PENDAHULUAN
BAB II
1
ATTENTION DEFICIT HYPERACTIVITY DISORDER (ADHD)
A. Definisi
B. Etiopatofisiologi
1. Faktor Genetik
2
otomatis yang datang pada bagian otak, sehingga koordinasi
rangsangan tersebut tetap optimal.2
3. Faktor Neurokimia
4. Faktor Psikososial
C. Manifestasi Klinis
3
2. Gangguan dalm internalisation of self directed speech, berupa:
b. Tidak disiplin,
D. Diagnosis
A I . Kurang Perhatian
Paling sedikit mengalami enam atau lebih dari gejala-gejala berikut, dan
berlangsung selama paling sedikit 6 bulan sampai suatu tingkatan yang
maladaptif dan tidak konsisten dengan tingkat perkembangan.
Hiperaktivitas
5
e. Sering 'bergerak' atau bertindak seolah-olah 'dikendalikan oleh motor',
dan sering berbicara berlebihan.
Impulsivitas
D. Harus ada gangguan yang secara klinis, signifikan di dalam fungsi sosia!,
akademik, atau pekerjaan.
E. Tatalaksana
a. Golongan Psikostimultan
b. Golongan Non-Psikostimultan
2. Terapi Psikososial
c. Modifikasi perilaku
7
-
Ciptakan rutinitas, berusaha untuk mengikuti jadwal
yang sama setiap hari dari bangun tidur hingga tidur
lagi,
-
Menata Rumah, letakkan perlengkapan sekolah, sepatu,
baju dan mainan di tempat yang sama setiap hari,
sehingga ia tidak pernah merasa kehilangan.
-
Jauhkan gangguan, matikan tv, radio, komputer ketika
anak sedang belajar.
-
Mempersempit pilihan, misalnya hanya memberi
pilihan antara dua benda saja, sehingga anak tidak
teroverstimulasi.
-
Menerapkan tujuan perilaku dan penghargaan, gunakan
sebuah papan tulis tentang list goal yang akan
dilakukan oleh anak dan berikan penghargaan jika ia
sudah melaksanakannya.
-
Disiplin, tidak dengan membentak, tetapi dengan
memberikan hukuman yang baik jika anak melakukan
perilaku yang tidak baik.
-
Membantu anak menemukan bakat atau talenta mereka,
temukan minat dan bakat anak – anak, misalnya musik,
olahraga dan lain – lain.9
8
a. Terapi Megavitamin
e. Diet Feingold
10
Riwayat Psikiatri
Riwayat psikiatri diperoleh dari heteroanamnesis dengan Ny. K (Ibu kandung
pasien) dan autoanamnesis. Kebenaran anamnesis dapat dipercaya.
Identitas Pasien
Nama : An.G
Jenis Kelamin : Laki - laki
Umur : 7 tahun Tgl masuk : 9-2-2015
Anak : kedua dari dua bersaudara Dibawa oleh keluarga
Pendidikan : Sekarang kelas 1 Sekolah Dasar
Status : Belum Menikah
Suku : Tais
Agama : Islam
Alamat : Jalan Berlian, No. 3, RT. 3, RW. 3, Bumi Ayu III, Selebar, Kota
Bengkulu
Keluhan Utama
Dibawa oleh keluarga dengan keluhan pasien dianggap nakal oleh guru, diancam
dikeluarkan dari sekolah karena sering berkelahi dengan teman dan tidak dapat
mengikuti pelajaran.
11
Riwayat Penyakit Sekarang
Sejak taman kanak – kanak pasien terlihat sering mengganggu teman – temannya.
Banyak teman – teman pasien yang menangis karena dipukul pasien ketika
bermain. Pasien sedikit mempunyai teman ketika itu, karena semua temannya
takut berteman dengan pasien dan menganggap pasien anak yang nakal. Namun,
menurut ibu pasien, pasien tidak memiliki gangguan yang berarti dalam belajar,
pasien bisa menerima pelajaran yang diberikan di TK tempatnya bersekolah.
Sedangkan, di lingkungan rumahnya, pasien hanya bermain dengan beberapa
teman saja. Pasien lebih sering bermain dengan sepupu – sepupunya dari pihak
ibunya. Namun, menurut ibu pasien sepupunya juga sering menangis ketika
sedang bermain dengan pasien karena pasien sering memukul sepupunya tersebut,
terutama saat berebut mainan, padahal pasien sudah memiliki mainan sendiri.
Pasien juga memiliki kecenderungan menyiksa binatang. Menurut ibu
pasien, adik kandung ibu pasien pernah melihat pasien menusuk- nusuk tubuh
kucing dengan kaca beling hingga kucing tersebut mati. Menurut pengakuan ibu,
sudah ada 5 kucing yang mati dibunuh pasien. Selain itu, pasien juga pernah
menyiksa anak ayam tetangga sehingga ibunya harus mengganti anak ayam
tersebut. Pasien mengikat leher anak ayam dengan tali, totalnya sekitar 5 anak
ayam, lalu pasien menggantungnya bersama – sama di pintu rumah pasien hingga
anak ayam tersebut mati. Ketika dikonfirmasi dengan pasien, pasien mengatakan
bahwa ia menyukai binatang. Ia hanya ingin bermain saja dengan binatang
tersebut.
Sejak 10 bulan yang lalu, pasien mulai masuk ke Sekolah Dasar. Sejak saat
itu, ibu pasien sering dipanggil ke sekolah karena pasien sering berkelahi dengan
temannya dan menjahili teman – temannya. Pasien pernah menusuk perut
temannya dengan pensil yang runcing dan sering memukuli temannya, tidak
jarang terjadi perkelahian antara pasien dan temannya. Selain itu, menurut guru
pasien, pasien juga tidak dapat mengikuti pellajaran di kelasnya, pasien selalu
ribut dan mengajak teman – temannya untuk berbicara selama jam pelajaran.
Pasien duduk di urutan bangku tengah di kelasnya. Tidak jarang pasien malah
berpindah dari satu tempat duduk ke tempat duduk yang lainnya ketika jam
pelajaran, sehingga mengganggu teman – temannya yang lain yang sedang belajar.
12
Pasien juga tidak termasuk anak yang pintar disekolah, pasien merupakan urutan
dua terendah di kelasnya. Menurut ibu pasien pasien sering lupa, tidak hanya
perihal pelajaran di sekolah, namun juga hal – hal kecil lain. Pernah pasien
kehilangan sepatu sekolahnya, ketika pulang sekolah pasien tidak menggunakan
sepatu lagi. Ketika di cari oleh ibu pasien, ternyata sepatu sekolahnya ada di laci
bawah meja belajar di kelas pasien.
Pasien juga pernah membawa pisau dapur di dalam tas sekolahnya, lalu
membawanya ke sekolah. Ketika ditanyakan oleh guru kenapa pasien membawa
pisau, pasien menjawab ingin mengancam membunuh kakak kelasnya dengan
pisau tersebut karena telah mengganggunya. Pasien mengatakan bahwa kakak
kelasnya tersebut mengatakan bahwa ibunya yang seorang janda tersebut “kanji”
atau ganjen. Pasien sangat marah kepada kakak kelasnya tersebut, sehingga
membawa pisau tersebut ke sekolah.
Dua minggu yang lalu, ibu pasien menikah lagi dengan seorang angkatan
laut. Pasien sangat cemburu dengan ayah tirinya tersebut. Ibu pasien tidak pernah
boleh tidur bersama ayah tirinya itu. Pasien meminta ibunya tidur bersamanya.
Ketika ayah tiri dan ibunya sedang duduk berdua, pasien akan marah dan berkata
kepada ayahnya untuk berjauhan dengan ibunya dan mengatakan bahwa ibunya
tidak boleh ganjen atau “kanji” untuk berdekatan dengan ayah tirinya tersebut.
Pasien juga menjadi gampang tersinggung dan marah – marah. Kadang – kadang
untuk hal kecil seperti kehilangan mainannya pun pasien marah – marah dengan
ibunya dan mengatakan ibunya yang merusak mainannya. Jika sudah marah, suara
pasien sangat kecang seperti membentak dan tak jarang berkata kotor.
Tiga hari yang lalu, ibu pasien dipanggil lagi ke sekolah karena pasien
terancam dikeluarkan dari sekolah. Pasien berkelahi dengan kakak kelasnya yang
sudah kelas 5 dan kelas 6. Menurut pasien, pasien berkelahi karena pasien tidak
suka dengan kakak kelasnya yang walaupun sudah besar tetap saja mengatakan
bahwa ibunya ganjen atau “kanji”. Pasien sangat marah dan memukul kakak
kelasnya tersebut. Guru pasien merasa tidak sanggup lagi mendidik pasien,
sehingga akan mengeluarkan pasien dari sekolah. Ibu pasien tidak terima anaknya
dikeluarkan karena merasa tidak mungkin anak yang baru kelas 1 SD dikeluarkan
dari sekolah karena nakal. Akhinya guru pasien memberi pilihan untuk
13
menghukum pasien untuk istirahat belajar dulu selama 10 hari, sembari ibu pasien
berusaha mengobati pasien dan membawa pasien ke psikiater.
Genogram
gangguan jiwa
meninggal dunia
Pasien merupakan anak kedua dari dua bersaudara. Ayah pasien meninggal
karena kecelakaan saat usia pasien masih dua bulan. Sejak saat itu pasien diasuh
oleh bibinya (adik kandung ibunya), kakak pasien di titip kepada orang tua ibu
pasien di kampung asal ibu pasien sedangkan ibu pasien merantau untuk mencari
nafkah. Setelah usia pasien 8 bulan, pasien diambil kembali oleh ibunya karena
takut pasien kelak tidak mengenal ibunya karena di asuh adiknya. Akhirnya pasien
di asuh ibunya hingga usia pasien 3 tahun. Pada saat usia pasien 3 tahun, ibu
pasien menikah lagi dengan seorang laki – laki yang bekerja sebagai pemadam
kebakaran. Ibu pasien ikut suaminya tinggal di Padang. Pasien di titipkan lagi
kepada adik kandung pasien yang tinggal di Bengkulu.
Satu tahun menikah, ibu pasien bercerai dengan suaminya. Kemudian
kembali ke Bengkulu. Pasien kembali tinggal dengan ibunya mengontrak sebuah
bedengan hingga saat ini. Dua minggu yang lalu ibu pasien menikah lagi dengan
seorang laki – laki yang bekerja sebagai angkatan laut.
Pasien tinggal di lingkungan dengan sosioekonomi yang menengah ke
bawah. Tinggal di rumah bedengan dengan satu kamar, sedikit teras dan ruang
tamu, lalu dapur di belakang. Hubungan pasien dengan ayah tirinya kurang dekat.
Pasien sering merasa cemburu pada ayah tirinya. Hubungan pasien dengan
kakaknya juga kurang dekat karena pasien dan kakaknya jarang bertemu. Ibu
pasien juga sering merokok di depan pasien, sehingga pasien sering marah kepada
ibunya.
Adik dari ayah pasien ada yang menderita gangguan jiwa. Menurut ibu
pasien, adik suaminya itu dulunya sangat pintar hingga mendapat beasiswa ke luar
15
negeri. Namun, ketika kembali ke Indonesia, ia mengalami gangguan jiwa. Ibu
pasien tidak begitu mengerti nama penyakitnya.
16
3. Kesadaran kualitas
Baik
4. Tingkah laku dan psikomotor
Tidak dapat diam, selalu ingin tahu, berjalan kesana kemari memegang
barang yang baru ia temui. Ketika diperiksa di rumah, sambil menjawab
pertanyaan, tangan pasien tidak berhenti membuat kerajinan lilin
berbentuk binatang buas seperti hiu, buaya, dinosaurus dan lain lain.
5. Pembicaraan
Bicara spontan, artikulasi jelas, intonasi cukup, tempo biasa, menjawab
sesuai pertanyaan, kemampuan berbahasa baik. Sering memotong
pembicaraan.
6. Perilaku terhadap pemeriksa
Pasien cukup kooperatif, namun mudah teralih perhatiannya, tidak bisa
fokus. Perlu diulang – ulang pertanyaan karena tidak memperhatikan yang
ditanyakan.
b. Mood dan afek
Mood eutimia, afek luas, serasi dengan isi pembicaraan pasien.
c. Bentuk pikir
Realitas
d. Proses pikir
Koheren
e. Isi pikir
Tidak ada gangguan
f. Persepsi
Tidak ada gangguan
g. Sensorium dan kognisi
1. Orientasi terhadap tempat, orang, dan waktu
Baik, pasien mampu menyebutkan berada di rumahnya di bumi ayu.
Waktu wawancara siang hari dengan dokter dan ibu kandungnya.
2. Daya ingat
Jangka panjang : baik, pasien mampu menyebutkan tanggal lahir
dirinya.
Menengah : baik, pasien mampu mengingat kejadian beberapa
bulan belakangan, menjelaskan dengan rinci.
17
Pendek : baik, pasien mampu menyebutkan makanan yang
ia makan pagi tadi
Segera : baik, pasien mampu mengulang nama pemeriksa
3. Konsentrasi dan atensi
Mudah sekali teralihkan, tidak dapat fokus
4. Kemampuan baca tulis
Baik
5. Kemampuan visuospasial
Baik
6. Berpikir abstrak
Baik
7. Kemampuan menolong sendiri
Baik
h. Pengendalian impuls
Kurang baik, pasien sangat mudah tersinggung. Tidak jarang mengeluarkan
kata – kata kotor.
i. Daya nila
Daya nilai sosial dan realitas baik.
j. Tilikan
Derajat 1
k. Taraf dapat dipercaya
Dapat dipercaya
Status Interna
a. Keadaan Umum : Tampak sehat
b. Kesadaran : Kompos mentis
c. Status Gizi : Kesan Gizi Kurang
d. Vital Sign
1. Suhu : 36,20C
2. Napas : 22x/menit
3. Nadi : 96 x/menit
e. Kepala : Rambut tersebar merata
18
1. Mata : sklera ikterik tidak ada, konjungtiva anemis tidak ada
2. Hidung : dalam batas normal
3. Telinga : dalam batas normal
4. Mulut : dalam batas normal
f. Leher : tiroid tidak teraba membesar, JVP tidak meningkat
g. Thorak : Jantung : BJ I/II normal
Pulmo : sonor, vesikuler kanan=kiri normal
h. Abdomen : datar, supel, bising usus (+) normal
i. Ekstremitas : dalam batas normal
Formulasi Diagnostik
Seorang pasien laki – laki, anak, berinisial G, berusia 7 tahun, anak kedua dari dua
bersaudara, sekarang kelas 1 sekolah dasar, datang diantar ibunya dengan keluhan
dianggap nakal oleh guru, diancam dikeluarkan dari sekolah karena sering
berkelahi dengan teman dan tidak dapat mengikuti pelajaran.
Evaluasi Multiaksial
Aksis I
F 90.0 : Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD)
Aksis II
Tidak ada
Aksis III
◦ Status gizi kurang
Aksis IV
◦ Ibu pasien yang menikah lagi
19
◦ Guru pasien yang sudah menstigmatisasi pasien sebagai anak yang
nakal
Aksis V
◦ Current GAF = 70-61 gejala ringan dan menetap.
Diagnosis Banding
Gangguan perkembangan pervasif
Gangguan tingkah laku
Terapi
Psikofarmaka
◦ Prohiper 2 x 5 mg
◦ Curcuma syrup 3 x 1 sendok teh
Psikoterapi suportif
◦ Dokter orang tua dan guru sama – sama berperan aktif dalam
mendukung pasien guna mengurangi gejala ganggannya.
Manipulasi perilaku dan lingkungan
◦ Ciptakan rutinitas, berusaha untuk mengikuti jadwal yang sama setiap
hari dari bangun tidur hingga tidur lagi.
Terapi nutrisi
20
◦ Penting mempertahankan nutrisi yang baik sesuai kebutuhan pasien,
karena dari pemeriksaan didapatkan kesan gizi pasien merupakan gizi
kurang. Namun, kalori tidak boleh pula lebih dari kebutuhan, karena
kelebihan energi dapat memicu tindakan hiperaktifitas pasien.
◦ Selain itu pasien juga harus dijauhkan dari makanan yang mengandung
pewarna buatan, penyedap, pengawet, perasa buatan seperti chiki -
chikian dan bahan – bahan yang mengandung gluten dan kasein seperti
tepung terigu dan susu sapi, karena dapat memperberat masalah.
Psikoedukasi
◦ Memberi pemahaman kepada orangtua pasien tentang gangguan yang
dialami oleh anaknya. Maka pasien perlu pengawasan ekstra dan harus
sangat diberi perhatian
◦ Memberi pemahaman kepada guru mengenai gangguan yang dialami
pasien. Meminta guru memindahkan tempat duduk pasien ke bangku
depan agar dapat lebih berkonsentrasi. Selain itu juga untuk
menghindari stigmatisasi nakal dan bodoh.
Daftar Masalah
1. Psikologis
Adanya stigmatisasi pasien sebagai anak yang nakal
2. Psikososial
Adanya kesulitan membina relasi dengan orang lain, sering
dikucilkan karena dianggap nakal
Kesulitan membangun hubungan interpersonal yang baik
Kesulitan belajar di sekolah
Prognosis
Quo ad vitam : dubia et bonam
Quo ad fungsionam : dubia et bonam
Quo ad sanactionam: dubia et bonam
BAB IV
PEMBAHASAN
21
Pada pasien ini, dipikirkan menderita gangguan Attention Deficit Hyperactivity
Disorder (ADHD) karena memenuhi keriteria diagnosis ADHD di DSM 4, yaitu :
a. Kurang Perhatian
1. Gagal memerhatikan baik-baik terhadap sesuatu yang detail atau
membuat kesalahan yang sembrono dalam pekerjaan sekolah clan
kegiatan - kegiatan lainnya.
2. Seringkali mengalami kesulitan dalam memusatkan perhatian
terhadap tugas-tugas atau kegiatan bermain, seperti berpindah –
pindah dari satu mainan ke mainan lainnya.
3. Seringkali tidak mendengarkan jika diajak bicara secara langsung,
harus diulang – ulang.
4. Seringkali kehilangan barang benda penting untuk tugas-tugas dan
kegiatan, misalnya kehilangan sepatu sekolah pasien.
5. Seringkali bingung/terganggu oleh rangsangan dari luar, mudah
sekali teralih perhatiannya.
6. Seringkali cepat lupa dalam menyelesaikan kegiatan sehari-hari.1,2
b. Hiperaktivitas
1. Seringkali gelisah dengan tangan atau kaki mereka, tidak bisa diam
duduk.
2. Sering meninggalkan tempat duduk di dalam kelas atau dalam
situasi lainnya di mana diharapkan agar anak tetap duduk,
3. Sering mengalami kesulitan dalam bermain atau terlibat dalam
kegiatan senggang secara tenang,
4. Sering bergerak atau bertindak seolah-olah dikendalikan oleh
motor, dan sering berbicara berlebihan, seolah tidak pernah capek
c. Impulsifitas
1. Sering memberi jawaban sebelum pertanyaan selesai.
2. Sering menginterupsi atau mengganggu orang lain, misalnya
rnemotong pembicaraan atau permainan. 1,2
Gejala ini sudah terlihat sejak pasien di taman kanak – kanak, sebelum usia
7 tahun. Terutama tindakan hiperaktifitas dan impulsifitas pasien. Gejala kurang
22
dapat memusatkan perhatiannya baru terlihat setelah pasien masuk ke sekolah
formal di Sekolah Dasar. 1,2
Pasien tidak dikatakan memiliki gangguan perkembangan pervasif seperti
autis karena pada anak autis atau dengan gangguan perkembangan pervasif,
biasanya memiliki gangguan pada interaksi sosial, komunikasi, perilaku terbatas
dan berulang sebelum usia 3 tahun. Pada anak dengan gangguan perkembangan
pervasif, biasanya ada hendaya bahasa, sedangkan pada pasien ini tidak terdapat
hendaya bahasa. Selain itu pada pada anak dengan gangguan perkembangan
pervasif, juga terdapat pola perilaku yang terbatas, berulang, dan streotipik.
Biasanya bersifat preokupasi terhadap satu benda. Pada pasien yang terjadi adalah
pasien tidak bisa diam dan tidak bisa fokus pada satu benda. Selalu berpindah dari
benda satu ke benda yang lainnya.8
Pada pasien ini diberikan terapi psikofarmaka berupa prohiper yang
memiliki kandungan Metilfenidat Hidroklorida. Metilfenidat Hidroklorida
merupakan psikostimultan yang bekerja di susunan sistem saraf pusat yang dapat
mengurang gejala ADHD. Metilfenidat memang diindikasikan untuk pasien
dengan gangguan berupa kurang perhatian, hiperaktivitas dan sindroma perilaku.
Penting untuk mengobati secepatnya pasien dengan ADHD ini, agar ia tidak
terjerumus pada penyalahgunaan narkoba nantinya.5,6
Selain itu, pada pasien ini juga diberikan curcuma syrup yang berfungsi
sebagai penambah nafsu makan dan suplemen pada pasien. Suplemen ini
diberikan karena salah satu efek samping dari obat psikostimultan ini adalah
menurunkan nafsu makan. Sedangkan pada pasien ini terdapat setatus gizi yang
kurang. Jadi, asupan nutrisi yang dibutuhkan pasien harus sesuai dengan
kebutuhan kalorinya, meskipun tidak boleh melebihi kebutuhannya.5,6
DAFTAR PUSTAKA
1. Utama H. Buku Ajar Psikiatri Edisi 2. Jakarta. Badan Penerbit FKUI: 2010
2. Kaplan & Sadock. Buku Ajar Psikiatri klinis Edisi 2. Jakarta. EGC: 2010
3. Sugiarmin M. Bahan Ajar Anak dengan ADHD. Bandung. UPI: 2007
23
4. Rusmawati D, Dewi EK. Pengaruh Terapi Musik dan Gerak terhadap
Penurunan Kesulitan Perilaku Siswa Sekolah Dasar dengan Gangguan
ADHD. Semarang. Universitas Diponegoro: 2011
5. Cruz LF, et al. Treatment of children with Attention Deficit/ Hyperactivity
Disorder (ADHD) and Irritability: Result from the Multimodal Treatment
Study of Children with ADHD (MTA). Journal of the American Academy
of Child and Adolencest Phychiatry: 2015
6. Maria FR, Javier CL. Treatment Guidelines for Attention Deficit and
Hyperactivity Disorder: A Critical Review. Actas Esp Psiquiatr: 2014
7. Akses internet pada tanggal 20 Februari 2015, dapat diakses di :
http://www.healthychildren.org/English/health-
issues/conditions/adhd/pages/Your-Childs-Diet-A-Cause-and-a-Cure-of-
ADHD.aspx
8. Maslim R. Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas PPDGJ – III.
Jakarta: FK Unika Atma Jaya: 2001
24