Anda di halaman 1dari 16

PERAN PERAWAT DALAM INTERVENSI KRISIS

Dosen Pembimbing

Ari Dwi

Disusun Oleh :

1. 1. Arsida Ulfa. A (P 27220015 137)


2. Dwi Ananti (P 27220015 144)
3. Fransisca Anggraeni (P 27220015 150)
4. Mufid Bangkit. S (P 27220015 157)
5. Oni Poppy Octavia (P 27220015 163)
6. Siti romadhoni (P 27220015 171)
7. Yuni Kristiyani (P 27220015 177)

3B D-IV KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN SURAKARTA
2018
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam kehidupan, manusia harus mengatasi masalah terus menerus untuk
menjaga keseimbangan antara stress dan mekanisme koping. Jika hal ini tidak bisa
seimbang maka bisa terjadi krisis. Krisis merupakan bagian dari kehidupan yang
dapat terjadi dalam bentuk dan penyebab yang berbeda.
Dalam ilmu keperawatan jiwa masalah krisis yang dimaksud yaitu suatu
kejadian yang terjadi secara tiba – tiba dalam kehidupan seseorang yang
mengganggu keseimbangan selama mekanisme koping individu tersebut tidak
dapat memecahkan masalah.
Dalam hal ini intervensi krisis merupakan pendekatan dengan fokus pada
penemuan kasus secara dini dan mencegah dampak lebih jauh dari stress. Oleh
karena itu diperlukan peran tenaga keperawatan dalam intervensi krisis.

B. Rumusan Masalah
1. Apa krisis dan intervensi krisis itu?
2. Apa sajakah peran perawat dalam intervensi krisis?
3. Bagaimanakah konsep asuhan keperawatan dengan intervensi krisis?

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Keperawatan Jiwa, dan di harapkan
bagi mahasiswa agar mampu memahami peran perawat dalam intervensi krisis
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang krisis dan intervensi krisis
b. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang proses keperawatan
c. Mahasiswa mengetahui apa saja peran perawat dalam intervensi krisis
BAB II

TINJAUAN TEORI
A. Krisis
1. Pengertian Krisis
Krisis adalah reaksi berlebihan terhadap situasi yang mengancam saat
kemampuan menyelesaikan masalah yang dimiliki klien dan respons
kopingnya tidak adekuat untuk mempertahankan keseimbangan psikologis
Krisis adalah gangguan internal yang diakibatkan oleh suatu keadaan
yang dapat menimbulkan stres, dan dirasakan sebagai ancaman bagi individu.
Krisis terjadi jika seseorang mengalami hambatan dalam mencapai tujuan
hidup yang penting dan tidak dapat diatasi dengan penggunaan metode
pemecahan masalah (koping) yang biasa digunakan. Krisis terjadi melalui
empat fase, yaitu sebagai berikut :
a. Fase I :
Ansietas meningkat sehingga muncul stimulus individu untuk
menggunakan koping yang biasa dipakai.
b. Fase II :
Ansietas lebih meningkat karena koping yang digunakan gagal
c. Fase III :
Individu berusaha mencari koping baru, memerlukan bantuan orang
lain
d. Fase IV :
Terjadi ansietas atau panik yang menunjukkan adanya disorganisasi
psikologis
Maka dapat disimpulkan bahwa krisis adalah suatu reaksi berlebih yang
mengancam dan dapat menyebabkan stress saat kemampuan menyelesaikan
masalah tidak adekuat
2. Jenis – Jenis Krisis
a. Krisis perkembangan
Terjadi sebagai respons terhadap transisi dari satu tahap maturasi ke
tahap lain dalam siklus kehidupan
Contoh : Mulai sekolah, Pubertas, Lulus sekolah, Menikah
b. Krisis situasional
Terjadi sebagai respons terhadap kejadian yang tiba-tiba dan tidak
terduga dalam kehidupan seseorang. Kejadian tersebut biasanya
berkaitan dengan pengalaman kehilangan.
Contoh : Bercerai, Kematian, Diagnosis penyakit serius
c. Krisis adventisius
Terjadi sebagai respons terhadap trauma berat. Krisis ini dapat
memengaruhi individu, masyarakat, bahkan negara.
Contoh : Bencana alam, Kejahatan dengan kekerasan, Tindakan teroris
3. Urutan perkembangan krisis
a. Periode prakrisis :
individu memiliki keseimbangan emosional
b. Periode krisis :
individu memiliki pengalaman subjektif berupa kekecewaan, gagal
melakukan mekanisme koping yang biasa
c. Periode pascakritis :
Resolusi krisis
4. Faktor – Faktor Krisis
a. Faktor Presipitasi
Faktor pencetus terjadinya krisis adalah sebagai berikut :
a) Kehilangan : kehilangan orang yang penting, perceraian,
pekerjaan
b) Transisi : pindah rumah, lulus sekolah, perkawinan
b. Faktor Pengimbang
faktor pengimbang yaitu sebagai berikut :
a) Persepsi individu terhadap kejadian
b) Pengaruh kejadian terhadap masa depan individu. Pandangan
realistis dan tidak realistis terhadap kejadian.
c) Situasi yang mendorong.
d) Mekanisme koping yang dimiliki oleh individu yaitu sikap
yang biasa dilakukan individu dalam menangani masalahnya.
Kualitas dan maturitas ego dinilai berdasarkan hal-hal sebagai berikut :
a. Kemampuan seseorang untuk menahan stres dan ansietas serta
mempertahankan keseimbangan
b. Kemampuan mengenal kenyataan yang dihadapi serta
memecahkan masalah
c. Kemampuan untuk mengatasi masalah: serta mempertahankan
keseimbangan sosial
5. Gejala Individu Yang Mengalami Krisis
a. Gejala Fisik
a) Keluhan somatic, contoh : sakit kepala, gastrointestinal
b) Gangguan nafsu makan, contoh : perubahan berat badan
c) Gangguan tidur, contoh : insomnia, mimpi buruk, gelisah
b. Gejala Kognitif
Konfusi sulit berkonsentrasi, Pikiran yang kejar mengejar
c. Gejala Perilaku
Disorganisasi, Impulsif ledakan kemarahan,
d. Gejala Emosional
Ansietas, Sedih, Paranoid (curiga), Putus asa (tidak berdaya)

B. Intervensi Krisis
1. Pengertian Intervensi Krisis
Metode pemberian bantuan terhadap mereka yang tertimpa krisis, di
mana masalah yang membutuhkan penanganan yang cepat dapat segera
diselesaikan dan keseimbangan psikis yang dipulihkan.
2. Hal – Hal Yang Perlu di Pertimbangkan
a.krisis terjadi pada semua individu pada satu saat atau saat yang lain.
b. Krisis tidak selalu bersifat patologis, krisis dapat menjadi
stimulus pertumbuhan dan pembelajaran.
c.Krisis sangat terbatas, biasanya teratasi dalam periode yang singkat
biasanya 4 sampai 6 minggu. Penyelesaian krisis dapat dikatakan
berhasil bila fungsi kembali pulih. Penyelesaian krisis dinyatakan gagal
bila fungsi tidak kembali pulih ke tingkat sebelum krisis.
d. Persepsi individu terhadap masalah yang dihadapi dapat
menentukan krisis.
3. Yang Termasuk Intervensi Krisis
a. Bantuan
a) Bantuan untuk individu yang mengalami krisis meliputi :
konseling melalui telepon, hotlines, dan konseling krisis singkat
biasanya terdapat 1 sampai 6 sesi
b) Bantuan untuk kelompok atau komunitas yang mengalami
krisis :
1) Tim bantuan krisis
Tim interdisipliner memberikan layanan bagi kelompok atau
komunitas yang mengalami kejadian krisis tertentu.
2) Tim bantuan bencana
Tim ini memiliki rencana yang terorganisir untuk membantu
segmen-segmen besar populasi yang terkena bencana alam.
b. Konseling stres akibat krisis
Bantuan ini ditujukan untuk kelompok profesional, seperti petugas
rumah sakit, polisis dan pemadam kebakaran, yang terlibat dalam situasi
krisis.
4. Prinsip intervensi krisis :
a. Tujuan intervensi krisis adalah mengembalikan individu ke
tingkat fungsi sebelum krisis.
b. Penekanan intervensi ini adalah memperkuat dan mendukung
aspek-aspek kesehatan dari fungsi individu.
c. Dalam intervensi krisis, pendekatan pemecahan masalah
digunakan secara sistematis (serupa dengan proses keperawatan), yang
meliputi:
a) mengkaji persepsi individu terhadap masalah, serta mengkaji
kelebihan dan kekurangan sistem pendukung individu dan
keluarga.
b) Merencanakan hasil yang spesifik dan tujuan yang didasarkan
pada prioritas.
c) Memberikan penanganan langsung misalnya seperti
menyediakan rumah singgah
d) Mengevaluasi hasil dari intervensi.
d. Pemenuhan kebutuhan dasar manusia dapat membantu
menentukan prioritas intervensi
e. Petugas intervensi krisis. Peran petugas intervensi krisis
mencakup berbagai fungsi berikut ini :
a) Membentuk hubungan dan mengomunikasikan harapan serta
optimisme.
b) Melaksanakan peran yang aktif dan mengarahkan
c) Memberikan anjuran dan alternatif misalnya seperti membuat
rujukan ke lembaga yang tepat
d) Bekerja sama dengan profesional lain untuk mendapatkan
layanan dan sumber daya yang diperlukan klien.
C. Peran Perawat Dalam Intervensi Krisis
1. Perawat memberikan layanan langsung dan bertindak sebagai anggota
tim intervensi krisis
2. Perawat di lingkungan rumah sakit akut dan kronik membantu
individu dan keluarga berespons terhadap krisis penyakit yang serius
3. Perawat di lingkunagn masyarakat memberikan bantuan pada individu
dan keluarga yang mengalami krisis situasional dan perkembangan.
4. Perawat yang bekerja dengan sekelompok klien tertentu harus
mengantisipasi situasi dimana krisis dapat terjadi, seperti :
a.Keperawatan ibu dan anak
Kelahiran bayi prematur atau lahir mati, keguguran dan lahir abnormal.
b. Keperawatan pediatrik.
Awitan penyakit serius, penyakit kronik, cedera traumatik,
c.Keperawatan medical bedah.
Diagnosis penyakit serius, kehilangan bagian atau fungsi tubuh,
kematian dan menjelang ajal.
d. Keperawatan gerontologi.
Kehilangan kumulatif, penyakit yang melemahkan, ketergantungan
e.Keperawatan darurat.
Trauma fisik, penyakit akut, krisis perkosaan, dan kematian.
f. Keperawatan psikiatri.
Hospitalisasi akibat penyakit jiwa, stressor kehidupan karena sakit jiwa,
dan bunuh diri.

D. Konsep Proses Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
Selama pengkajian perawat harus mengumpulkan data tantang sifat dari
krisis dan pengaruhnya, batas waktu penyelesaian paling lama 6 minggu.
Aspek yang perlu dikaji :
1) Faktor Predisposisi
a.Keberhasilan seseorang dalam menyelesaikan masalahnya pada
fase - fase tumbuh kembang akan mempengaruhi kemampuan
individu mengatasi stres yang terjadi dalam hidupnya.
b. Krisis maturasi terjadi dalam satu periode transisi yang
dapat mengganggu keseimbangan psikologis seperti pada masa
pubertas, masa perkawinan, menjadi orang tua, menopause,
lanjut usia
c.Krisis maturasi memerlukan perubahan peran yang dipengaruhi
oleh contoh peran yang memadai, sumber-sumber interpersonal
dan tingkat penerimaan orang lain terhadap peran baru
2) Faktor Presipitasi
a.Mengidentifikasi factor pencetus, termasuk kebutuhan yang
terancam, misalnya :
a) Kehilangan orang yang dicintai, baik perpisahan
maupun kematian yang lazim disebut krisis situasi
b) Kehilangan biopsikososial, seperti : kehilangan salah
satu bagian tubuh karena operasi, kehilangan pekerjaan,
kehilangan peran social
c) Kehilangan milik pribadi, misalnya : kehilangan harta
benda, kehilangan kewarganegaraan, rumah kena gusur dan
sebaagainya
d) Ancaman kehilangan, misalnya : anggota keluarga yang
sakit, perselisihan yang hebat dengan pasangan hidup
b. Mengidentifikasi persepsi klien terhadap kejadian
Persepsi terhadap kejadian yang menimbulan krisis, termasuk
pikiran dan ingatan yang berkaitan dengan kejadian, seperti :
a) Apa arti atau makna kejadian bagi individu
b) Pandangan individu terhadap kejadian
c.Mengidentifikasi sifat dan kekuatan system pendukung
Meliputi keluarga, sahabat dan orang-orang yang penting bagi
klien yang mungkin dapat membantu, seperti :
a) Dengan siapa klien tinggal, tinggal sendiri, dengan
keluarga, dengan teman
b) Apakah punya teman tempat mengeluh
c) Apakah bisa menceritakan masalah yang dihadapi
bersama keluarga
d) Apakah ada orang atau lembaga yang memberikan
bantuan
e) Apakah mempunyai keterampilan untuk mengganti
fungsi orang yang hilang
d. Mengidentifikasikan kekuatan dan mekanisme koping
termasuk strategi koping yang berhasil dan tidak berhasil, seperti
:
a) Apakah yang bisa dilakukan dalam mengatasi masalah
yang dihadapi
b) Cara apa yang pernah berhasil dan tidak berhasil
c) Apa saja yang sudah dilakukan untuk mengatasi
masalah
d) Apakah suka mengikuti latihan olahraga untuk
mengatasi ketegangan
e) Apakah mencetuskan perasaannya dengan menangis
3) Perilaku
Beberapa gejala yang sering ditunjukkan oleh individu dalam
keadaan krisis, antara lain :
a.Perasaan tidak berdaya, kebingungan, depresi, menarik diri.
b. Perasaan diasingkan oleh lingkungannya
c. Kadang-kadang menunjukkan gejala somatik

Data yang dikumpulkan berkaitan dengan koping individu tak


efektif, sebagai berikut :

a.Mengungkapkan tentang kesulitan dengan stress kehidupan.


b. Perasaan tidak berdaya, kebingungan, putus asa.
c.Perasaan diasingkan oleh lingkungan.
d. Mengungkapkan ketidakmampuan mengatasi masalah
atau meminta bantuan.
e.Mengungkapkan ketidakpastian terhadap pilihan – pilihan.
f. Mengungkapkan kurangnya dukungan dari orang yang berarti.
g. Ketidakmampuan memenuhi peran yang diharapkan.
h. Perasaan khawatir, ansietas.
i. Perubahan dalam partisipasi social.
j. Tidak mampu memenuhi kebutuhan dasar.
k. Tampak pasif, ekspresi wajah tegang.
l. Perhatian menurun.
2. Perencanaan Tindakan Keperawatan
Tujuan Umum
a. Klien dapat berfungsi kembali seperti sebelum terjadi krisis
b. Klien dapat meningkatkan perannya
c. Klien menampakkan perilaku yang adekuat
d. Klien mampu meningkatkan system pendukung dalam
menghadapi krisis di kemudian hari
Tindakan Keperawatan
a. Manipulasi lingkungan
Intervensi yang secara langsung untuk merubah situasi yang
bertujuan untuk memberikan dukungan situasional
b. Dukungan umum
Memberikan rasa aman dan nyaman bahwa perawat dengan sikap
hangat menerima, empati penuh perhatian berada di pihak klien
untuk memberikn dukungan

c. Pendekatan umum (general approach)


Intervensi diberikan untuk individu atau masyarakat dengan resiko
tinggi sesegera mungkin, seperti krisis pada korban bencana.
d. Pendekatan individual
Pendekatan ini merupakan diagnose dan terapi terhadap masalah
spesifik pada klien tertentu. Pendekatan individual ini efektif untuk
semua jenis krisis ketika terdapat peristiwa mencederai diri sendiri
dan orang lai. Teknis intervensi krisis bersifat aktif, local dan
eksploratif
3. Teknik Intervensi Krisis
Beberapa teknik intervensi krisis yang dapat dilakukan oleh perawat
adalah :
1) Ventilasi (mengungkapkan perasaan)
Ventilasi perasaan yang dilakukan secara verbal saat klien
menceritakan kembali tentang hal yang membangkitkan emosi
Contoh :
Mengizinkan klien untuk menangis dengan melihat segi positif dari
pelepasan emosi. Mengajukan pertanyaan terbuka untuk mendorong
klien mengungkapkan perasaannya
2) Klarifikasi
Membantu klien mengungkapkan perasaanya akan
memperjelas hubungan dengan kejadian yang terjadi dalam
hidupnya
Contoh :
Saya perhatikan bahwa setelah anda berdebat dengan suami, anda
menjadi sakit dan tidak dapat turun dari tempat tidur, apakah
memang demikian

3) Saran
Suatu proses untuk mempengaruhi orang lain agar mau
menerima idi-ide atau keyakinan bahwa perawat dapat membantu
mereka untuk memecahkan masalahnya
Contoh :
Banyak orang lain menemukan, bicara dengan orang lain sangat
menolong mengatasi masalahnya
4) Manipulasi
Memanfaatkan emosi, keinginan serta nilai-nilai klien untuk
proses terapi
Contoh :
Tampaknya anda berhasil dalam pernikahan anda, dan saya fikir
anda dapat menghatasi masalah ini
5) Menguatkan perilaku
Mmeberikan klien respons yang positif terhadp perilaku
adaptif
Contoh :
Itu adalah pertama kalinya anda sanggup membela diri di hadapan
atasan anda
6) Dukungan terhadap mekanisme pertahanan klien
Mendukung penggunaan mekanisme pertahanan yang adaptif
yang memberinya kepuasan serta tidak mendukung mekanisme
pertahanannya yang mal-adaptive
Contoh :
Bila anda merasa sangat merah/kesal dengan mengendarai sepeda
biasanya dapat mengurangi rasa marah sehingga bila kembali ke
rumah anda dapat menyelesaikan masalah dengan istri anda dengan
tenang
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Krisis adalah suatu reaksi berlebih yang mengancam saat kemampuan
menyelesaikan masalah atau suatu gangguan internal yang diakibatkan oleh
suatu peristiwa yang menegangkan yang dapat menimbulkan stress ataupun
ancaman dan terdapat 4 fase. Jenis – Jenis Krisis terdiri dari : Krisis
perkembangan, Krisis situasional, Krisis adventisius. Urutan perkembangan
krisis terdiri dari : Periode prakrisis, Periode krisis, Periode pascakritis .
Gejala Individu Yang Mengalami Krisis terdiri : Gejala Fisik, Gejala Kognitif,
Gejala Perilaku, Gejala Emosional
Intervensi Krisis adalah Metode pemberian bantuan terhadap mereka
yang tertimpa krisis, di mana masalah yang membutuhkan penanganan yang
cepat dapat segera diselesaikan dan keseimbangan psikis yang dipulihkan.
Yang Termasuk Intervensi Krisis berupa : Bantuan baik kelompok ataup
komunitas dan individu, Konseling stres akibat krisis
Peran Perawat Dalam Intervensi Krisis adalah Perawat memberikan
layanan langsung dan bertindak sebagai anggota tim intervensi krisis, Perawat
di lingkungan rumah sakit akut dan kronik membantu individu dan keluarga
berespons terhadap krisis, Perawat di lingkunagn masyarakat memberikan
bantuan pada individu dan keluarga yang mengalami krisis situasional dan
perkembangan, Perawat yang bekerja dengan sekelompok klien tertentu harus
mengantisipasi situasi dimana krisis dapat terjadi
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA

Sumber: Isaacs, Ann. 2004. Panduan Belajar Keperawatan Kesehatan Jiwa


dan Psikiatrik edisi 3. Jakarta: EGC

Stuart, G.W, 2006, Buku Saku Keperawatan Jiwa, EGC, Jakarta

Dongoes, M.E., Townsend, M.C., & Morhouse, M.F. 2006. Rencana Asuhan
Keperawatan Psikiatri Edisi 3. Jakarta : EGC

DEPKES RI. 2009. Keperawatan Jiwa Teori dan Tindakan Keperawatan.


Jakarta : Depkes

Anda mungkin juga menyukai