Anda di halaman 1dari 12

PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN KOMPETENSI

KEWIRAUSAHAAN KEPALA SEKOLAH MENENGAH


KEJURUAN (SMK) DI PROVINSI SULAWESI BARAT
Jurniati
Guru SMKN 1 Rangas Mamuju
jurnisyam@yahoo.com

ABSTRAK

Kompetensi kewirausahaan kepala SMK adalah salah satu dari lima kompetensi yang harus dinilai oleh
pengawas sekolah, dimana kompetensi ini sangat identik dengan visi dan misi SMK. Dalam penilaian kinerja kepala
SMK oleh Pengawas SMK, kompetensi ini jarang dinilai dibandingkan dengan kompetensi manajerial dan
kompetensi akademik kepala SMK, bahkan sebagian besar pengawas belum menilai kompetensi ini karena
kurangnya instrumen penilaiannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil pengembangan instrumen
penilaian kompetensi kewirausahaan kepala SMK di Provinsi Sulawesi Barat secara teoretik dan empirik. Penelitian
ini menggunakan pendekatan pengembangan (Research & Development). Desain pengembangan instrumen
menggunakan model pengembangan Djaali & Pudji Muljono dengan teknik pengumpulan data melalui teknik tes
dan teknik non tes. Teknik instrumen tes bertujuan untuk mengukur aspek kognitif sedangkan instrumen tes bertujuan
untuk mengukur aspek psikomotor kompetensi kewirausahaan kepala SMK.
Penelitian melalui dua kali proses validasi yaitu validasi isi dengan koefisien validitas isi Gregory untuk
instrumen tes 0.90. Validasi empiris instrumen tes menghasilkan 18 butir tes yang valid dari 20 butir tes yang
disusun (2 butir gugur) pada kriteria r hitung > r tabel 0.197, reliabilitas KR-20 0.729 dan tidak ada indikator yang
butirnya gugur semua, sedangkan untuk instrumen non tes menghasilkan validitas isi gregory 0.85 dan validitas
empirik menghasilkan 20 butir yang valid (tidak ada yang digugurkan) dengan reliabilitas 0.917. Hasil instrumen tes
diolah melalui program Wondershare Quiz Creator untuk bisa diujikan secara online melalui web maupun server
lokal (access point) dan secara offline melalui CD atau flash disk.

Kata kunci: kompetensi, kewirausahaan, kepala SMK, Pengawas SMK, Instrumen, validitas, reliabilitas

ABSTRACT

Enterpreneurship competency is one of five competency who must be assessed by superintended, when this
competency have same identical with perspective and mission of the Technical high School. In the performance
assessment of the headmaster by superintended, this competency rare or never be assessed like manajerial and
supervision competency, because the superintended didn’nt have any instrument as referenced. This research
purposes to know the result of developing assessment instrument enterpreneurship competency of SMK Headmaster
according theoretic and empirical technic. This research specially use Reseach and Development with design by
Djaali & Pudji Muljono, and data collection use test and non test instrument. Test instrument used for measuring
cognitive aspect and non test instrument used for measuring psichomotoric aspect of the enterpreneurship
competence.
Reseach past two way validation. First validation of test instrument is content validation with Gregory
Coefficient = 0.90. Second is empirical validation that result 18 item valid and 2 item was eliminated, and reliability
coeficient (KR-20) is 0.729. content validation for non test instrument result Gregory validation = 0.85, empirical
validation result 20 item test valid, and index reliability= 0.917 Result of this developing test instrument was
produced in Wondeshare Quiz Creator so the headmaster can do it with online via website or acces point, and offline
with CD or Flash Disk.

Keyword: competency, enterpreneurship, SMK Headmaster, SMK Superintendent, instrument, validity, reliability.

1
1. PENDAHULUAN 1.5. TINJAUAN PUSTAKA

1.1. LATAR BELAKANG 1.5.1. KOMPETENSI KEWIRAUSAHAAN


Boyatzis dalam Sarwoko et al (2013: 32)
Salah satu kompetensi pengawas sekolah
merumuskan pengertian kompetensi kewirausahaan
adalah kompetensi evaluasi pendidikan
sebagai karakteristik individu yaitu sikap dan
sebagaimana dijelaskan dalan Permendiknas No.
tingkah laku disetai dengan jiwa kewirausahaan
12 tahun 2007 tentang standar pengawas
untuk mencapai kesuksesan dalam bisnis. Di dalam
sekolah/madrasah khususnya pengawas sekolah,
kompetensi kewirausahaan terkandung sifat
yang salah satu dimensi kompetensinya adalah
kewirausahaan, motif, kepercayaan diri, sikap,
menilai kinerja kepala sekolah.Penilaian kinerja
tingkah laku, keterampilan, dan pengetahuan.
Kepala Sekolah mencakup lima dimensi
Chandler & Hanks dalam Izquierdo et al (2005: 5)
kompetensi kepala sekolah yang termuat dalam
mengatakan bahwa peran kewirausahaan diperlukan
Permendiknas No. 13 tahun 2007 tentang
bagi pelaku wirausaha untuk mengamati lingkungan
Standar Kepala Sekolah/Madrasah yaitu:
sekitar, memilih kesempatan yang potensial dan
kepribadian, manajerial, kewirausahaan,
mengambil keuntungan dari kesempatan tersebut
supervisi, dan sosial. Penilaian kinerja kepala
untuk mengatur strategi yang penting. Dari uraian di
SMK idealnya mencakup lima kompetensi
atas dapat saya simpulkan bahwa kompetensi
kepala sekolah tersebut, demikian juga pada
kewirausahaan kepala SMK adalah kemampuan
lingkup tugas pengawas SMK lainnya yaitu
kepala SMK berupa pengetahuan dan keterampilan
pemantauan dan pembinaan.
dalam berinovasi, mengambil keuntungan dari setiap
Namun kenyataan di lapangan tidak seperti
kesempatan dengan memadukan peluang sumber
yang diharapkan. Pemantauan, pembinaan, dan
daya baik sumber daya manusia maupun sarana
penilaian kinerja kepala sekolah umumnya
prasarana yang ada di sekolah untuk meningkatkan
ditekankan pada kompetensi manajerial dan
mutu dan kesejahteraan warga sekolah.
supervisi saja, sementara untuk kompetensi
kewirausahaan belum dinilai sebagaimana
1.5.2. PENGEMBANGAN INSTRUMEN
mestinya, padahal kompetensi ini tidak kalah
pentingnya dengan kompetensi manajerial dan Instrumen adalah pedoman tertulis tentang
kompetensi supervisi kepala SMK dalam wawancara, pengamatan, atau daftar pertanyaan
mengembangkan sekolah. yang dipersiapkan untuk mendapatkan informasi
dari responden. Instrumen merupakan suatu alat
1.2. PERTANYAAN PENELITIAN yang memenuhi persyaratan akademis sehingga
a. Bagaimana hasil pengembangan instrumen dapat dipergunakan sebagai alat untuk mengukur
penilaian kompetensi kewirausahaan kepala suatu objek ukur atau mengumpulkan data mengenai
SMK di Provinsi Sulawesi Barat secara suatu variabel (Sappaile,2007: 3). Selanjutnya
teoretis? Widoyoko (2013: 53) menjelaskan bahwa instrumen
b. Bagaimana hasil pengembangan instrumen penelitian merupakan alat bantu yang digunakan
penilaian kompetensi kewirausahaan kepala oleh peneliti untuk mengumpulkan data penelitian
SMK di Provinsi Sulawesi Barat secara dengan cara melakukan pengukuran. Djaali &
empiris? Muljono (2008: 59) berpendapat bahwa instrumen
atau alat pengumpul data adalah alat yang digunakan
1.3. TUJUAN PENELITIAN untuk mengumpulkan data dalam suatu penelitian.
a. untuk mengetahui hasil pengembangan Dari penjelasan di atas dapat saya tarik kesimpulan
instrumen penilaian kompetensi bahwa instrumen adalah alat yang yang berisi daftar
kewirausahaan kepala SMK di Provinsi pertanyaan atau pernyataan digunakan untuk
Sulawesi Barat secara teoretik. mengumpulkan data dalam penelitian dengan cara
b. untuk mengetahui hasil pengembangan melakukan pengukuran.
instrumen penilaian kompetensi
kewirausahaan kepala SMK secara empiris. 2. METODE PENELITIAN
c. untuk membuat instrumen penilaian
kompetensi kewirausahaan di Provinsi 2.1 Tempat dan waktu penelitian
Sulawesi Barat yang sudah valid dalam Lokasi penelitian adalah di Provinsi Sulawesi
program Quiz Creator. Barat. Waktu penelitian dimulai bulan februari
sampai mei 2015.
1.4. MANFAAT PENELITIAN
Memberikan kontribusi kepada pengawas 2.2 Sasaran klien
SMK untuk menjadi bahan penilaian kinerja Uji coba terbatas untuk instrumen tes adalah
kepala SMK khususnya kompetensi sebagai berikut: uji coba tahap 1 diujicobakan
kewirausahaan kepala SMK di Provinsi Sulawesi kepada sebanyak 20 orang wakil kepala SMK
Sulawesi Barat. bidang Hubungan Industri dan Unit Produksi

2
(HI/UP) di kabupaten Mamuju dan Mamuju Kriteria penerimaan suatu butir tes menurut
Tengah, sedangkan uji coba luas dilaksanakan Sappaile (2005:4) yaitu jika koefisien korelasi antara
pada semua kepala SMK yang ada di Provinsi sekor butir dengan sekor total tes > r tabel maka
Sulawesi Barat, dengan total responden 100 butir tersebut valid berdasarkan ukuran validitas
orang (Nunally dalam Azwar, 2014: 79). internal atau pada taraf α tertentu.
Uji coba terbatas untuk instrumen non tes
sebanyak dua kali pada guru kompetensi 2.4.2 Reliabilitas instrumen
kejuruan di SMK se kabupaten Mamuju, Reliabilitas instrumen tes dianalisis dengan
sedangkan uji coba luas disebarkan kepada 100 menggunakan rumus KR-20 (Djaali & Muljono,
orang guru kompetensi kejuruan SMK di 2008: 93) dengan bantuan komputasi Program
Provinsi Sulawesi Barat. SPSS-20.

2.3 Teknik pengumpulan data 𝑘 ∑𝑝𝑖. 𝑞𝑖


Teknik pengumpulan data adalah teknik tes. KR − 20 = [ ] [1 − ]
𝑘−1 𝑠𝑡 2
Alat pengumpul data adalah lembar tes bentuk
pilihan ganda dengan 4 opsi. Keterangan:
rit : koefisien reliabilitas tes
k : cacah butir
2.4 Teknik analisis data piqi : varians sekor butir
pi : proporsi jawaban benar untuk butir nomor .i.
Validitas isi qi : proporsi jawaban salah untuk butir nomor i.
Untuk menganalisis hasil relevansi pakar
digunakan rumus Gregory (Ruslan, 2009: 19) Kriteria penerimaan reliabilitas soal minimal 0.60
dengan penilaian conjoin dari 2 penilai (Gronlund, 1993: 172).
dimasukkan dalam tabel kesepakatan 2x2. Sedangkan untuk instrumen non tes dihitung
Jika koefisien validitas isi > 75% maka dapat dengan koefisien reliabilitas Alpha Crombach
dinyatakan pengukuran atau intervensi data yang (Djaali & Muljono, 2008: 89) dengan rumus:
dilakukan adalah valid (Ruslan, 2009: 19).
α=[k/(k-1)][1-(∑si^2)/(st^2 )]
2.4.1 Validitas Kriteria
Validitas butir instrumen tes dengan sekor Keterangan:
rit : koefisien reliabilitas tes
dikotomi dianalisis dengan rumus korelasi k : cacah butir.
biserial (Djaali& Muljono, 2008: 90). si^2 : varians sekor butir
st^2 : varians sekor butir total.
𝑋𝑖−𝑋𝑡 𝑃𝑖
𝑟𝑏𝑖𝑠 = √𝑞𝑖 Kriteria reliabilitas instrumen non tes minimal 0.70
𝑠𝑡
(Mardapi, 2012: 164).
Keterangan:
rbis:koefisien korelasi biserial antara sekor butir soal nomor i 2.4.3 Tingkat kesukaran dan daya beda
dengan sekor total.
Xi: rata-rata sekor total responden yang menjawab benar Tingkat kesukaran butir dianalisis dengan
butir soal no. i. rumus sebagai berikut (Naga, 1992: 56) dengan
Xt : rata-rata sekor total semua responden. bantuan program ITEMAN 3.00:
st : standar deviasi sekor total semua responden.
pi : proporsi jawaban yang benar untuk butir soal no. i. 1
qi : proporsi yang salah untuk butir ke i. 𝑃(𝑖𝑗) = 𝑓𝑗 (𝑋(𝑖𝑗) = 1)
𝑀

Untuk analisis uji coba terbatas tahap 1 dan 2 Keterangan:


dianalisis dengan program Ms Excell, sedangkan P: proporsi jawaban benar
fj : frekuensi peserta tes yang menjawab soal dengan
untuk tahap uji coba luas dianalisis dengan benar
menggunakan program ITEMAN 3.00. M: banyaknya peserta tes.
Validitas butir untuk instrumen non tes Xij: 1 sekor 1 untuk jawaban benar.
dengan sekor politomi dianalisis menggunakan
rumus korelasi product moment (Djaali & Kriteria yang digunakan untuk menentukan
Muljono, 2008: 86) dengan bantuan komputasi jenis tingkat kesukaran menurut Rasyid & Mansyur
SPSS, (2008: 225) adalah:
𝑟𝑖𝑡 =
∑𝑥𝑖.𝑥𝑡 P ≤ 0.30 butir soal sukar.
2 2 √∑𝑋𝑖 .𝑋𝑡 0.30 < P ≤ 0.70 butir soal sedang.
Keterangan: P > 0.70 butir soal mudah.
Rit : koefisien korelasi antara sekor butir soal
dan sekor total soal. Daya beda butir dianalisis dengan program
∑xi² : jumlah kuadrat deviasi sekor dari xi. komputasi pada ITEMAN 3.00. Rumus untuk
∑xt² : jumlah kuadrat deviasi sekor dari xt.

3
menghitung indeks daya beda (Naga, 1992: 68) lampiran 26 menunjukkan bahwa semua butir soal
adalah: sudah memperlihatkan nilai korelasi walaupun
masih ada beberapa butir yang berkorelasi rendah
1 1
𝐷𝑖𝑗 = 𝑓𝑖𝑇 (𝑋𝑖𝑗 = 1) − 𝑓𝑖𝑅 (𝑋𝑖𝑗 = 1) seperti pada butir nomor 2, 3, 4, 6, 7, 13, 16, dan 20.
𝑀𝑇 𝑀𝑅

Keterangan: 3.1 Validitas butir


Dij : Daya beda soal. Hasil analisis validitas butir tahap 1 pada
MT : banyaknya peserta tes pada klp. tinggi program ITEMAN 3.00 dengan kriteria r hitung > r
fiT : frekuensi jawaban benar pada klp tinggi tabel= 0.197 menunjukkan bahwa ada 18 butir yang
Xij : sekor 1 untuk jawaban benar.
MR : banyaknya peserta tes pada klp rendah
dinyatakan valid dan ada 2 butir yang tidak valid
fiR : frekuensi jawaban benar pada klp rendah. yaitu butir 7 dengan r hitung = -0.080. Butir ini
memiliki tingkat kesukaran 0.17 dan daya beda -
Kriteria penentuan daya beda menurut Ebel 0.080 walaupun semua distractor berfungsi dengan
dalam Crocker & Algina (1986: 315) adalah: baik. Butir nomor 13 dengan r hitung = -0.165 jauh
0.40 < D ≤ 1.00 butir soal berfungsi dengan baik. lebih kecil dari r tabel = 0.197, mempunyai tingkat
0.30 < D ≤ 0.39 butir soal butuh sedikit revisi. kesukaran0,190 dan daya beda -0.165 walaupun
0.20 < D ≤ 0.29 butir soal harus direvisi.
-1.00 < D ≤ 0.19 butir soal direvisi total
semua distractor berfungsi dengan baik.
Hasil analisis validitas butir tahap 2 kembali
2.4.4 Efektivitas pengecoh (distractor) menganalisis 18 butir pada analisis tahap 1 di atas
Efektivitas pengecoh dianalisis dengan pada program ITEMAN 3.00 Hasil perhitungan
Program ITEMAN 3.00. Kriteria keberfungsian memperlihatkan bahwa semua butir sudah valid
pengecoh adalah jika pengecoh dipilih oleh lebih dengan kriteria r hitung > r tabel 0.197. Pada tahap
banyak peserta tes kelompok bawah (Gronlund, ini dipastikan analisis validitas sudah mencapai titik
1993: 105). jenuh karena tidak ada lagi butir yang gugur, dan
dipastikan bahwa 18 butir instrumen tes untuk
Pengkategorian hasil penilaian mengukur aspek kognitif kompetensi kewirausahaan
Untuk menentukan kategori tingkat kepala SMK sudah layak pakai.
penguasaan peserta tes, kriteria yang digunakan Hasil uji SPSS-20 tentang validitas butir
menurut Sappaile (tanpa tahun: 2) adalah sebagai instrumen non tes menunjukkan bahwa sebanyak 20
berikut. butir instrumen yang berbentuk pernyataan valid
pada kriteria r hitung < r tabel maka butir instrumen
Tabel 1 Pedoman pengkategorian tingkat valid, sedangkan jika r hitung ≥ r tabel maka butir
penguasaan peserta tes instrumen tidak valid.

SEKOR TINGKAT 3.2 Reliabilitas instrumen


PEROLEHAN (%) PENGUASAAN Reliabilitas instrumen tes berdasarkan hasil
90 - 100 Sangat tinggi analisis program ITEMAN 3.00 menghasilkan
80 - 89 Tinggi koefisien reliabilitas sebesar 0.729.
65 - 79 Cukup Reliabilitas instrumen non tes dari uji coba
55 - 64 rendah luas dimana semua butir yang disebarkan valid
0 - 54 Sangat rendah menghasilkan koefisien reliabilitas Alpha Crombach
sebesar 0.917, dan hasil uji reliabilitas instrumen
non tes dengan program SPSS-20 adalah:
3. HASIL PENELITIAN
Uji coba terbatas tahap 1 dilakukan pada
tanggal 1 maret 2015. Pada uji coba terbatas Tabel 4.13 Hasil perhitungan reliabilitas
tahap 1 saya mengambil 20 responden wakil instrumen non tes
kepala SMK bidang hubungan industri dan unit Case Processing Summary
produksi (HI/UP) yang ada di Mamuju dan N %
Mamuju tengah seperti tertera pada lampiran 8. Valid 120 100.0
Hasil analisis uji coba SPSS dengan teknik Cases Excludeda 0 .0
Kendall Tau Correlation seperti terdapat pada Total 120 100.0
lampiran 24 menunjukkan bahwa ada 8 butir soal a. Listwise deletion based on all variables in the
yang butuh revisi yaitu butir nomor 1, 2, 5 , 7, 8, procedure.
10, 14, 16, 17, 18, 19, dan 20.
Reliability Statistics
Pada uji coba tahap 2 yang dilakukan
Cronbach's Alpha N of Items
sebulan kemudian yaitu tanggal 25 maret 2015 .917 20
soal hasil revisi tahap 1 kembali diujicobakan
kepada 20 responden yang sama seperti pada uji
coba terbatas tahap 1. Hasil analisis SPSS
dengan teknik Kendall Tau Correlation pada

4
3.3 Tingkat kesukaran 0.30 < D ≤ 0.39 butir soal membutuhkan sedikit
Tingkat kesukaran instrumen tes dari 18 revisi.
butir yang valid dianalisis dengan program 0.20 < D ≤ 0.29 butir soal harus direvisi.
ITEMAN 3.00. -1.00 < D ≤ 0.19 butir soal direvisi total

Tabel 2. Hasil perhitungan tingkat kesukaran 3.5 Efektivitas pengecoh (distractor)


KATEGORI Keberfungsian pengecoh dianalisis dari hasil
NO KUNCI PROP.
TINGKAT pilihan jawaban peserta tes dari KA dan KB adalah:
BTR JAWABAN ENDORSING
KESUKARAN
1 B 0.440 baik
1. semua kunci jawaban berfungsi dengan baik,
2. terdapat 17 butir yang pengecohnya berfungsi
2 A 0.810 baik
dengan baik,
3 C 0.390 baik
3. terdapat 4 butir yang distractor-nya tidak
4 B 0.700 baik
berfungsi dengan baik karena dipilih lebih
5 A 0.780 baik
banyak oleh peserta tes dari kelompok atas dari
6 B 0.760 baik
Kelompok bawah seperti pada tabel di bawah:
8 C 0.530 baik
9 A 0.570 baik
Tabel 4. Distractor yang tidak berfungsi dengan
10 A 0.560 baik baik
11 D 0.710 baik NOMOR BUTIR OPTION BISER
12 B 0.620 baik 3 D 0.131
14 B 0.460 baik 10 C 0.071
15 B 0.750 baik 14 A 0.210
16 D 0.860 baik 15 D 0.004
17 C 0.770 baik
18 D 0.710 baik 3.6 Pembahasan
19 C 0.780 baik 3.6.1. Pembahasan validitas isi
20 D 0.550 baik Validitas isi dilakukan dengan meminta
pendapat 2 orang pakar untuk menelaah butir
3.4 Daya beda instrumen secara kualitatif mengenai kecocokan
Daya beda dianalisis dengan menggunakan antara indikator yang dibangun dengan butir
program ITEMAN 3.00. Hasil perhitungan instrumen yang telah dibuat. Sudjiono (2012: 165)
disesuaikan dengan kriteria daya beda (Naga, menyatakan bahwa salah satu upaya yang ditempuh
1992:69) dan didapatkan paparan sebagai untuk mengetahui validitas isi suatu tes adalah
berikut: dengan meminta pendapat dan rekomendasi para
pakar terhadap isi materi yang terkandung dalam
Tabel 3 Hasil perhitungan daya beda instrumen. Untuk mengetahui validitas isi instrumen
NO KUN KATEGORI DAYA perlu ditinjau oleh pakar yang memenuhi syarat atau
BISER
BTR CI BEDA seseorang yang mengetahui kesesuaian antara butir
1 B 0.440 Berfungsi baik instrumen yang dibuat dengan tujuan yang akan
2 A 0.577 Berfungsi baik dicapai (Douglas G., 2009 :5). Pada validitas isi
3 C 0.434 Berfungsi baik saya meminta pendapat 2 orang pakar untuk men-
4 B 0.544 Berfungsi baik judgement kesesuaian antara indikator yang telah
5 A 0.697 Berfungsi baik dibuat dengan butir instrumen yang telah disusun.
6 B 0.780 Berfungsi baik Pada proses validasi isi setelah melaui koreksi
8 C 0.394 Butuh sedikit revisi dan perbaikan maka hasil penilaian pakar dihitung
9 A 0.450 Berfungsi baik dengan rumus koefisien validitas isi Gregory. Moon
10 A 0.446 Berfungsi baik et al (2005 :123) mengatakan bahwa apabila
11 D 0.908 Berfungsi baik validitas isi oleh seluruh panelis telah
12 B 0.459 Berfungsi baik memperlihatkan kesepakatan tentang apa yang
14 B 0.498 Berfungsi baik hendak diukur dalam tujuan pembelajaran maka alat
15 B 0.534 Berfungsi baik ukur ini sudah relevan untuk diaplikasikan.
16 D 0.914 Berfungsi baik Kesepakatan pakar dalam me-review butir instrumen
17 C 0.630 Berfungsi baik yang telah disusun dengan tujuan ukur sangat
18 D 0.596 Berfungsi baik ditekankan oleh Gullikers (2006: 46).
19 C 0.687 Berfungsi baik Hasil validitas isi untuk instrumen tes sebesar
20 D 0.465 Berfungsi baik 0.90 atau 90 % dianggap layak untuk dilanjutkan ke
tahap uji coba empirik, karena batas koefisien
Kriteria: konsistensi internal untuk validitas isi Gregory
0.40 < D ≤ 1.00 butir soal berfungsi dengan dalam Ruslan (2009: 19) > 75 % atau 0.75.
baik.

5
Validitas isi instrumen non tes dengan b. Pembahasan hasil uji coba luas
koefisien konsistensi internal sebesar 0.85 atau Pada proses ini dilakukan analisis validitas
85 % juga layak untuk diteruskan ke tahap butir sampai data menjadi jenuh dimana semua butir
selanjutnya sesuai dengan kriteria yang sudah valid dan tidak ada yang gugur lagi. Kriteria
ditetapkan dalam Ruslan (2009: 19) > 75 % atau penerimaan vaiditas butir adalah jika nilai r hitung >
0.75. Miller et al (2009: 75) memaparkan tujuan dari r tabel (Sappaile, 2005:4).. Dari hasil pengujian
validitas isi adalah untuk menggambarkan validitas awal menghasilkan dua butir yang gugur
apakah alat ukur yang telah disusun sudah yaitu butir nomor 7 dengan r hitung = -0.396 dan
relevan dan mewakilkan domain pengukuran nomor butir 13 dengan r hitung = -0.333, sehingga
(tujuan ukur). Instrumen harus mampu menjawab tersisa 18 butir yang valid. Kemudian dari 18 butir
pertanyaan “apakah masing-masing item dalam tersebut divalidasi ulang dan hasilnya bahwa semua
tes layak untuk mengungkap atribut yang diukur butir valid, berarti data sudah dianggap jenuh, dan
sesuai dengan indikator keperilakuannya” dan proses validasi selesai. Hal ini dilakukan
“apakah aitem-aitem dalam tes telah mencakup berdasarkan cara pengujian validitas butir dalam
keseluruhan domain isi yang hendak diukur” Djaali & Muljono (2008: 91) dimana jika
(Azwar, 2013:42). Dengan kriteria yang telah perhitungan validitas butir tahap 1 sudah dilakukan
ditetapkan di atas, maka butir-butir instrumen dan ternyata ada butir yang tidak valid maka perlu
baik instrumen tes maupun non tes sudah sejalan dilakukan perhitungan tahap ke dua untuk
dengan indikator yang telah disusun berdasarkan menghitung koefisien validitas butir yang baru.
tujuan pembuatan tes sesuai dengan kesepakatan Hasil penelitian sudah sesuai dengan pendapat
2 orang pakar. Djaali & Muljono (2008: 86) yang menjelaskan
bahwa butir soal yang dianggap valid adalah butir
3.6.2 Pembahasan validitas butir instrumen yang sekornya mempunyai koefisien korelasi yang
tes signifikan dengan sekor total instrumen tes, dan
a. Pembahasan hasil uji coba terbatas Miller et al ( 2009: 75) menguraikan bahwa
Uji coba terbatas dilakukan untuk koefisien korelasi yang mendekati 1.00
mengukur kemampuan awal yang dimiliki oleh mengindikasikan prediksi yang amat bagus dari
kepala SMK tentang instrumen yang akan sebuah variabel. Demikian halnya dengan Lincoln &
diujikan, apakah mereka mampu menjawab Guba dalam Aikenhead & Ryan (1992: 487) yang
instrumen tersebut, atau malah instrumen mengatakan bahwa esensi dari validitas yaitu
tersebut terlalu sukar atau terlalu mudah. Jika “keterpercayaan”, yaitu interpretasi seorang peneliti
instrumen terlalu sukar maka perlu direvisi atau tentang hasil uji validitas dengan kriteria yang
dimodifikasi baik stem ataupun option ditentukan oleh peneliti.
jawabannya, demikian sebaliknya jika soal Tabel 4.14 Jumlah butir valid setiap indikator
tersebut terlalu mudah. Langkah revisi instrumen instrumen tes
sejalan dengan yang dilakukan oleh Adams & NO INDIKATOR
JUMLAH BUTIR
Wiersman (2010: 6) yang melakukan revisi dan BUTIR VALID
Menjelaskan konsep naluri
modifikasi item pada saat mengembangkan dan 1
kewirausahaan
4 4
memvalidasi instrumen untuk mengidentifikasi Mengintegrasikan pendidikan
pengetahuan peserta uji tes mengenai tipok yang 2 kewirausahaan dalam 3 2
akan diujikan. Jenis analisis butir yang pembelajaran
Menganalisis potensi sekolah
digunakan pada uji coba terbatas adalah analisis 3 untuk mengembangkan 3 3
tingkat kesukaran butir. Butir yang tingkat kegiatan produksi/jasa
kesukarannya dibawah 0.2 dan di atas 0.70 perlu Merencanakan pengelolaan
untuk direvisi sebagaimana yang dilakukan oleh 4 kegiatan produksi/jasa di 3 2
Boopathiraj & Chellamani (2013: 190) yang sekolah
Melaksanakan kegiatan
merevisi soal dengan tingkat kesukaran dibawah 5
produksi/jasa di sekolah
4 4
0.20 dan di atas 0.70 yang disebabkan oleh faktor Mengevaluasi kegiatan
penggunaan kalimat yang membingungkan atau 6 3 3
produksi/jasa di sekolah
juga perlu mempelajari ulang isi materi tes.
Jumlah butir yang valid 18
Rasyid & Mansyur (2007: 186) menjelaskan
bahwa dalam menganalisis hasil uji coba tes, ada
kemungkinan beberapa butir soal sudah baik Dari hasil analisis validitas uji coba luas
sehingga tidak perlu direvisi, sedangkan ada sebanyak dua kali proses validasi tergambar bahwa
beberapa butir soal membutuhkan revisi. sebanyak 18 butir soal dinyatakan valid yang berarti
Messick dalam Rivera (2007 : 77) menekankan semua indikator layak untuk dijadikan instrumen uji
pentingnya merevisi butir tes untuk menghindari kompetensi kewirausahaan kepala SMK di provinsi
faktor pengaruh derajat kesukaran dan bias tes. Sulawesi Barat, karena tidak semua butir pada setiap
indikator yang gugur. Butir nomor 7 terdapat pada
indikator 2, dan masih tersisa 2 butir yang valid dari

6
total 3 butir pada indikator ini yaitu butir nomor dan reliabilitas instrumen penelitian antara lain
5 dan 6. Sedangkan butir nomor 17 terdapat banyaknya sampel uji coba. Dari pemaparan ini
pada indikator 5, yang masih tersisa 3 butir yang diperkirakan bahwa koefisien reliabilitas sebesar
valid dari total 4 butir pada indikator tersebut. 0.729 yang rendah dibanding koefisien reliabilitas
tes baku disebabkan karena pengaruh kondisi
3.6.3 Pembahasan hasil reliabilitas kelompok sampel yang dijadikan sasaran
instrumen tes penelitian,banyaknya responden yang tidak
Metode komputasi KR-20 digunakan untuk berkompeten dalam mengembangkan kewirausahaan
menghitung reliabilitas instrumen tes karena di SMK yang dipimpinnnya, serta rekrutmen kepala
sekor jawaban adalah dikotomi sebagaimana SMK yang tidak mempertimbangkan latar belakang
pernyataan Miller (tanpa tahun: 2) bahwa pengalaman menggeluti dunia SMK menjadi faktor
koefisien KR-20 digunakan untuk menghitung terbesar atas rendahnya kompetensi kewirausahaan
reliabilitas instrumen dengan skor dikotomi (1 = yang dimiliki. Pengangkatan seseorang untuk
ya, atau 0 = tidak). Demikian halnya menjadi kepala SMK dipolitisasi oleh pemerintah
diungkapkan oleh Djaali & Muljono (2008: 93) daerah misalnya dengan mengutamakan putera
bahwa jika butir instrumen mempunyai sekor daerah, atau karena menjadi tim pemenangan
diskontinum (bentuk soal obyektif dengan nilai 0 pilkada merupakan hal nyata yang terjadi di wilayah
dan 1 maka digunakan koefisien reliabilitas KR- Provinsi Sulawesi Barat. Ada beberapa orang kepala
20. SMK yang berlatar belakang guru SD, guru SMP
Hasil perhitungan reliabilitas KR-20 dan guru SMA yang kesulitan menjalankan
dengan bantuan program ITEMAN 3.0 dengan program-program teknis sehingga kebanyakan dari
koefisien reliabilitas sebesar 0.729 dapat mereka harus dibantu oleh wakasek yang berlatar
diinterpretasikan berdasarkan pendapat Nur belakang SMK, dan bahkan wakasek lebih berperan
dalam Sappaile (2005: 7) sebagai berikut: penting dalam aspek teknik ini, yang salah satunya
a) 72.9 % varians sekor teramati dapat adalah aspek pengembangan kewirausahaan di
diakibatkan oleh sekor sejati kelompok sekolah. Hal lain yang menyebabkan tingginya
individu yang dikenai tes dan 27,1 % faktor kesalahan ukur adalah waktu pengerjaan tes
diakibatkan oleh kesalahan pengukuran, yang tidak kondusif sehingga mempengaruhi
b) korelasi antara sekor teramati dengan sekor psikologis kepala SMK dalam mengerjakan tes. Hal
sejati sebesar √0.729 atau 0.854. ini susah untuk dihindari karena peneliti
Sejalan dengan hal tersebut, interpretasi menyesuaikan waktu luang yang diberikan oleh
reliabilitas 0.729 seperti yang disimulasikan oleh responden di sela-sela kesibukan mereka untuk
Azwar (1997: 117) bahwa koefisien reliabilitas mengadakan penelitian di tempatnya. Peneliti
sebesar 0.729 berarti perbedaan (variansi) yang merasa bersyukur diterima dengan tangan terbuka
tampak pada sekor tes tersebut mampu untuk meneliti mereka, walaupun dengan resiko
mencerminkan 72.9 % dari variansi sekor murni bahwa waktu pengerjaan tes tidak sesuai dengan
subyek yang bersangkutan, atau dapat dikatakan waktu yang diinginkan untuk bisa mengerjakan tes
bahwa 27.1 % dari perbedaan sekor yang tampak dengan baik dan benar.
disebabkan oleh variansi eror pengukuran Faktor lain yang berpengaruh pada kesalahan
tersebut. pengukuran adalah faktor meniru yang susah untuk
Dari hasil perhitungan reliabilitas instrumen dihindari, karena peneliti segan untuk menegur
tes ternyata terdapat 27,1 % pengaruh kesalahan orang yang lebih tua untuk tidak saling meniru,
pengukuran, tetapi nilai koefisien reliabilitas ini namun tidak banyak yang melakukan hal ini karena
masih diizinkan untuk penelitian dalam bidang sebagian peserta tes yang peneliti pantau juga
pendidikan yang tidak dipakai untuk standar antusias dan serius dalam mengerjakan tes tersebut.
yang akan dibakukan yaitu antara 0.6 – 0,8
(Gronlund, 1993:172) dan Mardapi (2012: 164) 3.6.4 Pembahasan tingkat kesukaran, daya
minimal 0.70. Kecuali instrumen tes yang akan beda, dan keberfungsian distractor
dibakukan harus berkisar minimal 0.90. Hasil perhitungan tingkat kesukaran
(Gronlund, 1993:172), bahkan Pophan (1995: menunjukkan bahwa hanya dua butir soal yang
28) memberikan ketetapan bahwa untuk tes yang tingkat kesukarannya masuk kategori sukar yaitu
akan dikomersialkan dalam bidang pendidikan butir nomor 7 sebesar 0.17 dan butir 13 sebesar
minimal mempunyai koefisien reliabilitas 0.95 0.19. sedangkan 8 butir lainnya terletak antara 0.39
atau lebih. sampai 0.84. Jika mengacu pada kriteria yang
Kondisi yang mempengaruhi ukuran ditetapkan oleh Tuckman dalam Naga (1992: 57)
koefisien reliabilitas adalah rentang perbedaan bahwa sebaiknya tingkat kesukaran butir terletak
individu dalam kelompok dan variabilitas sampel antara 0.33 sampai 0.67, berarti ada sekitar 8 butir
tempat reliabilitas diukur (Anastasi & Urbina, yang masuk kriteria yaitu butir nomor 1, 3, 8, 9, 10,
2007: 116). Emery et al (2003 :41) menyebutkan 12, 14, dan 20 yang tingkat kesukarannya ideal.
hal-hal yang mempengaruhi rendahnya validitas Namun Naga (1992: 57) selanjutnya menjelaskan

7
bahwa taraf kesukaran butir bukanlah satu- peserta tes KA dari KB yaitu option D butir nomor
satunya patokan untuk memilih butir yang 3, option C butir nomor 10, option A nomor butir 14,
dianggap baik, tetapi juga harus memperhatikan dan option d nomor 15.
patokan lainnya, dan jika perlu patokan taraf Dari ketiga macam analisis butir instrumen tes
kesukaran butir juga dapat dikalahkan. Sejalan yaitu analisis validitas butir, tingkat kesukaran, dan
dengan hal itu, Guiford dalam Evroro (2015: 23) daya beda terdapat kesamaan hasil analisis yaitu
menekankan bahwa tingkat kesukaran butir menggugurkan butir 7 dan 13, sehingga butir yang
bervariasi untuk setiap individu, kita tidak bisa layak untuk dijadikan instrumen untuk mengukur
mendapatkan informasi yang akurat jika terpaku aspek kognitif kompetensi kewirausahaan kepala
pada tingkat kesukaran butir, sehingga untuk SMK di Provinsi Sulawesi Barat sebanyak 18 butir.
tingkat kesukaran butir dengan kriteria yang
ditetapkan oleh Rasyid & Mansyur (2007: 225) 3.6.5 Pembahasan validitas butir instrumen non
dijadikan rujukan dalam penelitian ini, dan tes.
hasilnya 2 butir yang tereliminasi yaitu butir Validitas internal juga digunakan untuk
nomor 7 dan butir nomor 13 sebagaimana hasil menguji validitas butir instrumen non tes dengan
validitas butir yang telah dipaparkan. skala pengukuran 1-5. Formula yang digunakan
Daya pembeda butir dianalisis untuk adalah korelasi product moment (Djaali & Muljono,
mengetahui kemampuan butir membedakan 2008: 86), karena skala sekor yang digunakan adalah
peserta dari kelompok atas dan dari kelompok sekor politomi. Teknik perhitungan korelasi product
bawah. Semakin tinggi daya pembedaan butir moment dibantu dengan program Ms-Excell.
maka makin besar pula perbedaan sekor yang Uji coba terbatas tahap 1 untuk instrumen non
dihasilkan oleh kelompok atas dari kelompok tes memperlihatkan bahwa dari 20 butir pernyataan
bawah (Naga, 1992: 67). yang disebarkan kepada 20 responden semua valid
Berdasarkan kriteria yang ditetapkan oleh sehingga tidak membutuhkan revisi butir dan layak
Ebel dalam Crocker & Algina (1986: 315), ada untuk diteruskan ke tahap selanjutnya. Hasil validasi
17 butir yang masuk kategori mempunyai daya tahap 2 juga menyatakan semua butir valid dan
beda baik terletak antara 0,4 – 1.00 , 1 butir yang layak untuk diteruskan ke uji coba luas tanpa
masuk kategori dapat diterima (tidak perlu revisi) merevisi lagi butirnya.
yang terletak antara 0.3 – 0.39 dan 2 butir yang Hasil analisis validitas butir untuk uji coba luas
tidak berfungsi atau dibuang yaitu butir nomor 7 pun menunjukkan bahwa semua butir layak untuk
dan 13. Menurut pendapat Aggarwal dalam dijadikan instrumen untuk menilai aspek
Boopathiraj (2013: 191) item yang mempunyai keterampilan kompetensi kewirausahaan kepala
daya beda negatif dikeluarkan (dibuang), SMK di Provinsi Sulawesi Barat.
sedangkan item yang mempunyai tingkat
kesukaran di atas 0.20 sudah merupakan derajat 3.6.6 Pembahasan hasil reliabilitas instrumen
yang sudah dapat digunakan sebagai tes dalam non tes
lembaga pendidikan. Demikian juga hasil Metode internal consistency berupa
penelitian Hal ini yang mendasari peneliti untuk perhitungan reliabilitas dengan hanya memerlukan
tidak merevisi butir nomor 8 tersebut. Seperti satu kali penyajian tes dipilih untuk menghindari
juga pada uji validitas dan komputasi tingkat masalah-masalah yang timbul akibat penyajian tes
kesukaran butir, pada perhitungan daya beda berulang (Rasyid & Mansyur, 2007: 140). Selain itu
butir juga mengeliminasi butir nomor 7 dan 13 Miller (tanpa tahun :2) juga menyatakan bahwa
karena tidak dapat membedakan peserta tes dari koefisien Alpha Crombach adalah tipe yang paling
kelompok atas dan kelompok bawah. cocok digunakan jika instrumen yang dikembangkan
Analisis terhadap keberfungsian kunci mempunyai pilihan jawaban kontinum seperti: 1 =
jawaban dan distractor juga dilakukan untuk tidak setuju sampai 5 = sangat setuju. Selanjutnya
mengetahui apakah kunci jawaban dan distractor dia menjelaskan bahwa koefisien konsistensi internal
yang dibuat dapat berfungsi atau tidak. Evroro cocok digunakan karena hanya membutuhkan satu
(2015: 23) menjelaskan bahwa distractor yang kali pelaksanaan tes dan dapat menghindari masalah
baik menggambarkan pemilih lebih banyak dari yang terjadi pada pelaksanaan tes yang berulang
kelompok bawah dari pada pemilih dari kali.
kelompok atas. Sesuai dengan penjelasan Reliabilitas instrumen non tes kompetensi
Gronlund (1993: 105) bahwa pengecoh yang kewirausahaan kepala SMK menghasilkan koefisien
baik adalah jika dipilih oleh lebih banyak reliabilitas sebesar 0.917. Reliabilitas instrumen
peserta tes kelompok bawah, maka dari hasil yang relatif tinggi (0,917) dan valid untuk setiap
analisis ditemukan bahwa semua kunci jawaban butir merupakan salah satu jaminan objektivitas
berfungsi dengan baik, 16 butir yang yang tinggi, sejalan dengan penelitian Guller &
pengecohnya berfungsi dengan baik. Dan 4 Gelbal (2010: 115) yang menetapkan hasil
option pengecoh dari 4 butir yang tidak berfungsi reliabilitas instrumen 0.91 sebagai alat ukur yang
dengan baik karena dipilih lebih banyak oleh konsisten (reliabel). Ini sesuai pendapat Wiersma

8
dalam Ilhan (2014: 91) bahwa objektivitas tes untuk instrumen non tes dinyatakan layak untuk
tidak berhubungan dengan tipe soal, tetapi dilanjutkan ke tahap uji coba empirik.
diasosiasikan dengan reliabilitas pemberian sekor 2. Hasil pengembangan instrumen penilaian
tes. Reliabilitas instrumen non tes sudah layak kompetensi kewirausahaan kepala SMK di
sebagaimana dijelaskan oleh Mardapi (2012: Provinsi Sulawesi Barat secara empirik adalah
164) bahwa koefisien reliabilitas instrumen non sebagai berikut.
tes adalah minimal 0.70. a. Pengolahan data hasil ujicoba empirik
Interpretasi dari koefisien reliabilitas 0.917 untuk instrumen tes memenuhi validitas
yaitu 91,7% varians sekor teramati diakibatkan butir tes dengan 18 butir instrumen
oleh varians sekor individu responden uji coba, valid dan dua butir lainnya gugur (drop).
dan 8.3 % varians sekor teramati diakibatkan b. Pengolahan data hasil ujicoba empirik
oleh varians kesalahan pengukuran. Dapat untuk instrumen non tes menunjukkan
disimpulkan bahwa reliabilitas instrumen bahwa keseluruhan butir instrumen yang
penilaian skill kompetensi kewirausahaan kepala berjumlah 20 butir dinyatakan valid.
SMK di provinsi Sulawesi Barat mempunyai c. Instrumen tes untuk mengukur pengetahuan
keandalalan yang cukup tinggi. Hal ini didukung tentang kompetensi kewirausahaan kepala
oleh penelitian yang relevan oleh Moon et al SMK di Provinsi Sulawesi Barat
(2005: 129) yang memberikan rentang koefisien mempunyai reliabilitas sebesar 0.729, dan
reliabilitas antara 0.55 – 0.95 dari hasil instrumen non tes untuk mengukur
penelitiannya sebagai konsistensi yang wajar. keterampilan kepala SMK di Provinsi
Tingginya koefisien reliabilitas didukung oleh Sulawesi Barat dalam mengelola
responden yang rata-rata berlatar belakang guru kewirausahaan mempunyai reliabilitas
program keahlian pada bidang yang digelutinya. 0.917.
Tidak semua guru di SMK dipilih untuk menjadi
responden uji coba untuk menghindari tingginya 4.2 SARAN
kesalahan ukur. Pengawas SMK dapat memperluas penilaian
kinerja kepala SMK dengan menilai kompetensi
kewirausahaannya selain aspek manajerial dan
3.7 Pengolahan hasil instrumen tes akademik, karena kompetensi inilah yang
merupakan ciri khas kepala SMK yang membedakan
Instrumen yang sudah siap pakai dapat kinerja mereka dari kepala SMA. Hal ini sangat
diberikan kepada kepala sekolah untuk penting karena visi SMK adalah menciptakan tenaga
dikerjakan baik secara manual maupun dengan kerja yang mandiri dan berjiwa wirausaha. Hasil
menggunakan software. Dalam penelitian ini pengembangan instrumen ini sudah layak dijadikan
saya mengolah hasil instrumen tes yang sudah alat ukur untuk mengetahui kompetensi
siap ke dalam program aplikasi Wondershare kewirausahaan kepala SMK di Provinsi Sulawesi
Quiz Creator. Barat.

Gambar 1 Tampilan software quiz creator

4 PENUTUP

4.1 SIMPULAN
Berdasarkan tujuan dan hasil penelitian,
maka pada bab ini akan disajikan beberapa
simpulan sebagai berikut.
1. Hasil pengembangan instrumen penilaian
kompetensi kewirausahaan kepala SMK di
Provinsi Sulawesi Barat secara teoretik
(validasi isi) dengan konsistensi internal
sebesar 0.90 untuk instrumen tes dan 0.85

9
DAFTAR PUSTAKA

Adams, Wendy K., & Wierman, Carl E. 2010. Development and Validation of Instruments to Measure Learning of Expert-Like
Thinking. International Journal of Science Education 1–24.

Aikenhead, Glen S., & Ryan, Alan G. The Development of a New Instrument: “Views on Science-Technology-Society” (VOSTS).
Journal of College of Education, University of Saskatchewan, Saskatoon, Saskatchewan, Canada, S7N OWO

Azwar, Syaifuddin. 1997. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.


________________. 2014. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Boopathiraj, C & Chellamani, K. Analysis Of Test Items On Difficulty Level and Discrimination Index In The Test For Research In
Education. International Journal of Social Science & Interdisciplinary Research, Vol.2.

Crocker, Linda., & Algina, James. 1986. Introduction to Classical and Modern Theory. New York: College Publishing.

Djaali, & Muljono, Pudji. 2008. Pengukuran dalam Bidang Pendidikan. Jakarta: Grasindo.
Douglas G. Wren. 2009. Performance Assessment: A Key Component Of A Balanced Assessment System. Journal of Report from
the Department of Research, Evaluation, and Assessment. Number 2.

Emery, James., Crump, Caroline., & Boors, Philip. 2003. Building the Methods Reliability and Validity of Two Instruments
Designed to Assess the Walking and Bicycling Suitability of Sidewalks and Roads. American Journal of Health Promotion,
vol. 18, No. 1.

Evroro, Edhereveno Sylvanus. 2015. Item Analysis Of Test Of Number Operations. Asian Journal of Educational Research, vol. 3,
No. 1.

Guller, Nese & Gelbal, Selahattin. 2010. A Study Based on Classic Test Theory and Many Facet Rasch Model. Eurasian Journal of
Educational Research, Issue 38, Winter 2010, 108-125.

Gulliker, Judith Maria Theresia. 2006. Authenticity is in the Eye of the Beholder
Beliefs And Perceptions Of Authentic Assessment And The Impact On Student Learning. Dissertation. Netherlands : Datawyse
Maastricht.

Gronlund, Norman. 1993. How to Make Achievement Tests and Assessments. Massachuttests: Allyn & Bacon.

Izquierdo, Edgar., Deschoolmester, Dirk., & Salazar, Danny. 2005. The Importance of Competencier for Enterpreneurship: AView
from Enterpreneurs and Scholar's Persfective. Este Articulo Fue Presentado en el IntEnt.

Kerlinger, Fred N. 2006. Asas-asas Penelitian Behavioral. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Kusaeri & Suprananto. 2012. Pengukuran dan Penilaian Pendidikan. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Mardapi, Djemari. 2012. Pengukuran Penilaian & Evaluasi Pendidikan. Yogyakarta: Nuha Litera.

Miller, M. David., Linn, Robert L., & Gronlund, Norman E. 2009. Measurement and Assessment in Teaching. New Jersey: Pearson
Education.

Miller, Michael. Tanpa Tahun. Reliability And Validity. Paper of Western International University RES 600: Graduate Research
Methods.

Moon, Tonya R., Brighton, Callahan, Catherine M., Caroline M., & Robinson, Ann. 2005. Development of Authentic Assessments
for the Middle School Classroom. The Journal of Secondary Gifted Education Vol. XVI, No. 2/3.

Naga, Dali S. 1992. Pengantar Teori Sekor pada Pengukuran Pendidikan. Jakarta: Gunadarma.

Pophan, W. James 1995. Classroom Assessment What Teachers Need to Know. Massachuttests: Allyn & Bacon.

Rasyid, Harun., & Mansyur. 2008. Penilaian Hasil Belajar. Bandung: Wacana Prima.

Riviera, Jennifer Elaine. 2007. Test Item Construction And Validation: Developing A Statewide Assessment For Agricultural
Science Education. Dissertation. New York: Faculty of the graduate School of Cornell University

Ruslan. 2009. Validitas Isi. Bulletin Pabbiritta No.10 Tahun VI LPMP Sulawesi Selatan.

10
Sappaile, Baso Intang. 2005. Validitas dan Reliabilitas Tes yang memuat Butir Dikotomi dan Politomi. Jurnal Ilmu Pendidikan
(Parameter) No.24 Tahun XXII.

___________________. 2006. Dimensi dan Reliabilitas Suatu Instrumen dengan Menggunakan Rotasi Varimax pada Analisis
Faktor Eksploratori. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan No. 060 Tahun ke-12.

___________________. 2007. Konsep Instrumen Penelitian Pendidikan. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan No.66 Tahun ke 13.

_____________________. Tanpa tahun. Pengkategorian responden berdasarkan skor total. Jurnal pendidikan dan kebudayaan.

Sarwoko, Endi., Surachman., Armanu., & Hadiwidjoyo, Djumilah. 2013. Enterpreneurial Characteristics and Competency as
Determinants of Bussines Performance inSMEs. IOSR Journal of Bussiness and Management Vol.7 issued 3, 31-38.

Sudijono, Anas. 2011. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers.

Uno, Hamzah B., & Koni, Satria. 2012. Assessment Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Widoyoko, Eko Putro. 2013. Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

11
12

Anda mungkin juga menyukai