Anda di halaman 1dari 8

KEMAS 8 (2) (2013) 137-144

Jurnal Kesehatan Masyarakat


http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/kemas

PENGETAHUAN, SIKAP DAN MOTIVASI TERHADAP KEAKTIFAN KADER


DALAM PENGENDALIAN TUBERKULOSIS

I Made Kusuma Wijaya

Fakultas Olahraga dan Kesehatan, Universitas Pendidikan Ganesha, Indonesia

Info Artikel Abstrak


Sejarah Artikel: Masalah penelitian adalah bagaimana hubungan antara pengetahuan, sikap, dan motivasi kader
Diterima September 2012 kesehatan dalam pengendalian kasus tuberkulosis. Tujuan penelitian untuk menganalisis hubungan
Disetujui Oktober 2012 antara pengetahuan, sikap, dan motivasi kader kesehatan dalam pengendalian kasus tuberkulosis
Dipublikasikan Januari 2013 di Kabupaten Buleleng. Metode penelitian menggunakan desain studi analitik observasional
dengan pendekatan cross-sectional. Randomisasi dilakukan untuk mendapatkan sampel penelitian.
Instrumen menggunakan kuesioner dan analisis menggunakan multivariat dengan regresi logistik
Keywords:
ganda. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan antara variabel pengetahuan dengan
Knowledge;
keaktifan kader (p=0,012; OR=18.44), antara sikap dengan keaktifan kader (p=0,011; OR=8.08),
Attitude;
dan antara motivasi dengan keaktifan kader (p=0,018; OR=15.01). Kader kesehatan dengan
Motivation;
pengetahuan tinggi memiliki kemungkinan untuk aktif 18 kali lebih besar daripada pengetahuan
Health Cadre. rendah. Kader kesehatan dengan sikap baik memiliki kemungkinan untuk aktif 8 kali lebih besar
daripada sikap kurang. Kader kesehatan dengan motivasi tinggi memiliki kemungkinan untuk
aktif 15 kali lebih besar daripada motivasi rendah. Simpulan penelitian terdapat hubungan yang
signifikan antara pengetahuan, sikap, dan motivasi dengan keaktifan kader kesehatan dalam
pengendalian kasus tuberkulosis.

KNOWLEDGE, ATTITUDE, AND MOTIVATION TOWARD CADRE’SLIVELINESS


ON CONTROLLING TUBERCULOSIS

Abstract
Research problem was how the relationship between knowledge, attitudes, and motivation of health
cadres in tuberculosis control. Research purpose was to analyze the relationship between knowledge,
attitudes, and motivation of health cadres in tuberculosis control in Buleleng regency. The research
method used analytic observational study by cross - sectional approach. Samples obtained by ran-
domization. Instruments used questionnaires and multivariate analyzes used multiple logistic regres-
sion. The results showed there were association between knowledge and cadre activity (p=0.012 ; OR
=18.44), between the attitude and cadres activity (p=0.011; OR=8.08), between motivation and cadre
activity (p=0.018; OR=15.01) . Health cadres with high knowledge tended to be 18 times more active
than the low knowledge. Health cadres with a good attitude tended to be 8 times more active than the
fewer attitudes. Likewise, health cadres with high motivation were 15 times more active than the low
motivation. Conclusion, knowledge, attitudes, and motivations related with activeness of health cadres
in tuberculosis control.

© 2013 Universitas Negeri Semarang


Alamat korespondensi: ISSN 1858-1196
Jalan Udayana No. 11 Singaraja 81151, Bali, Singaraja 81151
Email: purniatidsk@yahoo.com
I Made Kusuma Wijaya / KEMAS 8 (2) (2013) 137-144

Pendahuluan ti penyebarluasan informasi tentang TB Paru


di masyarakat, aktif mencari dan memotivasi
Penyakit tuberkulosis (TB) sampai tersangka TB Paru ke puskesmas/sarana pelay-
saat ini masih menjadi masalah kesehatan anan kesehatan lainnya, dan berbagai kegiatan
masyarakat diperkirakan terdapat 9 juta pen- kader lainya (Bhatt, 2010;Depkes RI, 2008; Ne-
duduk dunia terserang penyakit TB dengan pal AK, et. al, 2012; Muchtar A, 2006).
kematian 3 juta jiwa (Thu A, Ohnmar, et. al, Menurut direktorat bina peran ser-
2012; Niyi et. al, 2008). Penyakit TB ini menjadi ta masyarakat Depkes RI kader adalah warga
masalah terutama di negara-negara berkem- masyarakat setempat yang dipilih dan ditinjau
bang termasuk Indonesia. Menurut World oleh masyarakat dan dapat bekerja secara su-
Health Organization (WHO), Indonesia meru- karela. Kader merupakan kunci keberhasilan
pakan negara dengan kasus TB terbesar ketiga program peningkatan pengetahuan dan kete-
di dunia, setelah Cina dan India. WHO mem- rampilan bidang kesehatan dalam masyarakat
perkirakan di Indonesia setiap tahunnya terjadi (Kemenkes RI, 2011). Keberadaan kader di
539.000 kasus baru TB (semua tipe) sedangkan masyarakat dalam pengendalian kasus TB paru
TB Paru sebesar 236.029 kasus dengan ke- sangat strategis karena kader dapat berperan
matian karena TB sekitar 250 orang per hari sebagai penyuluh, membantu menemukan ter-
(WHO 2009). sangka penderita secara dini, merujuk pende-
Propinsi Bali yang merupakan salah rita dan sekaligus pengawas menelan obat bagi
satu propinsi di Indonesia juga masih me- penderita TB paru secara langsung (Trisnawati
ngalami masalah dalam penanggulangan pe- 2008).
nyakit tuberkulosis. Berdasarkan hasil riskes- Banyak sekali faktor yang mempe-
das Provinsi Bali tahun 2007 untuk kejadian ngaruhi keaktifan kader tersebut dalam pe-
TB, dari sembilan kabupaten/kota yang ada di ngendalian kasus tuberkulosis (Elizabeth L,
Bali, prevalensi penyakit TB tertinggi di Kabu- 2008). Faktor perilaku ditentukan atau diben-
paten Buleleng. Jadi penyakit tuberkulosis di tuk dari tiga faktor, yaitu :
Kabupaten Buleleng masih menjadi masalah (1) Faktor-faktor predisposisi (predisposing
yang perlu mendapat perhatian, hal ini ditam- faktor) yaitu faktor-faktor yang
bah lagi dengan semakin meningkatnya kasus mempermudah atau mempredisposisi
HIV/AIDS yang diderita oleh masyarakat Bule- terjadinya perilaku seseorang,
leng. Dari data terakhir didapatkan Buleleng (2) Faktor-faktor pendukung (enabling faktor)
menempati urutan ke dua dalam jumlah pen- adalah faktor-faktor yang memungkinkan
derita HIV/AIDS setelah kota Denpasar. Kota atau yang memfasilitasi perilaku atau
Denpasar menempati urutan teratas dengan tindakan.
penderita 1.117 kasus, menyusul Buleleng 443 (3) Faktor-faktor pendorong atau faktor
kasus dan Badung 434 kasus (Depkes RI 2008). penguat (reinforcing faktor) adalah faktor
Di Kabupaten Buleleng seperti juga mendorong atau memperkuat terjadinya
halnya dengan berbagai daerah di Indonesia, perilaku.
kegiatan penanggulangan Tuberkulosis juga Beberapa penelitian lain juga menunju-
dengan menggunakan strategi DOTS (Directly kan bahwa faktor pengetahuan, sikap dan mo-
Observed Treatment Shortcourse Chemothera- tivasi kader kesehatan memegang peranan yang
py). Dimana pada strategi ini difokuskan pada sangat penting dalam hubungannya dengan
menemukan dan menyembuhkan pasien se- keaktifan kader kesehatan dalam pengendalian
hingga akan dapat mencegah penularan penya- kasus tuberkulosis (Awusi, dkk, 2009).
kit ini. Dalam kegiatan tersebut akan melibat- Berdasarkan hasil wawancara penulis
kan berbagai sektor baik sektor kesehatan yaitu dengan petugas di beberapa puskesmas yang
rumah sakit dan puskesmas juga melibatkan ada di Kabupaten Buleleng dapat diketahui
lintas sektor yaitu pemerintah daerah baik desa, bahwa dari sejumlah kader kesehatan yang ada
kecamatan maupun kabupaten dan juga PPTI di Kabupaten Buleleng, sebagian besar tidak
yang ikut membantu untuk membina kader melaksanakan tugas/aktivitasnya secara maksi-
dalam pelaksanaan program TB Paru seper- mal. Hal tersebut tentu saja akan dapat meng-

138
I Made Kusuma Wijaya / KEMAS 8 (2) (2013) 137-144

ganggu pelaksanaan program penanggulangan luruh kader kesehatan yang ada di Kabupaten
tuberkulosis di Kabupaten Buleleng. Beberapa Buleleng, Bali yang terdaftar sebagai kader tu-
penelitian menunjukan bahwa faktor pengeta- berkulosis. Sampel dalam penelitian ini adalah
huan, sikap dan motivasi kader berhubungan kader kesehatan di Kabupaten Buleleng yang
dengan keaktifan kader dalam pengendalian berdasarkan perhitungan terpilih sebanyak 60
kasus TB. sampel yang diambil secara random.
Dari uraian diatas maka perlu untuk Variabel penelitian terdiri dari variabel
diteliti apakah ada hubungan antara pengeta- independen yaitu (1) pengetahuan yang meru-
huan, sikap, dan motivasi kader kesehatan de- pakan hasil tahu kader kesehatan tentang ge-
ngan keaktifannya dalam pengendalian kasus jala, cara penularan, pencegahan, penemuan
tuberkulosis di Kabupaten Buleleng. Penelitian tersangka tuberkulosis, (2) sikap yang me-
ini bertujuan untuk menganalisis hubungan nyangkut perasaan, dukungan, dan suasana
antara pengetahuan, sikap, dan motivasi kader hati kader kesehatan, (3) motivasi yang men-
kesehatan dengan keaktifannya dalam pengen- yangkut rasa tanggungjawab dan penghargaan
dalian kasus tuberkulosis di kabupaten bule- yang didapatkan kader kesehatan dan vari-
leng. abel dependen yaitu keaktifan kader kesehatan
dalam pengendalian kasus tuberkulosis
Metode Teknik analisis data yang digunakan
adalah dengan metode regresi logistik ganda
Penelitian ini merupakan penelitian ana- yang bertujuan untuk menguji apakah vari-
litik observasional menggunakan pendekatan abel pengetahuan, sikap, dan motivasi kader
potong lintang (cross-sectional). Penelitian ini berhubungan dengan keaktifan kader keseha-
dilaksanakan di Kabupaten Buleleng, Bali yang tan dalam upaya pengendalian kasus TB Paru.
dilaksanakan pada bulan Januari 2012 sampai Adapun model analisis yang digunakan adalah
dengan bulan Juli 2012. model analisa regresi logistik ganda dengan
Populasi pada penelitian ini adalah se- persamaan sebagai berikut:

Gambar 1. Kerangka Penelitian

139
I Made Kusuma Wijaya / KEMAS 8 (2) (2013) 137-144

Ln p/ (1 – p ) = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 adalah sebanyak 33 responden (55%), sedang-


kan responden yang memiliki sikap kurang
Keterangan: adalah sebanyak 27 responden (45%).
p : probabilitas kader untuk aktif melak- Dari total responden sebanyak 60 res-
sanakan tugas dalam upaya pengenda- ponden, responden yang memiliki motivasi
lian TB Paru rendah adalah sebanyak 25 responden (41,70%),
1 – p : probabilitas kader untuk tidak aktif sedangkan responden yang memiliki motivasi
melaksanakan tugas dalam upaya pe- tinggi sebanyak 35 responden (58,30%).
ngendalian TB Paru
a : Konstanta Analisis Multivariat
b1 – b3 : Koefisien Regresi Pengujian hipotesis untuk mencari
X1 : Pengetahuan kader (0. Kurang ;1. kekuatan hubungan antara pengetahuan, sikap,
Baik) dan motivasi kader kesehatan dengan keakti-
X2 : Sikap kader (0. Kurang ; 1. Baik) fannya dalam pengendalian kasus tuberkulosis
X3 : Motivasi kader (0. Rendah ; 1. Tinggi) di Kabupaten Buleleng menggunakan analisis
regresi logistik ganda. Analisis menggunakan
Hubungan faktor-faktor ditunjukkan dengan SPSS version 16.0. Dari hasil analisis mengguna-
OR = exp (b) kan regresi logistik ganda didapatkan sebagai
OR =1 : Tidak ada hubungan antara variabel berikut:
independent dengan variabel dependen Terdapat hubungan antara pengetahuan
OR > 1 : Ada hubungan positif kader kesehatan dengan keaktifannya dalam
1/~ < OR <1: Ada hubungan negatif pengendalian kasus tuberkulosis, dimana kader
kesehatan dengan pengetahuan tinggi memiliki
Hasil dan Pembahasan kemungkinan untuk aktif dalam pengendalian
kasus tuberkulosis 18 kali lebih besar dari pada
Deskripsi hasil penelitian kader kesehatan dengan pengetahuan rendah.
Dari total responden sebanyak 60 re- Hubungan tersebut secara statistik signifikan
sponden, responden yang memiliki peng- (OR=18.44; p= 0,012). Terdapat hubungan yang
etahuan tinggi adalah sebanyak 40 responden secara statistik signifikan antara sikap deng-
(66,70%), sedangkan responden yang memiliki an keaktifan kader kesehatan, dimana sikap
pengetahuan rendah adalah sebanyak 20 re- baik memiliki kemungkinan untuk aktif dalam
sponden (33,30%). pengendalian kasus tuberkulosis 8 kali lebih
besar dari pada sikap kurang. Hubungan ter-
Tabel 1. Distribusi Karakteristik Responden sebut secara statistik signifikan (OR= 8.08; CI
95%= 1,60-40,71; p= 0,011). Terdapat hubung-
Karakteristik Frekuensi Persentase (%) an yang secara statistik signifikan antara moti-
Pengetahuan vasi dengan keaktifan kader kesehatan, dimana
Tinggi 40 66,70 motivasi tinggi memiliki kemungkinan untuk
Rendah 20 33,30 aktif dalam pengendalian kasus tuberkulosis
15 kali lebih besar dari pada motivasi rendah.
Sikap Hubungan tersebut secara statistik signifikan
Baik 33 55,00 (OR= 15.01; CI 95%= 1,59-141,65; p= 0,018).
Kurang 27 45,00 Hasil tersebut juga dapat dilihat pada Tabel 2.
Hubungan antara pengetahuan, sikap
Motivasi dan motivasi kader kesehatan dengan keakti-
Tinggi 35 58,30 fannya dalam pengendalian kasus tuberkulosis
Rendah 25 41,70 di Kabupaten Buleleng dapat dijelaskan dengan
Tabel 3.
Berdasarkan Tabel 3 terlihat bahwa re-
Dari total responden sebanyak 60 re-
sponden yang memiliki pengetahuan rendah,
sponden, responden yang memiliki sikap baik
diperoleh sebanyak 9 responden (56,25%) tidak

140
I Made Kusuma Wijaya / KEMAS 8 (2) (2013) 137-144

aktif dan 11 responden (25%) aktif, sedangkan rendah.


responden yang memiliki pengetahuan tinggi, Berdasarkan Tabel 3 menunjukkan
sebanyak diperoleh 7 responden (43,75%) tidak adanya kecenderungan bahwa responden yang
aktif dan sebanyak 33 responden (75%) aktif. sikapnya baik, memiliki kecenderungan untuk
Dari hasil uji regresi logistik diketahui bahwa aktif dibandingkan dengan responden yang
nilai signifikasni atau p = 0,012 atau lebih kecil memiliki sikap kurang akan memiliki kecen-
dari 0,05, hal ini dapat disimpulkan bahwa ada derungan untuk tidak aktif. Terlihat bahwa
hubungan yang bermakna antara tingkat penge- responden yang memiliki sikap kurang, se-
tahuan kader kesehatan dengan aktivitasnya banyak 13 responden (81,25%) tidak aktif dan
dalam pengendalian kasus tuberkulosis. Dan 14 responden (31,81%) aktif, sedangkan res-
berdasarkan nilai eksponen b atau OR dida- ponden yang memiliki sikap baik, sebanyak 3
patkan sebesar 18,44 hal ini dapat disimpulkan responden (18,75%) tidak aktif dan sebanyak
bahwa kader kesehatan yang mempunyai ting- 30 responden (68,18%) aktif. Dari hasil uji re-
kat pengetahuan tinggi mempunyai kemung- gresi logistik diketahui bahwa nilai signifikasni
kinan untuk aktif 18 kali lebih tinggi daripada atau p = 0,011 atau lebih kecil dari 0,05, hal ini
kader kesehatan yang tingkat pengetahuannya dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang

Tabel 2. Hasil Analisis Regresi Logistik Ganda Tentang Hubungan Antara Pengetahuan, Sikap,
dan Motivasi Kader Kesehatan dengan Keaktifannya Dalam Pengendalian Kasus Tuberkulosis

Variabel Odd Ratio Confidence Interval 95 %


P
Independen (OR) Batas Bawah Batas Atas
Pengetahuan 18.44 0.012 1.89 179.91
Sikap 8.08 0.011 1.60 40.71
Motivasi 15.01 0.018 1.59 141.65

N Observasi 60
Log likelihood 43.795
Nagelkerke R2 50.9%

Tabel 3. Hubungan Pengetahuan Kader dengan aktivitasnya dalam Pengendalian Kasus Tuberku-
losis di Kabupaten Buleleng

Aktivitas
Variabel
Tidak Aktif Aktif OR P
Bebas
N % N %
Pengetahuan
Rendah 9 56,25 11 25 18,44 0,012
Kurang 13 81,25 14 31,81
Baik 3 18,75 30 68,18
Total 16 26,67 44 73,33
Sikap
Kurang 13 81,25 14 31,81 8,08 0,011
Baik 3 18,75 30 68,18
Total 16 26,67 44 73,33
Motivasi
Rendah 11 68,75 14 31,81 15,01 0,018
Tinggi 5 31,25 30 68,18
Total 16 26,67 44 73,33

141
I Made Kusuma Wijaya / KEMAS 8 (2) (2013) 137-144

bermakna antara sikap kader kesehatan de- =18.44; p= 0,012). Temuan pada penelitian ini
ngan aktivitasnya dalam pengendalian kasus sesuai dengan tinjauan teoritik. Pengetahuan
tuberkulosis. Dan berdasarkan nilai eksponen yang dimiliki oleh kader kesehatan menentu-
b atau OR didapatkan sebesar 8,08 hal ini da- kan keaktifannya dalam pengendalian kasus
pat disimpulkan bahwa kader kesehatan yang tuberkulosis.
mempunyai sikap baik mempunyai kemung- Pengetahuan (knowledge) merupakan
kinan untuk aktif 8 kali lebih tinggi daripada hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang mel-
kader kesehatan yang memiliki sikap kurang. akukan penginderaan terhadap suatu objek
Berdasarkan Tabel 3, ada kecenderungan tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca
bahwa responden yang motivasinya tinggi, me- indera manusia. Sebagian besar pengetahuan
miliki kecenderungan untuk aktif dibanding- manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
kan dengan responden yang memiliki motivasi Pengetahuan atau kognitif merupakan domain
rendah akan memiliki kecenderungan untuk yang sangat penting untuk terbentuknya tinda-
tidak aktif. Terlihat bahwa responden yang me- kan seseorang. Karena itu dari pengalaman dan
miliki motivasi rendah, sebanyak 11 responden penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh
(68,75%) tidak aktif dan 14 responden (31,81%) pengetahuan akan lebih langgeng daripada
aktif, sedangkan responden yang memiliki mo- perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan
tivasi tinggi, sebanyak 5 responden (31,25%) (Gopalan, at.al, 2012).
tidak aktif dan sebanyak 30 responden (68,18%) Pengetahuan kader kesehatan merupa-
aktif. Dari hasil uji regresi logistik diketahui kan domain yang sangat penting sebagai dasar
bahwa nilai signifikasni atau p = 0,018 atau kader kesehatan dalam melakukan keaktifan-
lebih kecil dari 0,05, hal ini dapat disimpulkan nya dalam pengendalian kasus tuberkulosis.
bahwa ada hubungan yang bermakna antara Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku se-
motivasi kader kesehatan dengan aktivitasnya seorang salah satunya adalah pengetahuan dari
dalam pengendalian kasus tuberkulosis. Dan orang tersebut.
berdasarkan nilai eksponen b atau OR dida- Menurut Nugroho (2008) tentang
patkan sebesar 15,01 hal ini dapat disimpulkan hubungan antara pengetahuan dan motivasi
bahwa kader kesehatan yang mempunyai moti- kader posyandu dengan keaktifan kader po-
vasi tinggi mempunyai kemungkinan untuk ak- syandu di Desa Dukuh tengah kecamatan ke-
tif 15 kali lebih tinggi daripada kader kesehatan tanggungan Kabupaten Brebes, diperoleh hasil
yang tingkat motivasinya rendah. ada hubungan antara pengetahuan dengan
Hasil penelitian ini mendukung hipo- keaktifan kader posyandu (p value: 0,000 dan
tesis bahwa pengetahuan, sikap dan motivasi r: 0,784). Hal tersebut juga didukung oleh pe-
kader kesehatan memiliki hubungan dengan nelitian yang menemukan bahwa pengetahuan
keaktifannya dalam pengendalian kasus tu- kader merupakan salah satu faktor yang ber-
berkulosis di kabupaten buleleng. Berdasarkan hubungan dengan penemuan suspek tuberku-
hasil tersebut, maka selanjutnya akan dibahas losis paru di puskesmas Sanankulon. Hubungan
sebagai berikut: antara pengetahuan dan sikap kader kesehatan
dengan praktek penemuan suspect penderita
(1) Hubungan Pengetahuan Kader Kesehatan TB paru di Puskesmas Plupuh I Kabupaten Sra-
dengan Keaktifannya Dalam Pengendalian gen Propinsi Jawa Tengah, diperoleh hasil ter-
Kasus Tuberkulosis. dapat hubungan antara pengetahuan dan sikap
Dalam penelitian ini setelah dilakukan kader kesehatan tentang TB paru dengan pene-
uji dengan regresi logistik ganda didapatkan muan penderita TB paru di wilayah Puskesmas
bahwa terdapat hubungan yang secara statistik Plupuh I Kecamatan Plupuh Kabupaten Sragen
signifikan antara pengetahuan dengan keakti- Jawa Tengah (Sudaryanto, dkk, 2005).
fan kader kesehatan, dimana pengetahuan ting-
gi memiliki kemungkinan untuk aktif dalam (2) Hubungan Sikap Kader Kesehatan dengan
pengendalian kasus tuberkulosis 18 kali lebih Keaktifannya Dalam Pengendalian Kasus Tu-
besar dari pada pengetahuan rendah. Hubu- berkulosis.
ngan tersebut secara statistik signifikan (OR Dalam penelitian ini setelah dilakukan

142
I Made Kusuma Wijaya / KEMAS 8 (2) (2013) 137-144

uji dengan regresi logistik ganda didapatkan kader kesehatan, dimana motivasi tinggi memi-
bahwa terdapat hubungan yang secara statis- liki kemungkinan untuk aktif dalam pengenda-
tik signifikan antara sikap dengan keaktifan lian kasus tuberkulosis 15 kali lebih besar dari
kader kesehatan, dimana sikap baik memiliki pada motivasi rendah. Hubungan tersebut se-
kemungkinan untuk aktif dalam pengendalian cara statistik signifikan (OR =15.01; p= 0,018).
kasus tuberkulosis 8 kali lebih besar dari pada Temuan pada penelitian ini sesuai dengan tin-
sikap kurang. Hubungan tersebut secara sta- jauan teoritik. Motivasi yang dimiliki oleh ka-
tistik signifikan (OR=8.08; p=0,011). Temuan der kesehatan menentukan keaktifannya dalam
pada penelitian ini sesuai dengan tinjauan teo- pengendalian kasus tuberkulosis.
ritik. Sikap yang dimiliki oleh kader kesehatan Istilah motivasi berasal dari bahasa latin
menentukan keaktifannya dalam pengendalian yaitu movere yang artinya menggerakan, sedan-
kasus tuberkulosis. gkan dalam bahasa inggris dikenal dengan is-
Sikap adalah merupakan reaksi atau tilah motivation yang berarti dorongan. Proses
respon seseorang yang masih tertutup terha- terjadinya motivasi yaitu suatu kebutuhan ada-
dap suatu stimulus atau obyek. Dari berbagai lah keadaan internal yang menyebabkan hasil-
batasan tentang sikap dapat disimpulkan bah- hasil tertentu tampak menarik, dimana suatu
wa manifestasi sikap itu tidak dapat langsung kebutuhan yang terpuaskan akan menciptakan
dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih tegangan yang merangsang dorongan-doron-
dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara gan didalam individu tersebut. Dorongan ini
nyata menunjukkan konotasi adanya kesesua- menimbulkan suatu perilaku pencarian untuk
ian reaksi terhadap stimulus tertentu. Sikap be- menemukan tujuan-tujuan tertentu, dimana
lum merupakan suatu tindakan atau aktifitas, jika tujuan tersebut tercapai, akan dapat me-
akan tetapi merupakan predisposisi tindakan menuhi kebutuhan yang ada dan mendorong
atau perilaku (Rahman, dkk, 2010). ke arah pengurangan tegangan.
Sikap kader kesehatan merupakan do- Motivasi kader kesehatan merupakan
main yang sangat penting sebagai dasar ka- domain yang sangat penting sebagai dasar kad-
der kesehatan dalam melakukan keaktifannya er kesehatan dalam melakukan keaktifannya
dalam pengendalian kasus tuberkulosis. Fak- dalam pengendalian kasus tuberkulosis. Fak-
tor-faktor yang mempengaruhi perilaku se- tor-faktor yang mempengaruhi perilaku sese-
seorang salah satunya adalah sikap dari orang orang salah satunya adalah motivasi dari orang
tersebut (Basri, et. al, 2009). Hasil penelitian tersebut. Hasil penelitian lain yang sejalan
lain yang juga sejalan dengan penelitian terse- antara lain penelitian yang diperoleh hasil yaitu
but antara lain dari hasil penelitian didapatkan terdapat hubungan yang positif dan signifikan
hubungan yang positif dan signifikan antara antara motivasi kader dengan penemuan sus-
sikap kader dengan penemuan suspek tuberku- pek tuberkulosis paru di puskesmas Sananku-
losis paru di puskesmas Sanankulon, baik seca- lon, baik secara simultan maupun parsial. Hal
ra simultan maupun parsial. Hal tersebut juga tersebut juga didukung dari hasil penelitian
didukung penelitian yang diperoleh hasil ter- dimana diperoleh hasil bahwa ada hubungan
dapat hubungan antara sikap kader kesehatan sikap dan motivasi dengan kinerja kader po-
tentang TB paru dengan penemuan penderita syandu. Sikap dan motivasi memberikan pe-
TB paru di wilayah Puskesmas Plupuh I Keca- ngaruh pada kinerja sebesar 97,1% sedangkan
matan Plupuh Kabupaten Sragen Jawa Tengah 2,9% sisanya dipengaruhi oleh faktor diluar
(Chatarina UW, 2007). sikap dan motivasi. Dan menurut penelitian
Nugroho (2008) diperoleh hasil ada hubungan
(3) Hubungan Motivasi Kader Kesehatan antara motivasi dengan keaktifan kader pos-
dengan Keaktifannya Dalam Pengendalian yandu (p value: 0,001 dan r: 0,585).
Kasus Tuberkulosis.
Dalam penelitian ini setelah dilakukan Penutup
uji dengan regresi logistik ganda didapatkan
bahwa terdapat hubungan yang secara statis- Pengetahuan, sikap, dan motivasi ber-
tik signifikan antara motivasi dengan keaktifan hubungan secara signifikan dengan keaktifan

143
I Made Kusuma Wijaya / KEMAS 8 (2) (2013) 137-144

Kader kesehatan dalam pengendalian kasus Kemenkes RI. 2011. Strategi nasional pengendalian
Tuberculosis. Kader kesehatan dengan penge- TB di Indonesia 2010-2014. Kementrian Ke-
tahuan tinggi memiliki kemungkinan untuk sehatan RI Direktorat Jendral Pengendalian
aktif dalam pengendalian kasus tuberkulosis 18 Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
Muchtar A. 2006. Farmakologi obat antituberkulosis
kali lebih besar dari pada pengetahuan rendah).
(OAT) sekunder. Jurnal Tuberkulosis Indone-
Kader kesehatan dengan sikap baik memiliki sia. 3(2): 23-29.
kemungkinan untuk aktif dalam pengendalian Nepal AK, Shiyalap K,Sermsri S,Keiwkarnka B.
kasus tuberkulosis 8 kali lebih besar dari pada 2012. Compliance with DOTS among tu-
sikap kurang. Kader kesehatan dengan moti- berculosis patients under community based
vasi tinggi memiliki kemungkinan untuk aktif DOTS strategy in Palpa District, Nepal. Int J
dalam pengendalian kasus tuberkulosis 15 kali Infect Microbiol. 1(1):14-19.
lebih besar dari pada motivasi rendah. Niyi, Awofeso, Schelokova I and Dalhatu A. 2008.
Training of front-line health workers for tu-
berculosis control: Lessons from Nigeria and
Daftar Pustaka
Kyrgyzstan. Human Resources for Health,
6(20)
Awusi RYE, Saleh YD & Hadiwijoyo D. 2009. Fak-
Nugroho HA, Nurdiana D. 2008. Hubungan antara
tor-faktor yang mempengaruhi penemuan
pengetahuan dan motivasi kader posyandu
penderita TB paru di kota Palu Provinsi Su-
dengan keaktifan kader posyandu di desa
lawesi Tengah. Berita Kedokteran Masyara-
dukuh tengah kecamatan ketanggungan ka-
kat. 25 (2): 59-68
bupaten brebes. Jurnal Keperawatan. 2(1):
Basri C, Bergström K, Walton W, SuryaA, Voskens J
1-8
and Metha F. 2009. Sustainable scaling up of
Rahman SM, Ali NA, Jennings L, Habibur M, Seraji
good quality health worker education for tu-
R, Mannan I, Mahmud AB, Bari S, Hossain
berculosis control in Indonesia: a case study.
D, Das K, Abdullah, Baqui H, Arifeen SE and
Human Resources for Health, 7(85) Winch PJ. 2010. Factors affecting recruit-
Batht, CP. 2010. Knowledge of Tuberculosis Treat- ment and retention of community health
ment- A Suervey among Tuberculosis Pa- workers in a newborn care intervention in
tiens in (DOTS) Program in Nepal. SAARC Bangladesh. Human Resources for Health,
Journal of Tuberculosis. Lung Desease and 8(12)
HIV/AIDS, 7(2) Sudaryanto A. Pratiwi A. 2005. Studi fenomenologic
Chatarina UW. 2007. Upaya pencapaian target BTA pengetahuan dan sikap penderita TBC dan
positif pada suspek TBC di Kabupaten Ti- keluarganya di wilayah Kecamatan Kartasu-
mor Tengah Selatan, Provinsi NTT. Jurnal ra. Jurnal Kemas. 1(1): 14-21.
Administrasi Kebijakan Kesehatan. 5(1): 57- Trisnawati G. 2008. Pelatihan peningkatan kemam-
60. puan kader dalam penanganan tuberkulosis
Depkes RI. 2008. Situasi Epidemiologi TB Indonesia. (TBC) di wilayah kerja Puskesmas Gemolong
Subdit TB Depkes RI II Sragen. Jurnal Warta. 11(2): 150-158.
Elizabeth, L. 2010 Tuberculosis Knowledge, Attitude Thu A, Ohnmar, Win H, Nyunt MT, Lwin T. 2012.
and Beliefs among Caronilians at Increased Knowledge, attitudes and practice concern-
Risk of Infection. NC Medical Journal, 69(1) ing tuberculosis in a growing industrialised
Gopalan SS, Mohanty S, Das A. 2012. Assessing area in Myanmar. INT J TUBERC LUNG DIS,
community health workers’ performance 16(3): 330–335.
motivation: a mixed-methods approach on WHO. 2009. Global tuberculosis control epidemiol-
India’s Accredited Social Health Activists ogy, strategy, financing. World Health Or-
(ASHA) programme. BMJ Open, 2(1557) ganization

144

Anda mungkin juga menyukai