampak

langsung terhadap status gizi penduduk. Pendapatan merupakan faktor

yang paling menentukan kualitas dan kuantitas makanan. Pendapatan

keluarga yang memadai akan menunjang tumbuh kembang anak

karena orang tua dapat menyediakan semua kebutuhan anak baik

primer maupun sekunder.

Berdasarkan hasil penelitian Luciana, dkk (2012) menyatakan

ada hubungan antara tingkat pendapatan keluarga dengan pola makan

anak. Namun, hal ini tidak sejalan dengan Tahir, dkk (2013) yang

menyatakan tidak ada hubungan antara tingkat pendapatan keluarga

dengan status gizi yang berdampak pada pola konsumsi makannya.

Pendapatan pada anak berupa uang jajan (Pahlevi, 2012). Uang

jajan adalah uang yang diberikan orang tua kepada anak untuk

membeli jajanan di sekolah. Uang jajan yang rutin diberikan pada anak

dapat membentuk sikap dan persepsi anak bahwa uang jajan adalah

hak mereka dan mereka bisa menggunakannya sesui dengan keinginan

mereka, sehingga anak bisa memanfaatkan secara bebas. Pemberian

uang jajan juga dapat mempengaruhi kebiasaan jajan dalam membeli

makanan pada anak usia sekolah (Aprillia, 2011).


39

Berdasarkan hasil penelitian Syafitri (2009) menyatakan bahwa

terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara alokasi uang

saku untuk membeli jajanan dengan jumlah jenis makanan jajanan

yang dibeli siswa. Artinya semakin besar alokasi uang saku untuk

membeli jajanan maka jumlah jenis jajanan yang dibeli akan semakin

besar pula. Namun hal ini tidak sesuai dengan penelitian Getruida

(2010) yang menyatakan tidak ada perbedaan bernakna antara uang

jajan dengan status gizi. Artinya, uang jajan tidak dapat mempengaruhi

anak dalam membeli makanan yang akan berdampak pada status gizi.

Hal ini dapat dismpulkan, bahwa tingkat ekonomi keluarga

yang tinggi akan berdampak tinggi juga pada pemberian uang saku.

Pada penelitian ini, peneliti hanya mengambil bagian dari ekonomi

keluarga yaitu jumlah uang jajan yang diberikan orang tua kepada

anak, bukan jumlah pendapatan dalam keluarga.

13. Pekerjaan

Menurut Depkes (2008), pekerjaan adalah jenis kegiatan yang

menggunakan waktu terbanyak responden atau yang memberikan

penghasilan terbesar. Menurut Hariyani (2011), pekerjaan kepala

rumah tangga dapat mempengaruhi tingkat pendapatan keluarga yang

digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Jenis pekerjaan

berhubungan erat dengan pendapatan yang merupakan faktor penting

dalam menentukan kualitas dan kuantitas makanan yang akan

dikonsumsi (Suhardjo, 1989). Berdasarkan hasil penelitian Wahida


40

(2006) menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara

pekerjaan kepala rumah tangga dengan pola konsumsi makan.

14. Pendidikan Ibu

Menurut Notoadmojo (2003), pendidikan adalah suatu proses

pembentukan kecepatan seseorang secara intelektual dan emosional.

Pendidikan juga diartikan sebagai suatu usaha sendiri untuk

mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam maupun di

luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Sedangkan menurut

Depkes (2008), pendidikan merupakan tingkat pendidikan formal

tertinggi yang telah dicapai oleh seseorang.

Pendidikan ibu merupakan salah satu hal yang berpengaruh

terhadap status gizi. Orang yang berpendidikan tinggi biasanya

mempunyai pengetahuan yang tinggi, karena orang yang

berpendidikan tinggi biasanya lebih mudah untuk menyerap informasi.

Faktor pendidikan turut menentukan mudah tidaknya seseorang

menyerap dan memahami pengetahuan dalam hal apapun termasuk

gizi (Apriadji, 1986).

Pola konsumsi makan yang sehat cenderung dilakukan oleh

mereka yang memiliki tingkat pendidikan yang tinggi. Hal ini

diasumsikan karena mereka lebih sadar akan kesehatan sehingga

mempunyai gaya hidup yang lebih sehat. Tingkat pendidikan yang

tinggi dapat membantu dalam pembentukan konsep antara hubungan


41

pola konsumsi makan dan kesehatan pada individu (Gibney et al.,

2008).

Berdasarkan hasil penelitian Mufidah (2008) menunjukkan

bahwa pendidikan ibu rumah tangga berpengaruh secara signifikan

terhadap konsumsi pangan. Hal ini sejalan dengan penelitian Pahlevi

(2012) yang menyatakan bahwa terdapa hubungan antara pendidikan

ibu dengan status gizi yang berdampak pada pola makannya.

15. Pengalaman Individu

Pengalaman individu dapat bermula dari perjalanan hidup

individu itu sendiri. Salah satunya adalah pengalaman dalam pola

konsumsi. Setiap individu memiliki penilaian tersendiri terhadap jenis,

jumlah makanan tertentu, ada yang suka dan tidak suka/pantang

mengonsumsi makanan tertentu dengan berbagai macam alasan,

seperti seseorang tidak mau mengonsumsi makanan seafood karena

berdasarkan pengalaman pribadi, makanan tersebut menimbulkan

alergi atau memiliki rasa yang kurang enak dan lain-lain (Suhardjo,

2006).

Menurut Moehji (2005) dalam Anzarkusuma (2014) bahwa

salah faktor yang banyak mempengaruhi kebiasaan makan anak adalah

pengalaman-pengalaman.

16. Sosial dan Budaya

Kebiasaan makan penduduk dapat terbentuk oleh unsur sosial

dan budaya, namun hal ini kadang bertentangan dengan prinsip ilmu
42

gizi. Berbagai macam budaya memberikan peran dan nilai yang

berbeda-berbeda terhadap pangan atau makanan yang dikonsumsi.

Masih adanya bahan makanan yang dianggap tabu oleh suatu budaya

masyarakat dapat berpengaruh terhadap perilaku konsumsi individu

(Suhardjo, 2006). Menurut penelitian Mufidah (2012) salah satu dari

faktor yang ikut mendukung terciptanya sensasi kesenangan pada pola

makan masyarakat perkotaan khususnya di Surabaya adalah faktor

lingkungan. Terutama lingkungan sosial.

17. Tempat Tinggal

Menurut Depkes (2008), tempat tinggal adalah lokasi rumah

seseorang yang dibedakan menjadi perkotaan dan pedesaan. Indikator

yang digunakan untuk menentukan suatu kelurahan termasuk daerah

perkotaan atau pedesaan adalah indikator komposit (indikator

gabungan) yang skor atau nilainya dibedakan pada tiga variabel, yaitu:

kepadatan penduduk, persentase rumah tangga pertanian dan akses

fasilitas umum (BPS, 2007).

Mufidah (2012) menyatakan bahwa pola konsumsi dipengaruhi

oleh sekitar tempat tinggal, lingkungan pekerjaan dan pergaulan. Jika

tidak mengikuti apa yang lingkungan mereka lakukan, maka pasti akan

dikucilkan dari lingkungan tersebut. Hal ini didukung oleh hasil

penelitian Mangdy (2014) yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan

yang signifikan antara pola makan anak dengan tempat tinggal di

perkotaan dan pedesaan.


43

18. Peran Orang Tua

Orang tua memiliki peran penting dalam membentuk perilaku

anak, terutama perilaku konsumsi makan. Ibu yang memiliki peran

utama dalam membentuk perilaku makan anaknya. Orang tua

berfungsi sebagai promosi kesehatan (prinsip gizi seimbang) pada

keluarga. Semakin sering keluarga melakukan promosi kesehatan gizi

pada anak dan anggota keluarga lainnya maka perilaku gizi keluarga

semakin baik yang terutama pada perilaku konsumsinya (Almatsier,

2011).

Orang tua berpengaruh terhadap pola makan anak. Banyak

penelitian menunjukkan bahwa orang tua secara sadar maupun tidak

sadar telah menuntun kesukaan makan anak dan dapat membentuk

gaya yang berpengaruh terhadap dimana, bagaimana, dengan siapa,

dan berapa banyak yang ia makan. Interaksi orang tua dan anak juga

dapat berpengaruh terhadap pilihan makan dan pengembangan pola

makan anak (Almatsier, 2011). Karena pola kebiasaan makan anak

berawal dari orang tua (Worthington, 2000). Menurut Worthington

(2000) bahwa peran keluarga berpengaruh terhadap ketersediaan

makan, pengetahuan gizi, dan kandungan zat gizi makanan yang

ditawarkan.

Berdasarkan hasil penelitian Bryant (2004) menyatakan peran

orang tua sangat berpengaruh terhadap pola makan anak. Hal ini

didukung oleh hasil penelitian Mandy (2014) yang menyatakan bahwa


44

ada hubungan antara peran orang tua dengan peningkatan asupan

makan anak.

19. Teman Sebaya

Teman atau kelompok sebaya memiliki pengaruh yang sangat

kuat terhadap pemilihan makan individu, yang mulai mempengaruhi

sejak anak mulai sekolah. Hal ini dapat menyebabkan kebutuhan gizi

yang terabaikan, sehingga tidak terpenuhinya kebutuhan zat gizi

tersebut. Remaja mulai peduli terhadap penampilan fisik dan perilaku

sosial, agar mendapatkan penerimaan dari teman sebayanya. Hal yang

paling penting agar diterima oleh teman sebaya adalah pemilihan

makan individu tersebut (Barker, 2002). Berdasarkan hasil penelitian

Anita (2012) menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi kebiasaan

sarapan dan makan 3 kali sehari ialah acuan teman sebaya.

20. Dampak Media Massa

Media massa adalah faktor eksternal yang mengubah perilaku

khalayak melalui proses belajar sosial dengan memberikan efek

komunikasi berupa penambahan pengetahuan, mengubah sikap, atau

menggerakkan perilaku (Rakhmat, 1991 dalam Lestari, 2013). Anak

umur 5-10 tahun lebih sering menonton iklan daripada anak umur 11-

12 tahun. Anak yang lebih tua dapat menyadari tujuan komersial dari

iklan, yaitu untuk menjual produk bukan untuk hiburan atau

pendidikan (Almatsier, 2011).


45

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Worthington-

Roberts dan Rodwell Williams (2000) dalam Almatsier (2011)

menunjukkan bahwa anak-anak banyak menghabiskan waktu di depan

TV, terutama pada hari libur. Hal ini akan berpengaruh terhadap

perilaku anak, termasuk terhadap pola konsumsinya. Hasil penelitian

Febry, dkk (2011) menyatakan ada hubungan yang signifikan antara

daya tarik iklan berupa pesan dalam iklan dengan konsumsi soft drink.

Adanya hubungan yang signifikan menunjukkan bahwa daya tarik

iklan di media massa akan mempengaruhi frekuensi konsumsi makan.

Hal ini didkukung oleh hasil penelitian Kathrine (2001) yang

menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara

penggunaan televisi yang sering dengan tingkat konsumsi energi anak.

21. Ketersediaan Pangan

Ketersediaan pangan dapat diartikan sebagai kondisi

penyediaan pangan yang mencakup makanan dan minuman yang

berasal dari tanaman, ternak, dan ikan serta turunannya bagi penduduk

suatu wilayah dalam kurun waktu tertentu (Worthington, 2000).

Asupan zat gizi seperti energi dan protein dapat dipengaruhi oleh

ketersediaan pangan ditingkat keluarga dan apabila tidak cukup dapat

dipastikan konsumsi setiap anggota keluarga tidak terpenuhi (Depkes,

2002). Kemampuan keluarga untuk membeli bahan makanan dapat

dipengaruhi oleh besar kecilnya pendapatan dalam keluarga, harga

bahan makanan, dan tingkat pengelolaan sumber daya lahan dan

pekarangan (Apriadji, 1986).


46

Menurut Safawi (2009) dalam Hermansyah (2010) faktor

ketersediaan pangan yang bergizi dan terjangkau oleh masyarakat

menjadi unsur penting dalam pemenuhan asupan gizi yang sesuai

selain perilaku dan budaya dalam pengolahan pangan dan pengasuhan

anak.

F. Kerangka Teori

Faktor Individu:
1. IMT
2. Umur
3. Jenis Kelamin
4. Pengetahuan Gizi
5. Kenyakinan, nilai, dan norma
6. Kebutuhan Fisiologis Tubuh
7. Body Image/Citra Diri
8. Konsep Diri
9. Pemilihan dan Arti Makanan
10. Perkembangan Psikososial
11. Kesehatan (Riwayat Penyakit)
Pola
Konsumsi
Makan Siswa
Faktor Lingkungan:
1. Tingkat Ekonomi Keluarga
2. Pekerjaan
3. Pendidikan Orang tua
4. Tempat Tinggal
5. Sosial Budaya
6. Peran Orang Tua
7. Teman Sebaya
8. Pengalaman individu
9. Iklan/ Media Massa

Sumber: Modifikasi Worthington (2000), Gibney (2005), Christina (2014),

Sofianta (2015).

Bagan 2. 1
Kerangka Teori
BAB III

KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN HIPOTESIS

A. Kerangka Konsep

Banyak faktor yang berhubungan dengan pola konsumsi makan

pada siswa Madrasah. Berdasarkan kerangka teori yang disebutkan pada

bab sebelumnya, ada beberapa variabel yang digunakan dalam penelitian

ini yang terdiri dari variabel dependen dan variabel independen.Variabel

dependen pada penelitian ini yaitu pola konsumsi makan pada siswa

Madrasah sedangkan variabel independennya adalah umur, jenis kelamin,

uang jajan, pendidikan ibu, peran orang tua, pengetahuan gizi, dan body

image. Adapun variabel yang diteliti pada penelitian ini diantaranya:

1. Umur

Umur seseorang dapat mempengaruhi pola konsumsi makan dan

kebutuhan energi. Hal ini, disebabkan terjadinya perubahan komposisi

tubuh seiring dengan bertambahnya umur. Sehingga dibutuhkan energi

dan kebutuhan zat gizi yang dapat terpenuhi. Oleh karena itu, peneliti

mengambil variabel umur untuk melihat pola konsumsi makan antara

umur 9 tahun hingga 12 tahun.

2. Jenis kelamin

Jenis kelamin merupakan faktor yang dapat membedakan pola

konsumsi makan. Pertumbuhan, perkembangan, dan massa otot

individu sangat berbeda antara laki-laki dan perempuan. Sehingga,

menyebabkan laki-laki memiliki pola konsumsi makan lebih banyak

47
48

dibandingkan perempuan. Oleh sebab itu, peneliti mengambil variabel

jenis kelamin untuk melihat perbedaan pola konsumsi makan antara

laki-laki dan perempuan.

3. Pendidikan ibu

Pendidikan ibu dapat mempengaruhi pola pikir dan pengetahuan. Hal

ini dapat berpengaruh terhadap penerapan pola konsumsi makan di

rumah. Pengetahuan seseorang yang baik dapat dipengaruhi oleh

tingkat pendidikan. Peneliti mengambil variabel pendidikan ibu,

karena pendidikan ibu dianggap dapat mempengaruhi pola konsumsi

makan siswa di rumah.

4. Besar uang jajan

Besar uang jajan dapat mempengaruhi pola konsumsi makan anak.

Semakin tinggi uang jajan yang diterima maka semakin banyak jenis

dan jumlah makanan yang dapat dibeli untuk dikonsumsi.

5. Peran orang tua

Sebagai orang yang paling dekat dengan anak, orang tua memiliki

peran penting yang dapat mempengaruhi pola konsumsi makan anak,

terutama peran ibu di rumah dalam menyediakan makanan untuk anak.

Oleh karena itu, peneliti mengambil variabel peran orang tua, untuk

melihat pengaruhi peran orang tua terhadap pola konsumsi makan anak

di rumah.

6. Pengetahuan gizi anak

Pengetahuan gizi anak dapat mempengaruhi pola konsumsi makan

anak. Karena pengetahuan yang diterima dapat berupa informasi yang


49

dapat diterapkan pada perilaku pola konsumsi makan. Oleh karena itu,

peneliti mengambil pengetahuan gizi anak untuk melihat apakah

pendidikan gizi yang diberikan di sekolah dapat diterapkan pada pola

konsumsi makan anak.

7. Body image

Body image dapat mempengaruhi pola konsumsi makan anak terutama

anak perempuan. Karena pada anak perempuan yang telah memasuki

tahap remaja awal, umumnya sudah mulai memperhatikan bentuk

tubuhnya sehingga cenderung mempengaruhi pola konsumsi makan.

Pada penelitian ini variabel body image diambil karena pada anak

umur 9-12 tahun mulai memasuki tahap remaja awal.

Namun, tidak semua faktor dalam kerangka teori menjadi variabel

dalam penelitian ini. Faktor-faktor internal yang akan diteliti adalah umur

dan jenis kelamin sedangkan faktor eksternal yang akan diteliti adalah

pendidikan ibu, besar uang jajan, peran orang tua, pengetahuan gizi, media

massa, dan body image. IMT (Indeks Massa Tubuh) tidak menjadi variabel

penelitian karena IMT merupakan status gizi, dimana pada penelitian ini

hanya sampai pada pola konsumsi makan. Status gizi memiliki faktor-

faktor lain yang dapat mempengaruhinya. Pengalaman individu tidak

menjadi variabel penelitian karena keterbatasan dari responden untuk

mengingat. Begitupula dengan faktor nilai, norma dan keyakinan di

Madrasah Ibtidaiyah Unwanul Huda merupakan sekolah Islam sehingga

dapat dipastikan nilai dan norma yang dianut adalah Islam, sehingga data

yang diperoleh akan homogen. Sosial budaya tidak diambil karena


50

sebagian besar responden adalah penduduk asli Betawi sehingga dapat

dipastikan data yang diperoleh akan homogen. Kebutuhan fisiologis tubuh

sudah dibedakan berdasarkan umur dan jenis kelamin sehingga tidak perlu

diteliti lagi. Berdasarkan kerangka teori, maka disusunlah kerangka

konsep sebagai berikut

Umur

Jenis kelamin

Pendidikan Ibu
Pola
Besar Uang Jajan Konsumsi
Makan
(energi,
Peran Orang Tua
karbohidrat,
protein, dan
Pengetahuan Gizi lemak)

Body Image
massa

Bagan 3.1
Kerangka Konsep
51

B. Defenisi Operasional

Tabel 3. 1
Definisi Operasional Variabel Penelitian
No. Nama Definisi Alat Cara Hasil Ukur Skala
Variabel Operasional Ukur Ukur Pengukuran

Variabel Depeden

1 Pola konsumsi kecukupan zat gizi energi, Lembar Food Wawancara 1. Kurang <70% Ordinal
makan karbohidrat, protein, dan recall 3x24 jam menggunakan 2. Cukup ≥70%
lemak sesuai dengan AKG dan food model metode food recall (AKG, 2013)
yang dikonsumsi siswa dan 3x24 jam
dihitung berdasarkan recall
3x24 jam secara berselingan.

Variabel Indipenden
2 Umur Lamanya waktu hidup Kuesioner Wawancara Tahun Rasio
responden yang dimulai dari
sejak lahir hingga ulang tahun
terakhir
3 Jenis kelamin Perbedaan gender responden Kuesioner Wawancara 1. Perempuan Nominal
yang didapat sejak lahir dan 2. Laki-laki
dibedakan berdasarkan
perempuan dan laki-laki.
4 Pendidikan Jenjang pendidikan formal Kuesioner Wawancara 1. Tidak Sekolah Ordinal
Ibu terakhir yang ditempuh oleh 2. SD
ibu 3. SMP
4. SMA
5. Perguruan Tinggi
52

No. Nama Definisi Alat Cara Hasil Ukur Skala


Variabel Operasional Ukur Ukur Pengukuran

5 Besar Uang Jumlah uang yang diberikan Kuesioner Wawancara Rupiah Rasio
jajan orang tua kepada anaknya
6 Peran orang Persepsi responden terhadap Kuesioner Wawancara 1. Tidak ada Ordinal
tua posisi dan upaya orang tua pengaruh (<50%)
yang dapat mempengaruhi 2. Ada pengaruh
pola konsumsi makan (≥50%)
responden (Dilapangan, 2008)
7 Pengetahuan kemampuan responden dalam Kuesioner Wawancara 1. Kurang, jika Ordinal
gizi menjawab pertanyaan benar jawaban benar
pada kuesioner yang dapat (<60%)
mempengaruhi persepsi 2. Baik, jika jawaban
dalam mengkonsumsi makan benar (≥60%)
(Khomsan, 2000)
8 Body image Persepsi, sikap, dan Kuesioner Wawancara 1. Negatif (<61) Ordinal
kenyakinan anak terhadap 2. Positif (≥61)
tubuhnya yang meliputi (Daryono, 2003)
bentuk dan penampilan.
C. Hipotesis Penelitian

1. Ada hubungan antara umur dengan pola konsumsi makan pada siswa

Madrasah Ibtidaiyah Unwanul Huda di Jakarta Selatan tahun 2015.

2. Ada hubungan antara jenis kelamin dengan pola konsumsi makan pada

siswa Madrasah Ibtidaiyah Unwanul Huda di Jakarta Selatan tahun

2015.

3. Ada hubungan antara pendidikan ibu dengan pola konsumsi makan

pada siswa Madrasah Ibtidaiyah Unwanul Huda di Jakarta Selatan

tahun 2015.

4. Ada hubungan antara besar uang jajan dengan pola konsumsi makan

pada siswa Madrasah Ibtidaiyah Unwanul Huda di Jakarta Selatan

tahun 2015.

5. Ada hubungan antara peran orang tua dengan pola konsumsi makan

pada siswa Madrasah Ibtidaiyah Unwanul Huda di Jakarta Selatan

tahun 2015.

6. Ada hubungan antara pengetahuan gizi dengan pola konsumsi makan

pada siswa Madrasah Ibtidaiyah Unwanul Huda di Jakarta Selatan

tahun 2015.

7. Ada hubungan antara body image dengan pola konsumsi makan pada

siswa Madrasah Ibtidaiyah Unwanul Huda di Jakarta Selatan tahun

2015.

53
BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode epidemiologi analitik dengan

desain studi cross sectional dimana pengukuran variabel dependen yaitu

pola konsumsi makan dan variabel indipenden diantaranya umur, jenis

kelamin, besar uang jajan, pendidikan ibu, peran orang tua, pengetahuan

gizi, dan body image yang dilakukan dalam waktu yang sama. Desain

studi ini dipilih karena mudah dilakukan, sederhana, ekonomis dalam hal

waktu serta hasilnya dapat diperoleh dengan cepat.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Madrasah Ibtidaiyah Unwanul Huda,

Jakarta Selatan pada bulan November 2014 -Juni 2015.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas 4-6

yang ada di Madrasah Ibtidaiyah Unwanul Huda yang berjumlah 200

orang, dengan jumlah putra sebesar 110 orang (55%) dan jumlah putri

sebesar 90 orang (45%).

53
54

2. Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah siswa yang ada di Madrasah

Ibtidaiyah Unwanul Huda, Jakarta Selatan yang berjumlah 133 siswa.

a. Besar Sampel
Besar sampel ditentukan dengan rumus uji beda dua

proporsi untuk two tail yang digunakan untuk menguji hipotesis

yang memiliki sifat two tail, yaitu ingin melihat ada tidaknya

hubungan antara variabel dependen dan variabel indipenden.

Berikut adalah rumus uji beda dua proporsi:

Rumus

* ⁄ √ ̅( ̅) √ ( ) ( )+
( )

(Lemeshow, 1997)

Keterangan:

n = Jumlah sampel minimal yang diperlukan

⁄ = Nilai baku distribusi normal (1,96)

= Nilai baku distribusi normal (95%)

P1 = Proporsi anak sekolah yang pola konsumsinya rendah

dan pengetahuan tentang gizinya rendah berdasarkan

penelitian terdahulu. Didapatkan dari jumlah pola

konsumsi makan yang rendah pada anak laki-laki.


55

P2 = Proporsi anak sekolah yang pola konsumsi makan yang

rendah dan pengetahuan tentang gizinya tinggi

berdasarkan penelitian sebelumnya. Didapatkan dari

jumlah pola konsumsi rendah pada anak perempuan.

̅ = (P1+P2)/2.

Tabel 4. 1
Besar Sampel Minimal Menurut Variabel yang Diteliti
Berdasarkan Hasil Penelitian Sebelumnya

Indipenden Dependen P1 P2 Sampel Referensi

Jenis 0,6% 0,4% 133 Risa,


Kelamin Kolopaking
2014. Jurnal
Kesehatan
Masyarakat

Pendidikan 0,469% 0,2682% 112 Risa, K


Ibu
olopaking
2014. Jurnal
Kesehatan
Masyarakat

Pengetahuan 0,7% 0,3% 126 Juju,


Widyaningsih ,
Gizi 2010 Jurnal
Kesehatan
Pola
Uang Jajan Konsumsi 0,819% 0,191% 11 Risa,
Makan Kolopaking
2014. Jurnal
Kesehatan
Masyarakat

Media 0,772% 0,228% 16 Risa, dkk.


Massa 2009 Jurnal
Publikasi
ilmiah

Body Image 0,956% 0,044 10 Putri,


chairiniah.
Skripsi
universitas
Indonesia
56

Berdasarkan perhitungan besar sampel pada setiap variabel

dengan menggunakan nilai P1 dan P2, hasil penelitian sebelumnya,

maka didapatkan jumlah sampel minimal sebanyak 133 orang

siswa.

b. Teknik Pengambilan Sampel


Cara pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan

teknik simple random sampling, dengan langkah-langkah sebagai

berikut:

1. Peneliti menyusun frame sampling yang berisi daftar nama

(absen) seluruh siswa kelas 4 sampai kelas 6 yang terdaftar

di Madrasah Ibtidaiyah Unwanul Huda.

2. Peneliti melakukan pengambilan secara acak/pengundian

sampel terhadap beberapa siswa sebagaimana terdaftar

dalam kerangka sampel sampai terambil 133 siswa.

Simple random sampling dipilih agar semua subjek

memiliki kesempatan yang sama besar untuk dipilih sebagai

sampel. Semua sampel yang terpilih, bersedia untuk mengikuti

penelitian ini.

D. Pengumpulan dan Pengolahan Data

1. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu data

primer dan data sekunder. Data primer didapatkan dari hasil pengisian

kuesioner dan lembar food recall yang diberikan kepada siswa dan
57

siswi. Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari database

Madrasah Ibtidaiyah Unwanul Huda yakni data mengenai jumlah

siswa angkatan 2015 yang aktif dalam pembelajaran. Database yang di

dapatkan merupakan arsip dari Madrasah Ibtidaiyah Unwanul Huda

yang up to date sehingga dapat dipertanggung jawabkan

keakuratannya.

2. Cara Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan instrumen

penelitian. Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini

adalah kuesioner dan lembar food recall 3x24 jam. Terdapat dua jenis

kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kuesioner tertutup

dan kuesioner tebuka. Kuesioner tertutup adalah kuesioner yang sudah

ada pihan jawaban, sehingga responden hanya memilih jawaban yang

tepat. Pada penelitian ini kuesioner tertutup berupa pertanyaan

mengenai jenis kelamin, peran orang tua, pendidikan ibu, pengatahuan

gizi, body image, dan pengaruh media massa.

Sedangkan kuesioner terbuka adalah kuesioner yang diisi

sesuai dengan kehendak atau keinginan responden. Pada penelitian ini

kuesioner terbuka berupa pertanyaan mengenai uang jajan, umur dan

pola konsumsi makan yang terdapat pada lembar food recall 3x24 jam.
58

3. Instrumen Pengumpulan Data

a. Kuesioner

Kuesioner teridiri dari 6 variabel yang akan dijelaskan

sebagai berikut:

1) Identitas responden

Identitas responden dibagi menjadi 2 yaitu identitas

anak dan identitas ibu. Identitas anak berisikan nama, tempat/

tanggal lahir, umur, jenis kelamin, dan kelas. Sedangkan

identitas ibu berisikan nama ibu, pendidikan terakhir ibu, dan

nomer telefon. Pada point pertanyaan terdapat pada nomor A1

sampai A4 untuk identitas anak terdiri dari nama, jenis

kelamin, kelas, dan tempat tanggal lahir dan nomor B1 sampai

B4 untuk identitas ibu yang terdiri dari nama ibu, pendidikan

terakhir ibu, dan nomer telfon. Pada variabel umur akan

dikelompokkan menjadi dua yaitu “usia 7-9 tahun” dan “usia

10-12 tahun”. Sedangkan variabel jenis kelamin dikategorikan

menjadi dua yaitu “perempuan” dan “laki-laki”. Untuk variabel

pendidikan ibu dikategorikan menjadi enam macam yaitu

“tidak sekolah”, “SD”, “SMP”, “SMA”, “Perguruan Tinggi”.

2) Variabel Besar Uang jajan

Variabel ini diukur dengan melihat jawaban responden.

Terdapat di point pertanyaan nomor C1.


59

3) Variabel Peran Orang Tua

Cara mengukur variabel peran orang tua, dilihat dari

jumlah jawaban ya. Variabel ini pada setiap jawaban benar

akan diberi nilai 1 kemudian dibagi dengan jumlah pertanyaan

dan dikali 100% untuk mendapatkan hasil keseluruhan. Hasil

ukur dari variabel dikategorikan menjadi dua yang disadur dari

penelitian Dilapanga (2008), yaitu “pengaruh” apabila jawaban

ya lebih dari 50% dan “tidak pengaruh” apabila jawaban ya

kurang dari 50%. Terdapat pada point pertanyaan nomor D1

sampai D17.

4) Variabel Pengetahuan Gizi

Cara mengukur pengetahuan gizi, dilihat dari jumlah

jawaban benar pada pertanyaan yang ada di kuesioner. Variabel

ini pada setiap jawaban benar akan diberi nilai 1 dibagi jumlah

pertanyaan dan dikali 100%. Hasil jawaban benar akan

dikategorikan menjadi dua berdasarkan Khomsan (2000) yaitu

“kurang” jika nilai total dari seluruh pertanyaan pengetahuan

gizi <60% dan “baik” jika nilai total dari seluruh pertanyaan

pengetahuan gizi >60% (Khomsan, 2009). Terdapat pada point

pertanyaan nomor E1 sampai E11.

5) Variabel Body Image

Variabel body image teknik pengumpulan data dengan

kuesioner yang disusun dengan menggunakan skala Likert dan


60

diberi bobot nilai 1-5 untuk masing-masing item pernyataan

yang terdiri dari “sangat setuju”, “tidak setuju”, “ragu-ragu”,

“setuju”, “sangat setuju”. Total nilai bobot selanjutnya dibagi

dengan total nilai bobot item pernyataan lalu dikalikan 100%

untuk menghitung nilai skor. Nilai skor 0-100%. Selanjutnya

nilai skor dikategorikan menjadi dua kategori berdasarkan

penelitian Daryono (2003) “positif “dengan skor nilai ≥ 61%

dan “negatif” dengan skor nilai < 61%. Terdapat pada point

pertanyaan nomor G1 sampai G11.

b. Lembar food recall 3 x 24 jam

Lembar food recall 3x24 jam waktu makan, nama

makanan, jenis makanan dan ukuran atau jumlah makanan yang

dimakan responden dalam 3 hari tetapi tidak berturut-turut.

Menurut Saputra (2012) Alasan penggunaan recall yang dilakukan

selama tiga hari tanpa berturut-turut karena beberapa penelitian

menunjukkan bahwa minimal 2 kali Recall 24 jam tanpa berturut-

turut dapat menghasilkan gambaran asupan zat gizi lebih optimal

dan memberikan variasi yang lebih besar tentang intake harian

individu (Supariasa, 2002). Anderson (2011) merekomendasikan

untuk menilai konsumsi makan anak sekolah usia (7-14 tahun)

adalah dengan menggunakan food recall 24 jam dengan dua hari

tanpa berturut-turut. Sehingga pada variabel ini harus dilakukan

secara 3 hari tanpa berurutan (Gibson, 2000). Lembar food recall


61

3x24 jam akan digunakan untuk menilai variabel asupan energi,

karbohidrat, protein, dan lemak pada pola konsumsi makan.

1) Variabel Pola Konsumsi Makan

Data untuk asupan energi, protein, karbohidrat, dan

lemak didapatkan dari hasil pengisian lembar food recall 3x24

jam yang diisi oleh responden dan peneliti. Dalam

penggunaannya setelah kuesioner tersebut diisi, kemudian

peneliti melakukan input data bahan makanan yang dikonsumsi

responden ke dalam software khusus untuk menghitung jumlah

zat gizi. Kemudian software tersebut akan menghasilkan jenis-

jenis zat gizi dan jumlah zat gizi total dari makanan yang

dikonsumsi responden, hasil akhir didapatkan dari hasil yang

dirata-diratakan dari jumlah konsumsi selama 3 hari. Hasil ukur

dari variabel ini dibagi menjadi dua kategori berdasarkan AKG

(2013) yaitu “kurang”, jika total asupan energi <70% dan

“cukup” jika total asupan energi >70%. Pada perhitungan pola

konsumsi makan dibedakan berdasarkan umur dan jenis

kelamin, yang kemudian dibagi menjadi dua kategori. Untuk

kategori umur dibagi menjadi umur 7-9 tahun dan umur 10-12

tahun, sedangkan kategori jenis kelamin dibagi menjadi laki-

laki dan perempuan. Hal ini, dikarenakan kebutuhan zat gizi

yang berbeda-beda antara jenis kelamin dan umur.


62

c. Food model

Food model adalah contoh makanan dan gambar yang

digunakan untuk melihat ukuran pada setiap makanan yang akan

digunakan pada saat pengisian kuesioner oleh responden dan

sebagai alat bantu peneliti dalam menentukan ukuran atau porsi

makanan.

4. Uji Coba Instrumen

Uji coba instrumen dilakukan sebelum melakukan pengambilan

data, yang digunakan untuk melihat validitas dan realibilitas instrumen

yang digunakan pada penelitian ini. Validitas adalah suatu ukuran yang

menunjukkan ketepatan instrumen, sehingga instrumen dapat

digunakan apa yang seharusnya diukur (valid). Realibilitas adalah

suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kepercayaan instrumen yang

apabila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek, dapat

menunjukkan hasil yang sama (Arikunto dalam Aprillia, 2011). Uji

instrumen dilakukan pada salah satu Madrasah Ibtidaiyah yang

berdekatan dengan Madrasah Ibtidaiyah yang dijadikan tempat

penelitian dan masih berada dalam satu wilayah kerja Puskesmas

Kalibata 2. Sampel yang digunakan adalah siswa-siswi kelas 4-6

dengan total sampel adalah 30 orang. Uji validitas dan realibilitas

diuraikan sebagai berikut:

a. Uji validitas
Untuk mengetahui hasil validitas kuesioner dilakukan

dengan membandingkan nilai r tabel dengan r hitung. Cara


63

menentukan r tabel dengan menggunakan df= n (jumlah sampel)-2.

Sedangkan untuk menentukan nilai r hasil perhitungan dapat dilihat

pada kolom Corrected item-Total Correlation. Masing-masing

pertanyaan akan dinyatakan valid bila r hasil > r tabel. R tabel yang

digunakan pada penelitian ini adalah 0,361. Uji validitas diolah

dengan menggunakan software statistik.

Dari hasil uji validitas didapatkan 13 dari 49 pertanyaan

tidak valid. Pertanyaan yang tidak valid diubah penyusunan kata-

katanya sehingga menjadi valid. Nilai r pada pernyataan tidak valid

berada diantara 0,014-0,325 dan pernyataan yang valid untuk

variabel peran orang tua nilai r hasil berada diantara (0,436-0,872),

variabel pengetahuan gizi nilai r hasil berada diantara (0,447-

0,962), dan variabel body image nilai r hasil berada diantara

(0,361-0,766).

b. Uji reliabilitas
Setelah semua pertanyaan dikatakan valid, analisis

dilanjutkan dengan uji relialibilitas. Cara mengetahui reliabilitas

dengan membandingkan nilai r hasil dengan r tabel. Nilai r pada uji

reliabilitas terletak pada hasil Cronbach’s Alpha. Pertanyaan

dikatakan reliabel bila r Alpha > r tabel. Uji reliabilitas diolah

dengan menggunakan software statistik.

Dari hasil uji reliabilitas didapatkan hasil untuk variabel

peran orang tua nilai r Alpha (0,958), variabel pengetahuan gizi

nilai r Alpha (0,963), dan variabel body image nila r Alpha (0,884).
64

Maka dinyatakan bahwa kuesioner dalam penelitian ini adalah

realibel karena hasil Cronbach’s Alpha lebih besar dari r tabel.

E. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

1. Teknik pengolahan data

Teknik pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan dengan

manual dan menggunakan bantuan program dari komputer guna

memudahkan prosesnya. Tahapan pengolahan data terdiri dari:

a. Editing
Editing dalam penelitian ini berupa menjumlahkan dan

melakukan koreksi pada saat masih dilapangan dengan menunggu

jawaban dari responden hingga selesai dan mengecek kembali

kuesioner yang telah diisi. Penjumlahan dilakukan agar kuesioner

yang di dapatkan sesuai jumlah yang telah ditentukan, sedangkan

koreksian berupa tindakan membenarkan atau menyelesaikan hal-

hal yang salah atau kurang jelas.

b. Coding
Coding data dilakukan untuk membuat kelompok jawaban

dan dan pemberian kode pada setiap variabel sebelum di masukkan

ke dalam komputer. Pengcodingan dilakukan sebelum dan sesudah

pengumpulan data. Coding digunakan untuk mempermudahkan

analisis dengan melakukan perubahan yang berbentuk huruf

menjadi angka.
65

1) Pola Konsumsi Makan

Pada penelitian ini, variabel dependen dilakukan

pengcodingan untuk mengetahui pola konsumsi makan yang

kurang dari AKG dan yang sudah mencukupi dari AKG yang

diukur berdasarkan rata-rata kecukupan jumlah energi,

karbohidrat, protein, dan lemak dalam tiga hari. Pola konsumsi

akan diberikan coding “1” jika pola konsumsi makan yang

<70% dari AKG, coding “2” jika pola konsumsi makan yang ≤

70% dari AKG. Terdapat pada formulir recall.

2) Jenis kelamin

Pada penelitian ini, jenis kelamin diberikan kode “A3” pada

kuesioner. Jenis kelamin akan diberikan coding “1” jika jenis

kelamin perempuan dan di coding “2” jika jenis kelamin laki-

laki.

3) Umur

Pada penelitian ini, umur dengan kode “A2” pada

kuesioner. Umur dinyatakan dalam satuan tahun.

4) Pendidikan ibu

Pada penelitian ini, pendidikan ibu dengan kode “B2” pada

kuesioner. Pendidikan ibu akan diberikan coding “1” jika tidak

sekolah, coding “2” jika tamat SD, coding “3 jika tamat SMP,

coding “4” jika tamat SMA, dan coding “5” jika tamat

Perguruan Tinggi.
66

5) Peran orang tua

Pada penelitian ini, peran orang tua dengan kode “D” pada

kuesioner. Peran orang tua akan diberikan coding “1” jika

memiliki pengaruh dan coding “2” jika tidak memiliki

pengaruh.

6) Pengetahuan gizi

Pada penelitian ini, pengetahuan gizi diberi kode “E” pada

kuesioner. Pengetahuan gizi akan diberikan coding “1” jika

pengetahuan gizi kurang dan coding“2” jika pengetahuan gizi

baik.

7) Body image

Pada penelitian ini, body image dengan kode “G” pada

kuesioner. Body image akan diberikan coding “1” jika body

image positif dan “2” jika body image negatif .

8) Besar Uang jajan

Pada penelitian ini, uang jajan diberi kode “C1” pada

kuesioner. Uang jajan di ukur berdasarkan jumlah nominal uang

dalam rupiah yang diberikan orang tua kepada anak.

c. Entry
Dalam penelitian ini, peneliti memasukkan data ke dalam

template yang telah disediakan. Agar mudah dijumlahkan, disusun

dan ditata untuk disajikan dan dianalisis.


67

d. Cleaning
Peneliti melakukan kegiatan pengecekkan kembali data

yang telah di entry untuk memastikan bahwa data tersebut tidak

ada kesalahan baik dalam pengcodingan maupun membaca kode

sehingga jika ditemukan kesalahan dapat langsung dilakukan

perbaikan dan penyesuaian dengan data yang telah dikumpulkan.

2. Analisis Data

Analisis data yang dilakukan adalah uji normalitas, analisis

univariat dan analisis bivariat. Analisis data ini dilakukan dengan

menggunakan software statistik.

a. Uji Normalitas
Uji normalitas biasa dilakukan dengan teknik Kolmogorov-

Sminov. Data dikatakan normal jika Sig. Kolmogorov-Sminov >

0,05 atau P value > 0,05.

b. Analisis Univariat
Analisis univariat digunakan untuk mendeskripsikan

karateristik dari variabel indipenden dan dependen. Keseluruhan

data yang ada dalam kuesioner diolah dan disajikan dalam bentuk

tabel distribusi frekuensi.

c. Analisis Bivariat
Analisis bivariat digunakan untuk melihat hubungan antara

variabel indipenden dan variabel dependen. Untuk melihat apakah

ada hubungan antara umur, jenis kelamin, pendidikan ibu, uang

jajan, peran orang tua, pengetahuan gizi, dampak media massa,


68

body image dengan pola konsumsi. Pada analisis ini digunakan uji

chi square dan uji Spearman corelation.

Uji statistik chi square digunakan untuk melihat hubungan

antar variabel pola konsumsi dengan jenis kelamin, peran orang

tua, pengetahuan gizi, dan dampak media massa yang bersifat

kategorik dengan kategorik.

Melalui uji statistik chi square akan diperoleh nilai p,

dimana dalam penelitian ini digunakan tingkat kemaknaan sebesar

0,005. Uji hipotesis antara dua variabel dikatakan bermakna jika

mempunyai nilai dikatakan bermakna jika mempunyai nilai p ≤

0,05 yang berarti Ho ditolak dan Ha diterima dan dikatakan tidak

bermakna jika mempunyai nila p > 0,05 yang berarti Ho diterima

dan Ha ditolak.

Jika variabel indipenden terdiri dari dua kategori dan

dijumpai nilai E<5, maka nilai p dapat dilihat dari nilai fisher exact.

Jika tidak dijumpai nilai E<5, maka nilai p dapat dilihat dari nilai

continuity correction. Untuk variabel indipenden yang lebih dari

dua kategori, maka nilai p dapat dilihat dari nilai pearson chi

square. Selanjutnya untuk kepentingan pembahasan dilakukan

tabulasi silang antar sesama variabel indipenden.


69

Sedangkan Uji korelasi Spearman digunakan untuk

menghubungkan variabel independen (umur dan uang jajan) yang

memiliki skala ukur numerik dengan variabel dependen (pola

konsumsi makan) yang memiliki skala ukur kategorik.

Pada uji korelasi dikatakan bermakna jika mempunyai nilai

p ≤ 0,05 yang berarti Ho ditolak dan Ha diterima dan dikatakan

tidak bermakna jika mempunyai nila p > 0,05 yang berarti Ho

diterima dan Ha ditolak yang dapat dilihat dari nilai sig. (2-tailed).
BAB V
HASIL

A. Analisis Univariat

1. Gambaran Pola Konsumsi Makan Siswa MI Unwanul Huda di


Jakarta Selatan Tahun 2015

Gambaran pola konsumsi makan pada penelitian ini dibagi

menjadi empat kategori, yaitu energi, karbohidrat, protein, dan lemak.

Berikut pola konsumsi makan pada siswa MI Unwanul Huda di Jakarta

Selatan tahun 2015 dapat dilihat pada tabel 5.1 berikut ini:

Tabel 5.1
Distribusi Frekuensi Pola Konsumsi Makan Siswa
Berdasarkan Angka Kecukupan Gizi (AKG) Siswa MI
Unwanul Huda di Jakarta Selatan Tahun 2015

Pola Konsumsi Makan


Pola
Konsumsi Kurang (<70%AKG) Cukup (≥70%AKG)
Makan n % n %

Energi 87 65,4 46 34,6


Karbohidrat 98 73,7 35 26,3
Protein 51 38,3 82 61,7
Lemak 83 62,4 50 37,6

Berdasarkan tabel 5.1 diketahui bahwa siswa yang memiliki

pola konsumsi makan energi dan pola konsumsi makan karbohidrat

yang kurang, yakni sebesar 65,4% (87 orang) dan 73,7% (98 orang).

71
72

2. Gambaran Karateristik Siswa MI Unwanul Huda di Jakarta


Selatan Tahun 2015

Gambaran karateristik pada penelitian ini dibagi menjadi dua

kategori, yaitu umur dan jenis kelamin. Berikut umur dan jenis

kelamin pada siswa MI Unwanul Huda di Jakarta Selatan tahun 2015

dapat dilihat pada tabel 5.2 dan 5.3 berikut ini:

Tabel 5.2
Gambaran Umur Siswa MI Unwanul Huda di Jakarta Selatan
Tahun 2015
Umur n Mean Min Max

Umur 133 10,59 9,00 12,00

Berdasarkan tabel 5.2 diketahui bahwa karateristik siswa terdiri

dari variabel umur dan jenis kelamin. Rata-rata umur siswa adalah

10,59 tahun dengan nilai min sebesar 9 tahun dan max 12 tahun.

Tabel 5.3
Distribusi Frekuensi Siswa Berdasarkan Jenis Kelamin Siswa
MI Unwanul Huda di Jakarta Selatan Tahun 2015
Jenis Kelamin n %
Perempuan 69 51,8
Laki-laki 64 48,2
Total 133 100

Berdasarkan tabel 5.3 diketahui bahwa lebih banyak siswa

yang memiliki jenis kelamin perempuan, yakni sebesar 51,8% (69

orang).
73

3. Gambaran Besar Uang Jajan Siswa MI Unwanul Huda di Jakarta


Selatan Tahun 2015

Gambaran besar uang jajan pada siswa MI Unwanul Huda di

Jakarta Selatan tahun 2015 dapat dilihat pada tabel 5.4 berikut ini:

Tabel 5.4
Gambaran Siswa Berdasarkan Besar Uang Jajan Siswa MI
Unwanul Huda di Jakarta Selatan Tahun 2015
Besar uang jajan n Mean Min Max

Besar uang jajan 133 8067,67 2000,00 20000,00

Berdasarkan tabel 5.4 diketahui bahwa rata-rata uang jajan

siwa adalah 8067,67 dengan nilai min Rp 2000 dan nilai max Rp

20000.

4. Gambaran Pendidikan Ibu Siswa MI Unwanul Huda di Jakarta


Selatan Tahun 2015

Gambaran pendidikan ibu pada penelitian ini dibagi menjadi

empat kategori, yaitu SD, SMP, SMA dan Perguruan Tinggi. Berikut

pendikan ibu pada siswa MI Unwanul Huda di Jakarta Selatan tahun

2015 dapat dilihat pada tabel 5.5 berikut ini:

Tabel 5.5
Distribusi Frekuensi Siswa Berdasarkan Pendidikan Ibu
Siswa MI Unwanul Huda di Jakarta Selatan Tahun 2015
Pendidikan Ibu n %
SD 9 6,8
SMP 15 11,3
SMA 84 63,2
Perguruan Tinggi 25 18,2

Total 133 100


74

Berdasarkan tabel 5.5 diketahui bahwa pendidikan ibu siswa

lebih banyak tamatan SMA, yakni sebesar 63,2% (84 orang).

5. Gambaran Peran Orang Tua Siswa MI Unwanul Huda di Jakarta


Selatan Tahun 2015

Gambaran peran orang tua pada penelitian ini dibagi menjadi

dua kategori, yaitu ada pengaruh jika jawaban ya <50% dan tidak ada

pengaruh jika jawaban ya >50%. Berikut peran orang tua pada siswa

MI Unwanul Huda di Jakarta Selatan tahun 2015 dapat dilihat pada

tabel 5.6 berikut ini:

Tabel 5.6
Distribusi Frekuensi Siswa Berdasarkan Peran Orang Tua
terhadap Pola Konsumsi Makan Siswa MI Unwanul Huda di
Jakarta Selatan Tahun 2015
Peran Orang Tua n %
Ada Pengaruh 47 34,6
Tidak ada Pengaruh 86 65,4
Total 133 100

Berdasarkan tabel 5.6 diketahui bahwa lebih banyak siswa

yang tidak dipengaruhi oleh peran orang tua terkait pola konsumsi

makan, yakni sebesar 66,9% (86 orang).

6. Gambaran Pengetahuan Gizi Siswa MI Unwanul Huda di Jakarta


Selatan Tahun 2015

Gambaran pengetahuan gizi pada penelitian ini dibagi menjadi

dua kategori, yaitu pengetahuan gizi kurang jika jawaban benar <60%

dan pengetahuan gizi baik jika jawaban benar ≥60%. Berikut


75

pengetahuan gizi siswa MI Unwanul Huda di Jakarta Selatan tahun

2015 dapat dilihat pada tabel 5.7 berikut ini:

Tabel 5.7
Distribusi Frekuensi Siswa Berdasarkan Pengetahuan terkait
Gizi Siswa MI Unwanul Huda di Jakarta Selatan Tahun 2015

Pengetahuan Gizi n %
Kurang 49 36,8
Baik 84 63,2
Total 133 100

Berdasarkan tabel 5.7 diketahui bahwa lebih banyak siswa

memiliki pengetahuan terkait gizi yang baik, yakni sebesar 63,2% (84

orang).

7. Gambaran Body Image Siswa MI Unwanul Huda di Jakarta


Selatan Tahun 2015

Gambaran body image pada penelitian ini dibagi menjadi dua

kategori, yaitu body image positif jika skor nilai ≥61 dan body image

negatif jika skor nilai <61. Berikut body image pada siswa MI

Unwanul Huda di Jakarta Selatan tahun 2015 dapat dilihat pada tabel

5.8 berikut ini:

Tabel 5.8
Distribusi Frekuensi Siswa Berdasarkan Body Image Siswa MI
Unwanul Huda di Jakarta Selatan Tahun 2015
Body Image n %
Positif 113 85
Negatif 20 15
Total 133 100

Berdasarkan tabel 5.8 diketahui bahwa lebih banyak siswa

memiliki body image positif, yakni sebesar 85% (113 orang).


76

B. Analisis Bivariat

1. Hubungan Umur dengan Pola Konsumsi Makan Siswa MI


Unwanul Huda di Jakarta Selatan Tahun 2015

Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji korelasi

spearman antara umur dengan pola konsumsi makan pada siswa

Madrasah Ibtidaiyah Unwanul Huda di Jakarta Selatan dapat dilihat

pada tabel 5.9 berikut ini:

Tabel 5.9
Hubungan Umur dengan Pola Konsumsi Makan Siswa MI
Unwanul Huda di Jakarta Selatan Tahun 2015
Umur Pola Konsumsi Makan

Energi P value karbohidrat P value


n r n r
133 0,262 0,002 133 0,328 0,000
Protein P value Lemak P value
n r n r
133 0,366 0,000 133 0,40 0,000

Berdasarkan tabel 5.9 diketahui bahwa dari hasil uji korelasi

spearman didapatkan nilai pvalue energi=0,002, pvalue

karbohidrat=0,000, pvalue protein=0,000, dan pvalue lemak=0,000

artinya pada α = 5% dapat disimpulkan Ho ditolak atau ada hubungan

antara umur dengan pola konsumsi makan siswa MI Unwanul Huda.

Rata-rata umur anak adalah 10 tahun dengan pola konsumsi makan

yang kurang.
77

2. Hubungan Jenis Kelamin dengan Pola Konsumsi Makan Siswa MI


Unwanul Huda di Jakarta Selatan Tahun 2015

Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji chi square

antara jenis kelamin dengan pola konsumsi makan siswa MI Unwanul

Huda di Jakarta Selatan dapat dilihat pada tabel 5.10 berikut ini:

Tabel 5.10
Hubungan Jenis Kelamin dengan Pola Konsumsi Makan Siswa
MI Unwanul Huda di Jakarta Selatan Tahun 2015
Jenis Pola Konsumsi Makan
Kelamin
Energi P Karbohidrat P
Kurang Cukup value Kurang Cukup value

n % n % 0,185 n % n %
Perempuan 41 59,4 28 40,6 49 71 20 29
Laki-laki 46 71,9 18 28,1 49 76,6 15 23,4 0,556
Total 87 100 46 100 98 73,7 35 26,3

P P
Protein value Lemak value
Jenis
Kelamin Kurang Cukup Kurang Cukup
n % n % n % n %
Perempuan 22 31,9 47 68,1 0,153 39 56,5 30 43,5 0,157
Laki-laki 29 45,3 35 54,7 44 68,8 20 31,2
Total 51 38,3 82 61,7 83 62,4 50 37,6

Berdasarkan tabel 5.10 diketahui bahwa dari hasil uji chi square

didapatkan nilai pvalue energi =0,185, pvalue karbhidrat=0,556, pvalue

protein=0,153, dan pvalue lemak=0,157 artinya pada α = 5% dapat

disimpulkan Ho diterima atau tidak ada hubungan antara jenis kelamin

dengan pola konsumsi makan siswa MI Unwanul Huda .


78

3. Hubungan Pendidikan ibu dengan Pola Konsumsi Makan Siswa


MI Unwanul Huda di Jakarta Selatan Tahun 2015

Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji chi square

antara pendidikan ibu dengan pola konsumsi makan siswa MI

Unwanul Huda di Jakarta Selatan dapat dilihat pada tabel 5.11 berikut

ini:

Tabel 5.11
Hubungan Pendidikan Ibu dengan Pola Konsumsi Makan Siswa
MI Unwanul Huda di Jakarta Selatan Tahun 2015
Pendidika Pola Konsumsi Makan
n Ibu
Energi p karbohidrat P value
kurang Cukup value kurang cukup
n % n % n % n %
B
SD 6 60 3 33,3 7 77,8 2 22,2 0,990
SMPe 10 66,7 5 33,3 11 73,3 4 26,7
SMA 60 72,3 24 28,6 62 73,8 22 26,2
Perguruan
r
Tinggi 11 44 14 56 18 72 7 28
Total 87 100 46 100 87 100 46 100
d 0,096
P
Protein value Lemak Pvalue
a
Kurang Cukup Kurang cukup
n % n % n % n %
SD s 2 22,2 7 77,8 6 66,7 3 33,3 0,690
SMP 5 33,3 10 66,7 0,513 10 66,7 5 33,3
SMA a 35 42,9 48 57,1 54 64,3 30 35,7
Perguruan
Tinggi 8 32 17 68 13 52 12 48
r
Total 87 100 46 100 83 62,4 50 37,6

Berdasarkan tabel 5.11 diketahui bahwa dari hasil uji chi square

didapatkan nilai pvalue energi =0,096, pvalue karbohidrat=0,990,

pvalue protein=0,513, dan pvalue lemak=0,690 artinya pada α = 5%

dapat disimpulkan Ho diterima atau tidak ada hubungan antara

pendidikan ibu dengan pola konsumsi makan siswa MI Unwanul Huda

.
79

4. Hubungan Besar Uang Jajan dengan Pola Konsumsi Makan Siswa


MI Unwanul Huda di Jakarta Selatan Tahun 2015

Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji korelasi

spearman antara besar uang jajan dengan pola konsumsi makan siswa

MI Unwanul Huda di Jakarta Selatan dapat dilihat pada tabel 5.12

berikut ini:

Tabel 5.12
Hubungan Besar Uang Jajan dengan Pola Konsumsi Makan Siswa
MI Unwanul Huda di Jakarta Selatan Tahun 2015
Besar
Uang
Jajan Pola Konsumsi Makan

Energi P karbohidrat P value


n r value n r
0,181
133 0,070 0,424 133 0,117
P
P value
Protein value Lemak
n r n r
133 0,029 0,741 133 0,023 1,000

Berdasarkan tabel 5.12 diketahui bahwa dari hasil uji korelasi

spearman didapatkan nilai pvalue=0,424, artinya pada α = 5% dapat

disimpulkan Ho diterima atau tidak ada hubungan antara besar uang

jajan dengan pola konsumsi makan siswa MI Unwanul Huda.


80

5. Hubungan Peran Orang Tua dengan Pola Konsumsi Makan Siswa


MI Unwanul Huda di Jakarta Selatan Tahun 2015

Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji chi square

antara peran orang tua dengan pola konsumsi makan siswa MI

Unwanul Huda di Jakarta Selatan dapat dilihat pada tabel 5.13 berikut

ini:

Tabel 5.13
Hubungan Peran Orang Tua dengan Pola Konsumsi Makan
Siswa MI Unwanul Huda di Jakarta Selatan Tahun
2015
Peran Pola Konsumsi Makan
Orang Tua
B Energi P Karbohidrat P
Kurang Cukup value Kurang Cukup value
e
n % n % 0,012 n % n %
Tidak
r Ada
Pengaruh 60 69 27 31 69 79,3 18 20,7
Ada
d
Pengaruh 27 58,7 19 41,3 29 63 17 37 0,043
Total 87 65,4 46 34,6 98 73,7 35 26,3
a
P P
Protein value Lemak value
s
Jenis
Kelamin Kurang Cukup Kurang Cukup
a n % n % n % n %
Tidak ada
0,049
Pengaruh 37 42,5 50 57,5 53 60,9 34 39,1 0,045
Ada
Pengaruh R14 30,4 32 69,6 30 65,2 16 34,8
Total 51 38,3 82 61,7 83 62,4 50 37,6

Berdasarkan tabel 5.14 diketahui bahwa dari hasil uji chi

square didapatkan nilai pvalue energi =0,012, pvalue

karbohidrat=0,043, pvalue protein=0,049, dan pvalue lemak=0,045

artinya pada α = 5% dapat disimpulkan Ho ditolak atau ada hubungan

antara peran orang tua berdasarkan ketersediaan pangan siswa dengan

pola konsumsi makan siswa MI Unwanul Huda.


81

6. Hubungan Pengetahuan Gizi dengan Pola Konsumsi Makan Siswa


MI Unwanul Huda di Jakarta Selatan Tahun 2015

Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji chi square

antara pengetahuan gizi dengan pola konsumsi makan siswa MI

Unwanul Huda di Jakarta Selatan dapat dilihat pada tabel 5.14 berikut

ini:

Tabel 5.14
Hubungan Pengetahuan Gizi dengan Pola Konsumsi Makan
Siswa MI Unwanul Huda di Jakarta Selatan Tahun
2015
Pengetahua Pola Konsumsi Makan
n Gizi
Energi p Karbohidrat P
Kurang Cukup value Kurang Cukup value
B
n % n % 0,455 n % n %
e
Kurang 30 61,2 19 38,8 33 67,3 16 32,7
Baik 57 67,9 27 32,1 65 77,4 19 22,6 0,225
Total r 87 65,4 46 34,6 98 73,7 35 26,3

d P P
Protein value Lemak value
Pengetahua
a
n Gizi Kurang Cukup Kurang Cukup
n % n % n % n %
Baik s 37 42,5 50 57,5 0,854 30 61,2 19 38,8 0,854
Kurang 14 30,4 32 69,6 53 63,1 31 36,9
Total a 51 38,3 82 61,7 83 62,4 50 37,6

Berdasarkan tabel 5.14 diketahui bahwa dari hasil uji chi

square didapatkan nilai pvalue energi =0,455, pvalue

karbohidrat=0,225, pvalue protein=0,854, dan pvalue lemak=0,854

artinya pada α = 5% dapat disimpulkan Ho diterima atau tidak ada

hubungan antara pengetahuan gizi dengan pola konsumsi makan

siswa MI Unwanul Huda.


82

7. Hubungan Body Image dengan Pola Konsumsi Makan Siswa MI


Unwanul Huda di Jakarta Selatan Tahun 2015

Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji chi square

antara body image dengan pola konsumsi makan siswa MI Unwanul

Huda di Jakarta Selatan dapat dilihat pada tabel 5.16 berikut ini:

Tabel 5.15
Hubungan Body Image dengan Pola Konsumsi Makan Siswa di MI
Unwanul Huda Jakarta Selatan Tahun 2015
Body Image Pola Konsumsi makanan

Energi P Karbohidrat P
Kurang Cukup value Kurang Cukup value

n % n % 0,072 n % n %
Negatif 17 85 3 15 16 80 4 20
0,59
Positif 70 61,9 43 38,1 82 72,6 31 27,4 0
Total 87 65,4 46 34,6 98 73,7 35 26,3

P P
Protein value Lemak value
Body Image Kurang Cukup Kurang Cukup
n % n % n % n %
Negatif 8 40 12 60 1,000 15 75 5 25 0,316
Positif 43 38,1 70 61,9 68 60,2 45 39,8
Total 51 38,3 82 61,7 83 62,4 50 37,6

Berdasarkan tabel 5.14 diketahui bahwa dari hasil uji chi

square didapatkan nilai pvalue energi =0,081, pvalue

karbohidrat=0,590, pvalue protein=1,000, dan pvalue lemak=0,316

artinya pada α = 5% dapat disimpulkan Ho diterima atau tidak ada

hubungan antara body image dengan pola konsumsi makan siswa

MI Unwanul Huda .
83

BAB VI

PEMBAHASAN

A. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini mempunyai beberapa keterbatasan yang dapat

mempengaruhi hasil penelitian, yaitu:

1. Sampel sebagian besar sudah terpapar pengetahuan gizi yang

diperoleh di mata pelajaran IPA pada anak kelas 5 dan 6 saja, yaitu

pengetahuan tentang gizi.

2. Penggunaan food recall 3x24 jam dalam pengumpulan data untuk pola

konsumsi makan energi, karbohidrat, protein, dan lemak sangat

dipengaruhi daya ingat responden, sehingga memerlukan waktu yang

lama untuk menunggu jawaban dari responden. Kesalahan estimasi

jenis dan jumlah takaran bahan makanan yang dikonsumsi siswa

ketika food recall kemungkinan dapat terjadi. Untuk mengatasi

kelemahan di atas peneliti melakukan hal sebagai berikut:

a. Peneliti merinci kegiatan responden dari ia bangun, hingga ia

tidur lagi untuk membantu responden dalam mengingat

makanan yang dikonsumsi pada satu hari.

b. Menggunakan berbagai macam alat bantu seperti ukuran rumah

tangga (piring, sendok, gelas, dan lain-lain), food model, dan

gambar makanan untuk membantu responden memperkirakan

ukuran makanan ke dalam ukuran berat.


84

B. Analisis Univariat

1. Gambaran Pola Konsumsi Makan pada Siswa MI Unwanul Huda


di Jakarta Selatan Tahun 2015

Pola konsumsi makan menurut Persagi (2009) adalah susunan

makanan yang merupakan suatu kebiasaan yang dimakan seseorang

mencakup jenis dan jumlah energi dan zat gizi yang berasal dari bahan

makanan rata-rata per orang per hari yang umum dikomsumsi atau

dimakan penduduk dalam jangka waktu tertentu.

Pada penelitian ini gambaran pola konsumsi makan pada siswa MI

Unwanul Huda di Jakarta Selatan, dilihat dari rata-rata asupan konsumsi

siswa pada satu hari untuk energi sebesar 1300 Kkal, karbohidrat 169 g,

protein 44 g, dan lemak 46 g. Sedangkan standar yang

direkomendasikan oleh Angka Kecukupan Gizi (AKG) kebutuhan

energi pada satu hari untuk anak usia sekolah adalah 1850-2100 Kkal,

karbohidrat 254-289 g, protein 49-60 g, dan lemak 67-72 g yang

dibedakan berdasarkan umur dan jenis kelamin. Hal ini menunjukkan

bahwa kebutuhan energi, karbohidrat, protein, dan lemak pada siswa

belum memenuhi standar yang dianjurkan oleh AKG.

Dari hasil wawancara dengan menggunakan alat bantu food recall

3x24 jam dan food model ternyata seluruh siswa mengkonsumsi nasi

(nasi, nasi goreng, bubur) sebagai makanan pokok dan selebihnya roti

dan mie. Konsumsi singkong, ubi, bihun, gandum, dan jagung ini

merupakan kebiasaan pada siswa yang jarang karena makanan pokok

bagi sebagian besar masyarakat Indonesia adalah nasi. Untuk sumber


85

lauk hewani yang dikonsumsi sebagian siswa setiap hari adalah ikan

mas, ikan lele, ikan bandeng, ikan tongkol, ayam, dan telur. Sedangkan

sumber lauk nabati yang sering dikonsumsi siswa adalah tahu dan

tempe. Begitupun halnya dengan sayuran, rata-rata siswa sering

mengkonsumsi sayur bayam, sayur sop, kangkung, jengkol, dan sayur

lodeh. Untuk jenis buah yang sering dikonsumsi sebagian siswa adalah

pisang, jeruk, dan mangga.

Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara dari beberapa siswa

didapatkan hasil bahwa sebagian siswa yang membawa bekal dari

rumah dengan menu yang bermacam-macam seperti nasi dengan mie

goreng dan telur, nasi dengan chicken nugget, nasi dengan sosis, nasi

dengan ayam goreng, nasi dengan ikan goreng, nasi goreng, dan nasi

dengan telur dadar. Dilihat dari jenis makanan yang dibawa, bahwa

bekal yang dibawa adalah jenis makanan yang mudah, cepat, dan

praktis. Pada bekal yang dibawa, tidak terlihat sayuran yang dijadikan

bekal, alasan responden tidak membawa sayur adalah karena takut

tumpah di dalam tas dan para ibu responden tidak sempat memasak

sayur di pagi hari. Sedangkan, sebagian responden lebih suka

mengkonsumsi jajanan yang ada di sekolah seperti mie instan, nasi

kuning, telur gulung, siomay, cilok, sosis goreng, chiki, permen, teh

manis.

Namun pada sebagian responden yang membawa bekal, mereka

hanya makan 1 kali dari bekal saja dari mulai istirahat jam 10.00 hingga

pulang sekolah 03.00 tanpa membeli jajanan di sekolah dan mereka


86

hanya makan satu jenis makanan saja tidak bervariasi, sedangkan

dirumah mereka makan hanya 1 kali . Sehingga, dapat diasumsikan

bahwa pada siswa yang membawa bekal, kebutuhan energi,

karbohidrat, protein, dan lemak belum tentu tercukupi. Karena di lihat

dari seberapa sering dan seberapa banyak siswa makan dalam satu hari.

Sedangkan, siswa yang membeli jajanan di sekolah kebutuhan energi,

karbohidrat, protein, dan lemak tidak terpenuhi. Jika dilihat dari jenis

jajanan yang tersedia.

Pada penelitian ini, tingkat konsumsi energi, karbohidrat, protein,

dan lemak pada siswa dikelompokkan ke dalam dua kategori yaitu

cukup, apabila tingkat konsumsi energi, karbohidrat, protein, dan lemak

siswa ≥ 70% AKG dan kurang, apabila tingkat konsumsi energi,

karbohidrat, protein, dan lemak siswa < 70% AKG. Sedangkan untuk

umur dan jenis dibedakan menjadi dua kategori yaitu umur 7-9 tahun

dan umur 10-12 tahun dan jenis kelamin yaitu laki-laki dan perempuan.

Perbedaan umur dan jenis kelamin dimasukkan pada saat perhitungan

tingkat konsumsi energi, karbohidrat, protein, dan lemak.

Hasil penelitian ini didapatkan bahwa sebanyak 65,4% siswa MI

Unwanul Huda memiliki pola konsumi energi kurang dari AKG,

sebanyak 73,7% siswa yang konsumsi karbohidratnya kurang dari

AKG, dan sebanyak 62,4% siswa yang konsumsi lemaknya kurang dari

AKG. Sedangkan sebanyak 61,7% siswa memiliki pola konsumsi yang

cukup dari AKG. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Regar (2013)

dan Resty (2014) menemukan konsumsi energi, karbohidrat, dan lemak


87

yang kurang dari AKG dan konsumsi protein yang cukup dari AKG

pada anak.

Faktor yang menyebabkan tidak terpenuhinya kebutuham energi,

karbohidrat, dan lemak kemungkinan besar akibat kurangnya porsi

makan yang harus dipenuhi dan makanan yang tidak beraneka ragam

akan menyebabkan ketidakseimbangnya asupan zat gizi dan energi

yang dibutuhkan oleh tubuh.

Berdasarkan hasil penelitian Tahir, dkk (2013) menyatakan bahwa

terdapat hubungan antara pola konsumsi makan dengan status gizi. Hal

ini didukung oleh hasil penelitian Yulni, dkk (2013) didapatkan bahwa

energi dan asupan karbohidrat berhubungan dengan status gizi.

Kekurangan asupan energi dan asupan protein pada masa anak-anak

akan berdampak secara langsung terhadap gangguan pertumbuhan,

perkembangan, dan produktifitas (Depkes RI, 2002). Selain itu,

kekurangan asupan karbohidrat dan asupan lemak juga akan berdampak

pada penggunaan protein di tubuh sebagai sumber energi bukan pada

fungsinya sebagai sumber zat pembangun. Hal ini terjadi karena energi

yang berasal dari karbohidrat dan lemak tidak mencukupi kebutuhan

yang diperlukan oleh tubuh. Karena energi harus dipenuhi, maka terjadi

katabolisme atau perombakan protein, sehingga fungsi protein sebagai

faktor pertumbuhan yang sangat penting dalam proses pertumbuhan

anak akan terhambat karena beralihnya fungsi protein menjadi sumber

penghasil energi. Kondisi yang terjadi secara terus menerus dalam


88

jangka waktu lama akan menimbulkan KEP (Kekurangan Energi

Protein).

Hal ini sejalan dengan pendapat (Hardiansyah dalam Suci 2011)

apabila tubuh kekurangan zat gizi, khususnya energi dan zat gizi makro,

pada tahap awal akan menyebabkan rasa lapar dan dalam jangka waktu

tertentu berat badan akan menurun. Kekurangan zat gizi yang berlanjut

akan menyebabkan status gizi kurang dan gizi buruk.

Untuk menunjang pertumbuhan dan perkembangan anak,

diperlukan konsumsi zat gizi yang dapat dipenuhi dari pola makan sehat

dan seimbang agar tercukupi seluruh kebutuhan gizinya. Sehingga masa

usia sekolah adalah masa paling penting untuk memperbaiki

pemenuhan konsumsi akan zat gizi karena akan berdampak pada

pertumbuhan selanjutnya. Hal ini didukung oleh hasil penelitian Tahir,

dkk (2013) yang menunjukkan bahwa pola konsumsi makan anak

menentukan status gizi, karena dengan anak mengkonsumsi makanan

yang banyak mengandung zat gizi dan energi, dan pengolahan makanan

sesuai dengan syarat – syarat kesehatan maka makanan yang

dikomsumsi akan bermanfaat bagi pertumbuhan dan perkembangan

anak dan meskipun pola makan anak 3 kali sehari atau lebih, tetapi jika

pemilihan jenis dan bahan makanan serta proses pengolahan makanan

tidak sesuai dengan syarat – syarat kesehatan tetap kurang mempunyai

nilai gizi bagi pertumbuhan dan perkembangan ana.


89

Pemenuhan kebutuhan energi, karbohidrat, protein, dan lemak

bukanlah hal yang mudah bagi siswa, karena aktivitas yang padat di

sekolah dan waktu makan yang singkat. Hal ini menunjukkan bahwa

siswa harus memperhatikan pola konsumsi makan dari aspek jenis

makanan yang dikonsumsi (Hardinsyah, dkk, 2005). Secara umum

faktor yang mempengaruhi pola konsumsi makan siswa adalah umur,

jenis kelamin, pendidikan ibu, peran orang tua, pengetahuan gizi, status

sosial ekonomi pekerjaan, teman sebaya dan body image (Worthington,

2000). Hasil analisa data pada penelitian ini menunjukkan bahwa

terdapat beberapa faktor di atas berhubungan dengan pola konsumsi

makan pada siswa MI Unwanul Huda di Jakarta Selatan tahun 2015.

2. Gambaran Umur pada Siswa MI Unwanul Huda di Jakarta Selatan


Tahun 2015

Menurut Depkes (2008), umur adalah masa hidup responden

dalam tahun dengan pembulatan ke bawah atau umur pada waktu ulang

tahun yang terakhir.

Berdasarkan tabel gambaran karateristik responden (tabel 5.2),

terlihat bahwa rata-rata umur siswa MI Unwanul Huda yang memiliki

pola konsumsi makan kurang dari AKG lebih rendah dibandingkan

rata-rata umur siswa yang memiliki pola konsumsi makan cukup dari

AKG. Rata-rata umur pada penelitian ini adalah umur 9 tahun dengan

pola konsumsi makan yang kurang dari AKG. Sedangkan umur 12

tahun memiliki pola konsumsi makan yang cukup dari AKG.


90

Hasil ini sejalan dengan penelitian Suci (2011) yang menemukan

bahwa umur 9 tahun lebih sedikit mengkonsumsi jajanan yang

mengandung energi dan zat gizi dibandingkan dengan umur 12 tahun.

Sehingga pada anak umur 9 tahu memiliki pola konsumsi makan yang

kurang.

3. Gambaran Jenis Kelamin pada Siswa MI Unwanul Huda di


Jakarta Selatan Tahun 2015

Menurut Depkes (2008), jenis kelamin adalah perbedaan seks

yang didapat sejak lahir yang dibedakan antara laki-laki dan

perempuan.

Berdasarkan tabel gambaran karateristik responden (tabel 5.3),

terlihat bahwa sebagian besar responden adalah perempuan. Sedangkan

diantara 64 siswa yang memiliki jenis kelamin laki-laki, terdapat 46

siswa (71,9%) yang memiliki pola konsumsi energi kurang dari AKG,

49 siswa (76,6%) memiliki pola konsumsi karbohidrat kurang dari

AKG, 29 (45,3%) memiliki pola konsumsi protein kurang dari AKG,

dan 44 siswa (68,8%) memiliki pola konsumsi lemak kurang dari AKG.

Sedangkan diantara 69 siswa yang berjenis kelamin perempuan,

terdapat 41 siswa (59,4%) yang memiliki pola konsumsi energi kurang

dari AKG, 49 siswa (71%) yang memiliki pola konsumsi karbohidrat

kurang dari AKG, 22 siswa (31,9%) memiliki pola konsumsi protein

kurang dari AKG, dan 39 siswa (56,5%) memiliki pola konsumsi lemak

kurang dari AKG.

Hasil ini sejalan dengan Penelitian Septiana (2013) yang

memperoleh responden berjenis kelamin perempuan lebih banyak


91

sebesar 53% dibandibandingkan dengan responden berjenis kelamin

laki-laki yang hanya sebesar 47%.

4. Gambaran Pendidikan Ibu pada Siswa MI Unwanul Huda di


Jakarta Selatan Tahun 2015

Menurut Notoadmojo (2003), pendidikan adalah suatu proses

pembentukan kecepatan seseorang secara intelektual dan emosional.

Pendidikan juga diartikan sebagai suatu usaha sendiri untuk

mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam maupun di luar

sekolah dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan ibu yang dimaksud

dalam penelitian ini adalah jenjang pendidikan formal tertinggi yang

pernah ditempuh oleh ibu responden.

Berdasarkan tabel distribusi frekuensi (tabel 5.5), terlihat bahwa

sebagian besar ibu responden berpendidikan SMA dengan presentasi

81,2%. Sedangkan dari 84 ibu siswa yang memiliki tingkat pendidikan

SMA, terdapat 60 ibu siswa (71,4%) yang memiliki pola konsumsi

energi kurang dari AKG, 62 ibu siswa (73,8%) memiliki pola konsumsi

karbohidrat yang kurang dari AKG, 36 (42,9%) ibu siswa yang

memiliki pola konsumsi protein yang kurang dari AKG, dan 54 ibu

siswa (64,3%) yang memiliki pola konsumsi lemak yang kurang dari

AKG.

5. Gambaran Besar Uang Jajan pada Siswa MI Unwanul Huda di


Jakarta Selatan Tahun 2015

Uang jajan adalah uang yang diberikan orang tua kepada anak

untuk membeli jajanan di sekolah. Uang jajan yang rutin diberikan

pada anak dapat membentuk sikap dan persepsi anak bahwa uang jajan
92

adalah hak mereka dan mereka bisa menggunakannya sesui dengan

keinginan mereka, sehingga anak bisa memanfaatkan secara bebas.

(Aprillia, 2011).

Berdasarkan tabel distribusi frekuensi (tabel 5.4), terlihat

bahwa rata-rata siswa memiliki uang jajan sebesar Rp 8.067.

Sedangkan rata-rata uang jajan siswa yang memiliki pola konsumsi

energi, karbohidrat, protein, dan lemak yang kurang lebih tinggi

dibandingkan rata-rata uang jajan siswa yang memiliki pola konsumsi

energi, karbohidrat, protein, dan lemak cukup. Hasil ini didukung oleh

hasil penelitian Septiana (2013) yang menenumukan bahwa rata-rata

anak yang memiliki uang jajan yang besar untuk konsumsi makan

belum tentu membeli makanan yang mengandung zat gizi.

6. Gambaran Peran Orang Tua pada Siswa MI Unwanul Huda di


Jakarta Selatan Tahun 2015

Orang tua merupakan orang yang paling dekat dengan anak

ketika berada dirumah. Sehingga orang tua dapat mempengaruhi

kebiasaan dan tingkah laku anak termasuk pola konsumsi makan anak

(Dilapanga, 2008).

Berdasarkan tabel distribusi frekuensi (tabel 5.6), terlihat bahwa

sebagian besar siswa tidak dipengaruhi oleh peran orang tua sebanyak

87 siswa (65,4%). Sedangkan dari 46 siswa yang dipengaruhi oleh

peran orang tua, terdapat 27 siswa (58,7%) memiliki pola konsumsi

energi kurang dari AKG. Diantara 87 siswa yang tidak dipengaruhi oleh

peran orang tua, terdapat 60 siswa (69%) memiliki pola konsumsi

energi kurang dari AKG. Sebagian besar siswa tidak dipengaruhi oleh
93

peran orang tua sebanyak 98 siswa (73,7%) memiliki pola konsumsi

karbohidrat yang kurang dari AKG. Dari 87 siswa (65,4%) yang

memiliki pola konsumsi karbohidrat kurang dari AKG, terdapat 69

siswa (79,3%) tidak dipengaruhi oleh peran orang tua dan dari 46 siswa

terdapat 29 siswa (63%) yang dipengaruhi oleh peran orang tua.

Sebanyak 51 siswa (38,3%) tidak dipengaruhi oleh peran orang

tua yang memiliki pola konsumsi protein kurang dari AKG dan dari 46

siswa, terdapat 14 siswa (30,4%) dipengaruhi oleh peran orang tua yang

memliki pola konsumsi protein kurang dari AKG. Untuk pola konsumsi

lemak yang kurang dari AKG terdapat 53 siswa (60,9%) tidak

dipengaruhi peran orang tua dan dari 46 siswa, terdapat 30 siswa

(65,2%) dipengaruhi oleh peran orang tua yang memiliki pola konsumsi

lemak yang kurang dari AKG.

7. Gambaran Pengetahuan Gizi Anak pada Siswa MI Unwanul Huda


di Jakarta Selatan Tahun 2015

Pengetahuan adalah hasil dari tahu seseorang yang didapat

dengan menggunakan penginderaan terhadap objek sampai

menghasilkan pengetahuan yang sangat dipengaruhi oleh intesitas

perhatian dan persepsi terhadap objek (Notoadmojo, 2010). Menurut

Khomsan (2000) pengetahuan gizi merupakan aspek kognitif yang

menunjukkan pemahaman responden tentang ilmu gizi, jenis zat gizi,

serta interaksinya terhadap status gizi dan kesehatan.

Berdasarkan tabel distribusi frekuensi (tabel 5.7), terlihat

bahwa sebagian besar responden memiliki pengetahuan terkait gizi


94

yang baik sebesar 63,2%. diantara 84 siswa yang memiliki

pengetahuan terkait gizi yang baik, terdapat 57 siswa (67,9%) yang

memiliki pola konsumsi energi kurang, 65 siswa (77,4%) yang

memiliki pola konsumsi karbohidrat yang kurang dari AKG, 33 siswa

(39,3%) yang memiliki pola konsumsi protein yang kurang dari AKG,

dan 53 siswa (63,1%) yang memiliki pola konsumsi lemak yang

kurang dari AKG. Hasil ini sejalan dengan penelitian Septiana (2013)

yang menyatakan respondennya sebanyak 60% memiliki pengetahuan

gizi baik.

Sedangkan diantara 49 siswa yang memiliki pengetahuan

terkait gizi yang kurang, terdapat 30 siswa (61,2%) yang memiliki pola

konsumsi energi kurang dari AKG, 33 siswa (67,3%) yang memiliki

pola konsumsi kabohidrat yang kurang dari AKG, 18 (36,7%) yang

memiliki pola konsumsi protein yang kurang dari AKG, dan 30 siswa

(61,2%) yang memiliki pola konsumsi lemak yang kurang dari AKG.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa yang

berpengetahuan gizi kurang dan berpengetahuan gizi baik cenderung

sama-sama memiliki konsumsi energi, karbohidrat, protein, dan lemak

yang kurang. Hal ini dapat dipengaruhi oleh siswa yang

berpengetahuan gizi baik, tidak menerapkan dalam pola konsumsi

tentang makanan yang dapat memenuhi kebutuhan gizinya.


95

8.Gambaran Body Image pada Siswa MI Unwanul Huda di Jakarta


Selatan Tahun 2015

Body image atau citra diri merupakan cara seseorang menilai

dan memandang bentuk tubuhnya sendiri. Pada perempuan cenderung

menganggap dirinya gemuk, sehingga mereka sangat memperhatikan

pola konsumsi terhadap makanannya. Sehingga, pada mereka

menganggap diri gemuk maka akan cenderung mengurangi frekuensi

makannya (Dachlan, 2012).

Berdasarkan tabel distribusi frekuensi (tabel 5.16), terlihat

bahwa dari 20 siswa yang memiliki body image negatif, terdapat 17

siswa (85%) yang memiliki pola konsumsi energi kurang dari AKG,16

(80%) yang memiliki pola konsumsi karbohidrat yang kurang dari

AKG, 83 siswa (40%) yang memiliki pola konsumsi protein yang

kurang dari AKG, dan 15 siswa (75%) yang memiliki pola konsumsi

lemak kurang dari AKG.

Sedangkan diantara 113 siswa yang memiliki body image

positif, terdapat 70 siswa (61,9%) yang memiliki pola konsumsi

energi kurang dari AKG, 82 siswa (72,6%) yang memiliki pola

konsumsi karbohidrat kurang dari AKG, 43 siswa (38,1%) yang

memiliki pola konsumsi protein yang kurang dari AKG, dan 68 siswa

(60,2%) yang memiliki pola konsumsi lemak kurang dari AKG.


96

C. Analisis Bivariat

1. Hubungan Umur dengan Pola Konsumsi Makan pada Siswa MI


Unwanul Huda di Jakarta Selatan tahun 2015

Pada penelitian ini didapatkan hasil bahwa rata-rata umur siswa

adalah 9 tahun. Berdasarkan hasil uji chi square diperoleh nilai pvalue

untuk energi = 0,002, pvalue karbohidrat =0,000, pvalue protein=

0,000, dan pvalue lemak= 0,000 (<0.05), yang menunjukkan bahwa Ho

ditolak atau hipotesis penelitian diterima yaitu ada hubungan antara

umur dengan pola konsumsi makan. Hal ini sejalan dengan penelitian

Lucy, dkk (2005) yang menemukan bahwa ada hubungan antara umur

dengan pola konsumsi energi, karbohidrat, protein, dan lemak. Di

samping itu, hasil penelitian Daryono (2003) juga menemukan bahwa

ada hubungan antara umur dengan pola konsumsi energi dan protein.

Hal tersebut didukung dengan hasil wawancara dari lembar food

recall 3x24 jam dan observasi yang menyatakan bahwa rata-rata

konsumsi makanan pokok pada siswa yang berusia 9-10 tahun hanya

sebanyak 1-2 kali saja dan membeli jajanan hanya 1 kali, sedangkan

pada anak 11-12 tahun mengkonsumsi makanan pokok sebanyak 3-4

kali dengan membeli jajanan di sekolah sebanyak 2 kali. Hal ini

menunjukkan bahwa anak usia 9-10 tahun lebih sedikit mengkonsumsi

makanan dan jajanan dibanding dengan siswa yang berusia 11-12

tahun.

Dapat diasumsikan juga pada siswa yang berumur 11-12 tahun

memiliki aktivitas yang lebih banyak daripada siswa berumur 9-10


97

tahun yang dapat dilihat dari jam pulang sekolah. Siswa berumur 10-12

tahun memiliki jam pulang sekolah yang lebih lama dibandingkan siswa

yang berumur 9-10 tahun. Sehingga asupan konsumsinya dapat

meningkat.

Umur memiliki peranan penting dalam menentukan pemilihan

konsumsi dan kebutuhan konsumsi energi dan zat gizi seseorang.

Karena umur dapat mempengaruhi kecepatan seseorang untuk

menerima dan merespon informasi yang diterima dan merupakan salah

satu faktor yang berhubungan dengan konsumsi makan. Komposisi

tubuh setelah umur 5 tahun mulai berubah. Sebagian besar waktu anak

usia sekolah banyak dimanfaatkan dengan aktivitas di luar rumah, yakni

sekitar 3-6 jam di sekolah, beberapa jam untuk bermain, berolahraga,

dan sebagainya. Sehingga, anak sekolah memerlukan energi dan asupan

zat gizi makro lebih banyak (Kurniasih, dkk, 2010).

Dari berbagai pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa umur

berhubungan dengan pola konsumsi makan. Hal ini disebabkan

terjadinya perubahan komposisi tubuh seiring dengan bertambahnya

umur. Sehingga, kebutuhan energi, karbohidrat, protein, dan lemak

akan bertambah.
98

2. Hubungan Jenis Kelamin dengan Pola Konsumsi Makan pada


Siswa MI Unwanul Huda di Jakarta Selatan tahun 2015

Pada penelitian ini didapatkan hasil bahwa lebih banyak siswa

laki-laki yang memiliki konsumsi energi, karbohidrat, protein, dan

lemak yang kurang dari AKG dibandingkan dengan siswa perempuan.

Berdasarkan hasil uji chi square diperoleh nilai pvalue energi =

0,336 pvalue karbohidrat =0,556, pvalue protein= 0,153, dan pvalue

lemak= 0,157 (>0.05), yang menunjukkan bahwa Ho diterima atau

hipotesis penelitian ditolak yaitu tidak ada hubungan antara jenis

kelamin dengan pola konsumsi makan. Hal ini sejalan dengan hasil

penelitian Nasution (2001) dalam Puji (2011) yang menemukan bahwa

tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan pola konsumsi energi,

karbohidrat, protein, dan lemak. Di samping itu, hasil penelitian Sri

(2010) yang juga menemukan tidak ada hubungan antara jenis kelamin

dengan konsumsi energi.

Tidak adanya hubungan antara jenis kelamin dengan pola

konsumsi makan dapat disebabkan karena distribusi responden kurang

heterogen, dimana jumlah responden perempuan lebih banyak

dibandingkan dengan jumlah responden laki-laki. Selain itu dapat

diasumsikan bahwa porsi makan anak perempuan lebih sedikit

dibandingkan dengan anak laki-laki.

Namun hal ini tidak sejalan dengan hasil penelitian yang

dilakukan oleh Hakim (2001) dalam Septiana (2011) dan Asrina, dkk

(2013) yang menemukan bahwa ada hubungan antara jenis kelamin


99

dengan konsumsi energi, protein, karbohidrat, dan lemak. Faktor jenis

kelamin dapat terjadi karena adanya perbedaan konsumsi antara anak

laki-laki dan anak perempuan. Kebutuhan gizi dan energi antara laki-

laki dan perempuan sangat berbeda, hal ini disebabkan karena

pertumbuhan dan perkembangan laki-laki dan perempuan juga berbeda.

Dimana laki-laki memiliki massa otot yang lebih besar dibandingkan

perempuan (Depkes, 2008).

Hasil ini dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara

jenis kelamin dengan pola konsumsi makan karena sebagian besar

responden adalah anak perempuan. Dimana, anak perempuan juga

memiliki konsumsi yang lebih sedikit dibandingkan dengan anak laki-

laki.

3. Hubungan Pendidikan Ibu dengan Pola Konsumsi Makan pada


Siswa MI Unwanul Huda di Jakarta Selatan Tahun 2015

Dari hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian besar ibu

responden berpendidikan SMA dengan presentasi 81,2%. Berdasarkan

hasil uji chi square diperoleh nilai pvalue energi= 0,096, pvalue

karbohidrat =0,990, pvalue protein= 0,513, dan pvalue lemak= 0,690

(>0.05), yang menunjukkan bahwa Ho diterima atau hipotesis

penelitian ditolak yaitu tidak ada hubungan antara pendidikan ibu

dengan pola konsumsi makan. Hal ini sejalan dengan penelitian yang

dilakukan Aryanti (2012), yang menemukan bahwa tidak ada hubungan

antara tingkat pendidikan orang tua dengan pola konsumsi energi,

karbohidrat, protein, dan lemak. Penelitian ini juga didukung oleh hasil
100

penelitian Daryono (2003) yang menemukan tidak ada hubungan antara

pendidikan ibu dengan konsumsi energi dan protein.

Tidak ada hubungan antara pendidkan ibu dengan pola

konsumsi makan anak karena tingkat konsumsi makan tidak hanya

dipengaruhi oleh pendidikan melainkan faktor lain seperti kemiskinan,

lingkungan yang kurang sehat, asupan energi dan zat gizi yang kurang,

penyakit infeksi, dan pelayanan kesehatan yang kurang memadai

(Handasari, 2010). Hal ini diperkuat kembali oleh pendapat Allo (2013)

yang menyatakan bahwa faktor pendidikan bukan merupakan faktor

langsung yang mempengaruhi status gizi, tetapi pendidikan tersebut

akan sangat berpengaruh pada tingkat pengetahuan. Pengetahuan

kesehatan dan gizi merupakan faktor yang sangat mempengaruhi pola

konsumsi makan.

Namun hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian

Mayapadin (2006) menunjukkan bahwa pendidikan ibu rumah tangga

berpengaruh secara signifikan terhadap konsumsi energi, karbohidrat,

protein, dan lemak. Karena tingkat pendidikan formal seorang ibu

seringkali berhubungan positif dengan peningkatan pola konsumsi

makanan rumah tangga. Hal ini termasuk upaya mencapai status gizi

yang baik pada anak-anaknya (Koblinsky, et.al, 1997).

Dapat disimpulkan bahwa pendidikan ibu bukan merupakan

faktor yang berhubungan dengan pola konsumsi makan. Dari hasil

diketahui pula bahwa masih terdapat ibu responden yang berpendidikan

SMA memiliki pola konsumsi makan yang kurang pada anak.


101

Sehingga, dapat diasumsikan bahwa pendidikan ibu yang tinggi tidak

menutup kemungkinan pengetahuan gizinya kurang karena beberapa

hal seperti ibu tidak rajin membaca informasi tentang gizi terutama

tentang pola konsumsi makan yang baik dan seimbang, jarang

mendengarkan informasi tentang gizi, dan tidak melihat informasi

tentang gizi yang akan berdampak pada ketersediaan pangan di

keluarga dan berpengaruh terhadap kebutuhan gizi keluarga.

4. Hubungan Besar Uang jajan dengan Pola Konsumsi Makan pada


Siswa MI Unwanul Huda di Jakarta Selatan tahun 2015

Pada penelitian ini didapatkan bahwa rata-rata besar uang jajan

siswa adalah Rp 8.067. Berdasarkan hasil uji chi square diperoleh

nilai pvalue energi= 0,424 pvalue karbohidrat =0,181, pvalue

protein= 0,741, dan pvalue lemak= 0,796 (>0.05), yang menunjukkan

bahwa Ho diterima atau hipotesis penelitian ditolak yaitu tidak ada

hubungan antara besar uang jajan dengan pola konsumsi makan. Hal

ini sejalan dengan hasil penelitisn Kirana (2007) yang menemukan

bahwa ada hubungan antara uang jajan dengan pola konsumsi energi.

Disamping itu, hasil penelitian Anzarkusuma (2014), Getruida (2010)

menemukan bahwa besar uang jajan tidak ada hubungan dengan status

gizi yang akan berdampak pada pola konsumsi energi, karbohidrat,

protein, dan lemak pada anak.

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi bahwa siswa

terbiasa sarapan pagi dirumah dan membawa bekal ke sekolah,

sehingga mereka jarang membeli makanan jajanan di sekolah. Hal ini


102

dapat diasumsikan bahwa uang jajan tidak sepenuhnya digunakan

untuk membeli makanan jajanan, sehingga tidak ada hubungan antara

uang jajan dengan pola konsumsi makan. Untuk mendapatkan

makanan yang cukup energi, karbohidrat, protein, dan lemak mereka

harus mengeluarkan uang Rp 3.000 agar dapat membeli nasi kuning

dengan isi telur dan oreg tempe, lontong 3 buah dengan isi sayuran.

Sebagian responden yang membawa bekal, mereka hanya makan

bekalnya saja di antara jam istirahat pertama atau jam istirahat kedua

dan tidak membeli jajanan hingga pulang sekolah dengan alasan sudah

kenyang.

Sedangkan untuk siswa yang tidak membawa bekal, mereka

hanya membeli jajanan di sekolah seperti mie instan, nasi kuning, telur

gulung, siomay, cilok, sosis goreng, chiki, permen, teh manis.

Sehingga, dapat diasumsikan pola konsumsi mereka akan kurang dari

kebutuhan gizi, karena mereka hanya memakan makanan pokok 1 kali

di sekolah yang rentang waktu dari pagi hingga siang, sedangkan

aktivitas mereka di sekolah cukup banyak.

Tidak ada hubungan antara besar uang jajan dengan pola

konsumsi makan dapat disebabkan oleh tidak banyak siswa yang

memperoleh kesempatan mempunyai uang jajan yang banyak oleh

karena itu, mereka cenderung memilih jenis jajanan yang murah.

Biasanya makin rendah harga suatu barang atau jajanan makin rendah

kualitasnya. Karena anak hanya mampu membeli jajanan yang murah.

Maka anak akan berisiko membeli jajanan dengan kualitas gizi


103

khususnya energi dan protein yang rendah. Hal ini juga didukung oleh

penelitiannya Kirana (2007) yang mengatakan bahwa alokasi uang

jajan uang jajanan besar jumlahnya, akan tetapi tidak menentukan

apakah jajajanan yang dibeli tidak dikonsumsi sendiri melainkan

dikonsumsi bersama teman-temannya. Sehingga konsumsi energi dan

zat gizi belum tentu dapat terpenuhi.

Dapat disimpulkan dari hasil penelitian bahwa rata-rata uang

jajan siswa sudah mencukupi untuk membeli makanan seperti nasi

kuning yang dapat memenuhi kebutuhan gizi siswa ketika di sekolah,

namun masih banyak siswa yang lebih memilih membeli jajanan

seperti mi instan, chiki, permen, dan cilok. Peneliti menyarankan untuk

membeli jajanan dengan baik. Dengan cara: 1) pilihlah makanan yang

tertutup rapat, tidak berbau atau berasa asam, dan tidak berlendir, 2)

hindari makanan gorengan berwarna gelap dan bertekstur keras, 3)

hindari makanan gorengan dengan permukaan berwarna putih, 4)

hindari makanan berbungkus kertas koran atau kertas dengan tinta

pada bagian dalam bungkus, 5) perhatikan makanan atau minuman

yang dikemas dengan menggunakan steples, 6) perhatikan kandungan

gizi dan tanggal kadaluarsa pada makanan kemasan (Kurniasih, dkk,

2010).

5. Hubungan Peran Orang Tua dengan Pola Konsumsi Makan pada


Siswa MI Unwanul Huda di Jakarta Selatan tahun 2015

Dalam penelitian didapatkan bahwa lebih banyak siswa yang

tidak dipengaruhi oleh peran orang tua sebanyak 87 siswa (65,4%).


104

Berdasarkan hasil uji chi square diperoleh nilai pvalue energi= 0,012

pvalue karbohidrat =0,043, pvalue protein= 0,049, dan pvalue lemak=

0,045 (<0.05), yang menunjukkan bahwa Ho ditolak atau hipotesis

penelitian diterima yaitu ada hubungan antara peran orang tua dengan

pola konsumsi makan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian

yang dilakukan oleh Bryant (2004) yang menemukan bahwa ada

hubungan antara peran orang dengan pola konsumsi energi,

karbohidrat, protein, dan lemak pada anak. Hasil penelitian ini juga

didukung oleh hasil penelitian Heather (2005) dan Mangdy (2014) yang

juga menemukan ada hubungan antara peran orang tua dengan pola

konsumsi energi, karbohidrat, protein dan lemak pada anak.

Berdasarkan hasil wawancara dari lembar food recall 3x24

menyatakan bahwa mereka makan apa yang dimasak oleh ibunya,

apabila ibunya tidak memasak kebanyakan responden lebih memilih

masak mie dan telur dengan alasan mudah, cepat, dan praktis.

Adanya hubungan peran orang tua dikarenakan peran orang tua

berpengaruh terhadap ketersediaan makan, pengetahuan gizi, dan

kandungan zat gizi makanan yang ditawarkan. Karena pola kebiasaan

makan anak berawal dari keluarga (Worthington, 2000). Salah satu

faktor yang membentuk kebiasaan makan anak adalah peran ibu dalam

keluarga, terutama dalam merawat dan mengurus keluarga. Banyak

penelitian menunjukkan bahwa orang tua secara sadar maupun tidak

sadar telah menuntun kesukaan makan anak dan dapat membentuk gaya

yang berpengaruh terhadap dimana, bagaimana, dengan siapa, dan


105

berapa banyak yang ia makan. Interaksi orang tua dan anak juga dapat

berpengaruh terhadap pilihan makan dan pengembangan pola makan

anak (Almatsier, 2011).

Hal ini membuktikan bahwa peran orang tua terutama ibu

penting dalam keluarga terutama dalam hal ketersediaan makan.

Sehingga, dapat disimpulkan bahwa peran ibu dalam keluarga sangat

penting karena dapat mempengaruhi pola konsumsi makan dalam

keluarga. Untuk itu peneliti menyarankan agar ibu lebih memberikan

perhatian terhadap pola konsumsi anak dengan cara membawakan bekal

yang cukup energi dan zat gizi seperti bekal yang didalamnya terdapat

nasi, sayur, buah, tempe, daging, jus atau susu (Kurniasih, dkk, 2010).

6. Hubungan Pengetahuan Gizi Anak dengan Pola Konsumsi Makan


pada Siswa MI Unwanul Huda di Jakarta Selatan tahun 2015

Pada penelitian ini didapatkan hasil bahwa lebih banyak siswa

yang memiliki pegetahuan terkait gizi yang baik sebanyak 63,2%.

Berdasarkan hasil uji chi square diperoleh nilai pvalue energi = 0,557

(>0.05), pvalue karbohidrat =0,225, pvalue protein= 0,854, dan pvalue

lemak= 0,854 yang menunjukkan bahwa Ho diterima atau hipotesis

penelitian ditolak yaitu tidak ada hubungan antara pengetahuan gizi

dengan pola konsumsi makan. Hasil penelitian ini sejalan dengan

penelitian yang dilakukan oleh Asrina, dkk (2013) yang menemukan

bahwa tidak ada hubungan antara pengetahuan gizi dengan asupan

energi dan zat gizi makro. Hal ini juga didukung oleh hasil penelitian
106

Yuliansyah (2007) dalam Septiana (2011) yang menemukan bahwa

tidak ada hubungan antara pengetahuan gizi dengan konsumsi energi.

Tidak ada hubungan antara pengetahuan gizi dengan pola

konsumsi makan dapat diasumsikan, karena pada anak kelas 5 dan 6

mendapatkan kurikulum pendidikan gizi pada mata pelajaran IPA.

Sehingga untuk pengetahuan mendasar tentang gizi mereka suda tahu.

Hal ini didukung oleh perbedaan jumlah jawaban benar antara kelas 4,

5, dan 6. Untuk jawaban benar pada anak kelas 4 kurang lebih 40-60.

Sedangkan untuk anak kelas 5 dan 6 jumlah jawaban benar 60-100.

Hal ini dapat terjadi karena pada anak kelas 4 belum mendapat

kurikulum pendidikan gizi.

Hal ini juga didukung oleh hasil penelitian Sukandar (2009)

dalam Widyantara (2013) yang menjelaskan bahwa pengaruh

pengetahuan gizi dengan konsumsi energi dan zat gizi tidak selalu

linier, artinya semakin tinggi tingkat pengetahuan gizi seseorang,

belum tentu konsumsi energi dan zat gizi yang diterapkan akan baik.

Karena konsumsi energi dan zat gizi jarang dipengaruhi langsung oleh

pengetahuan gizi tetapi dapat dipengaruhi oleh interaksi sikap dengan

keterampilan gizi. Pengetahuan gizi yang baik tidak selalu mendasari

pilihan makanan yang bergizi, hal ini masih dipengaruhi oleh

kebiasaan dan kemampuan daya beli.

Namu hal ini tidak sejalan dengan hasil penelitian hasil

penelitian Aminah (2007) dalam Mardhina, dkk (2014) yang


107

menemukan bahwa ada hubungan antara tingkat pengetahuan gizi

dengan pola konsumsi energi, karbohidrat, protein, dan lemak, artinya

bahwa semakin tinggi tingkat pengetahuan maka akan semakin baik

pola makannya. Begitu pula sebaliknya, semakin rendah tingkat

pengetahuan maka semakin buruk pola makannya. Karena informasi

yang diterima berupa pengetahuan dapat diterapkan pada pola

konsumsi makan.

Dapat disimpulkan dari hasil penelitian yang menunjukkan

bahwa pengetahuan gizi bukan merupakan faktor yang berhubungan

dengan pola konsumsi makan. Hal ini dikarenakan berdasarkan hasil

analisis tidak diterapkannya pengetahuan gizi yang didapatkan dari

sekolah oleh siswa dalam kehidupan sehari-hari.

7. Hubungan Body Image dengan Pola Konsumsi Makan pada Siswa


di MI Unwanul Huda di Jakarta Selatan tahun 2015

Dari penelitian didapatkan hasil bahwa lebih banyak siswa

yang memiliki body image positif sebanyak 85%. Berdasarkan hasil

uji chi square diperoleh nilai pvalue energi= 0,557, pvalue

karbohidrat =0,590, pvalue protein= 1,000, dan pvalue lemak= 0,316

(>0.05), yang menunjukkan bahwa Ho diterima atau hipotesis

penelitian ditolak yaitu tidak ada hubungan antara body image dengan

pola konsumsi makan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian

yang dilakukan oleh Daryono (2003) yang menemukan tidak ada

hubungan antara body image dengan konsumsi energi dan protein. Hal

ini juga sejalan dengan penelitian oleh Ervina (2007) dalam Chairiah
108

(2012) yang memenemukan tidak ada hubungan antara body image

dengan pola konsumsi energi, karbohidrat, protein, dan lemak.

Tidak ada hubungan antara body image dengan pola konsumsi

makan dapat dikarenakan pola konsumsi makan yang diterapkan tidak

hanya dipengaruhi oleh persepsi tubuh ideal saja. Tetapi terdapat

faktor lain yang mempengaruhinya, yaitu pola asuh orang tua, seperti

kepercayaan dan riwayat keluarga yang memandang tubuh ideal

sebagai bagian penting serta pengaruh dari peer grup, dimana

didapatkan dari pergaulan teman sebaya.

Namun hal ini tidak sejalan dengan hasil penelitian Chairah

(2012) yang menemukan bahwa ada hubungan antara body image

dengan pola makan pada remaja putri. Ini artinya bahwa semakin

positif body image maka semakin baik pula pola makannya. Begitu

juga sebaliknya, jika body image yang dimiliki negatif maka semakin

buruk pola makannya.

Dapat dimpulkan dari hasil penelitian bahwa sebagian besar

responden sudah memiliki pandangan body image yang positif,

sehingga faktor ini tidak bukan merupakan faktor yang berhubungan

dengan pola konsumsi makan. Karena adanya pandangan pada siswa

terhadap bentuk tubuh yang sudah baik. Sehingga, dapat diasumsikan

mereka memiliki tanggapan bahwa pola konsumsi makan yang sedikit

maupun banyak tidak akan mempengaruhi ke bentuk tubuh mereka

dan tidak ada yang melakukan diet.


BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan tentang faktor-faktor

yang berhubungan dengan pola konsusmi makan pada siswa MI Unwanul

Huda di Jakarta Selatan tahun 2015, diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Terdapat 65,4% siswa yang konsumsi energinya kurang dari AKG,

terdapat 73,7% siswa yang konsumsi karbohidratnya kurang dari

AKG, dan sebesar 62,4% siswa yang konsumsi lemaknya kurang dari

AKG. Sedangkan 61,7% siswa memiliki konsumsi protein yang cukup

dari AKG.

2. Rata-rata umur siswa adalah 10,59 tahun.

3. Sebagian besar siswa berjenis kelamin perempuan.

4. Sebagian besar ibu siswa berpendidikan SMA yaitu sebesar 63,2%.

5. Rata-rata uang jajan siswa adalah Rp 8,067.

6. Sebagian besar siswa tidak dipengaruhi oleh peran orang tua yaitu

sebesar 65,4%.

7. Sebagian besar siswa memiliki pengetahuan terkait gizi kategori baik

yaitu sebesar 63,2%.

8. Sebagian besar siswa memiliki body image positif yaitu sebesar 85%.

9. Ada hubungan antara umur dengan pola konsumsi makan(energi,

karbohidrat, protein, dan lemak) pada siswa MI Unwanul Huda di

Jakarta Selatan tahun 2015.

109
110

10. Tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan pola konsumsi

makan (energi, karbohidrat, protein, dan lemak) pada siswa MI

Unwanul Huda di Jakarta Selatan tahun 2015.

11. Tidak ada hubungan antara pendidikan ibu dengan pola konsumsi

makan (energi, karbohidrat, protein, dan lemak) pada siswa MI

Unwanul Huda di Jakarta Selatan tahun 2015.

12. Tidak ada hubungan antara uang jajan dengan pola konsumsi makan

(energi, karbohidrat, protein, dan lemak) pada siswa MI Unwanul

Huda di Jakarta Selatan tahun 2015.

13. Ada hubungan antara peran orang tua dengan pola konsumsi makan

(energi, karbohidrat, protein, dan lemak) pada siswa MI Unwanul

Huda di Jakarta Selatan tahun 2015.

14. Tidak ada hubungan antara pengetahuan gizi dengan pola konsumsi

makan (energi, karbohidrat, protein, dan lemak) pada siswa MI

Unwanul Huda di Jakarta Selatan tahun 2015.

15. Tidak ada hubungan antara body image dengan pola konsumsi makan

(energi, karbohidrat, protein, dan lemak) pada siswa MI Unwanul

Huda di Jakarta Selatan tahun 2015.

B. Saran

1. Sekolah

a. Kepada pihak sekolah tetap mempertahankan pendidikan ipa

terhadap kelas 5 dan 6 dan lebih membahas tentang bekal dan

jajanan sehat yang dapat memenuhi kebutuhan energi dan zat gizi

seimbang.
111

b. Diharapkan bagi pihak sekolah agar dapat menyediakan jenis

jajanan sehat seperti bubur ayam, nasi goreng, jus buah dan dapat

mengontrol jenis jajanan yang ada di kantin sekolah.

2. Orang tua

a. Diharapkan kepada pihak orang tua, terutama ibu agar

membawakan bekal seperti bekal yang didalamnya terdapat nasi,

sayur, buah, tempe, daging, jus atau susu kepada anak yang dapat

memenuhi kebutuhan energi dan gizi seimbang ketika berada di

sekolah.

b. Bagi yang sudah membawakan bekal kepada anaknya, agar lebih

menambahkan kualitas isi bekalnya dan memberikan variasi pada

bekalnya. Sehingga dapat memenuhi kebutuhan energi dan gizi

seimbang.

3. Peneliti lain

a. Disarankan untuk melakukan penelitian terhadap variabel

karateristik responden yang bevariasi dan diduga berhubungan

dengan pola konsumsi makan pada anak sekolah di SD Negeri.


DAFTAR PUSTAKA

Adi, dkk. 2013. Hubungan Faktor Perilaku, Frekuensi Konsumsi Fast Food, Diet
dan Genetik dengan Tingkat Kelebihan Berat Badan. Jurnal Media Gizi
Indonesia, Vol. 9, hal. 20-27.
AKG 2013. Angka Kecukupan Gizi 2013. Jakarta: Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia.
Alamin, dkk. 2014. Hubungan Sarapan Pagi di Rumah dan Jumlah Uang Saku
dengan Konsumsi Makanan Jajanan di Sekolah pada Siswa SDN Sukarejo
02 Semarang. Jurnal Gizi Universitas Muhammadiyah Semarang, Vol. 3,
No. 1.
Almatsier, S. 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi, Jakarta, PT Gramedia Utama.
Almatsier, S. 2011. Daur Kehidupan Dan Gizi, Jakarta, PT Gramedia Utama.
Andriani, Merryana. 2012. Peranan Gizi dalam Siklus Kehidupan, Jakarta;
Kencana Prenada Media Group.
Anita. 2012. Gaya Hidup Dan Kebiasaan Makan Mahasiswa. Jurnal Ilmu
Keluarga dan Konsumen, Vol. 5, hal. 157-165.
Asrina, Teti. Hubungan Pengetahuan, Asupan Gizi dengan Status Gizi Siswa dan
Manajemen Penyelenggara Makan di SMA Negeri 2 Tinggi Moncong
Kabupaten Gowa Provinsi Sulawesi Selatan. Jurnal Media Gizi, Vol. 2,
No. 2, Februari, 2013:90-97
Anzarkusuma, dkk. 2014. Status Gizi Berdasarkan Pola Makan Anak Sekolah
Dasar di Kecamatan Rajeg Tangerang. Journal of Human Nutrition Vol.
1, No. 2, hal. 135-148.
Apriadji. 1986. Gizi Keluarga. Jakarta, Penebar Swadaya.
Ariandani, Bondika. 2011. Faktor yang Berhubungan dengan Pemilihan
Makanan Jajanan Anak Sekolah. Skripsi Universitas Diponegoro Fakultas
Kesehatan Masyarakat Program Studi Gizi.
Ariawan, I. 1998. Besar Dan Metode Sampel Pada Penelitian Kesehatan. Jakarta,
Gramedia Pustaka.
Arisman. 2009. Gizi dalam Daur Kehidupan. Jakarta, Buku Kedokteran EGC.

112
113

Aryanti, Fesy. Perbandingan Asupan Energi dan Zat Gizi Makro Pada Anak Sd
(6-12 Tahun) Berdasarkan Tingkat Pendidikan Orang Tua di Provinsi
NTB dan NTT (Analisis Data Sekunder Riskesdas 2010). 2012. Tesis
Universitas Esa Unggul Fakultas Kesehatan Masyarakat Program Studi
Gizi.
Bappenas. 2011. Rencana Aksi Pangan dan Gizi 2011-2015. Jakarta, Badan
Penelitian Nasional.
Badan Pusat Statistik (BPS). 2005. Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas)
Tahun 2004. Jakarta, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.
Badan Pusat Statistik (BPS). 2011. Data Survei Sosial Ekonomi Nasional
(Susenas) Tahun 2010. Jakarta, Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan.
Bryant, dkk. 2004. Nutritients for Cognitive Development in School Age
Childreen. Nutrition Reviews, 62, 8, 295-306.
Chaplin 2004. Kamus Lengkap Psikologi, Jakarta, PT Raja Grafindo.
Chairiah, Putri. 2012. Hubungan Gambaran Body Image dan Pola Makan Remaja
Puti di SMAN 34 Jakarta. Skripsi Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Indonesia.
Cristina, dkk. 2014. WHO Adolescents Are Not Happy with Their Body Image.
Journal of Gender and feminist Studies, Vol 2.
Dahlan, Sopiyudin. 2009. Statistik Untuk Kedokteran Kesehatan, Jakarta,
Salemba Medika
Daryono. 2003. Hubungan antara Konsumsi Makanan, Kebiasaan Makan dan
Faktor-Faktor Lain dengan Status Gizi Anak Sekolah di SD Islam Al
Falah Jambi Tahun 2003. Tesis. Program Studi Ilmu Kesehatan
Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat UI Depok.
Deboran, Salvo., et all. 2012. Food Group Intake Patterns and Nutritient Intake
Vany Aeross Low-Income Hispanic and African American Preschool
Childreen in Atlanta. Journal Nutrition Vol 11, Number 62 dari
www.nutrionj.com
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2002. Program Gizi Makro, Jakarta,
Depkes RI, Dirjen Binkesmas, Direktorat Gizi Masyarakat.
114

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2004. Analisis Situasi Gizi Dan


Kesehatan Masyarakat, Jakarta, Badan Penelitian dan Pengembangan
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2005. Pedoman Perbaikan Gizi Anak
Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah, Jakarta, Direktorat Gizi
Masyarakat.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2008. Laporan Hasil Riskesdas
Indonesia Tahun 2007, Jakarta, Badan Penelitian dan Pengembangan.

Dilapanga, Alfira. 2011. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku


Konsumsi Soft Drink pada Siswa Smp Negeri 1 Ciputat Tahun 2008.
Skripsi. Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Dinas Kesehatan DKI Jakarta. Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta tahun
2012, Jakarta, Dinas Kesehatan DKI Jakarta.
Emilia, dkk. 2014. Pendidikan Gizi Sebagai Salah Satu Sarana Perubahan
Perilaku Gizi pada Remaja. Jurnal Tabularasa Unimed Vol.6, No.
2, 2009.
Farida, Ida. 2010. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Konsumsi
Buah Dan Sayur Pada Remaja Di Indonesia Tahun 2007. Skripsi.
Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Fatimah, S. 2008. Faktor-Faktor Yang Berkontribusi Terhadap Status Gizi Pada
Balita Di Kecamatan Ciawi Kabupaten Tasikmalaya. Jurnal Unpad, Vol.
10, 2008. Hal. 37.
Febry, dkk. 2011. Hubungan Iklan Makanan dan Minuman Di Media Massa
dengan Frekuensi Konsumsi Junk Food Pada Remaja Di Sma Negeri 13
Palembang Tahun 2009. Publikasi Ilmiah.
G, Winarno. 2004. Kimia Pangan Dan Gizi, Jakarta, Gramedia Pustaka Utama.
Getruida, dkk. 2010. Konsumsi Makanan Jajanan, Konsumsi Makanan di Rumah
dan Status Gizi Anak di SDN 04 Petang Jakarta Timur, Jurnal .Nutrie
Diaita, Vol. 2.
Gibney, M. J. 2005. Gizi Kesehatan Masyarakat, Jakarta, Buku Kedokteran EGC.
115

Gibson, R. S. 2005. Principles Of Nutritional Assessment, New York, Oxford


University Press.
Hadi, H. 2005. Beban Ganda Masalah Gizi Dan Implikasinya Terhadap
Kebijakan Pembangunan Kesehatan Nasional. Publikasi Ilmiah. 5
Februari 2005, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.
Hermina, dkk. 1998. Keragaan Penerapan Pendidikan Gizi di Sekolah Dasar
(SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) dalam Pelaksanaan PMT-AS di
Pedesaan di Lampung Tengah. Jurnal Penelitian Gizi dan Makanan
(PGM). Vol. 35, No. 1, 1998. ISSN: 0125-9717.
Heather, Patrick. 2013. Review of Family and Social Determinants of Childreens
Eating Patterns and Diet Quality. Journal of The American College of
Nutrition Vol. 24, Number 2, 2013.
Joshi, HS. 2011. Determinants of Nutritional Status of School Children. A cross
Sectional Study in the Western Region of Nepal. Journal NJIRM, 2 (1): 10-
15
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2010. Riset Kesehatan Dasar 2010,
Jakarta, Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan Kementerian
Kesehatan
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Riset Kesehatan Dasar 2013,
Jakarta, Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan Kementerian
Kesehatan RI.
Khomsan A. 2000. Teknik Pengukuran Pengetahuan Gizi, Bogor, Institut
Pertanian Bogor.
Khomsan 2004. Peranan Pangan Dan Gizi Untuk Kualitas Hidup, Jakarta, PT
Grafindo Persada.
Kolopaking R., Ariyanti, F., Fahmida, U., Firmansyah, A., Karyadi, E., Haryanthi,
LPS. 2015. Using Prelede Model Develop Nutrition Education Program
for Mid-Low Income Islamic Elementary School Children in Urban Area
Of Indonesia. Dipresentasikan pada Simposium Nutrition Education from
th
Assessment to Intervension 12 Asian Congress of Nutrition, 15-18 Mei,
Yokohana, Jepang.
116

Karina L, allen, et all. 2014. Maternal and Family Factors and Child Eating
Pathology Risk and Protective Relationship. Journal of Eating Disorders
Vol. 2, Number. 11, 2014.
Katrine, A, et all. 2001. Relatioships Between Use of Television During Meals and
Childreen Food Consumption Patterns. Journal of the Pediatric, Vol. 107,
Number. 1, 2001.
Kirana. 2007. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kecukupan Energi dan
Protein pada Peserta Didik SLTPN Jakarta Tahun 2007. Skripsi FKM UI.
Kurniasih, Dedeh. 2010. Sehat dan Bugar Berkat Gizi Seimbang, Jakarta, PT
Gramedia.
Lemeshow, Stanley. 1997. Besar Sampel dalam Penelitian Kesehatan, UK
University, John Willey and Sors.
Lestari, I. D. 2013. Identifikasi Perilaku Diet Remaja Putri Menggunakan Teori
Pendekatan Who. Jurnal Promkes, Vol. 1, hal. 67-75.
Luciana, et all. 2012. Presscholl Childreen Dietary Pattern and Associated
Factors. Journal Pediatric Vol 88, Number 2, 2012. ISSN: 0021-7557.
Lucy, J. Cooke., Jane, Wardle. 2005. Age and Gender Difference in Childreen's
Food Preference. Journal British of Nutrition Vol 93, issue 05, 2005.
Mangdy, A, Darwish. 2014. Lifestyle and Dietary Behaviors Among Saudi
Prescholl Childreen Attending Primary Health Care Centers, Eastearn
Saudi Arabia. International Journal of Family Medicine, 2014.
Mardhina, dkk . 2014. Hubungan Pengetahuan Gizi Dan Body Image Dengan
Frekuensi Konsumsi Fast Food Remaja Putri Di Smk N 4 Surakarta.
Jurnal Kebidanan Vol. 6, No. 2.
Mayapadin, W. Y. 2006. Hubungan Faktor-Faktor Sosial Budaya Dengan
Konsumsi Makanan Pokok Rumah Tangga Pada Masyarakat Di
Kecamatan Wamena, Kabupaten Jayawijaya Tahun 2005. Tesis.
Universitas Diponegoro.
Merrit, L. P. W. J. 2012. Agar Anak Pandai Mengelola Uang, Making
Allowances, Jakarta, PT Gramedia Pustaka Utama.
117

Mufidah, N. L. 2012. Pola Konsumsi Masyarakat Perkotaan:Studi Deskriptif


Pemanfaatan Foodcourt Oleh Keluarga. Jurnal Biokultur, Vol. 1, hal 157-
178.
Notoadmojo, S. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu & Seni, Jakarta, Rineka Cipta.
Notoadmojo, S. 2010. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasinya. Jakarta, Rineka
Cipta.
Nuryanto. 2009. Studi Prevalensi Masalah Gizi Ganda Anak Sekolah Dasar dan
Madrasah Ibtidaiyah di Kota Lubuk Linggau. Jurnal Pembangunan
Manusia Vol.9, No.3.
Pahlevi, Elisa. A. 2012. Determinan Status Gizi Pada Siswa Sekolah Dasar.
Jurnal Kesehatan Masyarakat, Vol. 7, hal. 122-126.
Panjaitan, Erika. 2008. Konsumsi Pangan pada Masyarakat Petani. Tesis
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatra Utara.
Profil Puskesmas Kalibata 2. 2014. Data Antropometri dan Status gizi, Jakarta,
Puskesmas Kalibata 2.
Persagi .2009. Kamus Gizi Pelengkap Kesehatan Keluarga, Jakarta, Kompas
Media Nusantara.
Puspitasari, A. 2007. Mengukur Konsep Diri Anak, Jakarta, Elex Media
Komputindo.
Puji, Syifa. 2011. Faktor-Faktor yang Behubungan dengan Pola Makan pada
Mahasiswa Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun
2011. Skripsi. Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Regar, Evan, Rini, Soekartini. 2013. Hubungan Kecukupan Asupan Energi dan
Makronutrien dengan Status Gizi Anak Usia 5-7 Tahun di Kelurahan
Kampung Melayu, Jakarta Timur. Jurnal Media Gizi, Vol.3, No. 1,
Desember, 2013.
Resty, Ryadinency, Veny, Hadju. 2012. Asupan Gizi Makro, Penyakit Infeksi,
dan Status Pertumbuhan Anak Usia 6-7 Tahun di Kawasan Pembuangan
Akhir Makasar. Jurnal Media Gizi Masyarakat Indonesia, Vol. 2, No. 1,
Agustus, 2012, 49-53
118

Sabri, Luknis, Hastono Priyono Sutanto. 2010. Statistik Kesehatan. Jakarta,


Rajawali Pers
Sada, dkk. 2012. Hubungan Body Image, Pengetahuan Gizi Seimbang, Dan
Aktifitas Fisik Terhadap Status Gizi Mahasiswa Politeknik Kesehatan
Jayapura. Jurnal Media Gizi Masyarakat Indonesia. Volume 2, 2012. hal
44-48.
Saifah, A. 2011. Hubungan Peran Keluarga, Guru, Teman Sebaya, Dan Media
Massa Dengan Perilaku Gizi Anak Usia Sekolah Dasar Di Wilayah Kerja
Puskesmas Mabelopura Kota Palu. Tesis Universitas Indonesia.
Saputra, A. D. 2012. Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Perilaku Siswa
Kelas Sekolah Dasar. Jurnal Kesehatan Masyarakat, Vol. 1, 2012.
Sebataraja, dkk. 2014. Hubungan Status Gizi dengan Status Sosial Ekonomi
Keluarga Murid Sekolah Dasar di Daerah Pusat dan Pinggiran Kota
Padang. Jurnal Kesehatan Andalas, Vol. 3, No 2.
Septiana, Lesy, Sri. 2011. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Konsumsi
Energi dan Protein pada Peserta Didik di MAN Cendekia Serpong Tahun
2010. Skripsi Program Studi Kesehatan Masyarakarat UIN Jakarta.
Sofianita, dkk 2015. Peran Pengetahuan Gizi Dalam Menentukan Kebiasaan
Sarapan Anak-Anak Sekolah Dasar Negeri di Pondok Labu, Jakarta
Selatan. Jurnal Gizi Pangan, Vol. 10, No. 1, 2009, hal 57-62, ISSN 1978-
1059.
Suci, E. S. T. 2009. Gambaran Perilaku Jajan Murid Sekolah Dasar Di Jakarta.
Jurnal Psikobuana, Vol. 1, hal. 29-38.
Suhardjo.1989. Sosial Budaya Gizi, Bogor, Ipb Pau Pangan dan Gizi.
Suhardjo. 2006. Pangan, Gizi, dan Pertanian, Bogor, Ui Press.
Supariasa, N. 2002. Penilaian Status Gizi. Buku Kedokteran, Jakarta, EGC.
Rezkiana Etika. 2013. Faktor- Faktor yang Berhubungan dengan Status Gizi
Kurang pda Siswi di 3 SMA Negeri di Kota Tegal Jawa Tengah Tahun
2013. Skripsi. Program Studi Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia.
119

Tahir, dkk. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Status Gizi Anak umur 6-12
Tahun di SDN Wilayah Kerja Puskesmas Bungi Pinnung. Jurnal
Universitas Hassanudin, Vol. 2, No. 4, ISSN: 2302-1721.
Taras, H. 2005. Nutrition, and Student Performance at School. Journal of School
Health, Vol. 75, Number 6.
th
Todaro, M, P., Smith, S, C., 2005. Economic Development 9 Edition Pearsen.
Addision Wesley.
Tienne, dkk. 2013. Hubungan Status Stress Psikososial dengan Konsumsi
Makanan dan Status Gizi Siswa SMU Methodist 8 Medan. Jurnal Gizi,
Kesehatan Reproduksi dan Epidemologi, Vol. 2, No. 6.
UUD. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang
Kesehatan Indonesia.
UNICEF. 1998. The World Childreen. diakses pada 18 Mei 2015 dari
http://www.unicef.org/publications.
WHO. 2005. The Who Child Growth Standards.
WHO. 2013. Underweight In Childreen. Akses dari WHO Web: www.WHO.com
Widyantara, dkk. 2013. The Relation of Fast Food Eating Habits, Physical
Activity And Nutrition Knowledge With The Nutritional Status of First
Year Medical Student of University of Lampung. Jurnal Universitas
Lampung, 2013. ISSN 2337-3776.
Wijaya, S. 2005. Studi Eksploratif Perilaku Mahasiswa Uk. Petra Dalam Memilih
Fast Food Restaurant Dan Non Fast Food Restaurant Di Surabaya.
Jurnal Manajemen Perhotelan, Vol. 1, hal.80-86.
Worthington, B. S. 2000. Nutrition Throughout The Life Cycle, United, Mcgraw-
Hill Book Companies Inc.

Yulni. 2014. Hubungan Asupan Zat Gizi Makro Dengan Status Gizi Pada Anak
Sekolah Dasar Di Wilayah Pesisir Kota Makassar Tahun 2013. Jurnal
Universitas Hasanudin, Vol. 2, 2014.
120

LAMPIRAN
LAMPIRAN
KUESIONER PENELITIAN

Disusun Oleh: Alvina Yarra Putri

1111101000086

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarokatuh

Saya mahasiswi gizi program studi Kesehatan Masyarakat Fakultas


Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Uin Syarif Hidayatullah Jakarta. Guna
memenuhi tugas akhir (Skripsi) saya melakukan penelitian tentang “FAKTOR-
FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN POLA KONSUMSI MAKAN
PADA SISWA MADRASAH IBTIDAIYAH UNWANUL HUDA DI
JAKARTA SELATAN TAHUN 2015”. Oleh sebab itu, saya mengharapkan
kesediaan saudara untuk mengisi kuesioner yang telah saya buat. Jawaban saudara
akan dijaga kerahasiannya sehingga kejujuran saudara dalam menjawab kuesioner
akan saya hargai. Atas kesediaan dan partisipasinya, semoga ALLAH SWT
membalas kebaikan saudara. Kurang lebihnya mohon maaf dan terimakasih.

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarokatuh

Dengan ini saya bersedia mengikuti penelitian ini dan bersedia mengisi kuesioner
yang telah disediakan dibawah ini
Tanggal pengisian:
No. Responden:
Responden,
(...................................)
A. IDENTITAS ANAK
1. Nama:
2. Tempat/tanggal lahir:
3. Jenis Kelamin: 1. Perempuan
2. Laki-laki
4. Kelas:

B. IDENTITAS ORANG TUA


1. Nama Ibu:
2. Pendidikan terakhir: 1. Tidak Sekolah
2. Sekolah Dasar (SD)
3. Sekolah Menengah Pertama (SMP)
4. Sekolah Menengah Atas (SMA)
5. Diploma (D1/D2/D3)
6. Perguruan Tinggi (S1/S2/S3)
3. Nomer tlp/hp
C.UANG JAJAN Coding (diisi oleh
peneliti)
1. Berapa uang jajan makanan Rp
per hari
D. PERAN ORANG TUA Coding (diisi oleh
peneliti)
1. Orang tua memberitahu 1. Ya
saya manfaat dari makan
2. Tidak
lauk pauk

2. Orang tua membiarkan saya 1. Ya


makan tanpa buah
2. Tidak

3. Orang tua menyuruh saya 1. Ya


untuk memakan sayuran
2. Tidak
seperti bayam, kangkung,
jengkol
4. Orang tua saya 1. Ya
menganjurkan saya untuk
2. Tidak
sarapan setiap hari agar
dapat konsentrasi
5. Orang tua saya terbiasa 1. Ya
makan tanpa mencuci
2. Tidak
tangan pakai sabun dan air
mengalir
6. Orang tua menyediakan 1. Ya
sayuran untuk saya setiap
2. Tidak
hari di rumah
7. Orang tua menyediakan 1. Ya
lauk-pauk seperti daging,
2. Tidak
ikan, ayam untuk saya
setiap hari
8. Orang tua saya 1. Ya
menyediakan buah-buahan
2. Tidak
segar buat saya setiap hari
9. Orang tua saya menyuruh 1. Ya
saya minum air putih
2. Tidak
minimal 8 gelas sehari
10. Orang tua saya 1. Ya
menyediakan sarapan setiap
2. Tidak
pagi
11. Orang tua saya 1. Ya
menyediakan makanan
2. Tidak
dalam keadaan tertutup di
meja makan
12. Orang tua saya mempunyai 1. Ya
jadwal makan bersama
2. Tidak
setiap hari

13. Orang tua dan saya makan 1. Ya


bersama minimal 1 kali
2. Tidak
sehari
14. Orang tua saya tidak 1. Ya
terbiasa sarapan setiap pagi
2. Tidak
15. Orang tua saya makan lauk- 1. Ya
pauk seperti ikan, daging,
2. Tidak
ayam setiap hari

16. Orang tua saya tidak makan 1. Ya


sayur hijau setiap hari
2. Tidak
17. Orang tua saya makan buah 3. Ya
setiap hari
4. Tidak

E.PENGETAHUAN GIZI Coding (diisi oleh


peneliti)
1. Zat-zat pada makanan yang 1. Makanan enak
berfungsi untuk 2. Gizi
pertumbuhan dan 3. Karbohidrat dan
perkembangan adalah protein
pengertian 4. Vitamin dan
mineral
2. Makanan seperti nasi, 1. Karbohidrat
jagung, ubi adalah makanan 2. Vitamin
yang mengandung zat gizi 3. Protein
4. Mineral
3. Zat gizi apa yang terdapat pada 1. Vitamin
buah adalah 2. Protein
3. Karbohidrat
4. Lemak
4. Zat gizi apa yang tedapat 1. Protein
pada ikan 2. Karbohidrat
3. Vitamin
4. Mineral

5. Tahu, tempe, dan kacang- 1. Karbohidrat


kacangan adalah makanan 2. Vitamin
yang mengandung zat gizi 3. Protein nabati
4. Lemak
6. Wortel dan tomat adalah 1. Sayuran
jenis makanan 2. Buah
3. Kacang
4. Daging

7. Susu dan telur adalah jenis 1. Protein


makanan yang mengandung 2. Karbohidrat
zat gizi 3. Vitamin
4. Mineral
8. Jeruk adalah buah yang 1. Vitamin A
banyak mengandung 2. Vitamin C
vitamin 3. Vitamin D
4. Vitamin K

9. Sayuran hijau banyak 1. Vitamin Dan


terdapat zat gizi Mineral
2. Karbohidrat
3. Protein
4. Lemak
10. Makanan yang banyak 1. Nasi dan ikan
mengandung vitamin yaitu 2. Nasi dan sayur
3. Sayur dan buah
4. Buah dan ikan
11. Manfaat makan pagi atau 1. Supaya
sarapan adalah konsentrasi
menerima
pelajaran
2. Supaya tidak
lemas
3. Supaya tubuh
menjadi kuat
4. Benar semua
F. Body Image
No. Pernyataan Sangat Tidak Ragu- Setuju Sangat Coding
tidak setuju ragu setuju (diisi
setuju oleh
(1) (2) (3) (4) (5) penelit
i)
1. Saya merasa tubuh saya
sehat dengan bentuk tubuh
saat ini
2. Saya berpendapat
bagaimana pun bentuk
tubuh saya baik gemuk,
kurus, sedang adalah sehat
3. Saya merasa nyaman
dengan keadaan bentuk
tubuh saat ini
4. Saya berpendapat ukuran
tubuh saya saat ini terlihat
baik-baik saja
5. Bentuk tubuh saya saat ini
tidak mengganggu saya
dalam melakukan kegiatan
sehari-hari
6. Orang tua saya bangga
dengan bentuk tubuh saya
saat ini
7. Penampilan saya saat ini
menarik
8. Bentuk tubuh saya saat ini
tidak sedikit pun
mempengaruhi saya bergaul
dengan teman-teman
No. Pernyataan Sangat Tidak Ragu- Setuju Sangat Coding
tidak setuju ragu setuju (diisi
setuju oleh
(1) (2) (3) (4) (5) penelit
i)
9. Saya akan tetap
mempertahankan bentuk
tubuh saya saat ini
10. Saya akan tetap
mempertahankan bentuk
tubuh saya karena membuat
saya terlihat menarik
11. Saya tetap mengikuti
kegiatan bersama teman-
teman dengan bentuk tubuh
saya saat ini
Sumber: modikasi dari Kemenkes (2014), Saifah (2012), Darsono (2003),

peneliti sendiri
Lembar Food Recall

Nama :
Kelas :
Hari/ Tanggal :

Waktu Masakan/Menu Bahan Makanan Banyaknya yang Dikonsumsi


Jumlah (URT) Berat (gr)

Sumber: Kemenkes, 2013


Hasil Uji Validitas

Item-Total Statistics

Cronbach's
Scale Mean if Scale Variance if Corrected Item- Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Total Correlation Deleted

orang tua memberitahu saya


manfaat dari makan lauk 9.8667 28.947 .628 .958
pauk

orang tua membiarkan saya


9.3333 28.713 .759 .956
makan tanpa buah

orang tua menyuruh saya


untuk memakan sayuran
9.3667 28.033 .872 .954
seperti bayam,
kangkung,jengkol

orang tua menganjurkan


saya untuk sarapan setiap 9.8667 29.016 .613 .958
hari agar dapat konsentrasi

orang tua saya terbiasa


makan tanpa mencuci
9.3667 28.033 .872 .954
tangan pakai sabun dan air
mengalir

orang tua menyediakan


sayuran untuk saya setiap 9.8667 28.947 .628 .958
hari dirumah

orang tua menyediakan lauk-


pauk seperti daging,
9.8667 28.947 .628 .958
ikan,ayam untuk saya setiap
hari

orang tua menyediakan


buah-buahan segar buat 9.9000 29.197 .604 .958
saya setiap hari

orang tua menyuruh saya


minum air putih minimal 8 9.3333 28.713 .759 .956
gelas sehari

orang tua menyediakan


9.8667 29.844 .436 .961
sarapan setiap pagi
orang tua menyediakan
makanan dalam keadaan 9.3667 28.033 .872 .954
tertutup di meja makan

orang tua saya mempunyai


jadwal makan bersama 9.3333 28.713 .759 .956
setiap hari

orang tua dan saya makan


bersama minimal 1 kali 9.3333 28.713 .759 .956
sehari

orang tua saya tidak terbiasa


9.3667 28.033 .872 .954
sarapan setiap pagi

orang tua saya makan lauk-


pauk seperti ikan,daging, 9.3667 28.033 .872 .954
ayam setiap hari

orang tua saya tidak makan


9.3667 28.033 .872 .954
sayur hijau setiap hari

orang tua saya makan buah


9.3667 28.033 .872 .954
setiap hari

Item-Total Statistics

Cronbach's
Scale Mean if Scale Variance if Corrected Item- Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Total Correlation Deleted

zat-zat pada makanan yang


berfungsi untuk pertumbuhan
10.6333 58.378 .962 .954
dan perkembangan adalah
pengertian

makanan seperti
nasi,jagung, ubi adalah
10.5333 58.120 .960 .954
makanan yang mengandung
zat gizi

zat gizi yang terdapat pada


11.5333 69.844 .447 .968
buah adalah

zat gizi apa yang terdapat


10.9333 61.720 .702 .963
pada ikan

wortel dan tomat adalah jenis


11.5333 69.844 .447 .968
makanan
tahu,tempe, dan kacang-
kacangan adalah makanan 10.4667 59.430 .893 .957
yang mengandung zat gizi

susu dan telur adalah jenis


makanan yang mengandung 11.0000 58.966 .809 .960
zat gizi

jeruk adalah buah yang


10.6333 58.378 .962 .954
banyak mengandung vitamin

sayuran hijau banyak


10.5333 58.120 .960 .954
terdapat zat gizi

makanan yang banyak


10.5333 58.120 .960 .954
mengandung vitamin yaitu

manfaat makan pagi atau


10.6667 62.023 .859 .958
sarapan adalah

Item-Total Statistics

Cronbach's
Scale Mean if Scale Variance if Corrected Item- Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Total Correlation Deleted

saya tahu makanan bergizi


5.7667 8.668 .799 .856
dari tv

saya jarang makan buah


karena acara tv yang
5.6667 9.126 .694 .865
mengatakan buah diberi
pengawet

saya makan sayuran karena


melihat program masakan di 5.8333 9.247 .559 .875
tv

saya sering makan lauk-pauk


seperti ikan,daging,ayam,
5.8000 9.407 .510 .878
sayuran karena mengetahui
manfaatnta di tv

saya sering membeli


makanan ringan/jajan seperti 5.7000 8.700 .835 .854
iklan di tv

saya sering sarapan karena


mendengar manfaatnya 5.9333 9.789 .368 .889
melalui tv
saya sering makan indomie
karena melihat iklan indomie 5.7000 9.321 .589 .872
di televisi

saya membeli makanan


ringan/jajan seperti yang ada 5.6333 9.137 .727 .863
di iklan di radio

saya minum air putih minimal


8 gelas per hari karena 5.8000 9.407 .510 .878
melihat iklan di tv

saya tahu manfaat makanan


5.7667 9.220 .589 .872
bergizi dari radio

Item-Total Statistics

Cronbach's
Scale Mean if Scale Variance if Corrected Item- Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Total Correlation Deleted

saya merasa tubuh saya


sehat dengan bentuk tubuh 30.9000 34.507 .613 .872
saat ini

saya berpendapat
bagaimana pun bentuk tubuh
30.7333 35.237 .766 .866
saya baik gemuk, kurus,
sedang, adalah sehat

saya merasa nyaman


dengan keadaan bentuk 30.7333 35.237 .766 .866
tubuh saya saat ini

saya berpendapat ukuran


tubuh saya saat ini terlihat 30.9333 34.685 .603 .873
baik-baik saja

bentuk tubuh saya saat ini


tidak mengganggu saya
30.7333 35.237 .766 .866
dalam melakukan kegiatan
sehari-hari

orang tua saya bangga


dengan bentuk tubuh saya 30.7333 35.237 .766 .866
saat ini

penampilan saya saat ini


31.3333 33.333 .611 .873
menarik
bentuk tubuh saya saat ini
tidak sedikit pun
30.9333 35.030 .568 .875
mempengaruhi saya bergaul
dengan teman-teman

saya akan tetap


mempertahankan bentuk 31.8333 35.385 .361 .896
tubuh saya saat ini

saya akan terus


mempertahankan bentuk
32.0667 35.926 .415 .887
tubuh saya karena membuat
saya terlihat menarik

saya akan tetap mengikuti


kegiatan bersama teman-
30.7333 35.237 .766 .866
teman dengan bentuk tubuh
saya saat ini
Hasil realibilitas
Variabel Peran Orang Tua

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.958 17

Variabel Pengetahuan Gizi

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.963 11

Variabel Peran Media Massa

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.882 10

Variabel Body Image

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.884 11
Uji Normalitas
Umur responden

Tests of Normality

a
kecukupan Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk
konsumsi
energi Statistic df Sig. Statistic df Sig.

umur_responden Kurang .198 87 .000 .861 87 .000

cukup .220 46 .000 .870 46 .000

a. Lilliefors Significance Correction

Uang Jajan_Responden

Tests of Normality
a
kecukupan Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk
konsumsi
energi Statistic df Sig. Statistic df Sig.

uangjajan_responden Kurang .225 87 .000 .865 87 .000

cukup .228 46 .000 .816 46 .000

a. Lilliefors Significance
Correction
OUTPUT ANALISIS UNIVARIAT

Konsumsi Energi
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Kurang 87 65.4 65.4 65.4
Cukup 46 34.6 34.6 100.0
Total 133 100.0 100.0

Konsumsi Karbohidrat
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Kurang 98 73.7 73.7 73.7
Cukup 35 26.3 26.3 100.0
Total 133 100.0 100.0

Konsumsi Protein
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Kurang 51 38.3 38.3 38.3
Cukup 82 61.7 61.7 100.0
Total 133 100.0 100.0

Konsumsi Lemak
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Kurang 83 62.4 62.4 62.4
Cukup 50 37.6 37.6 100.0
Total 133 100.0 100.0

Jenis kelamin

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid Perempuan 69 51.9 51.9 51.9
laki-laki
64 48.1 48.1 100.0
Total 133 100.0 100.0
Pendidikan Ibu Siswa
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Sd 9 6.8 6.8 6.8
Smp 15 11.3 11.3 18.0
Sma 84 63.2 63.2 81.2
Perguruan Tinggi 25 18.8 18.8 100.0
Total 133 100.0 100.0

Peran Orang Tua


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak ada pengaruh 87 65.4 65.4 65.4
Ada pengaruh 46 34.6 34.6 100.0
Total 133 100.0 100.0

Pengetahuan Gizi

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid Kurang 49 36.8 36.8 36.8

Baik
84 63.2 63.2 100.0

Total
133 100.0 100.0

Body image

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid Negatif 20 15.0 15.0 15.0
Positif
113 85.0 85.0 100.0
Total 133 100.0 100.0
Umur siswa

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 9 22 16.6 15.9 15.9

10 43 32.3 32.6 48.5

11 37 27.8 28.0 76.5

12 31 23.3 23.5 100.0

Total 133 100 100.0

Missing System 1 .8

Total 133 100.0

Statistics

Umur Siswa
N Valid 133
Missing 0
Mean 10.59
Std. Error of Mean .088
Median 11.00
Std. Deviation 1.016
Minimum 9
Maximum 12
Statistics

Uang Jajan Siswa


N Valid 133
Missing
0

Mean 8067.67
Std. Error of Mean 282.229
Median 7000.00
Std. Deviation 3.255E3
Minimum 2000
Maximum 20000
OUTPUT ANALISIS BIVARIAT
Crosstabs
Jenis kelamin_siswa*Pola Konsumsi Makan Siswa

Crosstab

Konsumsi Energi

Kurang Cukup Total

Jenis kelamin_responden Perempuan Count 41 28 69

% within jeniskelamin
59.4% 40.6% 100.0%
responden

laki-laki Count 46 18 64

% within jeniskelamin
71.9% 28.1% 100.0%
responden

Total Count 87 46 133

% within jeniskelamin
65.4% 34.6% 100.0%
responden

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2-


Value Df sided) sided) Exact Sig. (1-sided)
a
Pearson Chi-Square 2.277 1 .131
b
Continuity Correction 1.759 1 .185

Likelihood Ratio 2.291 1 .130

Fisher's Exact Test .148 .092

Linear-by-Linear Association 2.259 1 .133


b
N of Valid Cases 133

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 22,14.

b. Computed only for a 2x2 table


Crosstab

konsumsi karbohidrat

kurang cukup Total

jeniskelamin responden Perempuan Count 49 20 69

% within jeniskelamin
71.0% 29.0% 100.0%
responden

laki-laki Count 49 15 64

% within jeniskelamin
76.6% 23.4% 100.0%
responden

Total Count 98 35 133

% within jeniskelamin
73.7% 26.3% 100.0%
responden

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square .527 1 .468
b
Continuity Correction .280 1 .597

Likelihood Ratio .529 1 .467

Fisher's Exact Test .556 .299

Linear-by-Linear Association .523 1 .470


b
N of Valid Cases 133

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 16,84.

b. Computed only for a 2x2 table


Crosstab

konsumsi protein

kurang Cukup Total

jeniskelamin responden Perempuan Count 22 47 69

% within jeniskelamin
31.9% 68.1% 100.0%
responden

laki-laki Count 29 35 64

% within jeniskelamin
45.3% 54.7% 100.0%
responden

Total Count 51 82 133

% within jeniskelamin
38.3% 61.7% 100.0%
responden

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 2.532 1 .112
b
Continuity Correction 1.996 1 .158

Likelihood Ratio 2.538 1 .111

Fisher's Exact Test .153 .079

Linear-by-Linear
2.513 1 .113
Association
b
N of Valid Cases 133

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 24,54.

b. Computed only for a 2x2 table


Crosstab

konsumsi lemak

kurang cukup Total

jeniskelamin responden Perempuan Count 39 30 69

% within jeniskelamin
56.5% 43.5% 100.0%
responden

laki-laki Count 44 20 64

% within jeniskelamin
68.8% 31.2% 100.0%
responden

Total Count 83 50 133

% within jeniskelamin
62.4% 37.6% 100.0%
responden

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 2.116 1 .146
b
Continuity Correction 1.627 1 .202

Likelihood Ratio 2.127 1 .145

Fisher's Exact Test .157 .101

Linear-by-Linear Association 2.100 1 .147


b
N of Valid Cases 133

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 24,06.

b. Computed only for a 2x2 table


Pendidikan Ibu Responden*Pola Konsumsi Makan Siswa

Crosstab

konsumsi karbohidrat

kurang cukup Total

pendidikan ibu responden Sd Count 7 2 9

% within pendidikan ibu


77.8% 22.2% 100.0%
responden

Smp Count 11 4 15

% within pendidikan ibu


73.3% 26.7% 100.0%
responden

Sma Count 62 22 84

% within pendidikan ibu


73.8% 26.2% 100.0%
responden

Perguruan Tinggi Count 18 7 25

% within pendidikan ibu


72.0% 28.0% 100.0%
responden

Total Count 98 35 133

% within pendidikan ibu


73.7% 26.3% 100.0%
responden

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2-


Value df sided)
a
Pearson Chi-Square .116 3 .990

Likelihood Ratio .118 3 .990

Linear-by-Linear Association .083 1 .774

N of Valid Cases 133

a. 2 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum


expected count is 2,37.
Crosstab

konsumsi protein

kurang cukup Total

pendidikan ibu responden Sd Count 2 7 9

% within pendidikan ibu


22.2% 77.8% 100.0%
responden

Smp Count 5 10 15

% within pendidikan ibu


33.3% 66.7% 100.0%
responden

Sma Count 36 48 84

% within pendidikan ibu


42.9% 57.1% 100.0%
responden

Perguruan Tinggi Count 8 17 25

% within pendidikan ibu


32.0% 68.0% 100.0%
responden

Total Count 51 82 133

% within pendidikan ibu


38.3% 61.7% 100.0%
responden

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2-


Value df sided)
a
Pearson Chi-Square 2.298 3 .513

Likelihood Ratio 2.383 3 .497

Linear-by-Linear Association .238 1 .626

N of Valid Cases 133

a. 1 cells (12,5%) have expected count less than 5. The minimum


expected count is 3,45.
Crosstab

konsumsi lemak

kurang cukup Total

pendidikan ibu responden sd Count 6 3 9

% within pendidikan ibu


66.7% 33.3% 100.0%
responden

smp Count 10 5 15

% within pendidikan ibu


66.7% 33.3% 100.0%
responden

sma Count 54 30 84

% within pendidikan ibu


64.3% 35.7% 100.0%
responden

Perguruan Tinggi Count 13 12 25

% within pendidikan ibu


52.0% 48.0% 100.0%
responden

Total Count 83 50 133

% within pendidikan ibu


62.4% 37.6% 100.0%
responden

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2-


Value df sided)
a
Pearson Chi-Square 1.466 3 .690

Likelihood Ratio 1.438 3 .697

Linear-by-Linear Association .900 1 .343

N of Valid Cases 133

a. 1 cells (12,5%) have expected count less than 5. The minimum


expected count is 3,38.
Peran_orang tua *Pola Konsumsi Makan Siswa

Crosstab

Konsumsi Energi

Kurang Cukup Total

peran orang tua Pengaruh Count 23 23 46

% within peran orang tua 50.0% 50.0% 100.0%

tidak pengaruh Count 64 23 87

% within peran orang tua 73.6% 26.4% 100.0%

Total Count 87 46 133

% within peran orang tua 65.4% 34.6% 100.0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig.


Value Df sided) sided) (1-sided)
a
Pearson Chi-Square 7.384 1 .007
b
Continuity Correction 6.380 1 .012

Likelihood Ratio 7.262 1 .007

Fisher's Exact Test .008 .006

Linear-by-Linear Association 7.329 1 .007


b
N of Valid Cases 133

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 15,91.

Crosstab

konsumsi karbohidrat

kurang Cukup Total

peranorangtua tidak ada pengaruh Count 69 18 87

% within peranorangtua 79.3% 20.7% 100.0%

ada pengaruh Count 29 17 46

% within peranorangtua 63.0% 37.0% 100.0%

Total Count 98 35 133

% within peranorangtua 73.7% 26.3% 100.0%


Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 3.310 1 .069
b
Continuity Correction 4.106 1 .043

Likelihood Ratio 3.994 1 .046

Fisher's Exact Test .062 .036

Linear-by-Linear Association 4.075 1 .044


b
N of Valid Cases 133

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 12,11.

b. Computed only for a 2x2 table

Crosstab

konsumsi protein

kurang Cukup Total

peranorangtua tidak ada pengaruh Count 37 50 87

% within peranorangtua 42.5% 57.5% 100.0%

ada pengaruh Count 14 32 46

% within peranorangtua 30.4% 69.6% 100.0%

Total Count 51 82 133

% within peranorangtua 38.3% 61.7% 100.0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 4.862 1 .072
b
Continuity Correction 4.385 1 .049

Likelihood Ratio 4.893 1 .069

Fisher's Exact Test .194 .119

Linear-by-Linear Association 4.848 1 .074


b
N of Valid Cases 133

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 17,64.

b. Computed only for a 2x2 table


Crosstab

konsumsi lemak

kurang Cukup Total

peranorangtua tidak ada pengaruh Count 53 34 87

% within peranorangtua 60.9% 39.1% 100.0%

ada pengaruh Count 30 16 46

% within peranorangtua 65.2% 34.8% 100.0%

Total Count 83 50 133

% within peranorangtua 62.4% 37.6% 100.0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 3.237 1 .056
b
Continuity Correction 3.089 1 .045

Likelihood Ratio 3.238 1 .057

Fisher's Exact Test .708 .384

Linear-by-Linear Association 3.235 1 .054


b
N of Valid Cases 133

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 17,29.

b. Computed only for a 2x2 table

Pengetahuan Gizi* Pola Konsumsi Makan Siswa


Crosstab

konsumsi karbohidrat

Kurang cukup Total

pengetahuan gizi Kurang Count 33 16 49

% within pengetahuan gizi 67.3% 32.7% 100.0%

Baik Count 65 19 84

% within pengetahuan gizi 77.4% 22.6% 100.0%

Total Count 98 35 133

% within pengetahuan gizi 73.7% 26.3% 100.0%


Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value Df sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 1.607 1 .205
b
Continuity Correction 1.131 1 .288

Likelihood Ratio 1.581 1 .209

Fisher's Exact Test .225 .144

Linear-by-Linear Association 1.595 1 .207


b
N of Valid Cases 133

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 12,89.

b. Computed only for a 2x2 table

Crosstab

konsumsi protein

Kurang cukup Total

pengetahuan gizi kurang Count 18 31 49

% within pengetahuan gizi 36.7% 63.3% 100.0%

baik Count 33 51 84

% within pengetahuan gizi 39.3% 60.7% 100.0%

Total Count 51 82 133

% within pengetahuan gizi 38.3% 61.7% 100.0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value Df sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 1.607 1 .205
b
Continuity Correction 1.131 1 .288

Likelihood Ratio 1.581 1 .209

Fisher's Exact Test .225 .144

Linear-by-Linear Association 1.595 1 .207


b
N of Valid Cases 133

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 12,89.

b. Computed only for a 2x2 table


Crosstab

Konsumsi energi

Kurang cukup Total

pengetahuan gizi kurang Count 30 19 49

% within pengetahuan gizi 61.2% 38.8% 100.0%

baik Count 57 27 84

% within pengetahuan gizi 67.9% 32.1% 100.0%

Total Count 87 46 133

% within pengetahuan gizi 65.4% 34.6% 100.0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value Df sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square .602 1 .438
b
Continuity Correction .344 1 .557

Likelihood Ratio .598 1 439

Fisher's Exact Test .455 .278

Linear-by-Linear Association .597 1 .440


b
N of Valid Cases 133

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 18,79.

b. Computed only for a 2x2 table

Crosstab

konsumsi lemak

Kurang cukup Total

pengetahuan gizi kurang Count 30 19 49

% within pengetahuan gizi 61.2% 38.8% 100.0%

baik Count 53 31 84

% within pengetahuan gizi 63.1% 36.9% 100.0%

Total Count 83 50 133

% within pengetahuan gizi 62.4% 37.6% 100.0%


Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value Df sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square .046 1 .830
b
Continuity Correction .001 1 .977

Likelihood Ratio .046 1 .830

Fisher's Exact Test .854 .487

Linear-by-Linear Association .046 1 .831


b
N of Valid Cases 133

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 18,42.

b. Computed only for a 2x2 table

Body Image *Pola Konsumsi Makan Siswa


Crosstab

konsumsi karbohidrat

kurang Cukup Total

bodyimage negatif Count 16 4 20

% within bodyimage 80.0% 20.0% 100.0%

positif Count 82 31 113

% within bodyimage 72.6% 27.4% 100.0%

Total Count 98 35 133

% within bodyimage 73.7% 26.3% 100.0%


Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value Df sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square .484 1 .487
b
Continuity Correction .177 1 .674

Likelihood Ratio .508 1 .476

Fisher's Exact Test .590 .347

Linear-by-Linear Association .481 1 .488


b
N of Valid Cases 133

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5,26.

b. Computed only for a 2x2 table

Crosstab

konsumsi protein

kurang Cukup Total

bodyimage negatif Count 8 12 20

% within bodyimage 40.0% 60.0% 100.0%

positif Count 43 70 113

% within bodyimage 38.1% 61.9% 100.0%

Total Count 51 82 133

% within bodyimage 38.3% 61.7% 100.0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value Df sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square .027 1 .869
b
Continuity Correction .000 1 1.000

Likelihood Ratio .027 1 .869

Fisher's Exact Test 1.000 .528

Linear-by-Linear Association .027 1 .869


b
N of Valid Cases 133

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7,67.

b. Computed only for a 2x2 table


Crosstab

konsumsi lemak

kurang Cukup Total

bodyimage negatif Count 15 5 20

% within bodyimage 75.0% 25.0% 100.0%

positif Count 68 45 113

% within bodyimage 60.2% 39.8% 100.0%

Total Count 83 50 133

% within bodyimage 62.4% 37.6% 100.0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value Df sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 1.591 1 .207
b
Continuity Correction 1.022 1 .312

Likelihood Ratio 1.673 1 .196

Fisher's Exact Test .316 .156

Linear-by-Linear Association 1.579 1 .209


b
N of Valid Cases 133

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7,52.

b. Computed only for a 2x2 table

Crosstab

konsumsi energi

kurang Cukup Total

bodyimage negatif Count 17 3 20

% within bodyimage 85.0% 15.0% 100.0%

positif Count 70 43 113

% within bodyimage 61.9% 38.1% 100.0%

Total Count 87 46 133

% within bodyimage 65.4% 34.6% 100.0%


Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 3.992 1 .046
b
Continuity Correction 3.038 1 .081

Likelihood Ratio 4.484 1 .034

Fisher's Exact Test .072 .036

Linear-by-Linear Association 3.962 1 .047


b
N of Valid Cases 133

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5,26.

b. Computed only for a 2x2 table


Umur Responden_Pola Konsumsi Makan
Correlations

umur_responden konsumsi energi


**
Spearman's rho umur_responden Correlation Coefficient 1.000 -.262

Sig. (2-tailed) . .000

N 133 133
**
konsumsi karbohidrat Correlation Coefficient -.262 1.000

Sig. (2-tailed) .002 .

N 133 133

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Correlations

konsumsi
umur_responden karbohidrat
**
Spearman's rho umur_responden Correlation Coefficient 1.000 -.328

Sig. (2-tailed) . .000

N 133 133
**
konsumsi karbohidrat Correlation Coefficient -.328 1.000

Sig. (2-tailed) .000 .

N 133 133

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Correlations

umur_responden konsumsi protein


**
Spearman's rho umur_responden Correlation Coefficient 1.000 -.366

Sig. (2-tailed) . .000

N 133 133
**
konsumsi protein Correlation Coefficient -.366 1.000

Sig. (2-tailed) .000 .

N 133 133

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).


Correlations

umur_responden konsumsi lemak

Spearman's rho umur_responden Correlation Coefficient 1.000 -.338

Sig. (2-tailed) . .000

N 133 133

konsumsi lemak Correlation Coefficient -.338 1.000

Sig. (2-tailed) .000 .

N 133 133
Besar Uang Jajan responden*Pola Konsumsi Makan
Correlations

uangjajan_respo
nden konsumsi energi

Spearman's rho uangjajan_responden Correlation Coefficient 1.000 .070

Sig. (2-tailed) . .424

N 133 133

konsumsi karbohidrat Correlation Coefficient .070 1.000

Sig. (2-tailed) .424 .

N 133 133

Correlations

uangjajan_respo konsumsi
nden karbohidrat

Spearman's rho uangjajan_responden Correlation Coefficient 1.000 -.117

Sig. (2-tailed) . .181

N 133 133

konsumsi karbohidrat Correlation Coefficient -.117 1.000

Sig. (2-tailed) .181 .

N 133 133

Correlations

uangjajan_respo
nden konsumsi protein

Spearman's rho uangjajan_responden Correlation Coefficient 1.000 .029

Sig. (2-tailed) . .741

N 133 133

konsumsi protein Correlation Coefficient .029 1.000

Sig. (2-tailed) .741 .

N 133 133
Correlations

uangjajan_respo
nden konsumsi lemak

Spearman's rho uangjajan_responden Correlation Coefficient 1.000 -.023

Sig. (2-tailed) . .796

N 133 133

konsumsi lemak Correlation Coefficient -.023 1.000

Sig. (2-tailed) .796 .

N 133 133
Hasil pengukuran recall
Kecukupan Rata- Kecukupan Rata-rata Kecukupan
Jenis Rata-rata Kecukupan Rata-rata AKG rata AKG lemak AKG
Nama Umur kelamin energi AKG karbohidrat protein
Ahmad 124,9 71,3 145,5 55,8 77,5
maulidan 10 L 2098,4 113,4 317,2
9 84,0 43,0 87,8 42,2 58,6
Ananda P 1446,0 78,2 213,4
9 82,3 46,9 95,7 32,6 45,2
Lulu P 1333,5 72,1 209,0
10 90,8 49,4 100,8 43,6 60,6
M. Khadafi L 1540,2 83,3 230,5
10 65,9 38,9 79,4 37,5 52,1
M.haikal L 1180,6 63,8 167,5
10 70,7 50,3 102,7 45,3 63,0
M. Miftah L 1339,9 72,4 179,7
10 54,7 37,8 77,2 38,5 53,5
M. Rafi L 1063,1 57,5 139,0
10 89,6 44,9 91,7 42,5 59,0
M. Randi L 1497,2 80,9 227,5
9 67,1 48,2 98,4 53,5 74,3
M.Rizqi P 1378,3 74,5 170,4
9 78,4 46,6 95,2 58,9 81,8
Nabila P 1533,0 82,9 199,2
10 75,4 52,7 107,5 67,3 93,4
Nayla P 1596,3 86,3 191,6
9 74,9 31,2 63,7 14,3 19,8
Siti Mawadah P 1037,2 56,1 190,1
9 86,1 49,8 101,7 36,9 51,2
Shifa P 1441,8 77,9 218,8
9 77,7 46,4 94,7 48,4 67,2
Zahwa P 1430,4 77,3 197,4
9 66,6 38,8 79,2 57,5 79,8
Zahra P 1363,2 73,7 169,1
Kelas Kecukupan Rata- Kecukupan Rata-rata Kecukupan
Jenis Rata-rata Kecukupan Rata-rata AKG rata AKG lemak AKG
Nama kelamin energi AKG karbohidrat protein
10 91,1 58,4 119,1 45,0 62,5
Ziyadatur P 1597,1 86,3 231,5
10 79,1 54,9 112,0 79,5 110,5
Alya Salsabilah P 1710,5 92,5 201,0
Ardian Alif 10 54,2 47,3 96,5 52,4 72,7
Subiono L 1214,4 65,6 137,7
9 44,6 39,0 79,7 49,6 68,9
Maasna Fazria P 1214,4 65,6 113,2
Muhamad 9 68,3 53,9 110,1 52,2 72,5
Azriel Putra L 1214,4 65,6 173,5
9 50,0 61,2 125,0 65,1 90,4
Mutiah Fazhira P 1214,4 65,6 127,0
10 124,0 83,1 169,5 116,7 162,1
Ahmad arzaki L 2655,8 143,6 315,0
10 47,8 23,9 48,8 25,4 35,2
Ahmad zainuri L 829,5 44,8 121,5
9 43,2 47,2 96,3 44,0 61,1
Atikah P 1037,6 56,1 109,7
10 67,5 39,2 79,9 44,7 62,0
Firdany Azizah P 1326,8 71,7 171,4
Ghumaida 9 80,2 48,8 99,7 45,1 62,6
Salsabila P 1466,4 79,3 203,8
10 84,3 61,9 126,3 85,5 118,8
Intan Luciana P 1869,6 101,1 214,2
10 71,2 54,4 111,0 63,2 87,8
Irza P 1523,4 82,3 180,8
10 49,9 42,7 87,1 55,0 76,3
Khairul Umam L 1165,4 63,0 126,7
10 65,1 49,8 101,6 45,1 62,7
Luna Maya P 1056,6 57,1 165,4
M.hafidzTsabit 9 51,0 50,4 102,9 48,0 66,6
ul L 1160,4 62,7 129,6
9 59,7 47,2 96,3 42,2 58,7
M.Faqih L 1196,3 64,7 151,6
10 64,1 40,7 83,0 50,9 70,6
M.Ilham L 1279,9 69,2 162,9
10 61,2 38,2 77,9 24,9 34,6
Jufri L 1014,8 54,9 155,4
9 75,1 55,5 113,2 29,2 40,6
Nabil L 1273,2 68,8 190,8
9 55,0 38,3 78,1 37,5 52,1
Nayla P 1069,0 57,8 139,6
10 68,4 42,9 87,5 55,2 76,6
Nuha Tsabita P 1379,7 74,6 173,7
10 91,2 52,3 106,7 59,0 82,0
M.putra L 1692,9 91,5 231,5
10 94,9 72,9 148,7 43,3 60,2
Savina P 1667,2 90,1 241,1
10 68,2 45,9 93,7 38,7 53,8
Swedia P 1242,7 67,2 173,2
9 68,5 53,7 109,7 34,2 47,5
Syifa Rosalina P 860,2 46,5 173,9
9 61,3 32,9 67,1 21,7 30,1
Ummu Heny P 968,6 52,4 155,6
Varissa 10 54,5 38,3 78,2 17,0 23,7
rahmawati P 543,9 29,4 138,4
41,2 29,8 53,2 18,4 26,3
Tio 10 L 764,8 99,9 119,1
57,8 51,8 86,3 46,5 69,4
Naswah 10 P 1282,9 64,1 159,0
54,4 37,6 67,1 56,5 80,7
Bambang 10 L 1312,9 63,5 157,1
45,4 38,7 69,2 29,5 42,1
A.Rifai 11 L 969,3 73,3 131,2
Umur Kecukupan Rata- Kecukupan Rata-rata Kecukupan
Jenis Rata-rata Kecukupan Rata-rata AKG rata AKG lemak AKG
Nama kelamin energi AKG karbohidrat protein
27,0 24,6 43,9 27,5 39,2
Aditia 10 L 659,3 56,2 78,2
54,2 64,3 114,8 46,4 66,3
A.Faiz 10 L 1330,0 63,8 156,6
46,0 38,6 69,0 39,1 55,9
A.Iqbal 10 L 1062,7 50,6 132,9
11 67,6 69,5 124,1 67,3 96,2
A.Maulana L 1673,5 71,3 195,5
10 59,2 41,8 74,7 53,1 75,9
A.Siddiq L 1350,1 65,6 171,2
10 67,6 37,5 62,4 58,4 87,2
Alya P P 1428,0 71,4 186,0
10 64,5 64,4 107,3 76,6 114,3
Halimah P 1668,0 83,4 177,3
10 62,4 37,0 66,1 48,5 69,3
M.burhan L 1323,2 49,4 180,4
10 93,1 43,1 71,8 36,9 55,1
Melia P 1556,3 77,8 256,1
10 42,3 29,1 51,9 38,3 54,7
M.Fadil L 951,7 68,1 122,3
10 41,3 27,9 49,9 29,8 42,5
M.Farhan L 947,8 64,9 119,5
10 80,6 43,8 78,2 33,7 48,2
M.Riziq L 1420,8 76,1 233,0
11 68,0 49,2 81,9 71,7 107,1
Nazwa Zahrani P 1596,8 79,8 187,0
10 74,7 51,0 85,0 34,8 52,0
Nadia P 1355,7 67,8 205,5
11 47,9 27,5 45,8 23,1 34,5
Layla Azhara P 852,1 42,6 131,7
10 52,9 38,1 63,6 55,5 82,9
Naswa Zuhaira P 1245,9 62,3 145,6
Umur Kecukupan Rata- Kecukupan Rata-rata Kecukupan
AKG rata AKG lemak AKG
Jenis Rata-rata Kecukupan Rata-rata protein
Nama kelamin energi AKG karbohidrat
10 47,3 26,8 44,7 34,9 52,1
Septianti P 949,0 47,5 130,1
10 41,9 21,0 34,9 13,2 19,8
Wanda P 673,5 33,7 115,3
11 72,3 41,7 69,6 39,7 59,2
Andia P 1333,0 66,7 198,7
10 65,0 51,3 85,6 66,2 98,8
Hani P 1535,0 76,8 178,8
11 36,1 23,5 39,2 26,0 38,8
Nadia P 741,2 37,1 99,2
11 44,1 33,2 55,4 44,1 65,9
Nazwa S P 1020,5 51,0 121,2
11 42,1 39,7 66,2 53,2 79,5
Nova Safitri P 1101,2 55,1 115,7
11 54,2 32,2 53,7 41,9 62,6
Silmi P 1121,3 56,1 149,1
10 46,9 32,3 53,9 33,4 49,9
Zaidatul P 956,1 47,8 128,9
11 105,3 72,0 119,9 77,4 115,5
Ananda P 2174,5 108,7 289,5
10 55,2 39,8 71,0 45,7 65,2
A.gilang L 1221,7 57,0 159,6
10 31,5 20,4 36,4 16,5 23,6
M.albi L 615,0 60,9 90,9
10 50,6 50,3 89,8 61,1 87,3
M.Irfan hasan L 1352,4 48,3 146,4
10 55,1 27,2 48,5 48,3 69,0
M.ihsan L 1185,1 60,6 159,3
11 71,0 50,4 89,9 52,7 75,2
M.Ardiansah L 1498,7 50,9 205,1
Umur Kecukupan Rata- Kecukupan Rata-rata Kecukupan
AKG rata AKG lemak AKG
Jenis Rata-rata Kecukupan Rata-rata protein
Nama kelamin energi AKG karbohidrat
10 38,0 43,5 77,7 42,3 60,4
Raka L 1010,2 80,6 109,7
10 41,7 65,7 117,3 80,6 115,1
Rafli L 1469,1 79,4 120,6
10 29,3 28,8 48,0 22,5 33,5
Lily P 655,2 32,8 80,5
11 66,8 43,7 78,0 50,5 72,1
Ahmad fauzi L 1412,6 41,0 193,1
11 47,7 26,5 47,4 11,4 16,2
A.syahlan L 776,9 46,1 137,8
12 57,0 45,1 75,1 40,4 60,3
Aulia P 1179,8 59,0 156,8
11 57,9 43,5 77,7 48,2 68,9
Azka L 1251,5 36,4 167,3
12 35,5 39,5 70,6 43,5 62,2
Dimas L 1010,0 61,1 102,5
12 86,1 38,6 69,0 49,4 70,6
Haidar L 1101,6 62,5 248,9
12 40,2 36,3 60,6 35,2 52,5
Fatimah P 894,9 44,7 110,5
11 30,7 41,7 74,5 62,3 89,0
Herlangga L 1087,8 31,4 88,6
12 28,2 28,5 47,6 15,0 22,4
Inka P 562,7 28,1 77,6
12 57,7 41,8 74,7 49,3 70,5
Maulana L 1279,0 50,6 166,7
11 37,5 48,9 87,3 45,4 64,9
M.Jundi L 1045,4 79,7 108,5
11 64,8 44,1 78,8 59,9 85,5
M.Farhan L 1473,7 64,3 187,4
Umur Kecukupan Rata- Kecukupan Rata-rata Kecukupan
AKG rata AKG lemak AKG
Jenis Rata-rata Kecukupan Rata-rata protein
Nama kelamin energi AKG karbohidrat
11 52,2 49,5 88,5 61,8 88,3
M.hamdi L 874,0 79,4 151,0
11 44,0 22,5 37,4 18,8 28,1
Nubza P 752,4 37,6 121,1
11 49,8 39,0 65,0 43,0 64,1
Nur Aprilianti P 1091,4 54,6 137,0
12 57,3 22,5 37,5 12,7 19,0
Nur Fairawati P 845,5 42,3 157,6
11 44,1 26,9 44,9 32,5 48,5
Raidah P 907,7 45,4 121,3
11 53,5 54,4 90,6 76,4 114,0
Robiatul P 1506,5 75,3 147,2
11 61,0 43,3 77,3 93,7 133,9
Sabilurosyad L 1699,5 76,0 176,2
11 83,3 65,8 109,7 68,2 101,8
Siti Hodijah P 1808,1 90,4 229,0
11 47,0 26,8 44,7 23,3 34,8
M.jiddan L 845,1 42,3 129,3
11 63,2 32,7 58,4 43,0 61,4
Salman L 1258,2 59,3 182,8
12 43,8 40,7 67,8 53,6 80,0
Adinda P 1126,9 56,3 120,5
12 31,5 25,9 43,2 39,0 58,2
Elita P 796,6 39,8 86,6
12 53,4 33,0 59,0 28,3 40,5
Fahri L 1009,5 48,1 154,2
12 54,7 31,8 53,0 36,7 54,8
Fitri P 1058,2 52,9 150,3
11 58,1 43,8 73,1 43,9 65,5
Linda P 1226,2 61,3 159,9
Umur Kecukupan Rata- Kecukupan Rata-rata Kecukupan
AKG rata AKG lemak AKG
Jenis Rata-rata Kecukupan Rata-rata protein
Nama kelamin energi AKG karbohidrat
12 72,1 62,0 103,3 47,8 71,3
Nasywa P 1502,5 75,1 198,2
11 45,7 29,9 53,3 45,8 65,4
Naufal L 1068,3 50,9 132,1
12 38,2 37,8 63,0 47,3 70,5
Nibras P 1008,6 50,4 105,2
11 35,0 34,7 57,8 32,4 48,4
Nuha P 831,8 41,6 96,4
12 29,7 32,4 53,9 29,9 44,7
Nurul P 724,9 36,2 81,7
12 43,2 33,1 55,1 31,8 47,4
Kartika P 908,7 45,4 118,9
11 22,7 29,4 52,4 39,7 56,7
Raka L 738,1 35,1 65,6
12 48,1 43,9 78,3 40,7 58,1
Saipul L 1115,1 53,1 139,1
12 48,7 35,5 59,2 22,8 34,1
Salsabela P 899,7 45,0 133,8
12 66,4 43,7 72,8 47,1 70,2
Siti P 1322,1 66,1 182,7
12 49,8 37,5 62,5 36,5 54,4
Subhana P 1030,0 51,5 137,0
11 57,7 37,7 62,9 30,1 44,9
Soniya P 1084,7 54,2 158,6
11 68,2 53,4 95,4 72,4 103,4
Surandika L 1663,9 79,2 197,1
12 85,5 58,3 97,1 63,5 94,7
Syafa P 1746,4 87,3 235,1
12 49,3 38,1 68,1 37,7 53,9
Syarirom L 1081,1 67,3 142,4
Umur Kecukupan Rata- Kecukupan Rata-rata Kecukupan
AKG rata AKG lemak AKG
Jenis Rata-rata Kecukupan Rata-rata protein
Nama kelamin energi AKG karbohidrat
11 57,4 46,4 82,8 38,6 55,1
Zainul L 1204,2 56,2 165,8
Naurah Cahya 44,0 44,1 78,7 54,6 75,9
Auliya 9 P 1108,6 59,9 111,9
Siti Najwa 43,1 77,7 158,6 83,3 115,7
Kaluku 9 P 1504,6 81,3 109,6
84,8 70,1 143,1 74,1 102,9
Ahmad fadilah 10 L 1789,0 96,7 215,5
83,4 69,9 142,7 56,0 77,8
Dhea 9 P 1788,3 96,7 211,8
43,3711
1225,657644 64,046395 160,190226 59,31757577 7794 80,3277795 45,56315789 65,25798995
Rata-rata keseluruhan

Anda mungkin juga menyukai