Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR)

Disusun oleh :

Arsida Ulfa Aulia, S. Tr. Kep


P27220019190

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKKES KEMENKES SURAKARTA
JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI PROFESI NERS
2019/2020
LAPORAN PENDAHULUAN
BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR)

A. Definisi
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang
dari 2500 gram tanpa memandang usia gestasi. BBLR dapat terjadi pada bayi
kurang bulan (<37 minggu) atau pada bayi cukup bulan (intrauterine growth
restriction) (Pudjiadi, 2010).
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan berat
badan lahir kurang dari 2500 gram tanpa memandang masa kehamilan.
Penyebab terjadinya bayi BBLR secara umum sifatnya multifaktoral. Namun
penyebab terbanyak yang mempengaruhi adalah kelahiran prematur (Tarigan,
dkk, 2012).
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan berat
badan lahir kurang dari 2500 gram pada waktu lahir (Amru, 2012).

B. Etiologi
Beberapa penyebab dari bayi dengan berat badan lahir rendah (Proverawati
dan Ismawati, 2010), yaitu:
1. Faktor ibu
a. Penyakit
1) Mengalami komplikasi kehamilan, seperti anemia,
perdarahan antepartum, preekelamsi berat, eklamsia, infeksi
kandung kemih.
2) Menderita penyakit seperti malaria, infeksi menular
seksual, hipertensi, HIV/ AIDS, TORCH (Toxoplasma, Rubella,
Cytomegalovirus (CMV) dan Herpes simplex virus), dan penyakit
jantung.
3) Penyalahgunaan obat, merokok, konsumsi alkohol.
b. Ibu
1) Angka kejadian prematuritas tertinggi adalah kehamilan
pada usia < 20 tahun atau lebih dari 35 tahun.
2) Jarak kelahiran yang terlalu dekat atau pendek (kurang dari
1 tahun).
3) Mempunyai riwayat BBLR sebelumnya.
c. Keadaan sosial ekonomi
1) Kejadian tertinggi pada golongan sosial ekonomi rendah.
Hal ini dikarenakan keadaan gizi dan pengawasan antenatal yang
kurang.
2) Aktivitas fisik yang berlebihan
3) Perkawinan yang tidak sah.
2. Faktor janin meliputi: kelainan kromosom, infeksi janin kronik
(inklusi sitomegali, rubella bawaan), gawat janin, dan kehamilan kembar.
3. Faktor plasenta disebabkan oleh: hidramnion, plasenta previa,
solutio plasenta, sindrom tranfusi bayi kembar (sindrom parabiotik),
ketuban pecah dini.
4. Faktor lingkungan yang berpengaruh antara lain: tempat tinggal di
dataran tinggi, terkena radiasi, serta terpapar zat beracun.

C. Manifestasi Klinis
1. Sebelum bayi baru lahir
a. Pada anamnesa sering dijumpai adanya riwayat abortus, partus
prematur, dan lahir mati.
b. Pembesaran uterus tidak sesuai tuanya kehamilan
c. Pergerakan janin yang pertama terjadi lebih lambat dan tidak sesuai
menurut yang seharusnya.
d. Sering dijumpai kehamilan dengan olgradramnion gravidarum atau
pendarahan anterpartum.
2. Setelah bayi lahir
a. Bayi dengan retardasi pertumbuhan intra uterin
b. Bayi prematur yang lahir sebelum kehamilan 37 minggu
c. Bayi small for date sama dengan bayi dengan retardasi
pertumbuhan intrauterine
d. Bayi prematur kurang sempurna pertumbuhan alat-alat dalam
tubuhnya
(Nanda, 2013)

D. Patofisiologi dan Pathway


Secara umum bayi BBLR ini berhubungan dengan usia kehamilan
yang belum cukup bulan (prematur) disamping itu juga disebabkan
dismaturitas. Artinya bayi lahir cukup bulan tapi berat badan tidak mencapai
2500 gram. Masalah ini terjadi kaena adanya gangguan pertumbuhan bayi
sewaktu dalam kandungan yang disebabkan oleh penyakit ibu seperti adanya
kelainan plasenta, infeksi, hipertensi dan keadaan lain yang menyebabkan
suplay makanan ke bayi jadi berkurang ((Nelson, 2010).
Pada bayi dengan berat lahir rendah akan mengalami kondisi
menurunnya simpanan zat gizi padahal cadangan makanan di dalam tubuh
sedikit, hampir semua lemak, glikogen dan mineral seperti zat besi, kalsium,
fosfor dan seng di deposit selama 8 minggu terakhir kehamilan. Dengan
demikian bayi preterm mempunyai potensi terhadap peningkatan
hipoglikemia, anemia dan lain-lain. Hipoglikemia menyebabkan bayi kejang
terutama pada bayi BBLR Prematur. Kurangnya kemampuan untuk mencerna
makanan. Bayi preterm mempunyai lebih sedikit simpanan garam empedu,
yang diperlukan untuk mencerna dan mengabsorpsi lemak dibandingkan
dengan bayi aterm.
Belum matangnya fungsi mekanis dari saluran pencernaan, koordinasi antara
refleks hisap dan menelan belum berkembang dengan baik sampai kehamilan 32-
34 minggu, padahal bayi BBLR kebutuhan nutrisinya lebih tinggi karena target
pencapaian BB nya lebih besar. Penundaan pengosongan lambung dan buruknya
motilitas usus terjadi pada bayi preterm. Paru yang belum matang dengan
peningkatan kerja napas dan kebutuhan kalori yang meningkat. Potensial untuk
kehilangan panas akibat luas permukaan tubuh tidak sebanding dengan BB dan
sedikitnya lemak pada jaringan di bawah kulit. Kehilangan panas ini akan
meningkatkan kebutuhan kalori (Mitayani, 2009)
.
PATHWAY

E. Klasifikasi
1. Menurut masa gestasinya:
a. Prematuritas Murni
Prematuritas Murni adalah bayi yang lahir dengan kehamilan
kurang dari 37 minggu dan mempunyai berat badan sesuai dengan
masa kehamilan atau biasa disebut Neonatus Kurang Bulan Sesuai
Masa Kehamilannya (NKB-SMK) dengan gambaran klinis
(karakteristik) yang dijumpai :
1) Berat lahir ≤ 2.500 gram, panjang badan ≤ 45cm, lingkaran
dada <30 cm, lingkaran kepala < 33 cm
2) Kepala relatif besar dari badannya

Pola nafas
Ketidakefektifan pola
(Proverawati,
tidak 2010)
efektif makan bayi
3) Kulit tipis, transparan, tampak mengkilat dan licin
4) Lanugonya banyak terutama pada dahi, pelipis telinga dan
lengan
5) Lemak subkutan kurang sehingga suhu tubuh mudah
menjadi hipotermi
6) Ubun-ubun dan sutura lebar
7) Genitalia belum sempurna, labio mayora belum menutupi
labio minora (pada perempuan), dan pada laki-laki testis belum
turun
8) Pembuluh darah kulit banyak terlihat sehingga peristaltic
usus dapat terlihat
9) Rambut tipis, halus dan teranyam
10) Tulang rawan dan daun telinga immature (elastisitas daun
telinga masih kurang sempurna)
11) Puting susu belum terbentuk dengan baik
12) Pergerakan kurang dan lemah
13) Banyak tidur, tangis lemah dan jarang, pernapasan tidak
teratur dan sering timbul apneu
14) Otot-otot masih hipotonik, sehingga sikap selalu dalam
keadaan kedua paha abduksi, sendi lutut dan pergelangan kaki
dalam keadaan fleksi atau lurus dan kepala mengarah ke satu sisi
15) Refleks tonick neck lemah
16) Refleks menghisap dan menelan serta refleks batuk belum
sempurna
b. Dismaturitas
Dismaturitas adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang
dari berat badan seharusnya untuk masa kehamilan. Hal ini karena
mengalami gangguan pertumbuhan dalam kandungan dan merupakan
bayi yang kecil untuk masa kehamilannya (KMK). Dismaturitas dapat
terjadi dalam preterm, aterm, dan posterm dengan gambaran klinik/
karakteristik yang dijumpai :
1) Pre-aterm sama dengan bayi prematuritas murni
2) Aterm dan Post aterm
3) Kulit berselubung verniks caeseosa tipis/tidak ada
4) Kulit pucat/bernodamekonium, kering, keriput, tipis
5) Jaringan lemak di bawah kulit tipis
6) Bayi tampak gesit, aktif dan kuat
7) Tali pusat berwarna kuning kehijauan
2. Menurut penanganan dan harapan hidupnya, bayi berat lahir
rendah dibedakan dalam:
a. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR), berat lahir 1500-2499
gram.
b. Bayi Berat Lahir Sangat Rendah (BBLSR), berat lahir <
1500 gram.
c. Bayi Berat Lahir Ekstrim Rendah (BBLER), berat lahir <
1000 gram.
3. Berdasarkan berat badan menurut usia kehamilan dapat
digolongkan:
a. Kecil Masa Kehamilan (KMK) yaitu jika bayi lahir dengan
BB dibawah persentil ke-10 kurva pertumbuhan janin.
b. Sesuai Masa Kehamilan (SMK) yaitu jika bayi lahir dengan
BB diantara persentil ke-10 dan ke-90 kurva pertumbuhan janin.
c. Besar Masa Kehamilan (BMK) yaitu jika bayi lahir dengan
BB diatas persentil ke-90 pada kurva pertumbuhan janin.
(Varney Hellen, 2013)

F. Komplikasi
1. Hipotermi
Tanda terjadinya hipotermi pada BBLSR adalah :
a. Suhu tubuh bayi kurang dari 36,50C
b. Kurang aktif dan tangis lemah
c. Malas minum
d. Bayi teraba dingin
e. Frekuensi jantung < 100 x/menit
f. Nafas pelan dan dalam
2. Hipoglikemia
Hipoglikemia ditandai dengan :
a. Kadar glukosa darah < 45 mg/dl
b. Kejang, tremor, letargi/ kurang aktif
c. Timbul saat lahir sampai dengan hari ke 3
d. Riwayat ibu dengan diabetes
e. Keringat dingin
f. Hipotermia, sianosis, apneu intermitten

3. Ikterus/ hiperbilirubin
Hiperbilirubin pada BBLR terjadi karena belum maturnya fungsi hepar
pada bayi prematur, bila tidak segera diatasi dapat menyebabkan kern
ikterus yang akan menimbulkan gejala sisa yang permanen. Hiperbilirubin
di tandai dengan :
a. Sclera, puncak hidung, sekitar mulut, dada, perut dan ekstermitas
berwama kuning
b. Konjungtiva berwama kuning pucat
c. Kejang
d. Kemampuan menghisap menurun
e. Letargi
f. Kadar bilirubin pada bayi premature lebih dari l0 mg/dl
4. Masalah pemberian minum. Hal ini ditandai dengan :
a. Kenaikan berat badan bayi < 20 g/hr selama 3 hari
b. Ibu tidak dapat/tidak berhasil menyusui
5. Infeksi/ sepsis
Infeksi pada BBLSR dapat terjadi bila ada riwayat ibu demam sebelum
dan selama persalinan, ketuban pecah dini, persalinan dengan tindakan,
terjadinya asfiksia saat lahir, dll. Tanda terjadinya infeksi pada BBLR
antara lain :
a. Pada pemeriksaan laboratorium terdapat lekositosis atau
lekositopenia dan trombositopenia
b. Bayi malas minum
c. Suhu tubuh bayi hipertermi ataupun hipotermi
d. Terdapat gangguan nafas
e. Letargi
f. Kulit ikterus, sklerema
g. Kejang
6. Gangguan pernafasan :
a. Defisiensi sufraktan paru yang mengarah ke sindrom gawat
nafas/RDS
b. Resiko aspirasi akibat belum terkoordiansinya reflek batuk,reflek
menghisap dan reflek menelan
c. Thoraks yang lunak dan otot respirasi yang lemah
d. Pemafasan tidak teratur

G. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Pantiawati (2010) Pemeriksaan penunjang yang dapat
dilakukan antara lain :
1. Pemeriksaan skor ballard merupakan penilaian yang
menggambarkan reflek dan maturitas fisik untuk menilai reflek pada bayi
tersebut untuk mengetahui apakah bayi itu prematuritas atau maturitas
2. Tes kocok (shake test), dianjurkan untuk bayi kurang bulan
merupakan tes pada ibu yang melahirkan bayi dengan berat kurang yang
lupa mens terakhirnya.
3. Darah rutin, glokoa darah, kalau perlu dan tersedia faslitas
diperiksa kadar elektrolit dan analisa gas darah.
4. Foto dada ataupun babygram merupakan foto rontgen untuk
melihat bayi lahir tersebut diperlukan pada bayi lahir dengan umur
kehamilan kurang bulan dimulai pada umur 8 jam atau dapat atau
diperkirakan akan terjadi sindrom gawat nafas.

H. Penatalaksanaan
Penanganan dan perawatan pada bayi dengan berat badan lahir rendah
menurut Proverawati (2010), dapat dilakukan tindakan sebagai berikut:
memperhatikan gambaran klinik dan berbagai kemungkinan yang dapat
terjadi pada bayi prematuritas, maka perawatan dan pengawasan bayi
prematuritas ditujukan pada pengaturan panas badan, pemberian makanan
bayi, dan menghindari infeksi.
1. Pengaturan suhu badan bayi prematuritas/BBLR
Bayi prematuritas dengan cepat akan kehilangan panas badan dan menjadi
hipotermia, karena pusat pengaturan panas badan belum berfungsi dengan
baik, metabolismenya rendah, dan permukaan badan relatif luas. Oleh
karena itu, bayi prematuritas harus dirawat di dalam inkubator sehingga
panas badannya mendekati dalam rahim. Bila belum memiliki inkubator,
bayi prematuritas dapat dilakukan Kangaroo Mother Care (KMC) dengan
ibunya.
2. Makanan bayi prematur/BBLR
Alat pencernaan bayi prematur masih belum sempurna, lambung kecil,
enzim pencernaan belum matang, sedangkan kebutuhan protein 3 sampai
5gr/kgBB dan kalori 110 kal/kgBB, sehingga pertumbuhannya dapat
meningkat. ASI merupakan makanan yang paling utama, sehingga ASI-lah
yang paling dahulu diberikan. Bila faktor mengisapnya kurang maka ASI
dapat diperas dan diminumkan dengan sendok perlahan-lahan atau dengan
memasang sonde menuju lambung. Permulaan cairan yang diberikan
sekitar 50 sampai 60 cc/kgBB/hari dan terus dinaikkan sampai mencapai
sekitar 200 cc/kgBB/hari.

3. Menghindari infeksi
Bayi prematuritas mudah sekali terkena infeksi, karena daya tahan tubuh
yang masih lemah, kemampuan leukosit masih kurang, dan pembentukan
antibodi belum sempurna. Oleh karena itu, upaya preventif sudah
dilakukan sejak pengawasan antenatal sehingga tidak terjadi persalinan
prematuritas (BBLR). Dengan demikian perawatan dan pengawasan bayi
prematuritas secara khusus dan terisolasi dengan baik.
4. Penimbangan ketat
Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi/ nutrisi bayi dan erat
kaitannya dengan daya tahan tubuh, oleh sebab itu penimbangan berat
badan harus dilakukan dengan ketat.

I. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian
a. Biodata atau identitas pasien
b. Riwayat kesehatan
c. Riwayat antenatal yang perlu dikaji atau diketahui dari riwayat
antenatal pada kasus BBLR yaitu:
1) Keadaan ibu selama hamil dengan anemia, hipertensi, gizi
buruk, merokok ketergantungan obat-obatan atau dengan
penyakit seperti diabetes mellitus, kardiovaskuler dan paru.
2) Kehamilan dengan resiko persalinan preterm misalnya
kelahiran multiple, kelainan kongenital, riwayat persalinan
preterm.
3) Pemeriksaan kehamilan yang tidak kontinyuitas atau
periksa tetapi tidak teratur dan periksa kehamilan tidak pada
petugas kesehatan.
4) Hari pertama hari terakhir tidak sesuai dengan usia
kehamilan (kehamilan postdate atau preterm).
d. Riwayat natal komplikasi persalinan juga mempunyai kaitan yang
sangat erat dengan permasalahan pada bayi baru lahir. Yang perlu
dikaji :
1) Kala I : perdarahan antepartum baik solusio plasenta
maupun plasenta previa.
2) Kala II : Persalinan dengan tindakan bedah caesar, karena
pemakaian obat penenang yang dapat menekan sistem pusat
pernafasan.
e. Riwayat post natal
Yang perlu dikaji antara lain:
1) Apgar score bayi baru lahir 1 menit pertama dan 5 menit
kedua AS (0-3) asfiksia berat, AS (4-6) asfiksia sedang, AS (7-10)
asfiksia ringan.
2) Berat badan lahir : Preterm/BBLR < 2500 gram, untuk
aterm ³ 2500 gram lingkar kepala kurang atau lebih dari normal
(34-36 cm).
3) Adanya kelainan kongenital : Anencephal, hirocephalus
anetrecial aesofagal.
f. Pola nutrisi: Yang perlu dikaji pada bayi dengan BBLR gangguan
absorbsi gastrointestinal, muntah aspirasi, kelemahan menghisap.
g. Pola eliminasi: Yang perlu dikaji pada neonatus adalah BAB :
frekwensi, jumlah, konsistensi. BAK : frekwensi dan jumlah.
h. Latar belakang sosial budaya: Kebudayaan yang berpengaruh
terhadap BBLR kebiasaan ibu merokok, ketergantungan obat-obatan
tertentu terutama jenis psikotropika.
i. Hubungan psikologis: Sebaiknya segera setelah bayi baru lahir
dilakukan rawat gabung dengan ibu jika kondisi bayi memungkinkan.
j. Keadaan umum : pada neonates dengan BBLR keadaannya lemah
dan hanya merintih. Kesadaran neonates dapat dilihat dari responnya
terhadap rangsangan. Adanya BB yang stabil, panjang badan sesuai
dengan usianya tidak ada pembesaran lingkar kepala dapat
menunjukan kondisi neonatos yang baik.
k. Tanda-tanda vital : neonates post asfiksia berat kondisi akan baik
apabila penanganan asfiksia benar, tepat dan cepat. Suhu normal pada
tubuh bayi (36,50C-37,50C), nadi normal antara (120-140 x/m), untuk
respirasi normal pada bayi (40-60 x/m), sering pada bayi post asfiksia
berat respirasi sering tidak teratur.
l. Kulit : warna kulit tubuh merah, sedangkan ekstremitas berwarna
biru, pada bayi preterm terdapat lanugo dan verniks.
m. Kepala : kemungkinan ditemukan caput succedaneum atau cephal
haematom, ubun-ubun besar cekung atau cembung kemungkinan
adanya peningkatan tekanan intrakranial.
n. Mata : warna conjungtiva anemis atau tidak anemis, tidak ada
bleeding conjungtiva, warna sklera tidak kuning, pupil menunjukan
refleksi terhadap cahaya.
o. Hidung : terdapat pernafasan cuping hidung dan terdapat
penumpukan lender.
p. Mulut : bibir berwarna pucat ataupun merah, ada lendir atau tidak.
q. Telinga : perhatiakan kebersihannya dan adanya kelainan.
r. Leher : perhatikan keberhasilannya karena leher neonates pendek.
s. Thorak : bentuk simetris,terdapat tarikan intercostals, perhatikan
suara wheezing dan ronchi, frekwensi bunyi jantung lebih dari
100x/m.
t. Abdomen : bentuk silindris, hepar bayi terletak 1-2 cm dibawah
ascus costae pada garis papilla mamae, lien tidak teraba, perut buncit
berarti adanya asites atau tumor, perut cekung adanya hernia
diafragma, bising usus timbul 1-2 jam setelah masa kelahiran bayi,
sering terdapat retensi karena GI tract belum sempurna.
u. Umbilicus: tali pusat layu, perhatikan ada perdarahan atau tidak
adanya tanda-tanda infeksi pada tali pusat.
v. Genetalia : pada neonates aterm testis harus turun, lihat adakah
kelainan letak muara uretra pada neonates laki-laki, neonates
perempuan lihat labia mayir dan labia minor, adanya sekresi mucus
keputihan, kadang perdarahan.
w. Anus : perhatikan adanya darah dalam tinja, frekwensi buang air
besar serta warna dari feces.
x. Ekstremitas : warna biru, gerakan lemah, akral dingin, perhatikan
adanya patah tulang atau adanya kelumpuhan syraf atau keadaan jari-
jari tangan serta jumlahnya.
y. Reflex : pada neonates preterm post asfiksia berat reflek moro dan
sucking lemah. Reflek moro dapat memberi keterangan mengenai
keadaan susunan syaraf pusat atau adanya patah tulang.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Pola nafas tidak efektif b/d imaturitas organ pernafasan
b. Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d obstruksi jalan nafas oleh
penumpukan lendir, reflek batuk
c. Ketidakefektifan pola makan bayi b/d prematuritas
d. Hipotermi b/d paparan lingkungan dingin
e. Resiko infeksi b/d ketidakadekuatan system kekebalan tubuh

3. Intervensi Keperawatan
a. Pola nafas tidak efektif b/d imaturitas organ pernafasan
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam pola nafas
bayi menjadi efektif dengan kriteria hasil:
1) TTV dalam batas normal (S: 36,5 0C-37,50C; N: 120-140
x/m; R: 40-60 x/m)
2) Menunjukkan jalan nafas yang paten
3) Suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu
Intervensi :
1) Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
2) Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas
buatan
3) Lakukan fisioterapi dada jika perlu
4) Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
5) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi
b. Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d obstruksi jalan nafas oleh
penumpukan lendir, reflek batuk
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam bersihan
jalan nafas bayi menjadi efektif dengan kriteria hasil:
1) Suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu
2) Irama nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang normal
(40-60 x/m), tidak ada suara nafas abnormal
Intervensi:
1) Berikan O2 dengan menggunakan nasal
2) Monitor status oksigen pasien
3) Lakukan fisioterapi dada jika perlu
4) Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
5) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi
c. Ketidakefektifan pola makan bayi b/d prematuritas
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam pola makan
bayi menjadi efektif dengan kriteria hasil:
1) Bayi dapat menyusu dengan efektif
2) Bayi menandakan kepuasan menyusu
Intervensi:
1) Monitor kemampuan bayi untuk menghisap
2) Dorong orang tua untuk menyusui sebanyak 8-10 kali/hari
3) Dorong ibu untuk tidak membatasi bayi menyusu
4) Jelaskan penggunaan susu formula hanya jika diperlukan
d. Hipotermi b/d paparan lingkungan dingin
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam tidak terjadi
hipotermi pada bayi dengan kriteria hasil:
1) Suhu tubuh dalam rentang normal (S: 36,50C-37,50C)
2) Nadi dan RR dalam rentang normal (N: 120-140 x/m; R:
40-60 x/m)
Intervensi:
1) Monitor suhu minimal tiap 2 jam
2) Monitor Nadi, dan RR
3) Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
4) Selimuti pasien dan tempatkan di dalam inkubator untuk
mencegah hilangnya kehangatan tubuh
5) Ajarkan keluarga untuk melakukan KMC apabila tidak ada
inkubator
6) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi
e. Resiko infeksi b/d ketidakadekuatan system kekebalan tubuh
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam tidak terjadi
resiko infeksi pada bayi dengan kriteria hasil:
1) Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
2) Jumlah leukosit dalam batas normal (6-17,5 ribu/µL)
Intervensi:
1) Batasi pengunjung bila perlu dan instruksikan pada
pengunjung untuk mencuci tangan saat berkunjung dan setelah
berkunjung meninggalkan pasien
2) Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan
keperawtan
3) Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat pelindung
4) Pertahankan lingkungan aseptik selama pemasangan alat
5) Perawatan tali pusat setiap hari
6) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian antibiotik.

4. Implementasi
Setiadi (2012) menjelaskan implementasi adalah pengelolaan dan
perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap
perencanaan. Focus dari intervensi keperawatan antaralain adalah:
a. Mempertahankan daya tahan tubuh
b. Mencegah komplikasi
c. Menemukan perubahan systemtubuh
d. Memantapkan hubungan klien dengan lingkungan
e. Implementasi pesan dokter.

5. Evaluasi
Setiadi (2012) menjelaskan tahap penilaian atau evaluasi adalah perbandingan
yang sistematis dan terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah
ditetapkan, dilakukan dengan cara bersinambungan dengan melibatkan klien,
keluarga dan tenaga kesehatan lainnya
.

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, L.J. 2011. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. EGC. Jakarta

Hanifah, 2010. Perawatan Pediatic. Jakarta : TUSCA

Hidayat,Alimul A. 2012. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak1.Penerbit


SalembaMedica : Jakarta.

NANDA. 2015. Nursing Diagnoses: Definitions & Classification. Philadelphia

Prawirohardjo, 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT Bina Pustaka

Sitohang ,Nur Asnah. 2010. Asuhan Keperawatan Pada Berat Badan Lahir
Rendah. USU Repository

Proverawati, A., Ismawati, C. 2010. Berat Badan Lahir Rendah. Yogyakarta:


Nuha Medika

Anda mungkin juga menyukai