ABSTRAK
Kompetensi kewirausahaan kepala SMK adalah salah satu dari lima kompetensi yang harus dinilai oleh
pengawas sekolah, dimana kompetensi ini sangat identik dengan visi dan misi SMK. Dalam penilaian kinerja kepala
SMK oleh Pengawas SMK, kompetensi ini jarang dinilai dibandingkan dengan kompetensi manajerial dan
kompetensi akademik kepala SMK, bahkan sebagian besar pengawas belum menilai kompetensi ini karena
kurangnya instrumen penilaiannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil pengembangan instrumen
penilaian kompetensi kewirausahaan kepala SMK di Provinsi Sulawesi Barat secara teoretik dan empirik. Penelitian
ini menggunakan pendekatan pengembangan (Research & Development). Desain pengembangan instrumen
menggunakan model pengembangan Djaali & Pudji Muljono dengan teknik pengumpulan data melalui teknik tes
dan teknik non tes. Teknik instrumen tes bertujuan untuk mengukur aspek kognitif sedangkan instrumen tes bertujuan
untuk mengukur aspek psikomotor kompetensi kewirausahaan kepala SMK.
Penelitian melalui dua kali proses validasi yaitu validasi isi dengan koefisien validitas isi Gregory untuk
instrumen tes 0.90. Validasi empiris instrumen tes menghasilkan 18 butir tes yang valid dari 20 butir tes yang
disusun (2 butir gugur) pada kriteria r hitung > r tabel 0.197, reliabilitas KR-20 0.729 dan tidak ada indikator yang
butirnya gugur semua, sedangkan untuk instrumen non tes menghasilkan validitas isi gregory 0.85 dan validitas
empirik menghasilkan 20 butir yang valid (tidak ada yang digugurkan) dengan reliabilitas 0.917. Hasil instrumen tes
diolah melalui program Wondershare Quiz Creator untuk bisa diujikan secara online melalui web maupun server
lokal (access point) dan secara offline melalui CD atau flash disk.
Kata kunci: kompetensi, kewirausahaan, kepala SMK, Pengawas SMK, Instrumen, validitas, reliabilitas
ABSTRACT
Enterpreneurship competency is one of five competency who must be assessed by superintended, when this
competency have same identical with perspective and mission of the Technical high School. In the performance
assessment of the headmaster by superintended, this competency rare or never be assessed like manajerial and
supervision competency, because the superintended didn’nt have any instrument as referenced. This research
purposes to know the result of developing assessment instrument enterpreneurship competency of SMK Headmaster
according theoretic and empirical technic. This research specially use Reseach and Development with design by
Djaali & Pudji Muljono, and data collection use test and non test instrument. Test instrument used for measuring
cognitive aspect and non test instrument used for measuring psichomotoric aspect of the enterpreneurship
competence.
Reseach past two way validation. First validation of test instrument is content validation with Gregory
Coefficient = 0.90. Second is empirical validation that result 18 item valid and 2 item was eliminated, and reliability
coeficient (KR-20) is 0.729. content validation for non test instrument result Gregory validation = 0.85, empirical
validation result 20 item test valid, and index reliability= 0.917 Result of this developing test instrument was
produced in Wondeshare Quiz Creator so the headmaster can do it with online via website or acces point, and offline
with CD or Flash Disk.
Keyword: competency, enterpreneurship, SMK Headmaster, SMK Superintendent, instrument, validity, reliability.
1
1. PENDAHULUAN 1.5. TINJAUAN PUSTAKA
2
(HI/UP) di kabupaten Mamuju dan Mamuju Kriteria penerimaan suatu butir tes menurut
Tengah, sedangkan uji coba luas dilaksanakan Sappaile (2005:4) yaitu jika koefisien korelasi antara
pada semua kepala SMK yang ada di Provinsi sekor butir dengan sekor total tes > r tabel maka
Sulawesi Barat, dengan total responden 100 butir tersebut valid berdasarkan ukuran validitas
orang (Nunally dalam Azwar, 2014: 79). internal atau pada taraf α tertentu.
Uji coba terbatas untuk instrumen non tes
sebanyak dua kali pada guru kompetensi 2.4.2 Reliabilitas instrumen
kejuruan di SMK se kabupaten Mamuju, Reliabilitas instrumen tes dianalisis dengan
sedangkan uji coba luas disebarkan kepada 100 menggunakan rumus KR-20 (Djaali & Muljono,
orang guru kompetensi kejuruan SMK di 2008: 93) dengan bantuan komputasi Program
Provinsi Sulawesi Barat. SPSS-20.
3
menghitung indeks daya beda (Naga, 1992: 68) lampiran 26 menunjukkan bahwa semua butir soal
adalah: sudah memperlihatkan nilai korelasi walaupun
masih ada beberapa butir yang berkorelasi rendah
1 1
𝐷𝑖𝑗 = 𝑓𝑖𝑇 (𝑋𝑖𝑗 = 1) − 𝑓𝑖𝑅 (𝑋𝑖𝑗 = 1) seperti pada butir nomor 2, 3, 4, 6, 7, 13, 16, dan 20.
𝑀𝑇 𝑀𝑅
4
3.3 Tingkat kesukaran 0.30 < D ≤ 0.39 butir soal membutuhkan sedikit
Tingkat kesukaran instrumen tes dari 18 revisi.
butir yang valid dianalisis dengan program 0.20 < D ≤ 0.29 butir soal harus direvisi.
ITEMAN 3.00. -1.00 < D ≤ 0.19 butir soal direvisi total
5
Validitas isi instrumen non tes dengan b. Pembahasan hasil uji coba luas
koefisien konsistensi internal sebesar 0.85 atau Pada proses ini dilakukan analisis validitas
85 % juga layak untuk diteruskan ke tahap butir sampai data menjadi jenuh dimana semua butir
selanjutnya sesuai dengan kriteria yang sudah valid dan tidak ada yang gugur lagi. Kriteria
ditetapkan dalam Ruslan (2009: 19) > 75 % atau penerimaan vaiditas butir adalah jika nilai r hitung >
0.75. Miller et al (2009: 75) memaparkan tujuan dari r tabel (Sappaile, 2005:4).. Dari hasil pengujian
validitas isi adalah untuk menggambarkan validitas awal menghasilkan dua butir yang gugur
apakah alat ukur yang telah disusun sudah yaitu butir nomor 7 dengan r hitung = -0.396 dan
relevan dan mewakilkan domain pengukuran nomor butir 13 dengan r hitung = -0.333, sehingga
(tujuan ukur). Instrumen harus mampu menjawab tersisa 18 butir yang valid. Kemudian dari 18 butir
pertanyaan “apakah masing-masing item dalam tersebut divalidasi ulang dan hasilnya bahwa semua
tes layak untuk mengungkap atribut yang diukur butir valid, berarti data sudah dianggap jenuh, dan
sesuai dengan indikator keperilakuannya” dan proses validasi selesai. Hal ini dilakukan
“apakah aitem-aitem dalam tes telah mencakup berdasarkan cara pengujian validitas butir dalam
keseluruhan domain isi yang hendak diukur” Djaali & Muljono (2008: 91) dimana jika
(Azwar, 2013:42). Dengan kriteria yang telah perhitungan validitas butir tahap 1 sudah dilakukan
ditetapkan di atas, maka butir-butir instrumen dan ternyata ada butir yang tidak valid maka perlu
baik instrumen tes maupun non tes sudah sejalan dilakukan perhitungan tahap ke dua untuk
dengan indikator yang telah disusun berdasarkan menghitung koefisien validitas butir yang baru.
tujuan pembuatan tes sesuai dengan kesepakatan Hasil penelitian sudah sesuai dengan pendapat
2 orang pakar. Djaali & Muljono (2008: 86) yang menjelaskan
bahwa butir soal yang dianggap valid adalah butir
3.6.2 Pembahasan validitas butir instrumen yang sekornya mempunyai koefisien korelasi yang
tes signifikan dengan sekor total instrumen tes, dan
a. Pembahasan hasil uji coba terbatas Miller et al ( 2009: 75) menguraikan bahwa
Uji coba terbatas dilakukan untuk koefisien korelasi yang mendekati 1.00
mengukur kemampuan awal yang dimiliki oleh mengindikasikan prediksi yang amat bagus dari
kepala SMK tentang instrumen yang akan sebuah variabel. Demikian halnya dengan Lincoln &
diujikan, apakah mereka mampu menjawab Guba dalam Aikenhead & Ryan (1992: 487) yang
instrumen tersebut, atau malah instrumen mengatakan bahwa esensi dari validitas yaitu
tersebut terlalu sukar atau terlalu mudah. Jika “keterpercayaan”, yaitu interpretasi seorang peneliti
instrumen terlalu sukar maka perlu direvisi atau tentang hasil uji validitas dengan kriteria yang
dimodifikasi baik stem ataupun option ditentukan oleh peneliti.
jawabannya, demikian sebaliknya jika soal Tabel 4.14 Jumlah butir valid setiap indikator
tersebut terlalu mudah. Langkah revisi instrumen instrumen tes
sejalan dengan yang dilakukan oleh Adams & NO INDIKATOR
JUMLAH BUTIR
Wiersman (2010: 6) yang melakukan revisi dan BUTIR VALID
Menjelaskan konsep naluri
modifikasi item pada saat mengembangkan dan 1
kewirausahaan
4 4
memvalidasi instrumen untuk mengidentifikasi Mengintegrasikan pendidikan
pengetahuan peserta uji tes mengenai tipok yang 2 kewirausahaan dalam 3 2
akan diujikan. Jenis analisis butir yang pembelajaran
Menganalisis potensi sekolah
digunakan pada uji coba terbatas adalah analisis 3 untuk mengembangkan 3 3
tingkat kesukaran butir. Butir yang tingkat kegiatan produksi/jasa
kesukarannya dibawah 0.2 dan di atas 0.70 perlu Merencanakan pengelolaan
untuk direvisi sebagaimana yang dilakukan oleh 4 kegiatan produksi/jasa di 3 2
Boopathiraj & Chellamani (2013: 190) yang sekolah
Melaksanakan kegiatan
merevisi soal dengan tingkat kesukaran dibawah 5
produksi/jasa di sekolah
4 4
0.20 dan di atas 0.70 yang disebabkan oleh faktor Mengevaluasi kegiatan
penggunaan kalimat yang membingungkan atau 6 3 3
produksi/jasa di sekolah
juga perlu mempelajari ulang isi materi tes.
Jumlah butir yang valid 18
Rasyid & Mansyur (2007: 186) menjelaskan
bahwa dalam menganalisis hasil uji coba tes, ada
kemungkinan beberapa butir soal sudah baik Dari hasil analisis validitas uji coba luas
sehingga tidak perlu direvisi, sedangkan ada sebanyak dua kali proses validasi tergambar bahwa
beberapa butir soal membutuhkan revisi. sebanyak 18 butir soal dinyatakan valid yang berarti
Messick dalam Rivera (2007 : 77) menekankan semua indikator layak untuk dijadikan instrumen uji
pentingnya merevisi butir tes untuk menghindari kompetensi kewirausahaan kepala SMK di provinsi
faktor pengaruh derajat kesukaran dan bias tes. Sulawesi Barat, karena tidak semua butir pada setiap
indikator yang gugur. Butir nomor 7 terdapat pada
indikator 2, dan masih tersisa 2 butir yang valid dari
6
total 3 butir pada indikator ini yaitu butir nomor dan reliabilitas instrumen penelitian antara lain
5 dan 6. Sedangkan butir nomor 17 terdapat banyaknya sampel uji coba. Dari pemaparan ini
pada indikator 5, yang masih tersisa 3 butir yang diperkirakan bahwa koefisien reliabilitas sebesar
valid dari total 4 butir pada indikator tersebut. 0.729 yang rendah dibanding koefisien reliabilitas
tes baku disebabkan karena pengaruh kondisi
3.6.3 Pembahasan hasil reliabilitas kelompok sampel yang dijadikan sasaran
instrumen tes penelitian,banyaknya responden yang tidak
Metode komputasi KR-20 digunakan untuk berkompeten dalam mengembangkan kewirausahaan
menghitung reliabilitas instrumen tes karena di SMK yang dipimpinnnya, serta rekrutmen kepala
sekor jawaban adalah dikotomi sebagaimana SMK yang tidak mempertimbangkan latar belakang
pernyataan Miller (tanpa tahun: 2) bahwa pengalaman menggeluti dunia SMK menjadi faktor
koefisien KR-20 digunakan untuk menghitung terbesar atas rendahnya kompetensi kewirausahaan
reliabilitas instrumen dengan skor dikotomi (1 = yang dimiliki. Pengangkatan seseorang untuk
ya, atau 0 = tidak). Demikian halnya menjadi kepala SMK dipolitisasi oleh pemerintah
diungkapkan oleh Djaali & Muljono (2008: 93) daerah misalnya dengan mengutamakan putera
bahwa jika butir instrumen mempunyai sekor daerah, atau karena menjadi tim pemenangan
diskontinum (bentuk soal obyektif dengan nilai 0 pilkada merupakan hal nyata yang terjadi di wilayah
dan 1 maka digunakan koefisien reliabilitas KR- Provinsi Sulawesi Barat. Ada beberapa orang kepala
20. SMK yang berlatar belakang guru SD, guru SMP
Hasil perhitungan reliabilitas KR-20 dan guru SMA yang kesulitan menjalankan
dengan bantuan program ITEMAN 3.0 dengan program-program teknis sehingga kebanyakan dari
koefisien reliabilitas sebesar 0.729 dapat mereka harus dibantu oleh wakasek yang berlatar
diinterpretasikan berdasarkan pendapat Nur belakang SMK, dan bahkan wakasek lebih berperan
dalam Sappaile (2005: 7) sebagai berikut: penting dalam aspek teknik ini, yang salah satunya
a) 72.9 % varians sekor teramati dapat adalah aspek pengembangan kewirausahaan di
diakibatkan oleh sekor sejati kelompok sekolah. Hal lain yang menyebabkan tingginya
individu yang dikenai tes dan 27,1 % faktor kesalahan ukur adalah waktu pengerjaan tes
diakibatkan oleh kesalahan pengukuran, yang tidak kondusif sehingga mempengaruhi
b) korelasi antara sekor teramati dengan sekor psikologis kepala SMK dalam mengerjakan tes. Hal
sejati sebesar √0.729 atau 0.854. ini susah untuk dihindari karena peneliti
Sejalan dengan hal tersebut, interpretasi menyesuaikan waktu luang yang diberikan oleh
reliabilitas 0.729 seperti yang disimulasikan oleh responden di sela-sela kesibukan mereka untuk
Azwar (1997: 117) bahwa koefisien reliabilitas mengadakan penelitian di tempatnya. Peneliti
sebesar 0.729 berarti perbedaan (variansi) yang merasa bersyukur diterima dengan tangan terbuka
tampak pada sekor tes tersebut mampu untuk meneliti mereka, walaupun dengan resiko
mencerminkan 72.9 % dari variansi sekor murni bahwa waktu pengerjaan tes tidak sesuai dengan
subyek yang bersangkutan, atau dapat dikatakan waktu yang diinginkan untuk bisa mengerjakan tes
bahwa 27.1 % dari perbedaan sekor yang tampak dengan baik dan benar.
disebabkan oleh variansi eror pengukuran Faktor lain yang berpengaruh pada kesalahan
tersebut. pengukuran adalah faktor meniru yang susah untuk
Dari hasil perhitungan reliabilitas instrumen dihindari, karena peneliti segan untuk menegur
tes ternyata terdapat 27,1 % pengaruh kesalahan orang yang lebih tua untuk tidak saling meniru,
pengukuran, tetapi nilai koefisien reliabilitas ini namun tidak banyak yang melakukan hal ini karena
masih diizinkan untuk penelitian dalam bidang sebagian peserta tes yang peneliti pantau juga
pendidikan yang tidak dipakai untuk standar antusias dan serius dalam mengerjakan tes tersebut.
yang akan dibakukan yaitu antara 0.6 – 0,8
(Gronlund, 1993:172) dan Mardapi (2012: 164) 3.6.4 Pembahasan tingkat kesukaran, daya
minimal 0.70. Kecuali instrumen tes yang akan beda, dan keberfungsian distractor
dibakukan harus berkisar minimal 0.90. Hasil perhitungan tingkat kesukaran
(Gronlund, 1993:172), bahkan Pophan (1995: menunjukkan bahwa hanya dua butir soal yang
28) memberikan ketetapan bahwa untuk tes yang tingkat kesukarannya masuk kategori sukar yaitu
akan dikomersialkan dalam bidang pendidikan butir nomor 7 sebesar 0.17 dan butir 13 sebesar
minimal mempunyai koefisien reliabilitas 0.95 0.19. sedangkan 8 butir lainnya terletak antara 0.39
atau lebih. sampai 0.84. Jika mengacu pada kriteria yang
Kondisi yang mempengaruhi ukuran ditetapkan oleh Tuckman dalam Naga (1992: 57)
koefisien reliabilitas adalah rentang perbedaan bahwa sebaiknya tingkat kesukaran butir terletak
individu dalam kelompok dan variabilitas sampel antara 0.33 sampai 0.67, berarti ada sekitar 8 butir
tempat reliabilitas diukur (Anastasi & Urbina, yang masuk kriteria yaitu butir nomor 1, 3, 8, 9, 10,
2007: 116). Emery et al (2003 :41) menyebutkan 12, 14, dan 20 yang tingkat kesukarannya ideal.
hal-hal yang mempengaruhi rendahnya validitas Namun Naga (1992: 57) selanjutnya menjelaskan
7
bahwa taraf kesukaran butir bukanlah satu- peserta tes KA dari KB yaitu option D butir nomor
satunya patokan untuk memilih butir yang 3, option C butir nomor 10, option A nomor butir 14,
dianggap baik, tetapi juga harus memperhatikan dan option d nomor 15.
patokan lainnya, dan jika perlu patokan taraf Dari ketiga macam analisis butir instrumen tes
kesukaran butir juga dapat dikalahkan. Sejalan yaitu analisis validitas butir, tingkat kesukaran, dan
dengan hal itu, Guiford dalam Evroro (2015: 23) daya beda terdapat kesamaan hasil analisis yaitu
menekankan bahwa tingkat kesukaran butir menggugurkan butir 7 dan 13, sehingga butir yang
bervariasi untuk setiap individu, kita tidak bisa layak untuk dijadikan instrumen untuk mengukur
mendapatkan informasi yang akurat jika terpaku aspek kognitif kompetensi kewirausahaan kepala
pada tingkat kesukaran butir, sehingga untuk SMK di Provinsi Sulawesi Barat sebanyak 18 butir.
tingkat kesukaran butir dengan kriteria yang
ditetapkan oleh Rasyid & Mansyur (2007: 225) 3.6.5 Pembahasan validitas butir instrumen non
dijadikan rujukan dalam penelitian ini, dan tes.
hasilnya 2 butir yang tereliminasi yaitu butir Validitas internal juga digunakan untuk
nomor 7 dan butir nomor 13 sebagaimana hasil menguji validitas butir instrumen non tes dengan
validitas butir yang telah dipaparkan. skala pengukuran 1-5. Formula yang digunakan
Daya pembeda butir dianalisis untuk adalah korelasi product moment (Djaali & Muljono,
mengetahui kemampuan butir membedakan 2008: 86), karena skala sekor yang digunakan adalah
peserta dari kelompok atas dan dari kelompok sekor politomi. Teknik perhitungan korelasi product
bawah. Semakin tinggi daya pembedaan butir moment dibantu dengan program Ms-Excell.
maka makin besar pula perbedaan sekor yang Uji coba terbatas tahap 1 untuk instrumen non
dihasilkan oleh kelompok atas dari kelompok tes memperlihatkan bahwa dari 20 butir pernyataan
bawah (Naga, 1992: 67). yang disebarkan kepada 20 responden semua valid
Berdasarkan kriteria yang ditetapkan oleh sehingga tidak membutuhkan revisi butir dan layak
Ebel dalam Crocker & Algina (1986: 315), ada untuk diteruskan ke tahap selanjutnya. Hasil validasi
17 butir yang masuk kategori mempunyai daya tahap 2 juga menyatakan semua butir valid dan
beda baik terletak antara 0,4 – 1.00 , 1 butir yang layak untuk diteruskan ke uji coba luas tanpa
masuk kategori dapat diterima (tidak perlu revisi) merevisi lagi butirnya.
yang terletak antara 0.3 – 0.39 dan 2 butir yang Hasil analisis validitas butir untuk uji coba luas
tidak berfungsi atau dibuang yaitu butir nomor 7 pun menunjukkan bahwa semua butir layak untuk
dan 13. Menurut pendapat Aggarwal dalam dijadikan instrumen untuk menilai aspek
Boopathiraj (2013: 191) item yang mempunyai keterampilan kompetensi kewirausahaan kepala
daya beda negatif dikeluarkan (dibuang), SMK di Provinsi Sulawesi Barat.
sedangkan item yang mempunyai tingkat
kesukaran di atas 0.20 sudah merupakan derajat 3.6.6 Pembahasan hasil reliabilitas instrumen
yang sudah dapat digunakan sebagai tes dalam non tes
lembaga pendidikan. Demikian juga hasil Metode internal consistency berupa
penelitian Hal ini yang mendasari peneliti untuk perhitungan reliabilitas dengan hanya memerlukan
tidak merevisi butir nomor 8 tersebut. Seperti satu kali penyajian tes dipilih untuk menghindari
juga pada uji validitas dan komputasi tingkat masalah-masalah yang timbul akibat penyajian tes
kesukaran butir, pada perhitungan daya beda berulang (Rasyid & Mansyur, 2007: 140). Selain itu
butir juga mengeliminasi butir nomor 7 dan 13 Miller (tanpa tahun :2) juga menyatakan bahwa
karena tidak dapat membedakan peserta tes dari koefisien Alpha Crombach adalah tipe yang paling
kelompok atas dan kelompok bawah. cocok digunakan jika instrumen yang dikembangkan
Analisis terhadap keberfungsian kunci mempunyai pilihan jawaban kontinum seperti: 1 =
jawaban dan distractor juga dilakukan untuk tidak setuju sampai 5 = sangat setuju. Selanjutnya
mengetahui apakah kunci jawaban dan distractor dia menjelaskan bahwa koefisien konsistensi internal
yang dibuat dapat berfungsi atau tidak. Evroro cocok digunakan karena hanya membutuhkan satu
(2015: 23) menjelaskan bahwa distractor yang kali pelaksanaan tes dan dapat menghindari masalah
baik menggambarkan pemilih lebih banyak dari yang terjadi pada pelaksanaan tes yang berulang
kelompok bawah dari pada pemilih dari kali.
kelompok atas. Sesuai dengan penjelasan Reliabilitas instrumen non tes kompetensi
Gronlund (1993: 105) bahwa pengecoh yang kewirausahaan kepala SMK menghasilkan koefisien
baik adalah jika dipilih oleh lebih banyak reliabilitas sebesar 0.917. Reliabilitas instrumen
peserta tes kelompok bawah, maka dari hasil yang relatif tinggi (0,917) dan valid untuk setiap
analisis ditemukan bahwa semua kunci jawaban butir merupakan salah satu jaminan objektivitas
berfungsi dengan baik, 16 butir yang yang tinggi, sejalan dengan penelitian Guller &
pengecohnya berfungsi dengan baik. Dan 4 Gelbal (2010: 115) yang menetapkan hasil
option pengecoh dari 4 butir yang tidak berfungsi reliabilitas instrumen 0.91 sebagai alat ukur yang
dengan baik karena dipilih lebih banyak oleh konsisten (reliabel). Ini sesuai pendapat Wiersma
8
dalam Ilhan (2014: 91) bahwa objektivitas tes untuk instrumen non tes dinyatakan layak untuk
tidak berhubungan dengan tipe soal, tetapi dilanjutkan ke tahap uji coba empirik.
diasosiasikan dengan reliabilitas pemberian sekor 2. Hasil pengembangan instrumen penilaian
tes. Reliabilitas instrumen non tes sudah layak kompetensi kewirausahaan kepala SMK di
sebagaimana dijelaskan oleh Mardapi (2012: Provinsi Sulawesi Barat secara empirik adalah
164) bahwa koefisien reliabilitas instrumen non sebagai berikut.
tes adalah minimal 0.70. a. Pengolahan data hasil ujicoba empirik
Interpretasi dari koefisien reliabilitas 0.917 untuk instrumen tes memenuhi validitas
yaitu 91,7% varians sekor teramati diakibatkan butir tes dengan 18 butir instrumen
oleh varians sekor individu responden uji coba, valid dan dua butir lainnya gugur (drop).
dan 8.3 % varians sekor teramati diakibatkan b. Pengolahan data hasil ujicoba empirik
oleh varians kesalahan pengukuran. Dapat untuk instrumen non tes menunjukkan
disimpulkan bahwa reliabilitas instrumen bahwa keseluruhan butir instrumen yang
penilaian skill kompetensi kewirausahaan kepala berjumlah 20 butir dinyatakan valid.
SMK di provinsi Sulawesi Barat mempunyai c. Instrumen tes untuk mengukur pengetahuan
keandalalan yang cukup tinggi. Hal ini didukung tentang kompetensi kewirausahaan kepala
oleh penelitian yang relevan oleh Moon et al SMK di Provinsi Sulawesi Barat
(2005: 129) yang memberikan rentang koefisien mempunyai reliabilitas sebesar 0.729, dan
reliabilitas antara 0.55 – 0.95 dari hasil instrumen non tes untuk mengukur
penelitiannya sebagai konsistensi yang wajar. keterampilan kepala SMK di Provinsi
Tingginya koefisien reliabilitas didukung oleh Sulawesi Barat dalam mengelola
responden yang rata-rata berlatar belakang guru kewirausahaan mempunyai reliabilitas
program keahlian pada bidang yang digelutinya. 0.917.
Tidak semua guru di SMK dipilih untuk menjadi
responden uji coba untuk menghindari tingginya 4.2 SARAN
kesalahan ukur. Pengawas SMK dapat memperluas penilaian
kinerja kepala SMK dengan menilai kompetensi
kewirausahaannya selain aspek manajerial dan
3.7 Pengolahan hasil instrumen tes akademik, karena kompetensi inilah yang
merupakan ciri khas kepala SMK yang membedakan
Instrumen yang sudah siap pakai dapat kinerja mereka dari kepala SMA. Hal ini sangat
diberikan kepada kepala sekolah untuk penting karena visi SMK adalah menciptakan tenaga
dikerjakan baik secara manual maupun dengan kerja yang mandiri dan berjiwa wirausaha. Hasil
menggunakan software. Dalam penelitian ini pengembangan instrumen ini sudah layak dijadikan
saya mengolah hasil instrumen tes yang sudah alat ukur untuk mengetahui kompetensi
siap ke dalam program aplikasi Wondershare kewirausahaan kepala SMK di Provinsi Sulawesi
Quiz Creator. Barat.
4 PENUTUP
4.1 SIMPULAN
Berdasarkan tujuan dan hasil penelitian,
maka pada bab ini akan disajikan beberapa
simpulan sebagai berikut.
1. Hasil pengembangan instrumen penilaian
kompetensi kewirausahaan kepala SMK di
Provinsi Sulawesi Barat secara teoretik
(validasi isi) dengan konsistensi internal
sebesar 0.90 untuk instrumen tes dan 0.85
9
DAFTAR PUSTAKA
Adams, Wendy K., & Wierman, Carl E. 2010. Development and Validation of Instruments to Measure Learning of Expert-Like
Thinking. International Journal of Science Education 1–24.
Aikenhead, Glen S., & Ryan, Alan G. The Development of a New Instrument: “Views on Science-Technology-Society” (VOSTS).
Journal of College of Education, University of Saskatchewan, Saskatoon, Saskatchewan, Canada, S7N OWO
Boopathiraj, C & Chellamani, K. Analysis Of Test Items On Difficulty Level and Discrimination Index In The Test For Research In
Education. International Journal of Social Science & Interdisciplinary Research, Vol.2.
Crocker, Linda., & Algina, James. 1986. Introduction to Classical and Modern Theory. New York: College Publishing.
Djaali, & Muljono, Pudji. 2008. Pengukuran dalam Bidang Pendidikan. Jakarta: Grasindo.
Douglas G. Wren. 2009. Performance Assessment: A Key Component Of A Balanced Assessment System. Journal of Report from
the Department of Research, Evaluation, and Assessment. Number 2.
Emery, James., Crump, Caroline., & Boors, Philip. 2003. Building the Methods Reliability and Validity of Two Instruments
Designed to Assess the Walking and Bicycling Suitability of Sidewalks and Roads. American Journal of Health Promotion,
vol. 18, No. 1.
Evroro, Edhereveno Sylvanus. 2015. Item Analysis Of Test Of Number Operations. Asian Journal of Educational Research, vol. 3,
No. 1.
Guller, Nese & Gelbal, Selahattin. 2010. A Study Based on Classic Test Theory and Many Facet Rasch Model. Eurasian Journal of
Educational Research, Issue 38, Winter 2010, 108-125.
Gulliker, Judith Maria Theresia. 2006. Authenticity is in the Eye of the Beholder
Beliefs And Perceptions Of Authentic Assessment And The Impact On Student Learning. Dissertation. Netherlands : Datawyse
Maastricht.
Gronlund, Norman. 1993. How to Make Achievement Tests and Assessments. Massachuttests: Allyn & Bacon.
Izquierdo, Edgar., Deschoolmester, Dirk., & Salazar, Danny. 2005. The Importance of Competencier for Enterpreneurship: AView
from Enterpreneurs and Scholar's Persfective. Este Articulo Fue Presentado en el IntEnt.
Kerlinger, Fred N. 2006. Asas-asas Penelitian Behavioral. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Kusaeri & Suprananto. 2012. Pengukuran dan Penilaian Pendidikan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Mardapi, Djemari. 2012. Pengukuran Penilaian & Evaluasi Pendidikan. Yogyakarta: Nuha Litera.
Miller, M. David., Linn, Robert L., & Gronlund, Norman E. 2009. Measurement and Assessment in Teaching. New Jersey: Pearson
Education.
Miller, Michael. Tanpa Tahun. Reliability And Validity. Paper of Western International University RES 600: Graduate Research
Methods.
Moon, Tonya R., Brighton, Callahan, Catherine M., Caroline M., & Robinson, Ann. 2005. Development of Authentic Assessments
for the Middle School Classroom. The Journal of Secondary Gifted Education Vol. XVI, No. 2/3.
Naga, Dali S. 1992. Pengantar Teori Sekor pada Pengukuran Pendidikan. Jakarta: Gunadarma.
Pophan, W. James 1995. Classroom Assessment What Teachers Need to Know. Massachuttests: Allyn & Bacon.
Rasyid, Harun., & Mansyur. 2008. Penilaian Hasil Belajar. Bandung: Wacana Prima.
Riviera, Jennifer Elaine. 2007. Test Item Construction And Validation: Developing A Statewide Assessment For Agricultural
Science Education. Dissertation. New York: Faculty of the graduate School of Cornell University
Ruslan. 2009. Validitas Isi. Bulletin Pabbiritta No.10 Tahun VI LPMP Sulawesi Selatan.
10
Sappaile, Baso Intang. 2005. Validitas dan Reliabilitas Tes yang memuat Butir Dikotomi dan Politomi. Jurnal Ilmu Pendidikan
(Parameter) No.24 Tahun XXII.
___________________. 2006. Dimensi dan Reliabilitas Suatu Instrumen dengan Menggunakan Rotasi Varimax pada Analisis
Faktor Eksploratori. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan No. 060 Tahun ke-12.
___________________. 2007. Konsep Instrumen Penelitian Pendidikan. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan No.66 Tahun ke 13.
_____________________. Tanpa tahun. Pengkategorian responden berdasarkan skor total. Jurnal pendidikan dan kebudayaan.
Sarwoko, Endi., Surachman., Armanu., & Hadiwidjoyo, Djumilah. 2013. Enterpreneurial Characteristics and Competency as
Determinants of Bussines Performance inSMEs. IOSR Journal of Bussiness and Management Vol.7 issued 3, 31-38.
Uno, Hamzah B., & Koni, Satria. 2012. Assessment Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Widoyoko, Eko Putro. 2013. Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
11
12