Anda di halaman 1dari 2

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Stroke merupakan silent killer atau pembunuh berdarah dingin yang dapat
menyerang siapa saja, kapan saja tanpa mengenal waktu dan tempat. Penyakit stroke
menyerang otak sehingga aliran darah dan oksigen yang mengalir seketika berhenti dan
dapat berisiko menyebabkan kematian sel-sel otak. Di Indonesia, stroke merupakan
penyakit nomor tiga yang mematikan setelah jantung dan kanker. Bahkan, menurut
survei tahun 2004, stroke merupakan pembunuh nomor satu di RS Pemerintah di
seluruh penjuru Indonesia. Diperkirakan ada 500.000 penduduk yang terkena stroke dan
berdasarkan hasil Riset Kesehatan Daerah (Riskesdas) tahun 2018, salah satu penyakit
tidak menular (PTM) mengalami kenaikan prevalensi yaitu stroke. Hasil Riskesdas
2013 memaparkan prevalensi stroke pada laki-laki sebesar 7,1% dan perempuan 6,8%
sedangkan pada hasil Riskesdas 2018 pada laki-laki sebanyak 11% dan untuk
perempuan 10,9%. Hal ini perlu mendapatkan perhatian penting bagi kita semua untuk
mencegah dan mendeteksi stroke. Dari jumlah tersebut, sepertiganya bisa pulih
kembali, sepertiga lainnya mengalami gangguan fungsional ringan sampai sedang dan
sepertiga sisanya mengalami gangguan fungsional berat yang mengharuskan penderita
terus menerus di kasur yang membutuhkan perawatan jangka panjang (Yastroki, 2006).

Penanganan stroke selama di rumah sakit akan dilakukan oleh tenaga kesehatan
sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP). Tanda dan gejala stroke yang
terjadi tidak dapat secara langsung pulih selama dirawat di rumah sakit karena proses
pemulihan kondisi setiap orang berbeda-beda tergantung daerah otak yang mengalami
kerusakan. Sebelum pulang ke rumah, pasien dan keluarga akan diberikan edukasi
untuk merawat pasien post-stroke agar proses rehabilitasi pasien dapat berkelanjutan.
Tahap rehabilitasi ini sangat penting karena dapat mengurangi angka kecacatan pasien
post-stroke dan mencegah terjadinya stroke berulang.

Kemajuan terbaru dalam teknologi informasi telah memungkinkan pemberian


pelayanan medis dan keperawatan dari penyedia layanan kepada pasien di rumah
mereka sendiri (Burn et, 1998). Salah satu bidang penerapan teknologi ini adalah
telerehabilitasi. Tujuannya adalah untuk mengelola dan untuk memberikan intervensi
terapeutik kepada pasien dengan defisit karena cedera ortopedi, traumatik atau cedera
pembuluh darah otak (Reinkensmeyer, 2002). Dalam hal ini, terdapat peningkatan
jumlah pasien yang memerlukan perawatan jangka panjang untuk memperbaiki
kerusakan saraf yang dialami pasien. Pedoman Sistem Kesehatan Nasional memang
telah merekomendasikan pengurangan lama rawat inap, karena kurangnya fasilitas
rehabilitative yang tersedia dan kebutuhan untuk mencapai penghematan biaya
operasional (Burdea, J, 2000). Hal ini juga menunjukkan bahwa dengan pemulangan
dini, ditambah dengan pelaksanaan terapi di rumah sendiri dapat bermanfaat bagi pasien
pasca stroke dalam meningkatkan kualitas hidup pasien. Telerehabilitasi merupakan
salah satu faktor yang penting untuk dipertimbangkan sebagai usaha dalam mencapai
tujuan ini. Sistem ini dapat lebih diterima pasien, tanpa harus menghadirkan terapis atau
profesional lainnya di rumah. Oleh karenanya, sistem ini dapat memberikan terapi yang
sifatnya jangka panjang, memenuhi kebutuhan pasien dan pada saat yang sama, dapat
menghemat sumber daya kesehatan yang dibutuhkan (Palsbo and Bauer, 2000).
Penggunaan teknologi informasi dalam pemberian pelayanan rehabilitasi juga dapat
meningkatkan akses perawatan bagi orang yang tinggal di pedesaan (atau di daerah
tanpa tenaga kesehatan) dan untuk pasien dengan gangguan mobilitas yang memiliki
kesulitan untuk bepergian. Hal ini dapat juga secara substansial mengurangi waktu
perjalanan tenaga kesehatan dan karenanya meningkatkan jumlah pasien yang
melakukan konsultasi dalam sehari. Akhirnya, penggunaan teknologi informasi dalam
pelayanan rehabilitasi dapat memperluas kesinambungan perawatan bagi pasien dengan
kondisi lumpuh dan memungkinkan pasien untuk mengatur kebutuhan terapi
perawatannya sendiri secara mandiri.

1.2. Tujuan
Untuk mengetahui inovasi teknologi informasi kesehatan berupa telerehabilitasi
pada pasien pasca stroke dan menjelaskan implikasinya terhadap perkembangan ilmu
keperawatan.

Anda mungkin juga menyukai