Anda di halaman 1dari 16

[PT.

KAOLIN SPRING INDONESIA]

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Identitas Perusahaan


PT. KAOLIN SPRING INDONESIA merupakan perusahaan yang
bergerak di bidang pertambangan, khususnya pertambangan kaolin. Berikut ini
disajikan data perusahaan PT.KAOLIN SPRING INDONESIA sebagai pemenang
Persetujuan Izin Usaha Pertambangan Operasi Produksi (IUP OP) sesuai
Keputusan Bupati Kabupaten Banjarbaru No. 18/IUP/545-02/X/2018 yang
terletak di Kota Banjarbaru Provinsi Kalimantan Selatan, dengan luas area seluas
100 ha. Berikut disajikan data perusahaan PT.KAOLIN SPRING INDONESIA:

Nama Perusahan : PT. KAOLIN SPRING INDONESIA


Alamat : Desa Sungai Tiung, Kecamatan Cempaka,
Kabupaten Banjarbaru, Provinsi Kalimantan
Selatan
Direktur Utama : Laura Sinta Kristi, S.T,M.T
Lokasi Pertambangan : Desa Sungai Tiung, Kecamatan Cempaka,
Kabupaten Banjarbaru, Provinsi Kalimantan
Selatan.
Bahan Tambang : Kaolin

1.2 Wilayah Perizinan


Dalam rangka berperan aktif dalam sektor pertambangan, PT. Kaolin
Spring Indonesia melaksanakan kegiatan usaha kaolin yang terletak di Desa
Sungai Tiung Kecamatan Cempaka dengan luas wilayah 100 Ha berdasarkan
Persetujuan Izin Usaha Pertambangan (IUP) Tahap Operasi Produksi sesuai
dengan Keputusan Bupati Kabupaten Banjarbaru No. 18/IUP/545-02/X/2018

1
[PT. KAOLIN SPRING INDONESIA]

Gambar 1.1 Peta Areal IUP

2
[PT. KAOLIN SPRING INDONESIA]

1.3 Kesampaian Daerah Sarana dan Perhubungan Setempat


Berdasarkan lokasi Pertambangan IUP OP yang terletak di Kecamatan
Cempaka, Kebupaten Banjarbaru Provinsi Kalimantan Selatan. Dengan Luas Desa
Sungai Tiung 2.150 ha dan Luas Kecamatan Cempaka 14.670 ha. Dengan jalan
yang dilalui berupa jalan aspal dan kerikil serta berdebu.

1.4 Keadaan Lingkungan Daerah


a. Rencana Tata Ruang Wilayah
Cempaka merupakan sebuah desa yang ada di Kabupaten
Banjarbaru, Kalimantan Selatan. Dengan luas wilayah 14.670 ha.
Martapura berada di antara 2º49’55-3º43’38 Lintang Selatan dan diantara
114º30’20” - 115º35’37” Bujur Timur. Dengan topografi tidak seluruh
wilayahnya daratan. Di bagian sebelah utara dan timur berupa Perbukitan
dan Pegunungan. Di bagian sebelah barat dan selatan berupa tanah biasa
dan tanah rawa.

b. Penduduk dan Sosial Ekonomi


Jumlah penduduk di Kecamatan Cempaka berjumlah 24.961 jiwa
pada tahun 2005 dan jumlah tahun terbaru adalah tahun 2011 dengan
jumlah penduduk 28.854 jiwa. Penduduk asli masyararakat Cempaka
ialah Suku Banjarbaru. Terdapat juga sebagian suku pendatang yaitu,
Suku Jawa, Suku Madura, Suku Bugis dan lainnya. Kebanyakan
Penduduk Cempaka bermata pencaharian sebagai pedagang, petani dan
penambang.

Gambar 1.2 Pedagang Gambar 1.3 Petani

3
[PT. KAOLIN SPRING INDONESIA]

Gambar 1.4 Penambang

c. Flora dan Fauna


Kekayaan flora dan fauna di Kalimantan Selatan sedapat mungkin
dipelihara sebagai bagian dari kekayaan sumber daya alam. Fauna yang
terdapat dikawasan tersebut adalah Bekantan (Nasalis Larvatus), Burung
Betutu, kera abu-abu ( Maccaca Irrus) dan banyak lagi laiinnya. Dalam
hal ini upaya konservasi meliputi, konservasi di dalam Kawasan hutan
dan di luar kawasan hutan, melalui suaka alam, taman wisata,
margasatwa, Taman Wisata Pulau Kembang dan Taman Hutan Raya
Sultan Adam.

Gambar 1.5 Bekantan Gambar 1.6 Burung Betutu


d. Iklim dan Curah Hujan
Wilayah Kabupaten Banjarbaru sebagian besar didominasi oleh
tipe iklim B, dengan curah hujan tahunan berkisar 2.000-2.500 mm, curah
hujan perhari hujan berkisar 9,5-18,6 mm/hari hujan dan hari hujan
perbulan rata-rata berkisar 12,3-15,6 hari/bulan. Tekanan udara berkisar
1.007,3-1.014,3 milibar dan kelembaban udara berkisar 48%-100%.

4
[PT. KAOLIN SPRING INDONESIA]

Sedangkan suhu udara berkisar dari 20ºC-36,2ºC, serta kecepatan angin


rata-rata5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar dari 21%-89%.
BAB II
TATA GUNA LAHAN

2.1. Tata Guna Lahan Sebelum Ditambang


Daerah yang akan ditambang merupakan daerah terbuka dengan
ditumbuhi tumbuhan pendek yang beranekaragam, dengan keadaaan
wilayah berupa dataran rendah.

2.2. Geoteknik
2.2.1. Kondisi Geografis
Secara geografis Kota Banjarbaru terletak antara 3º 25’ 40”-3º 28’
37’’ Lintang Selatan dan 114º 41’ 22’’-114º 54’ 25’’ Bujur Timur. Posisi
geografis Kota Banjarbaru adalah 35 km pada arah 296°30' sebelah
tenggara Kota Banjarmasin yang merupakan ibu kota Provinsi Kalimantan
Selatan. Kota Banjarbaru sesuai dengan Undang-Undang No. 9 Tahun
1999 memiliki wilayah seluas ±371,38 Km2 atau hanya 0,88% dari luas
wilayah Provinsi Kalimantan Selatan. Dengan luasan tersebut, Kota
Banjarbaru menempati wilayah terkecil kedua setelah Kota Banjarmasin
dibandingkan dengan wilayah kabupaten/kota lain di Kalimantan Selatan.
Berdasarkan batas administrasi wilayah, Banjarbaru memiliki batas-batas
wilayah administrasi sebagai berikut:
 Sebelah Utara : Kecamatan Martapura (Kabupaten Banjar);
 Sebelah Timur : Kecamatan Karang Intan (Kabupaten Banjar);
 Sebelah Selatan : Kecamatan Bati-Bati (Kabupaten Tanah Laut);
 Sebelah Barat : Kecamatan Gambut (Kabupaten Banjar)

2.2.2. Kondisi Fisik


Kondisi fisik alamiah Kota Banjarbaru yang dipaparkan di sini
meliputi kondisi topografi dan kelerengan, kondisi fisik tanah, klimatologi

5
[PT. KAOLIN SPRING INDONESIA]

dan hidrologi. Paparan rona fisik ini diharapkan dapat mendeskripsikan


kondisi bentang alam/geografis Banjarbaru yang berimplikasi pada pola
pembangunan di Kota Banjarbaru.
a. Topografi Dan Kelerengan
Secara topografi, Kota Banjarbaru memiliki topografi bervariasi
antara 0 – 500 m dari permukaan air laut (dpl), dengan bentuk bentang
alam (morfologi) yang cukup variatif (beragam). Sebagian besar wilayah
Kota Banjarbaru berada di ketinggian 7 – 25 m dpl yaitu sekitar 10.615 Ha
atau 33,23% dari luas Kota Banjarbaru. Kondisi ketinggian ini
mengindikasikan bahwa morfologi wilayah ini sangat cocok untuk
budidaya tanaman.
Dari segi kemiringan tanah, Kota Banjarbaru memiliki kemiringan
tanah bervariasi antara 0-15%, namun cenderung landai. Kemiringan
berkaitan dengan kepekaan terhadap erosi tanah; semakin tinggi/terjal,
semakin peka terhadap erosi.
 Sebagian besar wilayah Kota Banjarbaru memiliki kelerengan 0 – 2% (±
59,35%). Kondisi ini sangat cocok untuk budidaya pertanian maupun
untuk kegiatan perkotaan
 Kelerengan antara 2–8% (± 25,78%) berada di sebagian wilayah Cempaka,
Banjarbaru Utara dan Selatan. Di kelas lereng ini, kegiatan budidaya
masih dapat dilaksanakan, tetapi harus menggunakan teknologi yang tepat
sebagai bentuk antisipasi erosi tanah;
 Kelerengan antara 8–15% (± 12,08%) berada di sebagian wilayah
Cempaka. Kelas lereng ini masing memungkinkan untuk budidaya
perkebunan atau kehutanan dengan jenis tanaman yang berakar dalam.
b. Klimatologi
Berdasarkan sistem Koppen, Banjarbaru beriklim Hutan Tropika
Humid dengan suhu udara bulanan rata-rata berkisar antara 26,4 °C
sampai dengan 28,1°C dengan sedikit variasi musiman. Suhu udara
maksimum tertinggi terjadi pada bulan Septe mber (36,2°C) dan suhu
minimum terendah terjadi pada bulan Juli (20,0°C). Rata-rata tekanan

6
[PT. KAOLIN SPRING INDONESIA]

udara di Kota Banjarbaru tahun 2009 berkisar antara 1.010,60 mb


sampai dengan 1012,70 mb sedangkan r ata-rata kecepatan angin sekitar
3,3 knots
Curah hujan tahunan rata-rata Kota Banjarbaru berkisar 180,8
mm/tahun dengan jumlah yang terendah terjadi pada bulan September
(21dan tertinggi terjadi pada bulan Januari (384 mm). Sedangkan rata-
rata jumlah hari hujan 16 hari hujan dengan jumlah hari hujan ter banyak
pada bulan Januari (30 hari), sebaliknya jumlah hari hujan terendah p
ada bulan Agustus (2 hari). Hal ini berpengaruh terhadap tingkat
kenyamanan dalam beraktivitas (terutama aktivit as di luar ruangan)
serta tingkat pelayanan suplai air bersih dari PDAM.
Penyinaran matahari rata-rata pada saat musim hujan 2,8 jam/hari
dan di musim kemarau 6,5 jam/hari dengan kelembaban udara rata-rata
berkisar antara 47% – 97%. Kelembaban udara relatif bulanan rata-rata
tertinggi jatuh pada bulan Januari yaitu ± 89% – 94% dan terendah pada
bulaan September yaitu 47% – 74%. Eva porasi dari permukaan air
bebas karena pe nyinaran matahari dan pengaruh ang in rata-rata harian
sebesar 3,4 mm/hari di musim hujan dan 4,1 mm/hari di musim
kemarau. Evaporasi maksimum yang pernah terjadi sebesar 11,4 m
m/hari dan minimum 0,2 mm/hari. Dengan kondisi fisik tersebut,
kenyamanan bangunan di Banjarbaru dipengaruhi oleh sistem peredaran
udara (sirkulasi udara), pembatasan radiasi pannas sebagai sistem
pengendalian iklim serta penggunaan struktur dan bahan bangunan.
c. Kondisi Fisik Tanah
Secara umum, jenis tanah di Banjarbaru terdiri d ari tanah podsolik
(63,82%), organosol (29,82%) dan lathosol (6,36%). Jenis tanah Podsolik
Merah Kuning (Ultisols) tersebar sebagian besar di Kecamatan Cempaka
dan Banjarbaru; sedangkan Aluvial (Entisols dan Inceptisols), Gambut
(Histosols) dan Spodosols t ersebar di Kecamatan Landasan Ulin. Jenis
tanah podsolik mempunyai ciri tanah dengan tingkat kesuburan yang
rendah dan peka terhadap erosi. Walaupun demikian, di Kota Banjarbaru

7
[PT. KAOLIN SPRING INDONESIA]

tetap dapat dikembangkan budidaya pertanian (padi, palawija, sayuran,


perkebunan), tetapi disertai dengan teknologi pengolahan yang tepat.
Sedangkan jenis Sedangkan jenis tanah organosol mempunyai ciri tanah
dengan tingkat kesuburan yang baik, sehingga potensial untuk
pengembangan budidaya tanaman pangan (khususnya padi sawah dan
holtiku ltura).
Dilihat dari segi tekstur tanah, wilayah Banjarbaru memiliki 3
(tiga) tekstur tanah, yaitu halus, sedang dan kasar. Sebagian besar wilayah
bagian tengah (seluas 88% dari luas keseluruhan) memiliki tekstur tanah
cenderung halus dengan ke dalaman efektif tanah lebih dari 90 cm,
sedangkan tekstur tanah kasar hanya sebagian kecil di bagian selatan (4%
dari luas keseluruhan). Kondisi ini mengindikasikan adanya potensi
pengembangan tanaman budidaya, karena tanah dengan tekstur halus
dengan kedalaman efektif tanah lebih dari 90 cm memiliki ke cenderungan
baik untuk ditanami dan tahan terhadap erosi.
Ditinjau segi drainase tanah, secara umum wilayah Banjarbaru
memiliki tingkat drainase yang tidak pernah tergenang. Hal ini
mengindikasikan bahwa daerah ini sangat cocok sebagai kawasan
budidaya tanaman pangan lahan kering dan perkebunan, karena tidak
memerlukan kondisi tanah yang jenuh air. Namun, terdapat daerah yang
tergenang periodik – tergenang kurang dari 6 bulan – yaitu Kecamatan
Landasan Ulin sebagai peralihan daerah rawa (persawahan) di Kecamatan
Gambut dan Aluh-Aluh.
d. Hidrologi
Secara hidrologi, Kota Banjarbaru terdiri dari air permukaan dan
air tanah. Kondisi air permukaan di Banjarbaru ditunjang oleh adanya 2
(dua) buah DAS (Daerah Aliran Sungai) sebagai catchment area, yaitu
DAS Barito/Riam Kanan dan DAS Taboneo. Daerah Aliran Sungai
tersebut merupakan asset kawasan yang berpotensi besar bagi aspek-aspek
kehidupan masyarakat, yakni sebagai bahan baku untuk minum, perikanan
dan pariwisata.

8
[PT. KAOLIN SPRING INDONESIA]

BAB III
RENCANA PEMBUKAAN TAMBANG

3.1 Sistem/ Metode dan Tata Cara Penambangan


3.1.1 Sistem Penambangan
Kaolin merupakan massa batuan yang tersusun dari mineral lempung
dengan kandungan besi rendah. Kaolin mempunyai komposisi hidros aluminium
silikat (Al2O3.2SiO2.2H2O) dengan disertai beberapa mineral penyerta. Mineral
yang termasuk dalam kelompok kaolin adalah kaolinit, nakrit, dikrit dan haloisit
dengan kaolinit sebagai mineral utama. Proses pembentukan kaolin adalah karena
pelapukan dan proses hydrothermal alterasi pada batuan beku yang banyak
mengandung feldspar dimana potassium aluminium silikat dan feldspar diubah
menjadi kaolin.
Metode eksplorasi dilakukan untuk mengetahui jumlah cadangan dan
kualitas endapan kaolin didasarkan pada kondisi daerah atau lokasi endapan
kaolin berada. Beberapa metode eksplorasi yang dapat digunakan antara lain
dengan cara pemboran (bor tangan atau bor mesin) dan atau dengan pembuatan
sumur uji. Eksplorasi dengan cara pemboran (bor tangan atau bor mesin)
dilakukan dengan alat bor yang dilengkapi dengan bailer (penangkap sampel).
Metode eksplorasi yang menggunakan sumur uji dilakukan dengan pola empat
persegi panjang atau berbentuk bujursangkar dengan jarak antar sumur sebesar
20-25 meter.
Penambangan kaolin yang dilakukan oleh PT. Kaolin Spring Indonesia
menggunakan sistem penambangan terbuka yakni quarry. Kaolin sebagai salah
satu bahan galian industri yang terdapat di atas permukaan bumi, ditambang
dengan kombinasi alat berat dan alat tambang yang ada. Pada tahap pengupasan
tanah penutup dapat dilakukan dengan alat-alat secara manual ataupun alat
mekanis seperti bulldozer atau scraper. Lapisan kaolin dapat digali dengan
excavator lalu dimuat langsung ke dalam dump truck untuk diangkut ke pabrik
pengolahan. Kegiatan penambangan dimulai pada tahun 2018. Berikut merupakan
bagan alir sistem penambangan kaolin PT. Kaolin Spring Indonesia.

9
[PT. KAOLIN SPRING INDONESIA]

Pembersihan Lahan

Pengupasan Tanah
Penutup (overburden)

Penambangan Kaolin menggunakan


excavator

Pengangkutan bahan
galian menuju stocpile

Dilakukan pencucian
menggunakan cyclone

Dilakukan penyaringan

Diendapkan dalam bak


pengendap

Dilakukan pengeringan
(drying)

Kaolin murni

Dilakukan
penggilingan

Tepung Kaolin

Gambar 3.1 Flowchart Penambangan Kaolin

10
[PT. KAOLIN SPRING INDONESIA]

3.1.2 Strategi Penambangan


Sebelum melakukan penambangan perlu diperhatikan beberapa faktor
yang mempengaruhi usaha penambangan, antara lain:
a) Perubahan dalam sistem perpajakan
b) Kebijakan dalam lingkungan hidup
c) Keadaan ekonomi yang buruk
d) Harga endapan atau logam yang buruk
e) Keadaan politik yang tidak stabil
Selain faktor-faktor tersebut, dalam suatu sistem penambangan harus
memperhatikan faktor keselamatan kerja dan dampak lingkungan. Untuk hal
tersebut maka perlu melakukan beberapa kegiatan antara lain:
a) Melakukan cara penambangan dengan sistem jenjang atau teras (benching)
maupun sistem stripping. Cara ini dilakukan untuk kondisi endapan yang
relatif datar. Penambangan dengan sistem ini dapat menghasilkan suatu
front penambangan yang aman dan memudahkan bagi pekerjaan
selanjutnya. Meskipun kedua sistem penambangan tersebut memerlukan
biaya yang cukup mahal karena sebelum dilakukannya penambangan
harus didahului dengan pengupasan lapisan tanah penutup.
b) Melakukan restorasi dan reklamasi daerah bekas penambangan, hal ini
dimaksudkan untuk memulihkan kondisi lingkungan yang sudah rusak
akibat penambangan sehingga dapat kembali pulih dan dapat dimanfaatkan
selanjutnya.

3.2 Tahapan kegiatan penambangan


Tahapan kegiatan penambangan batubara yang diterapkan untuk tambang
terbuka adalah sebagai berikut :
1. Persiapan
Kegiatan ini merupakan kegiatan tambahan dalam tahap
penambangan. Kegiatan, ini bertujuan mendukung kelancaran kegiatan
penambangan. Kegiatan ini meliputi penyiapan infrastruktur dan lahan
kerja penambangan yang antara lain meliputi pembuatan jalan,

11
[PT. KAOLIN SPRING INDONESIA]

pembabatan semak/pohon, penupasan tanah penutup, pembangunan


kantor, gedung, bengkel, dll.
2. Pembersihan lahan (land clearing)
Kegiatan yang dilakukan untuk membersihkan daerah yang akan
ditambang mulai, dari semak belukar hingga pepohonan yang berukuran
besar. Alat yang biasa digunakan adalah buldozer ripper dan dengan
menggunakan bantuan mesin potong, chainsaw untuk menebang pohon
dengan diameter lebih besar dari 30 cm.
3. Pengupasan Tanah Pucuk (top soil)
Maksud pemindahan tanah pucuk adalah untuk menyelamatkan
tanah tersebut, agar tidak rusak sehingga masih mempunyai unsur tanah
yang masih asli, sehingga tanah pucuk ini dapat diguanakan dan ditanami
kembali untuk kegiatan reklamasi, tanah pucuk yang dikupas tersebut akan
dipindahkan ke tempat penyimpanan, sementara atau langsung di pindahkan
ke timbunan. Hal tersebut bergantung pada perencanaan dari perusahaan.
4. Penambangan
Kegiatan penambangan yang dimaksud adalah kegiatan yang ditujukan
untuk membebaskan dan mengambil bahan galian dari dalam kulit bumi,
kemudian dibawa ke permukaan untuk dimanfaatkan.
5. Pengangkutan
Pengankutan adalah segala usaha untuk memindahkan bahan galian hasil
tambang atau pengolahan dan pemurnian dari daerah penambangan atau tempat
pengolahan dan pemurnian ke tempat pemasaran atau pemanfaatan selanjutnya
dari bahan galian tersebut.
6. Pengolahan Kaolin
Adalah kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan kadar atau
mempertinggi mutu bahan galian yang dihasilkan dari tambang sampai memenuhi
persyaratan untuk diperdagangkan atau sebagai bahan baku untuk industri lain.
Keuntungan lain dari kegiatan ini adalah mengurangi jumlah volume dan beratnya
sehingga dapat mengurangi ongkos pengangkutan.

12
[PT. KAOLIN SPRING INDONESIA]

Pentingnya Pengolahan :
1. Sekarang kadar banyak yang rendah.
2. Banyak bahan substitusi.
3. Masalah lingkungan.
4. Daur ulang (scrap diolah).

Proses pengolahan kaolin :


1. Pengupasan lapisan tanah penutup
Dengan cara disemprot dengan air bertekanan tinggi untuk
menghasilkan cairan yang sudah mengandung kaolin dan dicuci
menggunakan cyclone.
2. Disaring melewati Mesh untuk memisahkan kaolin dari mineral
pengganggu seperti pasir kuarsa, mika, besi oksida, dan titanium
oksida.
3. Disaring dengan alat Sluice Box untuk memisahkan kaolin murni
dengan bahan lain.
4. Dimasukkan dalam sumur penampung.
5. Pengeringan untuk mengurangi kadar air.
6. Mengalirkan dan memasukkan ke mesin Press untuk memisahkan dan
mengeringkan kaolin dan menjadi kaolin padat (gumpalan).
7. Kaolin yang gumpal merupakan salah satu produk jadi sehingga dapat
langsung dijual atau dapat diproses menjadi kaolin tepung.
8. Untuk menjadikan kaolin tepung, kaolin gumpal dimasukkan ke dalam
oven, dipanaskan dengan suhu 800-1000 derajat celcius.
9. Penggilingan menjadi butiran halus (325 mesh dan 200 mesh).
10. Kaolin tepung siap di jual.

3.3 Rencana Produksi


3.3.1 Cadangan Tertambang
Cadangan mineral kaolin PT. Kaolin Spring Indonesia yang akan
ditambang sekitar 600.000 ton didasarkan atas sebaran endapan kaolin dari

13
[PT. KAOLIN SPRING INDONESIA]

metode eksplorasi yang telah dilakukan sebelumnya yakni metode geologi dengan
survei permukaan.

3.3.2 Rencana Produksi


Produksi pertahun
𝑐𝑎𝑑𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛
Pengolahan = 𝑢𝑚𝑢𝑟 𝑡𝑎𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔
600.000 𝑡𝑜𝑛
= 5

= 120.000 ton/ tahun


= 120.000 ton/ 12 bulan
= 10.000 ton
= 10.000 ton/ 30 hari
= 333,33/ 8 jam
= 41,667 ton/jam
3.3.3 Jadwal Produksi
Jangka waktu penambangan dapat ditentukan berdasarkan mobilitas-
mobilitas peralatan dan jumlah peralatan yang digunakan. Dari cadangan
tertambang 600.000 ton dan diasumsikan factor kehilangan pada proses
penambangan sebesar 6.5%. PT. Kaolin Spring Indonesia merencanakan produksi
kaolin terjual per tahun, maka kegiatan PT. Kaolin Spring Indonesia akan
berlangsung selama 5 tahun yang akan direncanakan 2 shift/hari yaitu dengan jam
kerja efektif 8 jam/shift .
Tahun Blok Elevasi Beda Densitas Volume
ke (mdpl) tinggi (ton/m3) material(m3)
1 A 305- 275 5 2,3 120.000

2 B 275 - 265 5 2,3 120.000

3 C 265-260 5 2,3 120.000

4 D 260 -255 5 2,3 120.000

5 E 255 -250 5 2,3 120.000

14
[PT. KAOLIN SPRING INDONESIA]

Produksi pertahun
𝑐𝑎𝑑𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛
Pengolahan = 𝑢𝑚𝑢𝑟 𝑡𝑎𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔
600.000 𝑡𝑜𝑛
= 5

= 120.000 ton/ tahun


= 120.000 ton/ 12 bulan
= 10.000 ton
= 10.000 ton/ 30 hari
= 333,33/ 8 jam
= 41,667 ton/jam

3.4 Kebutuhan peralatan


Peralatan utama yang akan digunakan pada pertambangan adalah Back
Hoe sebagai alat gali-muat, Dump Truck sebagai alat angkut, Bulldozer sebagai
alat Garu-Dorong pada pengupasan Top Soil. Kaolin hasil penambangan diangkut
menggunakan Dump truck ke lokasi pabrik pengolahan yang terletak disebelah
barat laut lokasi penambangan. Kemudian setelah diperoleh kaolin yang sesuai
rencana, kemudian diolah sesuai permintaan pasar.

3.5 Rencana Sediment Pond


Kolam sediment dibuat dengan 2 kompertement untuk memastikan PH
dan TS air yang akan dilepas ke perairanu mum yang berasal dari tambang. Lahan
yang diperlukan untuk kolam sediment ini relative kecil. Selama 5 tahun kegiatan
penambangan PT. KAOLIN SPRING INDONESIA, kolam sedimen dan sarana
kendali erosi akan direklamasi dengan cara memperbaiki tanggul sekitar kolam.
Sediment pond di disposal dan di pit tidak ditutup karena masih berguna untuk
mengendalikan sedimentasi ketika revegetasi belum sempurna.

3.6 Sarana Penunjang


Pengadaan fasilitas penunjang sangat perlu untuk mendukung kegiatan
utama penambangan, sehingga dapat berjalan sesuai dengan yang direncanakan.

15
[PT. KAOLIN SPRING INDONESIA]

Lokasi fasilitas penunjang ini dikonsentrasikan pada daerah tertentu agar


memudahkan dalam pengaturan dan pengawasannya, yang biasanya dekat dengan
daerah penambangan. Adapun fasilitas yang akan dibangun adalah:
- Bangunan factor administrasi tambang ( 1 ha)
- Bangunan tempat ibadah ( 50 m2)
- Bangunan tempat makan atau kantin (10 m2 )
Lokasinya terletak disekitar wilayah kampus
- Pos keamanan (7 m2)
- Genset room (5m2)
- Mess karyawan fasilitas air bersih. (50m2)
- Parking area (30m2)
- Fasilitas air bersih ( 10m2)
Sumber air bersih berasal dari sungai yang diolah di water treatment sampai
memenuhi air baku yang layak digunakan
- Bengkel dan Gudang ( 20m2)
Bengkel dan fasilitasnya antara lain: gudang (warehouse), garasi, tempat cuci
kendaraan, dan lain-lain. Gudang dibangun berdekatan dengan bengkel.

16

Anda mungkin juga menyukai