Anda di halaman 1dari 9

Analisis Pertumbuhan Varietas Kedelai Di Lahan

Kering Dengan Aplikasi Sumber Nitrogen


Yaya Hasanah, Tengku Chairun Nisa, Hapsoh, Hamidah Hanum
Yaya Hasanah, Tengku Chairun Nisa, Hamidah Hanum affiliated Faculty of Agriculture,
University of Sumatera Utara, Medan 20155, Indonesia. Hapsoh affiliated Faculty of
Agriculture, University of Riau, Pekanbaru 29293, Indonesia. Corresponding author : Yaya
Hasanah, Faculty of Agriculture, University of Sumatera Utara, Medan 20155, Indonesia. PH.
+62618213236
E-mail: azkia_khairunnisa@yahoo.co.id.

Abstrak: Kedelai adalah tanaman utama tahunan di dunia dan kacang-kacangan penting dalam
ketahanan pangan. Peningkatan produksi kedelai dapat dicapai melalui peningkatan intensitas
budidaya kedelai dan perluasan budidaya kedelai ke lahan marginal seperti lahan kering.
Nitrogen adalah nutrisi terbatas di tanah kering. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui analisis pertumbuhan tiga varietas kedelai di lahan kering dengan aplikasi sumber
Nitrogen. Penelitian menggunakan rancangan acak kelompok dengan 2 faktor dan 3 ulangan.
Faktor pertama adalah varietas kedelai (Anjasmoro, Wilis dan Sinabung). Faktor kedua adalah
sumber N terdiri dari tanpa aplikasi N, Urea 50 kg / ha, Bradyrhizobium sp., Pupuk kandang 10
ton / ha dan kombinasi Bradyrhizobium sp. + pupuk 5 ton / ha. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa varietas Anjasmoro secara signifikan meningkatkan laju pertumbuhan relatif dan laju
asimilasi bersih 5-6 WAP dibandingkan dengan Sinabung dan Wilis. Aplikasi Bradyrhizobium
sp. secara signifikan meningkatkan tingkat pertumbuhan tanaman dan tingkat pertumbuhan
relatif 5-6 WAP dibandingkan dengan perlakuan N lainnya. Kombinasi Bradyrhizobium sp. dan
pupuk 5 ton / ha di tenda varietas Anjasmoro untuk meningkatkan laju asimilasi bersih 5-6 WAP.
Kata kunci: lahan kering, pertumbuhan, nitrogen, kedelai

1. PENDAHULUAN
Kedelai (Glycine max L. Merrill) adalah tanaman utama tahunan di dunia dan kacang-kacangan
penting dalam ketahanan pangan. Kedelai juga merupakan sumber protein, minyak, gula, mineral
dan asam amino yang cukup tinggi seperti metionin, trypsin dan lysin sehingga dapat diandalkan
untuk memenuhi nutrisi dan makanan manusia. Selain itu, kedelai juga mengandung isoflavon
sebagai metabolit sekunder dalam mengurangi potensi risiko penyakit degeneratif (Mesina, 1999,
Barnes, 2001, Clarkson, 2002, de Kleijn et al., 2002, Mesina, 2003, Rochfort dan Panozzo, 2007)
. Permintaan kedelai nasional terus meningkat, seiring dengan meningkatnya pengetahuan
masyarakat tentang manfaat kedelai sebagai makanan fungsional. Peningkatan permintaan
kedelai tidak sejalan dengan produksi yang menyebabkan kesenjangan, sehingga diperlukan
upaya untuk meningkatkan produksi kedelai nasional. Hal ini dicapai melalui peningkatan
pendekatan produktivitas, peningkatan intensitas penanaman kedelai dan perluasan budidaya
kedelai ke lahan marginal (kurang optimal) seperti lahan kering. Budidaya kedelai di lahan
kering memiliki masalah seperti tanah kurang subur, asam bereaksi, mengandung Al, Fe dan Mn
tinggi, bahan organik miskin dan nutrisi makro penting (N, P, K, Ca dan Mg), defisit air,
terutama di kering musim karena terbatasnya sumber daya air, curah hujan yang tidak menentu,
hama dan penyakit, gulma dan penggunaan varietas lokal (Arsyad dan Purwantoro, 2010).
Nitrogen adalah nutrisi yang terbatas pada lahan kering. Faktanya, nitrogen adalah salah satu
nutrisi penting bagi tanaman, pembentukan komponen dasar protein, asam nukleat, asam amino
dan protoplasma, diperlukan dalam sintesis klorofil, pembentukan dan pertumbuhan bagian
vegetatif tanaman (daun, batang, dan akar). Oleh karena itu, penerapan berbagai sumber N akan
mempengaruhi pertumbuhan kedelai di lahan kering. Analisis pertumbuhan adalah cara untuk
mengikuti dinamika fotosintesis yang diukur dengan produksi bahan kering. Pertumbuhan
tanaman dapat diukur tanpa merusak tanaman, seperti pengukuran tinggi tanaman atau jumlah
daun, tetapi seringkali kurang mencerminkan akurasi kuantitatif. Akumulasi bahan kering lebih
disukai sebagai ukuran pertumbuhan karena mencerminkan kemampuan tanaman dalam
mengikat energi sinar matahari melalui fotosintesis, serta interaksinya dengan faktor lingkungan
lainnya (Sumarsono, 2008). Analisis komponen pertumbuhan yang Laju Pertumbuhan Tanaman,
Laju Pertumbuhan Relatif, Laju Asimilasi Bersih dan Durasi Area Daun (Beadle, 1983). Hasil
potensial dapat ditentukan dengan mempelajari variabel pertumbuhan pada varietas kedelai di
lahan kering. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui analisis pertumbuhan tiga
varietas kedelai di lahan kering dengan aplikasi sumber Nitrogen.
2. BAHAN DAN METODE
2.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober hingga Desember 2012 di lahan kering Desa
Sambirejo, Kecamatan Binjai, Langkat (penentuan lokasi mengacu pada pusat produksi kedelai
di Sumatera Utara dan sesuai dengan peta Zona Agroekologi, Sumatera Utara).
2.2 Bahan Penelitian
Bahan yang digunakan adalah tiga varietas kedelai (Anjasmoro, Wilis dan Sinabung), Urea, TSP
dan KCl, kompos jerami, pupuk kandang, isolat Bradyrhizobium sp. asli (dikumpulkan dari
lahan kering Desa Sambirejo), lembaran plastik, kantong plastik, kantong kertas dan label
perawatan. Alat yang digunakan adalah timbangan, kalkulator, meteran luas daun dan alat tulis.
2.3 Desain Penelitian
Penelitian menggunakan rancangan acak kelompok dengan 2 faktor dan 3 ulangan. Faktor
pertama adalah varietas kedelai (Anjasmoro, Wilis dan Sinabung). Faktor kedua adalah sumber
N terdiri dari tanpa aplikasi N, Urea 50 kg / ha, Bradyrhizobium sp., Pupuk kandang 10 ton / ha
dan kombinasi Bradyrhizobium sp. + pupuk 5 ton / ha. Ada 3 x 5 x 3 = 45 unit eksperimental
(plot).
2.4 Tahap Penelitian
Lahan kering yang digunakan terdiri dari 45 plot dengan ukuran masing-masing plot adalah 2 mx
2 m. Di antara plot dibatasi oleh saluran drainase. Pengapuran dengan dolomit 500 kg / ha
selama persiapan lahan 2 minggu sebelum tanggal penanaman. Pemupukan P dan K dilakukan
dengan dosis rekomendasi pemupukan P dan K untuk tanaman kedelai, seperti 150 kg P2O5. ha-
1 dan 75 kg KCl.ha-1. Isolat dari Bradyrhizobium sp. diinokulasi sesuai dengan pengobatan.
Isolat dicampur dengan biji kedelai, dilakukan di tempat teduh sesaat sebelum penanaman pagi
hari. Benih kedelai yang telah dicampur isolat Bradyrhizobium sp. sebanyak 2 biji untuk setiap
lubang tanam. Aplikasi urea dan pupuk kandang sesuai dengan perlakuan yang dilakukan pada
saat penanaman. Pupuk urea diberikan setengah dosis saat tanam dan sisanya setengah dosis
pada 30 hari setelah tanam (DAP). Pencegahan serangan hama dilakukan dengan menggunakan
pestisida organik dengan bahan aktif azadirachtin, asam risin, polifenol, alkaloid, sitral, eugenol,
annonain, nikotin, dengan konsentrasi 10 cc per liter air, dibuat pada sore hari pukul 4, 6 dan 8
DAP. Panen dilakukan ketika tanaman kedelai telah dipanen, kriteria menunjukkan bahwa
polong memiliki kulit coklat dan batang dan daun telah mengering. Variabel yang diamati
meliputi laju pertumbuhan tanaman (PGR), laju pertumbuhan relatif (RGR) dan laju asimilasi
bersih (NAR) dihitung dengan rumus:

Data dianalisis dengan analisis varians (uji F) pada tingkat 𝛼 = 5%, jika ada perbedaan yang
signifikan maka dilakukan Duncan Mutiple Range Test pada 𝛼 = 5%.
3. HASIL
3.1 Laju Pertumbuhan Tanaman
Tabel 1 menunjukkan bahwa sumber N Bradyrhizobium sp. peningkatan PGR secara signifikan
dibandingkan dengan perlakuan sumber N lainnya, sedangkan pengobatan Urea dan tanpa
aplikasi N memberikan PGR terendah 5-6 minggu setelah penanaman (WAP). Tenda varietas
Anjasmoro meningkatkan PGR dibandingkan dengan Sinabung dan Wilis. Perawatan kombinasi
Bradyrhizobium sp. + pupuk kandang (5 ton / ha) di tenda varietas Anjasmoro untuk
meningkatkan PGR 5-6 WAP (0,700 g.hari-1).
3.2 Laju Pertumbuhan Relatif
Berdasarkan Tabel 2 menunjukkan bahwa varietas Anjasmoro RGR 5-6 WAP secara signifikan
lebih tinggi daripada Wilis dan Sinabung. Sumber N Bradyrhizobium sp. memberikan RGR 56
MST tertinggi dibandingkan semua perawatan lain, sedangkan pengobatan tanpa aplikasi N
memberikan RGR 5-6 WAP terendah. Aplikasi Bradyrhizobium sp. di tenda varietas Anjasmoro
untuk meningkatkan RGR 5-6 WAP.
3.3 Laju Asimilasi Bersih
Berdasarkan Tabel 3 menunjukkan bahwa varietas Anjasmoro meningkat secara signifikan dari
NAR dibandingkan dengan Willis dan Sinabung. Sumber N Bradyrhizobium sp. tenda untuk
memberikan NAR yang lebih tinggi daripada semua perawatan lain dari sumber N, sedangkan
perawatan urea memberikan NAR 5-6 WAP terendah. Aplikasi Bradyrhizobium sp. pada tenda
varietas Sinabung untuk memberikan NAR 5-6 WAP yang lebih tinggi dibandingkan dengan
interaksi perlakuan lainnya.
TABEL 1.
TINGKAT PERTUMBUHAN TANAMAN TIGA VARIETAS KEDELAI DENGAN
APLIKASI SUMBER NITROGEN DI LAHAN KERING

Catatan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama di kolom dan perlakuan yang sama tidak
menunjukkan perbedaan yang signifikan pada Uji Jarak Berganda Duncan (p <0,05)
4. PEMBAHASAN
Analisis laju pertumbuhan tanaman menunjukkan perkembangan tanaman sebagai akumulasi
bersih dari hasil fotosintesis yang terintegrasi dengan waktu yang diukur dengan produksi bahan
kering. Berdasarkan hasil penelitian, Anjasmoro Varietas tersebut memiliki PGR dan NAR yang
lebih tinggi daripada Sinabung dan Wilis. Perbedaan ini disebabkan oleh perbedaan varietas
sumber genetika yang diuji. Seperti dilaporkan oleh Shorter dan Norman (1982) bahwa genotipe
kedelai dengan latar belakang genetik yang berbeda akan mempengaruhi laju pertumbuhan.
Perbedaan PGR, RGR dan NAR karena perbedaan kultivar yang diuji telah dilaporkan
sebelumnya oleh Totok dan Utari (2002).
TABEL 2.
TINGKAT PERTUMBUHAN RELATIF TIGA VARIETAS KEDELAI DENGAN APLIKASI
SUMBER NITROGEN DI LAHAN KERING

Catatan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama di kolom dan perlakuan yang sama tidak
menunjukkan perbedaan yang signifikan pada Uji Jarak Berganda Duncan (p <0,05)
Aplikasi Bradyrhizobium sp. secara signifikan meningkatkan PGR dan RGR 5-6 WAP (Tabel 1
dan 2). Ini menunjukkan peran bakteri Bradyrhizobium sp. sebagai bakteri fiksasi N dalam
mendukung pertumbuhan dan perkembangan organ kedelai, seperti jumlah cabang, luas daun
dan peningkatan bobot kering tanaman (Situmorang, 2008). Bradyrhizobium sp. adalah bakteri
nodul akar yang berbentuk bakteri gram negatif dan simbiosis dengan tanaman kedelai dengan
menginfeksi akar tanaman kedelai, dan membentuk struktur akar khusus yang disebut nodul.
Dalam nodul, bakteri berdiferensiasi menjadi bakterioid dan mengubah N2 menjadi amonia
menggunakan enzim nitrogenase kompleks, prosesnya disebut fiksasi N sehingga N tersedia
untuk mendukung pertumbuhan tanaman kedelai. Salisbury dan Ross (1991) melaporkan bahwa
peran nutrisi N untuk meningkatkan proses fotosintesis pada tanaman. Selanjutnya, fotosintat
dipindahkan ke seluruh jaringan tanaman dan kemudian digunakan untuk pertumbuhan dan
perkembangan tanaman. Selain itu, juga terkait dengan kecukupan air (ditunjukkan oleh curah
hujan pada bulan Juli sebanyak 283 mm / bulan) untuk fiksasi N2 oleh bakteri Bradyrhizobium
sp. Kecukupan air tidak menyebabkan kekeringan sehingga bakteri berkembang dengan baik
untuk membantu fiksasi N2 pada tanaman kedelai. Tingkat asimilasi bersih adalah tingkat
akumulasi berat kering per satuan luas daun per satuan waktu. NAR adalah ukuran efisiensi rata-
rata fotosintesis daun dalam budidaya komunitas tanaman. Nilai NAR tertinggi saat tanaman
masih kecil dan sebagian besar daunnya terkena sinar matahari langsung. Dengan pertumbuhan
tanaman yang dibudidayakan dan dengan peningkatan indeks luas daun, daun yang lebih
dilindungi, menyebabkan penurunan NAR sepanjang musim tanam. Tingkat asimilasi bersih
adalah ukuran efisiensi rata-rata fotosintesis daun dalam budaya komunitas tanaman (Gardner et
al., 1991). Laju asimilasi bersih dapat menggambarkan produksi bahan kering atau produksi
bahan kering per satuan luas daun dengan asumsi bahan kering sebagian besar terdiri dari CO2
(Kastono et al., 2002). Berat kering bersih tanaman adalah fungsi dari kemampuan tanaman
untuk menyerap cahaya dan berkorelasi positif dengan laju fotosintesis, yang dipengaruhi oleh
kondisi lingkungan (nutrisi, air dan iklim). Pada kondisi lingkungan yang cukup nutrisi, air, dan
terhindar dari hama penyakit, tanaman memberikan hasil yang optimal. Laju pertumbuhan
tanaman dalam kondisi optimal hanya dipengaruhi oleh radiasi dan suhu. suhu dan radiasi yang
rendah sering menjadi penyebab pertumbuhan yang buruk dan hasil yang rendah (Penning de
Vriest et al., 1989). Dalam penelitian ini, kombinasi Bradyrhizobium sp. dan pupuk 5 ton / ha di
tenda varietas Anjasmoro untuk meningkatkan laju asimilasi bersih 5-6 WAP (Tabel 3). Interaksi
antara pupuk hayati dan genotipe mempengaruhi NAR telah dilaporkan sebel umnya dilaporkan
oleh Totok (2002).
TABEL 3.
Catatan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama di kolom dan perlakuan yang sama tidak
menunjukkan perbedaan yang signifikan pada Uji Jarak Berganda Duncan (p <0,05)
5. KESIMPULAN
Varietas Anjasmoro secara signifikan meningkatkan tingkat pertumbuhan relatif dan tingkat
asimilasi bersih 5-6 WAP dibandingkan dengan Sinabung dan Wilis. Aplikasi Bradyrhizobium
sp. secara signifikan meningkatkan tingkat pertumbuhan tanaman dan tingkat pertumbuhan
relatif 5-6 WAP dibandingkan dengan perlakuan N lainnya. Kombinasi Bradyrhizobium sp. dan
pupuk 5 ton / ha di tenda varietas Anjasmoro untuk meningkatkan laju asimilasi bersih 5-6 WAP.
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada Irma Afriyanti dan Gregory Timothi atas
dukungan mereka terhadap penelitian ini.
6. REFERENSI
[1] Arsyad, D.M.A. and Purwantoro. ―Kriteria Seleksi dan Toleransi Galur Kedelai pada Lahan
Kering Masam‖. Penelitian Pertanian Tanaman Pangan vol. 29, no. 2, pp. 98-104, 2010.
[2] Barnes, S. ―Soy isoflavones and cancer‖. p. 49–53. In : K. Descheemaeker and I. Debruyne
(ed.) Soy and health 2000. Garant. Leuven. Belgium. 2001.
[3] Beadle, C. L. ―Growth analysis‖, p. 36-45. In D.O. Hall, J.M.O. Scurlock, H.R. Bohlar-
Nordenkampf, R.C. Leegood, and S.P. Long (Eds.). Photosintesis and Production In A Changing
Environment. Chapman & Hall. London. 1983.
[4] Clarkson, T.B. ―Soy phytoestrogens and cardiovascular disease‖. J. Nutr. vol. 132, pp.
566S–569S, 2002.
[5] de Kleijn, M.J.J., Y.T. van der Schouw, P.W.F. Wilson, D.E. Grobbee and P.F. Jacques.
―Dietary intake of phytoestrogens is associated with a favorable metabolic cardiovascular risk
profile in post menopausal US women : The Framingham study‖. J. Nutr. vol. 132, pp. 276–282,
2002.
[6] Gardner, F.P., R.B. Pearce, dan R.L. Mitchell. Physiology of Crop Plants (diterjemahkan
dari: Fisiologi Tanaman Budidaya, penerjemah : Herawati Susilo). Penerbit Universitas
Indonesia. Jakarta. 428 p., 1991.
[7] Kastono, D., H. Sawitri, dan Siswandono. ―Pengaruh nomor ruas setek dan dosis pupuk urea
terhadap pertumbuhan dan hasil kumis kucing‖. Jurnal Ilmu Pertanian vol. 12, no. 1, pp. 56 – 64,
2005.
[8] Messina, M.J. ―Legumes and soybeans: Overview of their nutritional profiles and health
effects‖. Am. J. Clin. Nutr. vol. 70, pp. 439S–450S, 1999.
[9] Messina, M.J. ―Emerging evidence on the role of soy in reducing prostate cancer risk‖. Nutr.
Rev. vol. 61, pp. 117–131, 2003.
[10] Penning de Vries, F.W.T., D.M. Jansen, H.F.M ten Berge, and A. Bokema. ―Simulation of
ecophysiological processes of growth in several annual crops‖. Pudoc. Wageningen, the
Netherland. p. 1-29, 1989.
[11] Rochfort, S., and J. Panozzo. ― Phytochemicals for health. the role of pulses‖. J. Agric.
Food Chem. Vol. 55, pp. 7981–7994, 2007.
[12] Salisbury, F. B. dan C. W. Ross. ―Fisiologi Tumbuhan Jilid Dua Biokimia 50 Tumbuhan‖.
ITB Press. Bandung. 173 p, 1991.
[13] Shorter, R. and R. J. Norman. ―Cultivar x Environmental Interaction for cernel yield in
Virginia type plant in Quensland‖. Aust. J. Agric. Res. vol. 34, pp. 415-426, 1982.
[14] Situmorang, A.R.F. Penggunaan Inokulan Bradyrhizobium japonicum toleran asam-
alumunium untuk pertumbuhan tanaman kedelai pada tanah masam [skripsi]. Bogor. Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor. 2008.
[15] Sumarsono, S. ―Analisis kuantitatif pertumbuhan Tanaman kedelai (Growth Quantitative
Analysis of Soy bean)‖. Project Report. Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro, 2008.
[16] Totok A.D.H. dan R.S. Utari. ―Pengaruh interaksi genotipe x lingkungan terhadap
penampilan pertumbuhan dan hasil biji pearl millet (Pennisetum typhoideum Rich.)‖. Laporan
Penelitian. Fakultas Pertanian Unsoed Purwokerto. 2002.
[17] Totok, A.D.H. Penampilan agronomik, hasil dan analisis pertumbuhan biji pearl millet
(Pennisetum typhoideum Rich.) berumur pendek pada lahan kering dengan kepadatan populasi
yang berbeda. Laporan Penelitian. Fakultas Pertanian Unsoed Purwokerto. 2003.

Anda mungkin juga menyukai