Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang
atas rahmat dan bimbingan-Nya berupa kesehatan. Sehingga pada kesempatan
yang baik ini kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul
”Asuhan Keperawatan Kanker Paru”
Makalah ini merupakan hasil dari tugas kelompok, untuk belajar dan
mempelajari lebih lanjut tentang kanker paru. Penyusunan makalah ini bertujuan
agar pembaca dapat mengetahui dan memahami tentang kanker paru.
Dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna, maka kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
sempurnanya makalah ini. Apabila ada kata-kata yang kurang berkenan, kami
sebagai penulis meminta maaf yang sebesar-besarnya. Terimakasih atas
perhatiannya dan semoga makalah ini dapat berguna bagi pembaca.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................................i
i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
BAB 1................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
1.2 Tujuan......................................................................................................................2
BAB II...............................................................................................................................3
KONSEP DASAR..............................................................................................................3
2.1 Definisi.....................................................................................................................3
2.2 Etiologi.....................................................................................................................5
2.3 Patofisiologi.............................................................................................................8
2.3Pathway...................................................................................................................12
2.6 Penatalaksanaan.....................................................................................................13
2.7 Komplikasi.............................................................................................................16
BAB III............................................................................................................................17
3.1 Pengkajian..............................................................................................................17
BAB 3..............................................................................................................................27
Identitas........................................................................................................................28
BAB IV............................................................................................................................39
ii
A. PRE OPERASI........................................................................................................39
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................57
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
pleksus simpstikus servikalis atau brakialis dan menyebabkan nyeri hebat
dalam distribusi saraf ulnari atau menyebakan sindrom horner (Kumar,
Cotran, Robins, 2007).
Terapi pengobatan kanker paru dipengaruhi oleh stadium kanker yang
berada di tubuh pasien, yakni stadium 1 hingga 4, antara lain adalah proses
bedah,radioterapi, kemoterapi, imunoterapi. Pembedahan dapat dilakukan
pada stadium awal yakni 1,2 dan 3 setelah pembedahan tetap dilakukan
kemoterapi yang bersifat paliatif artinya tak dapat mengharap kesembuhan
melainkan hanya mempepanjang angka ketahanan hidup dan kualitas hidup.
Sementara itu pengobatan radioterapi hanya menjangkau secara lokal,tetapi
tidak menyembuhkan. Dampak obat kemoterapi bisa membunuh sel-sel
kanker, namun obat yang sama ini juga bisa menghancurkan sel-sel normal di
dalam tubuh dan mengakibatkan efek samping. Pasien mungkin akan
mengalami rasa mual, muntah, rambut rontok, luka di mulut, anemia,
resistansi rendah terhadap infeksi bakteri, dan perdarahan internal, dll. Oleh
karena itu, dokter akan memperhatikan seluruh rangkaian tindakan kemoterapi
dengan saksama. Terapi yang ditargetkan bisa menyebabkan efek samping
seperti ruam kulit, luka di mulut, atau diare. Ikuti saran medis dengan saksama
saat menggunakan jenis tindakan pengobatan ini.
1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi Ca Paru
2. Untuk mengetahui etiologi Ca Paru
3. Untuk mengetahui tanda gejala/ manifestasi klinis Ca Paru
4. Untuk mengetahui pemerikasaan diagnostik Ca Paru
5. Untuk mengetahui penatalaksanaan Ca Paru
6. Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan Ca Paru
2
BAB II
KONSEP DASAR
2.1 Definisi
Kanker paru atau disebut karsinoma bronkogenik merupakan tumor ganas
primer system pernapasan bagian bawah yang bersifat epithelial dan berasal dari
mukosa percabangan bronkus. Penyakit ini jarang terjadi dan paling sering terjadi
di daerah industry.
Kanker paru adalah tumor berbahaya yang tumbuh diparu, sebagian besar
kanker paru berasal dari sel-sel didalam paru tapi dapat juga berasal dari bagian
tubuh lain yang terkena kanker.Penyakit Kanker Paru-paru tergolong dalam
penyakit kanker yang mematikan, baik bagi pria maupun wanita. Dibandingkan
dengan jenis penyakit kanker lainnya, seperti kanker prostat, kanker usus, dan
kanker payudara, penyakit kanker paru-paru dewasa ini cenderung lebih cepat
meningkat perkembangannya. Klasifikasi kanker paru secara histologi dibagi
menjadi 4 jenis untuk kebutuhan klinis, yaitu :
3
1. Karsinoma skuamosa (karsinoma epidermoid)
Tumor ganas epitel skuamosa (epitel yang menunjukkan diferensiasi sel
skuamosa). Karsinoma sel skuamosa menjadi penyebab sekitar 30% kanker paru.
Jenis ini khususnya timbul di saluran napas besar. Rongga berlubang dan
kematian sel yang berkaitan umumnya ditemukan di pusat tumor.
3. Adenokarsinoma (adenocarcinoma)
Hampir 40% kanker paru adalah adenokarsinoma, yang biasanya bermula
di jaringan paru perifer.Kebanyakan kasus adenokarsinoma dihubungkan dengan
kebiasaan merokok, namun di antara orang-orang yang merokok kurang dari 100
rokok sepanjang hidup mereka ("tidak pernah merokok"), adenokarsinoma
merupakan jenis kanker paru yang paling umum.Satu subtipe adenokarsinoma,
karsinoma bronkioloalveolar, lebih umum ditemukan pada wanita yang tidak
pernah merokok, dan penderitanya dapat memiliki daya tahan hidup yang lebih
baik.
4
4. Karsinoma sel besar (large cell carcinoma)
Sekitar 9% kanker paru adalah karsinoma sel besar. Disebut demikian
karena sel-sel kanker tersebut besar, memiliki sitoplasma berlebihan, nuklei besar
dan nukleoli kelihatan jelas. Dalam 1554 data-data yang dikombinasikan dari
penelitian-penelitian di Cancer Incidence in Five Continents, dinyatakan bahwa
karsinoma sel kecil berkisar 20% dari seluruh kasus dan karsinoma sel
besar/undifferentiated sekitar 9%. Namun tipe histologi lainnya berbeda
berdasarkan jenis kelamin, yaitu: karsinoma sel skuamosa sekitar 44% dari
seluruh kasus kanker paru pada laki-laki dan 25% pada perempuan, sedangkan
adenokarsinoma sekitar 28% pada laki-laki dan 42% pada perempuan. Karsinoma
sel skuamosa merupakan tipe histologi kanker paru yang paling sering pada laki-
laki. Insidensinya pada laki-laki menurun sejak awal tahun 1980-an, berbeda
dengan adenokarsinoma, insidensinya semakin meningkat sampai tahun 1990-an.
Pada pertengahan tahun 1990-an adenokarsinoma menjadi tipe histologi kanker
paru yang paling banyak pada laki-laki di Amerika Serikat. Di negara-negara barat
lainnya, karsinoma sel skuamosa masih menjadi tipe yang paling banyak pada
laki-laki. Pada perempuan, adenokarsinoma menjadi tipe yang paling sering (± 1/3
kasus), demikian juga insidensinya semakin meningkat. Adenokarsinoma
terutama banyak ditemukan pada perempuan-perempuan Asia (72% dari kasus
kanker di Jepang, 65% di Korea, 61% di Cina Singapura). Perbedaan tipe
histologi tersebut sangat dipengaruhi oleh perubahan kebiasaan merokok.
2.2 Etiologi
A. ROKOK
5
berulang). Sel sel kanker memproduksi faktor pertumbuhabn autokrin ( misalnya
fak pertumbuhan epitel, faktor pertumbuhan jaringan, faktor pertumbuhan
menyerupai insulin) yang mendorong pertumbuhan tumor.kemudian tipe kanker
bergantung pada sel asal.
B. GAS RADON
Radon adalah gas yang tidak berwarna dan tidak berbau dihasilkan dari
penguraian radioaktif radium, yang merupakan produk dari peluruhan uranium,
yang ditemukan di lapisan kerak bumi. Produk peluruhan radiasi meng ion kan
materi genetika, sehingga menyebabkan mutasi yang kadang menjadi bersifat
kanker. Radon merupakan penyebab kanker paru paling banyak kedua di AS,
setelah rokok. Risikonya meningkat hinggga 8–16% untuk setiap peningkatan
konsentrasi radon sebesar 100 Bq/m³. Tingkat gas radon bervariasi tergantung
pada lokasi dan komposisi tanah dan batuan di bawahnya. Sebagai contoh, di
wilayah seperti Cornwall di Inggris (yang mengandung granit sebagai substrata),
gas radon merupakan masalah utama, dan bangunan harus memiliki ventilasi aktif
dengan kipas untuk menurunkan konsentrasi gas radon. United States
Environmental Protection Agency (EPA) memperkirakan satu dari 15 rumah di AS
memiliki tingkat radon lebih tinggi dari tingkat rekomendasi 4 picocurie per liter
(pCi/l) (148 Bq/m³).
C. ASBESTOS
D. POLUSI UDARA
Polusi udara di luar rumah hanya memberikan efek yang kecil dalam
meningkatkan risiko kanker paru. partikulat (PM2.5) halus dan aerosol sulfat,
yang berasal dari pelepasan asap kendaraan bermotor di jalanan, diasosiasikan
agak meningkatkan risiko. Untuk nitrogen dioksida, kenaikan bertahan hingga 10
6
bagian per miliar meningkatkan risiko kanker paru hingga 14%.Polusi udara luar
diperkirakan bertanggung jawab terhadap 1–2% kejadian kanker paru. Bukti
tentatif mendukung adanya kenaikan risiko kanker paru dari polusi dalam ruang
yang berhubungan dengan pembakaran kayu, batubara, residu bahan bakar
kotoran dan sisa sampah yang dipakai untuk memasak dan pemanas ruang.
Wanita yang terpapar asap pembakaran batubara memiliki risiko dua kali
lebih tinggi dan sejumlah produk sampingan dari pembakaran tanaman organik
diketahui atau dicurigai bersifat karsinogen. Risiko ini memengaruhi kurang
lebih 2.4 miliar orang di seluruh dunia, dan dipercaya menyebabkan 1.5%
kematian karena kanker paru.
E. GENETIKA
Diperkirakan bahwa 8 hingga 14% dari kanker paru disebabkan oleh faktor
diturunkan. Pada orang dengan saudara yang terkena kanker paru, risiko
meningkat hingga 2.4 kali. Hal ini disebabkan oleh adanya kombinasi gen.
F. PENYEBAB LAIN
7
d. Sejumlah gas beracun (metil eter (kadar teknis), Bis-(klorometil) eter,
sulfur mustard, MOPP (campuran vinkristina-prednison-nitrogen
mustard-procarbazin), uap pengecatan)
e. Produk karet dan kristalin debu silika.
2.3 Patofisiologi
Kanker paru sebagian besar disebabkan karena kebiasaan merokok, bisa
juga disebabkan karena bahan industri, dll. Bahan-bahan karsinogenik yang
terdapat dalam rokok maupun bahan industri lain tersebut akan mengendap
sehingga menyebabkan perubahan epitel silia dan mukosa/ulserasi bronkus dan
hiperplasia, metaplasia yang akan mengakibatkan kanker paru-paru.
Kanker paru bervariasi sesuai tipe sel, daerah asal, dan kecepatan
pertumbuhan. Empat tipe sel primer pada kanker paru adalah karsinoma
epidermoid (sel skuamosa), karsinoma sel kecil (sel oat), karsinoma sel besar (tak
terdeferensiasi) dan adenokarsinoma. Sel skuamosa dan karsinoma sel kecil
umumnya terbentuk di jalan napas utama bronkial. Karsinoma sel besar dan
adenokarsinoma umumnya tumbuh di cabang bronkus perifer dan alveoli.
Karsinoma sel besar dan karsinoma sel oattumbuh sangat cepat sehingga
mempunyai prognosis buruk. Sedangkanpada sel skuamosa dan adenokarsinoma
prognosis baik karena sel ini pertumbuhan lambat.
8
e. Sindrom horoner (facial anhidrosis, ptosis, miosis)
f. Suara serak, karena penekanan pada nervus laryngeal recurrent
g. Sindrom pancoast, karena invasi pada pleksus brakialis dan saraf
simpatis servikalis
3. Gejala penyakit metastasis
a. Pada otak, tulang, hati adrenal
b. Limfa denopati servikal dan supraklavikula (sering menyertai
metastatis)
4. Sindrom paraneoplastik (terdapat pada 10% kanker paru) dengan gejala:
a. Sistematik : penurunan berat badan, anoreksia, demam
b. Hematologi: leukoitosis, anemia, hiperkoagulasi
c. Hipertrofiosteoartropati
d. Neurologi: dementia, ataksia, tremor, neuropatiperifer
e. Neuromiopati
f. Endokrin: sekresi berlebihan hormone paratiroid (hiperkalasemia)
g. Dermatologic: eritema multiform, hyperkeratosis, jaritabuh
h. Real: syndrome of inappropriate antidiuretic hormone (SIADH)
9
2. MRI
3. Foto thoraks
10
4. Pemeriksaan penunjang
a. Sitologi (sputum pleural), untuk mengkaji adanya tahap karsinoma.
b. Pemeriksaan fungsi paru dan GDA.
c. Tes kulit, jumlah absolute limfosit ( untuk mengevaluasi kompetensi
umum pada kanker paru ).
d. Pemeriksaan Histopatologi
- Bronkoskopi, memungkinkan visualisai, pencucian bagian dan
pembersihan sitologi lesi ( besarnya karsinomo bronkogenik dapat
diketahui ).
- Biops Trans Torakal ( TTB ), terutama untuk lesi yang letaknya
perifer dengan ukuran < 2 cm.
- Torakoskopi ,biopsi tumor di daerah pleura memberikan hasil yang
lebih baik dengan cara torakoskopi.
- Mediastinosopi, untuk mendapatkan tumor metastasis/ kelenjar getah
bening yang terlibat.
- Torakotomi, untuk diagnostic kanker paru dikerjakan bila bermacam-
macam prosedur non invasif dan invasif sebelumnya gagal
mendapatkan sel tumor
11
2.3Pathway
12
Sumber : Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan diagnosa medis Nanda
NIC-NOC
13
2.6 Penatalaksanaan
1. Pembedahan
2. Radioterapi
1. Staging penyakit
2. Status penampilan
3. Fungsi paru
Dosis radiasi yang diberikan secara umum adalah 5000-6000 cGy, dengan cara
pemberian 200 cGy/x, 5 hari per minggu. Syarat standar sebelum penderita
diradiasi adalah:
1. Hb >10g%
2. Trombosit >100.000/mm3
3. Leukosit >3000/dl
1) PS < 70
2) Penurunan BB> 5% dalam 2 bulan
3) Fungsi paru buruk
3. Kemoterapi
14
1. Platinum based therapy (sisplatin atau karboplatin)
2. Respons obyektif suatu obat antikanker 12%
3. Toksisiti obat tidak melebihi grade 3 skala WHO harus dihentikan atau diganti
bila setelah pemberian 2 siklus pada penilaian terjadi tumor progresif.
1. Tampilan >70-80, pada penderita dengan PS<70 atau usia lanjut, dapat
diberikan obat antikanker dengan regimen tertentu dan/atau jadwal
tertentu.
2. Hb>10g%, pada penderita anemia ringan tanpa pendarahan akut, meski
Hb<10g% tidak perlu transfusi darah segera, cukup diberi terapi sesuai
dengan penyebab anemia.
3. Granulosit >1.500/mm3
4. Trombosit .100.000/mm3
5. Fungsi hati dan ginjal baik (creatinin clearance lebih dari 70ml/menit)
Untuk obat antikanker yang menggunakan AUC (misal AUC 5), maka
dosis dihitung dengan menggunakan rumus atau menggunakan nomogram. Dosis
(mg) = (target AUC) x (GFR+25). Nilai GFR atau gromenular filtration rate
dihitung dari kadar kreatinin dan ureum darah penderita.
15
Umumnya kemoterapi diberikan sampai 6 siklus/sekuen, bila penderita
menunjukkan respons yang memadai. Evaluasi respons dilakukan dengan melihat
perubahan ukuran tumor pada foto toraks PA setelah pemberian (siklu) kemoterapi
ke 2 dan jika memungkinkan menggunakan CT scan toraks setelah 4 kali
pemberian.
4. Pengobatan Paliatif
5. Rehabilitasi Medik
Untuk penderita kanker paru yang akan dibedah perlu dilakukan rehabilitasi
medic pranedah dan pascabedah, yang bertujuan membantu memperoleh hasil
optimal tindakan bedah , terutama untuk mencegah komplikasi pascabedah
(misalnya:retensi sputum, paru tidak mengembang) dan mempercepat mobilisasi.
2.7 Komplikasi
Anemia merupakan komplikasi yang sering pada penderita kanker paru
dengan prevalensi 63%. Anemia berhubungan dengan prognosis yang buruk pada
pasien kanker. Anemia mengganggu respon pengobatan radiasi, karena anemia
mengurangi kemampuan darah untuk mengangkut oksigen sehingga jaringan
kekurangan oksigen. Anemia menyebabkan hipoksia tumor sehingga tumor solid
resisten terhadap ionisasi radiasi dan beberapa bentuk kemoterapi. Penelitian
16
retrospektif oleh Hirarki A dan Maeda T, di Jepang terhadap 611 pasien kanker
paru menunjukan bahwa kadar hemoglobin<13g/dl pada laki-laki dan <12g/dl
pada perempuan berhubungan dengan menurunnya median lama hidup secara
signifikan.
Efusi pleura karena kanker paru dapat terjadi pada semua jenis histologi, tetapi
penyebab yang sering adenokarsinoma. Akumulasi efusi di rongga pleura terjadi
akibat peningkatan permeabilitas pembuluh darah karena reaksi inflamasi yang
ditimbulkan oleh inflitrasi sel kanker pada pleura parietal dan atau visceral, invasi
langsung tumir yang berdekatan dengan pleura dan obstruksi pada kelenjar limfe.
Terdapatnya efusi pleura ganas pada kanker paru menggambarkan kondisi
terminal (end stage) penyakit keganasan dengan prognosis buruk.
BAB III
3.1 Pengkajian
3.3.1 Pengumpulan Data
1. Identitas
Meliputi dari: nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan,
alamat, status perkawinan, suku bangsa, nomor registrasi, tanggal masuk
rumah sakit, dan diagnose medis.
2. Keluhan utama
17
Pasien kanker paru biasanya mengalami nyeri pada bagian dada, nyeri
tersebut juga bias sampai ke lengan dan punggung. Nyeri yang dialami
biasanya bisa nyeri akut atau pun kronik. Untuk memperoleh data nyeri yang
lengkap di perlukan pengkajian tentang rasa nyeri klien dapat menggunakan
pengkajian PQRST:
18
Tanda-tanda vital biasanya mrningkat dan frekuensi nafas juga
meningkat.
2. Kepala : tidak ada gangguan, simetris, tidak ada tonjolan,
tidak ada nyeri kepala.
3. Leher : tidak ada gangguan, simetris, tidak ada benjolan.
4. Muka : wajah tampak menahan nyeri, tidak ada perubahan
fungsi maupun bentuk wajah, simetris, dan tidak ada edema.
5. Mata : bisa terjadi anemis
6. Telinga : tidak ada gangguan, tidak ada lesi atau nyeri.
7. Hidung : terkadang ada pernafasan cuping hidung.
8. Mulut dan faring : pada mulut tidak masalah, faring biasanya ada
penumpukan sputum.
9. Thoraks
a. Paru :
1. Inspeksi : pernapasan meningkat
2. Palpasi : pergerakan dada tidak simetris
3. Perkusi : redup
4. Auskultasi : wheezing
b. Jantung :
1. Inspeksi : tidak ada iktus cordis
2. Palpasi : nadi meningkaT, iktus tidak teraba
3. Auskultasi : bunyi jantung normal
10. Abdomen :
a. Inspeksi : bentuk normal
b. Palpasi : tidak ada pembesaran hepar
c. Perkusi :suara thympani
d. Auskultasi : peristaltic usus
11. Ekstermitas : pada lengan pasien kanker paru biasanya
terkadang mengalami nyeri.
12. Data Psikologis
a. Status Emosional : status emosional terganggu.
b. Kecemasan : kecemasaan dalam menghadapi penyakit
yang di alami
c. Pola koping : cara pasien menghadapi masalah penyakit
yang di alami
d. Gaya komunikasi : biasanya pasien mengalami gangguan
komunikasi.
19
memberikan bantuan lebih lanjut dalam membedakan lesi-lesi yang
dicurigai.
b. Bronkhoskopi
Bronkhoskopi yang disertai biopsy adalah teknik yang paling baik
dalam mendiagnosa karsinoma sel skuamosa yang biasanya terletak di
daerah sentral paru.
c. Sitologi
Pemeriksaan sitologi sputum, bilasan bronchus, dan pemeriksaan cairan
pleura juga memiliki peran penting dalam menegakan diagnose kanker paru
20
- Membran mukosa pucat
- Cepat kenyang setelah
makan
Diagnosa Keperawatan Nanda : Toleransi terhadap Terapi aktivitas : peresapan
Intoleransi aktivitas aktivitas : respon terkait dengan menggunakan
fisiologis terhadap bantuan aktivitas fisik, kognisi,
Definisi : pergerakan yang sosial dan spiritual untuk
Ketidakcukupan energi memerlukan energi meningkatkan frekuensi dan
psikologis atau fisiologis untuk dalam aktivitas sehari- durasi dari aktivitas kelompok.
mempertahankan atau hari. Intervensi :
menyelesaikan aktivitas Indikator : - Pertimbangkan
kehidupan sehari-hari yang - Saturasi oksigen kemampuan klien dalam
harus atau yang ingin dilakukan ketika berpartisipasi melalui
beraktivitas aktivitas spesifik
- Kemudahan - Berkolaborasi dengan
Batasan karakteristik :
bernapas ketika ahli terapis fisik, okupasi
- Dispnea setelah
beraktivitas dan terapis rekreasional
beraktivitas
- Kemudahan
- Keletihan dalam perencanaan dan
- Ketidaknyamanan dalam
pemantauan program
setelah aktivitas melakukan
aktivitas, jika memang
- Imobilitas
aktivitas hidup
- Ketidakseimbangan diperlukan
harian - Bantu klien untuk
antara suplai dan
- Kemampuan
memilih aktivitas dan
kebutuhan oksigen
untuk berbicara
- Tirah baring pencapaian tujuan
ketika
melalui aktivitas yang
melakukan
konsisten dengan
aktivitas fisik
kemampuan fisik,
fisiologis dan sosial
- Dorong aktivitas kreatif
yang tepat
- Bantu klien memeroleh
transportasi untuk dapat
mengikuti, jika
diperlukan
21
- Bantu dengan aktivitas
fisik yang teratur sesuai
kebutuhan
Diagnosa Keperawatan Nanda : Status pernapasan Stabilitas dan membuka jalan
Ketidakefektifan bersihan jalan kepatenan jalan nafas : nafas : penyisipan atau bantuan
nafas. saluran trakeobronkial memasukkan serta menstabilkan
yang terbuka dan lancar alat bantu.
Definisi : untuk pertukaran udara. Intervensi :
Ketidakmampuan Indikator : - Posisikan pasien dan
membersihkan sekresi atau - Frekuensi kepala sesuai kebutuhan
- Suksion mulut dan
obstruksi dari saluran napas pernapasan
- Irama orofaring
untuk mempertahankan bersihan
- Masukkan tube
pernapasan
jalan nafas.
- Kedalaman oro/nasofaring dengan
inspirasi cara yang tepat
Batasan karakteristik : - Kemampuan - Rekatkan tube
- Batuk yang tidak efektif untuk oro/nasofaring dengan
- Dispnea
mengeluarkan cara yang tepat
- Gelisah
- Monitor adanya sesak
- Kesulitan verbalisasi sekret
- Penurunan bunyi nafas - Ansietas nafas, mengorok saat
- Ortopnea - Suara nafas
tube oro/nasofaring
- Perubahan frekuensi
tambahan
terpasang pada
nafas - Pernapasan
- Sputum dalam jumlah tempatnya
cuping hidung
- Ganti selang
berlebih - Penggunaan
- Perokok oro/nasofaring setiap
otot bantu
-
hari dan inspeksi
pernapasan
mukosa
- Masukkan laryngeal
mask airway (LMA)
sesuai dengan kebutuhan
- Masukkan esophageal
obturator airway (EOA)
sesuai dengan kebutuhan
- Auskultasi suara napas
kedua sisi paru sebelum
22
menggembungkan
manset EOA
- Kolaborasikan dengan
dokter untuk memilih
untuk memilih dengan
cara yang tepat tipe dan
ukuran dan tipe tube
trakeostomi
Diagnosa Keperawatan Nanda : Respon ventilasi Manajemen jalan napas :
Gangguan pertukaran gas mekanik dewasa : fasilitas kepatenan jalan napas.
pertukaran alveolar dan Intervensi :
Definisi : perfusi jaringan secara - Buka jalan nafas dengan
Kelebihan atau defisit efektif yang didukung teknik chin lift atau jaw
oksigenasi dan/atau eliminasi oleh ventilasi secara thrust sebagaimana
karbon dioksida pada membran mekanik. mestinya
- Posisikan pasien untuk
alveolar-kapiler. Indikator :
memaksimalkan
- Tingkat
ventilasi
Batasan karakteristik : pernapasan
- Masukkan alat
- Irama
- Diaforesis
nasopharyngeal airway
- Dispnea pernapsan
- Gelisah - Kedalaman (NPA) atau
- Hiperkapnia
inspirasi oropharyngeal airway
- Hipoksemia
- Tes fungsi paru-
- Hipoksia (OPA)
- Irabilitas paru - Lakukan fisioterapi dada
- Nafas cuping hidung - Hasil sinar X- - Auskultasi suara nafas,
- Penurunan karbon
Ray pada dada catat area yang
dioksida - Gerakan
ventilasinya menurun
- Pola pernapsan abnormal
dinding dada
- Takikardia atau tidak ada dan
- Warna kulit pucat simetreis
adanya suara tambahan
- Ketidakseimbangan
ventilasi perfusi
23
Pengalaman sensorik dan n factor diaplikasikan untuk
emosional tidak menyenangkan penyebab penanganan pada
Menggunakan
dengan kerusakan jaringan individu tertentu
jurnal harian Tentukan tingkat
actual atau potensial, atau
untuk kenyamanan psikologis
digambarkan sebagi suatu
memonitor individu dengan
kerusakan (international
gejala dari melakukan sentuhan
Association for the Study of
Tentukan titik tekan
waktu ke waktu
Pain); awitan yang tiba-tiba atau
Menggunakan untuk menstimulasi,
lambat dengan intensitas ringan
tindakan tergantung hasil yang
hingga berat, terjadi konstan
pengurangan diharapkan
atau berulang yang berakhirnya Jelaskan pada indivisu
[nyeri] tanpa
tidak dapat diantisipasi atau bahwa anda akan
analgesic
dipresiksi, dan berlangsung Menggunakan mencari area yang
lebih dari 3 bulan. analgesic yang lunak
Batasan Karakteristik: Dukung individu untuk
direkomendasik
Hambatan kemampuan menjadi rileks saat
an
meneruskan aktivitas stimulasi dilakukan
sebelumnya
Ekspresi wajah nyeri
Focus pada diri sendiri
24
bahaya. Hal ini Berikan informasi
merupakan isyarat mengenai
kewaspadaan yang harapan-harapan
memperingatkan individu yang realistis
akan adanya bahaya dan terkait dengan
memampukan individu perilaku pasien
untuk bertindak Bantu klien untuk
Penurunan masalah
dipecahkan
produktivitas
Latih teknik yang
Kesedihan yang
digunakan untuk
mendalam
Wajah tegang beradaptasi
dengan
perkembangan
situasi kerisis,
dengan klien
secara tepat
Bantu klien untuk
beradaptasi
dengan adanya
perubahan peran
25
mengikuti perintah Tanda dan gejala terjadi dan efek
Ketidakakuratan
kekambuhan dari krisis yang
melakukan tes Tujuan dan bisa berdampak
Perilaku tidak tepat
pemilihan pada klien dan
Kurang
pengobatan yang keluarga
pengetahuan
berbeda Berikan
informasi
mengenai
harapan-harapan
yang realistis
terkait dengan
perilaku pasien
Bantu klien
untuk
memutuskan
bagaimana
masalah
dipecahkan
Latih teknik
yang digunakan
untuk
beradaptasi
dengan
perkembangan
situasi kerisis,
dengan klien
secara tepat
Bantu klien
untuk
beradaptasi
dengan adanya
perubahan peran
26
BAB 3
27
FORMAT PENGKAJIAN
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Wiraswasta
Suku/Bangsa :-
Keluhan utama :
Pasien masuk melalui IGD RSUP Dr. M.Djamil padang melalui
rujukan RS dharmasraya pada tanggal 22-05-2017 pada jam
23.13 wib. Dengan keluhan utama nyeri pada dada meningkat
sejak sejak 8 hari yang lalu, batuk-batuk yang disertai dahak
yang kental berwarnaputih, sesak nafas sejak 7 hari yang 77 lalu
sebelum masuk RS.
28
memiliki penyakit keturunan seperti hipertensi, DM dan TB.
29
Irama jantung: Reguler Ireguler S1/S2
tunggal Ya Tidak
2. Intoleransi aktifitas
Lain-lain:
30
Penglihatan (mata)
Lain-lain :
Penginderaan
Pendengaran/Telinga
Lain-lain :
Penciuman (Hidung)
31
Pencernaan
Nafsu makan: Baik Menurun Frekuensi: 1x/hari
Diet :
Peristaltik x/mnt
Lain-lain:
32
Masalah: 1. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
2. Nyeri
Kekuatan otot:
Kulit
Lain-lain :
2. Nyeri kronis
33
Pembesaran Tyroid Ya Tidak
Hiperglikemia Ya Tidak
Endokrin
Hipoglikemia Ya Tidak
Ganti pakaian :-
Kegiatan ibadah: -
Lain-lain : -
34
Laboratorium :
Pada tanggal 27-05-2017 didapatkan hasil labor Hb= 9,8 g/dl
(laki-laki 14-18 g/dl), leukosit=
31.570/mm3(5000-10.000),trombosit 393.000/mm3 (150.000-
Pemeriksaan penunjang
35
Terapi:
36
37
ANALISA DATA
Suhu:36oC
Nadi:92x/menit
Hiperplasia,
RR:20x/menit metaplasia
Kanker paru-paru
38
karsinoma sel
bronchial alveolus
membesar/metastase
Obstruksi
bronkus
dipsnea ringan
39
BAB IV
A. PRE BEDAH
40
signifikan seperti decubitus, edema, bunyi nafas abnormal, yang lebih jauh
menggambarkan kondisi keseluruhan pasien.
Berbagai persiapan fisik yang harus dilakukan terhadap pasien sebelum operasi
antara lain:
41
Pencukuran pada daerah operasi ditunjukkan untuk menghindari
terjadinya infeksi pada daerah yang dilakukan pembedahan karena rambut
yang tidak dicukur dapat menjadi tempat bersembunyi kuman dan juga
mengganggu atau menghambat proses penyembuhan atau perawatan luka.
Meskipun ada beberapa kondisi tertentu yang tidak emmerlukan
pencukuran sebelum operasi misalnya pada pasien luka incise pada lengan.
f. Personal hygine
Kebersihan tubuh pasien sangat penting untuk persiapan operasi
karena tubuh yang kotor merupakan sumber kuman dan dapat
mengakibatka infeksi pada daerah yang dioperasi. Pada pasien yang
kondisi fisiknya kuat dianjurkan untuk mandi sendiri dan membersihkan
daerah operasi dengan lebih seksama.
g. Pengosongan kandung kemih
Dilakukan dengan melakukan pemasangan kateter. Selain
untukpengosongan isi bledder tindakan katerisasi juga diperlukan untuk
mengobservasi balance cairan
h. Latihan pra operasi
Berbagai latihan sangat diperlukan pada pasien sebelum operasi,
hal ini sangat penting sebagai persiapan pasien dalam menghadapai
kondisi pasca operasi seperti : nyeri daerah operasi, batuk dan banyak
lender pada tenggorokan.
Latihan yang diberikan pada pasien sebelum uperasi antara lain :
a) Latihan nafas dalam
Latihan nafas dalam dilakukan dengan cara:
Pasien tidur dengan posisi duduk atau setengah duduk (semi
fowler) dengan lutut ditekuk, perut tidak boleh tegang
Letakkan tangan diatas perut
Hirup udara sebanyak banyaknya dengan menggunakan hidung
dalam kondisi mulut tertutup
Tahan nafas beberpa saat (3-5 detik), kemudian secara perlahan
udara dikeluarkan sedikit demi sedikit melalui mulut
Lakukan hal ini berulangkali (15 kali)
Lakukan latihan dua kali sehari (pra operatif)
b) Latihan batuk efektif
Teknik batuk efektif dengan cara:
Pasien condong kedepan dari posisi semifowler, jalinkan jari
tangan dan letakkan melintang diatas incisi sebagai beban
ketika batuk
42
Kemudian pasien nafas dalam seperti cara nafas dalam (3-5
kali)
Segera lakukan batuk spontan
Ulangi sesuai kebutuhan
Jika selama batuk daerah operasi terasa nyeri pasien bisa
menggunakan bantal kecil atau gulungan handuk yang
menahan daerah operasi dengan hati-hati sehingga dapat
mengurangi guncangan tubuh saat batuk
c) Latihan gerak sendi
Merupakan hal penting bagi pasien sehingga setelah operasi pasien dapat
segera melakukan berbagai pergerakan yang diperlukan untuk mempercepat
proses penyembuhan. Tujuan lainnya adalah emperlancar sirkulasi untuk
mencegah statis vena dan menunjang fungsi pernafasan optimal.
43
integritas seseorang dapat membangkitkan reaksi stress fisiologis ataupun
psikologis.
Berbagai alasan yang dapat menyebabkan ketakutan atau kecemasan pasien dalam
menghadapi pembedahan antara lain:
Takut nyeri setelah pembedahan
Takut terjadi perubahan fisik, menjadi buruk rupa dan tidak berfungsi
normal
Takut keganasan
Takut atau cemas mengalami kondisi ayng sama dengan orang lain yang
mempunyai penyakit yang sama
Takut atau nyeri menghadapi ruang operasi
Takut mati aat dibius atau tidak sadar lagi
Takut operasi gaga.
44
hari/minggu yang lalu. Oleh karena itu persiapan mental pasien menjadi hal yang
penting untuk diperhatikan dan didukung oleh keluarga/orang terdekat pasien.
Persiapan mental dapat dilakukan dengan bantuan keluarga dan perawat.
Kehadiran dan keterlibatan keluarga sangat mendukung dalam persiapan mental
pasien. Keluaga hanya perlu mendampingi pasien sebelum operasi, memberikan
doa dan dukungan pasien dengan kata-kata yang menenangkan hati pasien dan
meneguhkan keputusan pasien untuk menjalani operasi.
45
pasien merasa lebih tenang. Untuk meberikan ketenangan pada pasien ,
keluarga juga diberikan kesempatan untuk mengantar pasien sampai kebatas
kamar operasi dan diperkenalkan untuk menunggu diruang tunggu yang
terletak didepan kamar ruang operasi.
a. Sirkulasi
Gejala : riwayat masalah jantung ,GJK, edema pulmonal, penyakit
vascular perifer, atau stasis vascular (peningkatan resiko pembentukan trombus)
b. Integrasi ego
Gejala : perasaan cemas, takut, marah ,apatis ,faktor-fsktor stress
multiple ,hubungan, gaya hidup.
Tanda : tidak dapat istirahat ,peningkatan ketegangan/peka rangsang, stimulasi
simpatis.
c. Makanan/cairan
Gejala : insufiensi pancreas/DM, (predisposisi untuk
hipoglikemia/ketoadosis) ; malnutrisi (termasuk obesitas); mebrane mukosa yang
kering (pembatasan pemasukan/periode puasa pra operasi)
d. Pernapasan
e. Gejala : infeksi, kondisi yang kronis/batuk, merokok.
f. Keamanan
46
Gejala : alergi/ sensitive terhadap obat, makanan ,plester, dan larutan ;
Definisi immune (peningkatan risiko infeksi sitemik dan penundaan
penyembuhan) . Munculnya kanker / terapi kanker baru ; Riwayat keluarga
tentang hipertermia malignat/reaksi anestesi; Riwayat penyakit hepatic (efek dari
obat-obatan dan dapat mengubah koagulasi) ; Riwayat transfuse darah/reaksi
transfuse.
Tanda : munculnya proses infeksi yang melelahkan ; demam
g. Penyuluhan/Pembelajaran
Gejala : penggunaan antokoagulasi, steroid, antibiotic, antihipertensi,
kardiotonik glokosid, antidsritma, bronchodilator, diuretic, dekongetasn,
analgesic, antiinflamasi , antikonvulsan atau tranquiler dan juga obat yang dijual
bebas, atau obat-obatan rekresional
1. Kaji dan dokumentasikan respon verbal dan non verbal respon verbal dan
non verbal pasien tentang tubuhnya.
Rasional : faktor yang mengidentifikasikan adanya gangguan persepsi
pada citra tubuh.
2. Kaji harapan pasien tentang gambaran tubuh.
Rasional : mungkin realita saat ini berbeda dengan yang diharapkan pasien
sehingga pasien tidak menyukai keadaan fisiknya
3. Dengan pasien dan keluarga secara aktif , dan akui realitas adanya
perhatian terhadap perawatan , kemajuan dan prognosis.
Rasional: meningkatkan perasaan berarti , memudahkan saran koping
mengurangi kecemasan
4. Berikan perawatan dengan cara yang tidak menghakimi , jaga privasi dan
martabat pasien.
Rasional: menciptakan suasana saling percaya , meningkatkan harga diri
dan perasaan berarti dalam diri pasien.
2. Koping individu ketidak efektifan
adalah ketidakmampuan membuat penilaian yang tepat terhadap stresor ,
pilihan respons untuk, bertindak secara tidak adekuat , dan atau
ketidakmampuan untuk menggunakan sumber yang tersedia.
48
1. Pasien akan menunjukan minat terhadap aktivitas untuk mengisi waktu
luang .
2. Mengidentifikasikan kekuatan personal yang dapat mengembangkan
koping yang efektif.
3. Menimbang serta memilih diantara alternative dan konsekuensinya.
4. Berpartisipasi dalam aktivitas kehidupan sehari-hari (AKS).
Kriteria hasil:
49
i. Kaji interaksi antara pasien dan keluarga.
Rasional: mengidentifikasi masalah , memudahkan intervensi.
ii. Bantu keluarga dalam mengidentifikasi perilaku yang mungkin
menghambat pengobatan.
Rasional: mempengaruhi pilihan intervensi .
iii. Diskusikan dengan anggota keluarga tentang tambahan keterampilan
koping yang digunakan .
Rasional:membantu keluarga dalam memilih mekanisme koping adaptif
yang tepat.
iv. Dukung kesempatan untuk mendapatkan pengalaman masa anak-anak
yang normal pada anak yang berpenyakit kronis atau tidak mampu.
Rasional: memudahkan keluarga dalam menciptakan atau memelihara
fungsi anggota keluarga.
4. Mobilitas fisik, hambatan
adalah suatu keterbatasan dalam kemandirian ,pergerakan fisik yang
bermanfaat dari tubuh atau satu ekstremitas atau lebih
kriteria hasil :
50
iv. Ajarkan dan dukung pasien dalam latihan ROM aktif dan pasif
Rasional: mempertahankan atau meningkatkan kemampuan dan ketahanan
otot.
v. Kolaborasi dengan ahli terapi fisik atau okupasi .
Rasional:sebagai suatu sumber untuk mengemangkan perencanaan dan
mempertahankan atau meningkatkan mobilitas pasien.
8. Evaluasi
Evaluasi yang diharapkan pada pasien dengan pre operasi respirasi adalah :
1. Ansietas berkurang/terkontrol
2. Pasien memiliki presepsi yang positif terhadap penampilan dan fungsi
tubuh
3. Pasien menunjukkan koping yang efektif
4. Pasien dan keluarga memahami perubahan-perubahan dalam peran
keluarga
5. Pasien akan memerlihatkan pengendalian ketakutan
6. Pasien akan menunjukkan tingkat respirasi yang optimal
51
jam dan penyembuhan dilakukan di rumah. Untuk klien yang dirawat di rumah
sakit pemulihan terjadi selama beberapa jam dan penyembuhan berlangsung
selama 1 hari atau lebih tergantung pada luasnya pembedahan dan respon klien.
52
4.2.3 Pengangkutan pasien keruangan
Hal-hal yang harus diperhatikan selama membawa pasien keruangan :
- Keadaan penderita serta order dokter
- Usahakan pasien jangan sampai kedinginan
- Kepala pasien sedapat mungkin harus dimiringkan untuk menjaga bila
muntah sewaktu-waktu, dan muka pasien harus terlihat sehingga bila
ada perubahan sewakti-waktu terlihat
Meliputi :
Meliputi :
Meliputi :
- Nadi
- Tekanan darah
- Suhu
- Warna kulit
c. Status neurologis
Meliputi :
- Tingkat kesadaran
d. Balutan :
- Keadaan drain
- Terdapat pipa yaang harus disambung dengan sistem drainase
e. Kenyamanan
Meliputi :
- Terdapat nyeri
- Mual
53
- Muntah
f. Keselamatan
Meliputi :
Meliputi :
Meliputi :
- Waktu
- Tempat
i. Frekuensi
ii. Kualitas
iii. Faktor yang memperberat/memperingan
2. Asuhan Keperawatan
a. Data subjektif
Pasien hendaknya ditanya mengenai gejala ketidaknyamanan setelah
ditempatkan ditempat tidur dengan posisi tubuh yang menunjang.
Pertanyaan meliputi :
- Bagaimana perasaan Anda
- Memperlihatkan data mual dan nyeri tanpa memfokuskan ke daerah
yang spesifik
b. Data objektif
- Sistem respiratori
- Sistem sirkulatori
- Tingkat kesadaran
- Balutan
- Posisi tubuh
- Sistem urinari/eksresi
c. Pengkajian psikososial
- Umur
- Prosedur pembedahan
- Efek samping pembedahan dan pengobatan
- Body image dan pola gaya hidup
54
- Ekspresi wajah
d. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium:
Analisa serum dan elektrolit, glukosa dan pemeriksaan darah lengkap
Pemeriksaan urin setiap 4 jam
e. Masalah yang lazim muncul
Diagnoasa umum
1) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan efek samping anasthesi
2) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan luka post operasi
3) Nyeri akut berhubungan dengan pembedahan
4) Resiko injury berhubungan dengan kelemahan fisik, efek anasthesi, obat-
obatan dan imobilitas terlalu lama
Diagnosa tambahan
1) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan
produksi sekret
2) Kurang pengetahuan berhubungan dengan salah memahami informasi
3) Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan pembedahan
4) Nausea berhubungan dengan efek anasthesi, markotika, keseimbangan
elektrolit
5) Kerusakan mobilitas fisik berhuubungan dengan nyeri
6) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
anoreksoia, lemah, mual, nyeri
7) Konstipasi berhubungan dengan efek samping anasthesi
55
DAFTAR PUSTAKA
Sudoyo Aru, dkk 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid 1, 2, 3, edisi
keempat. Internal Publishing : Jakarta
Danusantoso Halim. 2013. Buku Saku Ilmu Penyakit Paru. Jakarta. Penerbit Buku
Kedokteran
https://www.scribd.com/doc/138874174/Asuhan-Keperawatan-Pada-Klien-Pre-Dan-
Post-Operasi-Sistem-Pernafasan Uploaded by Indri Kristanty on May 01, 2013
https://www.scribd.com/doc/61584850/Askep-CA-Paru-Diagnosa-Keperawatan-pre-
post-ops Uploaded by Ikaori Sagaara on Aug 04, 2011
56