Anda di halaman 1dari 5

Pengaruh Asupan Yodium pada 1000 HPK

1
Avie Baldana Bi’izzyk dan 2Yudha Nurdian
1
Mahasiswa, Fakultas Kedokteran, Universitas Jember, Indonesia
2
Fakultas Kedokteran, Universitas Jember, Indonesia
Email: aviebaldana@gmail.com; 172010101027@students.unej.ac.id

Abstrak
Stunting masih menjadi salah satu permasalahan kesehatan di Indonesia. Tercatat di
Indonesia, didapatkan 8,8 juta dari total populasi, atau sekitar 1 dari 3 balita mengalami
stunting tiap tahunnya. Stunting umumnya dapat menyebabkan gangguan intelligence
quotient (IQ), perkembangan psikomotor, dan integrasi neurosensori. Banyak faktor penyebab
stunting diantaranya adalah faktor genetika, asupan nutrisi, penyakit infeksi serta hormonal
yang berkaitan dengan pertumbuhan tulang. Asupan nutrisi pada saat 1000 hari pertama
kelahiran (HPK) sangat menentukan prevalensi stunting pada anak, salah satunya adalah
yodium. Yodium merupakan zat gizi essensial yang sangat penting bagi pertumbuhan dan
perkembangan manusia, terutama saat masih di dalam kandungan. Defisiensi yodium pada
ibu hamil dapat menyebabkan abortus spontan, kelainan congenital, kelahiran premature,
lahir mati, kematian bayi perinatal, keterlambatan perkembangan gerak, dan juga stunting.
Defisiensi yodium dapat disebabkan rendahnya intake yodium / kurangnya konsumsi
makanan yang mengandung yodium. Selain itu juga bisa disebabkan rendahnya asupan
yodium dan/atau konsumsi zat goitrogenik, salah satunya adalah Tiosianat yang banyak
terkandung dalam sayur-sayuran yang tumbuh di daerah endemik. Maka dari itu, ibu hamil
perlu memperhatikan kandungan yodium dari makanan yang dikonsumsi pada 1000 HPK
sehingga didapatkan kualitas keturunan yang baik dan terhindar dari stunting.
Latar Belakang
Seribu hari pertama kehidupan (1000 HPK), merupakan rentang waktu mulai saat
konsepsi hingga tahun kedua seseorang yang penting bagi pertumbuhan dan perkembangan
manusia. Periode ini merupakan rentang waktu yang optimal untuk pertumbuhan dan
perkembangan otak yang paling cepat dan periode plastisitas tertinggi, tepatnya pada
trimester terakhir kehamilan dan dua tahun pertama kehidupan. Maka dari itu, perlu perhatian
khusus supaya terjadi pertumbuhan dan perkembangan yang maksimal. Salah satu hal yang
sangat berpengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan manusia pada 1000 HPK adalah
asupan nutrisi yang mencukupi.
Stunting merupakan keadaan tubuh yang pendek dan sangat pendek hingga
melampaui defisit, -2SD (Standar Deviasi) disertai dengan keterlambatan perkembangan jiwa
dan tingkat kecerdasan yang berakibat buruk terhadap kualitas hidup anak. Stunting
merupakan salah satu bentuk gangguan pertumbuhan akibat kekurangan gizi dalam jangka
waktu yang cukup lama, terutama pada masa pre-natal. Berdasarkan data dari BAPPENAS
dan UNICEF 2013, di Indonesia didapatkan 8,8 juta dari total populasi, atau sekitar 1 dari 3
balita mengalami stunting tiap tahunnya. Banyak faktor penyebab stunting diantaranya adalah
faktor genetika, asupan gizi, penyakit infeksi serta hormonal yang berkaitan dengan
pertumbuhan tulang.
Stunting pada awal kehidupan dapat menyebabkan gangguan intelligence quotient
(IQ), perkembangan psikomotor, dan integrasi neurosensori. Salah satu faktor penyebab
terjadinya stunting adalah kurangnya asupan garam yodium pad ibu hamil. Berdasarkan data
Riskesdas 2013 diketahui bahwa sekitar seperempat ( 25%) anak usia 6-12 tahun di Indonesia
memiliki kadar yodium urin < 100 µg/L.
Metode
Penulisan ini merupakan kajian literatul jurnal-jurnal terkait pengaruh yodium pada
100 HPK terhadap kejadian stunting pada bayi. Penelusuran menggunakan google scholar
dan national centre for biotechnology (ncbi) dengan kata kunci “pengaruh asupan yodium
terhadap prevalensi stunting”, “stunting”, “yodium”, “1000 HPK”, “nutrisi pada 1000 HPK”
dan “maternal nutrition”. Jurnal yang digunakan adalah jurnal-jurnal nasional dan
internasional.
Hasil dan Pembahasan
Yodium merupakan zat gizi essensial bagi tubuh, karena merupakan komponen dari
hormon thyroxin. Terdapat dua ikatan organik yang menunjukkan bioaktivitas hormon ini,
yaitu triiodotyronin (T3) dan tetrajodotyronin (T4) atau thyroxin. Yodium dikonsentrasikan
di dalam kelenjar gondok (glandula thyroxin) untuk dipergunakan dalam sintesa hormone
thyroxin yang berperan mengatur dan menjaga sebagian besar metabolism yang terjadi di
dalam tubuh. Hormon ini ditimbun dalam folikel kelenjar gondok, terkonjugasi dengan
protein (globulin) yang disebut thyroglobulin yang merupakan bentuk yodium yang disimpan
dalam tubuh, apabila diperlukan, thyroglobulin dipecah dan akan melepaskan hormon
thyroxin yang dikeluarkan oleh folikel kelenjar ke dalam aliran darah.
Ibu hamil merupakan kelompok yang beresiko tinggi mengalami defisiensi yodium.
Yodium tergolong sebagai mikro mineral yang sangat dibutuhkan oleh tubuh pada ibu hamil
kandungan yodium dibutuhkan sekitar 150 mikrogram/ hari dan dianjurkan tambahan
masing-masing 25 mikrogram dan 50 mikrogram/ hari. Yodium. Ibu hamil yang mengalami
defisiensi yodium beresiko melahirkan bayi kretin, dan melahirkan generasi penerus dengan
tingkat intelejensi rendah. Dampak selanjutnya adalah kualitas sumber daya manusia yang
dihasilkan juga rendah.
Defisiensi yodium pada 1000 HPK dapat menyebabkan abortus spontan, kelainan
kongenital, kelahiran premature, lahir mati, kematian bayi perinatal, keterlambatan
perkembangan gerak, dan juga stunting. Terutama pada trimester III kehamilan, defisiensi
yodium dapat menimbulkan hipotoni pada otot-otot ekstrimitas. Selain itu juga dapat
menghambat pertumbuhan tulang-tulang panjang pada neonatus akibat rendahnya
metabolisme tubuh. Oleh karena itu, kecukupan asupan nutrisi yodium pada ibu hamil juga
mempengaruhi kecukupan gizi pada anak. Hal ini menunjukkan bahwa balita saat dalam
pembentukan 1000 HPK mulai dari dalam kandungan hingga usia dua tahun apabila
kekurangan asupan gizi termasuk yodium akan beresiko terjadinya stunting. Maka dari itu,
asupan yodium pada 1000 HPK sangat penting untuk diperhatikan untuk menghindari faktor
resiko stunting pada anak.
Defisiensi yodium dapat disebabkan oleh dua hal, kurangnya intake atau karena
konsumsi zat goitrogenik. Kurangnya intake yodium biasanya terjadi karena factor
lingkungan, tanah dan air yang mengandung sedikit yodium akibat terkikis tanah. Sehingga
sumber pangan, baik hewani maupun nabati yang terdapat di lingkungan tersebut
mengandung sedikit yodium. Selain karena kurangnya intake, juga bisa disebabkan oleh
konsumsi zat goitrogenik.
Pada 1000 HPK, ibu hamil sangat perlu memperhatikan intake dari yodium. Sumber
yodium banyak terdapat pada makanan laut, rumput laut, telur, daging, dan susu. Berdasarkan
hasil dari sebuah penelitian di pesisir pantai Negeri Laha, Teluk Ambon bagian Luar, kerang
manis (Gafrarium tumidum) di daerah sana, mempunyai kandungan yodium tinggi hingga
sebesar 485,09 ppm. Selain itu, dianjurkan juga bagi ibu hamil untuk menggunakan garam
yang mengandung yodium di dalamnya.
Selain memperhatikan intake dari yodium, ibu hamil juga harus menghindari zat
goitrogenik. Zat goitrogenik adalah zat yang dapat menghambat pengambilan iodium oleh
kelenjar gondok, sehingga konsentrasi iodium dalam kelenjar menjadi rendah. Salah satu zat
goitrogenik adalah Tiosianat. Tiosianat merupakan hasil detoksifikasi sianida yang dapat
mengganggu fungsi tiroid dengan menghambat kerja thyroid peroxidase (TPO). Zat ini
banyak terdapat pada sayur-sayuran seperti daun singkong, daun pepaya, rebung, sawi pahit,
kubis dan selada air. Untuk menurunkan kadar sianida yang terkandung dalam sayuran, dapat
dilakukan beberapa teknik pengolahan, seperti rebus, tumis, dan blancing/kulup. Teknik
pengolahan yang paling efektif untuk menurunkan kadar sianida adalah teknik
blancing/kulup. Teknik blancing/kulup adalah salah satu cara pengolahan bahan makanan
jenis sayuran dengan cara memasukkan sayuran ketika air sudah mendidih dan memasaknya
dalam waktu singkat, sekitar 1 - 5 menit tergantung jenis sayuran dan segera ditiriskan dari
air.
Kesimpulan
Yodium merupakan zat gizi esensial tubuh yang sangat diperlukan oleh tubuh untuk
menjaga metabolisme dalam tubuh. Defisiensi yodium dapat menghambat proses
metabolisme tubuh, dan sangat berdampak buruk terutama pada 1000 HPK. Ibu hamil sangat
beresiko pada defisiensi zat ini dan defisiensi yodium pada ibu hamil dapat berdampak buruk
bagi pertumbuhan dan perkembangan janin, salah satunya dapat menyebabkan stunting pada
anak. Beberapa penelitian telah menghasilkan data kuantitatif terkait hubungan asupan
yodium pada 1000 HPK dengan kejadian stunting pada anak.
Daftar pustaka
BAPPENAS, 2013, 1000 hari pertama kehidupan, Badan Pembangunan Nasional, Jakarta.
Cusick, Sarah, & Georgieff, Michael K. The First 1,000 Days of Life: The Brain’s Window of
Opportunity. https://www.unicef-irc.org/
Dardjito, E & Rahardjo, S, 2010, Gangguan Akibat Kekurangan Yodium pada Wanita Usia
Subur di Kecamatan Baturaden Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Vol.5, No.3,
Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu-ilmu Kesehatan
Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto.
Hartono, B, 2012, Perkembangan fetus dalam kondisi defisiensi iodium dan cukup iodium.
Indonesian Journal of Iodine Deficiency Disorders, Jakarta.
Mc MA, Porter J, Hetzel BS, 1980, Iodine deficiency, thyroid function and reproductive
failure. In Standbury JB, Hetzel BS, John W, Sons. Endemic goiter and endemic
cretinism.
Ningtyas, FW, Asdie, AH, Julia, M, & Prabandari, YS, 2014, Eksplorasi Kearifan Lokal
Masyarakat dalam Mengonsumsi Pangan Sumber Zat Goitrogenik terhadap
Gangguan Akibat Kekurangan Yodium, Vol.8, No.7, Departemen Gizi Kesehatan
Masyarakat FKM Universitas Jember, Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada,
Departemen Ilmu Kedokteran Anak FK Universitas Gadjah Mada, & Departemen
Ilmu Kesehatan Masyarakat FK Universitas Gadjah Mada, Jurnal Kesehatan
Masyarakat Nasional, Jember.
Pibriyanti, K, Darmono SS, & Pemayun, TGD, 2017, Hubungan Status Iodium Ibu Hamil
Trimester III dengan Status Iodium dan Nilai Antropometri Bayi Baru Lahir di
Daerah GAKI, Jurnal Gizi Indonesia, 5 (2), 2017 : 75-81, Universitas Diponegoro,
Semarang.
Srimariana, ES, Silaban, BBR, & Lokollo, E, 2015, Potensi kerang manis (Gafrarium
tumidum) di pesisir Pantai Negeri Laha, Teluk Ambon sebagai sumber mineral,
Vol.1, No.4, Jurusan Teknologi Hasil Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan, Universitas Pattimura, Ambon.
Stanbury, JB, Ermans, A, & Benitez, RF, The Varied Manifestations of Endemic Cretinism,
Department of Nutrition and Food Science, Massachusetts Institute of Technology,
Cambridge.
UNICEF, 2009, Tracking Progress on Child and Maternal Nurition: A survival and
development priority.
World Health Organization. 2006, Multicentre WHO Child Growth Standard: Length/height-
for-age, Weight-for-age, Weight-for-length, Weight-for-height, and Body Mass Index-
for-age: Methods and development. Geneva

Anda mungkin juga menyukai