Anda di halaman 1dari 11

Pengertian Penyakit Jantung Koroner

Penyakit jantung koroner (PJK) adalah kondisi ketika pembuluh darah jantung (arteri koroner)
tersumbat oleh timbunan lemak. Bila lemak makin menumpuk, maka arteri akan makin
menyempit, dan membuat aliran darah ke jantung berkurang.

Berkurangnya aliran darah ke jantung akan memicu gejala PJK, seperti angina dan sesak napas.
Bila kondisi tersebut tidak segera ditangani, arteri akan tersumbat sepenuhnya, dan memicu
serangan jantung.

Arteri koroner adalah pembuluh darah yang mengalirkan darah kaya oksigen ke jantung.
Terdapat dua jenis arteri koroner, yang sama-sama bercabang dari aorta atau pembuluh darah
besar, yaitu:

1. Arteri koroner kiri utama (left main coronary artery/LMCA) – Arteri ini berfungsi
mengalirkan darah ke serambi kiri dan bilik kiri jantung. LMCA terbagi menjadi dua
bagian, yaitu:

- Left anterior descending (LAD) – berfungsi mengalirkan darah ke bagian depan dan kiri
jantung.

- Circumflex (LCX) – berfungsi mengalirkan darah ke bagian belakang dan sisi luar jantung.

2. Arteri koroner kanan (right coronary artery/RCA) – Arteri ini mengalirkan darah ke
serambi kanan dan bilik kanan. Selain itu, RCA juga mengalirkan darah ke nodus
sinoatrial dan nodus atrioventrikular, yang mengatur ritme jantung. RCA terbagi menjadi
right posterior descending dan acute marginal artery. Bersama LAD, RCA juga
mengalirkan darah ke bagian tengah jantung, dan septum (dinding pemisah antara bilik
kanan dan bilik kiri jantung).

Berdasarkan data WHO, penyakit jantung koroner merupakan salah satu penyebab kematian
tertinggi di dunia. Pada tahun 2015 saja, tercatat lebih dari 7 juta orang meninggal karena PJK.
Sedangkan di Indonesia sendiri, lebih dari 2 juta orang terkena PJK di tahun 2013. Dari jumlah
tersebut, PJK lebih sering terjadi pada rentang usia 45-54 tahun.
https://www.alodokter.com/penyakit-jantung-koroner

Terakhir diperbarui: 16 Oktober 2018


Ditinjau oleh: dr. Tjin Willy
Referensi

Cagle, SD. Cooperstein, N. (2018). Coronary Artery Disease: Diagnosis and Management. Prim
Care, 45(1), pp. 45-61
Ambrose, JA. Singh, M. (2015). Pathophysiology of Coronary Artery Disease Leading to Acute
Coronary Syndromes. F1000Prime Rep, 7(8), doi: 0.12703/P7-08
NIH. National Heart, Lung, and Blood Institute. Coronary Heart Disease Health American Heart
Association (2015). Coronary Artery Disease – Coronary Heart Disease.
Health Service Executive. Conditions and Treatments. Coronary Heart Disease.
Kementerian Kesehatan RI (2014). Pusdatin. Situasi Kesehatan Jantung.
Kementerian Kesehatan RI (2017). Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak
Menular. Hindari Makanan Tinggi Kolesterol Ini.
NHS Choices UK (2018). Health A-Z. Angina.
NHS Choices UK (2017). Health A-Z. Coronary Heart Disease.
NHS Choices UK (2016). Health A-Z. High Blood Pressure (Hypertension).
NHS Choices UK (2018). Health A-Z. High Cholesterol.
NHS Choices UK (2016). Health A-Z. Obesity.
NIH (2018). MedlinePlus. Coronary Artery Disease.
World Health Organization (2017). Cardiovascular Diseases (CVDs)
Hopkins Medicine. Health Library. Anatomy and Function of the Coronary Arteries.
Mayo Clinic (2018). Diseases and Conditions. Coronary Artery Disease.
Mayo Clinic (2018). Tests and Procedures. Cholesterol Test.
Drugs.com (2017). Nitroglycerin (oral/sublingual).
Emedicinehealth (2016). Ranolazine (Ranexa).
Lab Test Online (2018). Tests. LDL Cholesterol.
Sampson, S. Healthline (2018). What is Coronary Artery Disease?
Tidy, C. Patient (2017). Cardiac Enzymes.

Gejala Penyakit Jantung Koroner


Berkurangnya asupan darah ke jantung mungkin saja tidak menimbulkan gejala apa pun pada
awalnya. Namun, bila lemak makin menumpuk di arteri, maka akan mulai muncul gejala
penyakit jantung koroner (PJK), seperti:

Angina

Angina adalah nyeri dada akibat berkurangnya suplai darah ke otot jantung. Meskipun pada
umumnya tidak mengancam nyawa, tetapi angina dapat meningkatkan risiko seseorang terkena
serangan jantung atau stroke.
Angina dapat berlangsung beberapa menit, dan biasanya muncul karena dipicu oleh aktivitas
fisik atau stres. Sakit yang dialami akibat angina juga beragam. Angina ringan hanya
menimbulkan rasa tidak nyaman seperti sakit maag. Tetapi, serangan angina berat dapat
menimbulkan nyeri dada seperti tertindih. Sensasi nyeri dada tersebut bisa menyebar ke lengan,
leher, dagu, perut, dan punggung.

Serangan jantung

Serangan jantung terjadi ketika arteri sudah tersumbat sepenuhnya. Kondisi ini harus segera
ditangani, agar tidak terjadi kerusakan permanen pada otot jantung.

Nyeri akibat serangan jantung serupa dengan angina. Hanya saja, nyeri pada serangan jantung
akan terasa lebih berat, dan dapat terjadi walaupun penderita sedang beristirahat.

Gejala serangan jantung bisa berupa nyeri yang menjalar dari dada ke lengan, dagu, leher, perut,
dan punggung. Nyeri tersebut dapat berlangsung selama lebih dari 15 menit. Selain gejala tadi,
penderita juga bisa mengalami pusing, berkeringat, mual, dan tubuh terasa lemas.

Serangan jantung bisa terjadi tiba-tiba, terutama pada penderita diabetes dan lansia.

Gagal jantung

Penderita penyakit jantung koroner juga dapat mengalami gagal jantung, bila jantung terlalu
lemah untuk memompa darah ke seluruh tubuh. Kondisi tersebut menyebabkan darah menumpuk
di paru-paru, sehingga penderita mengalami sesak napas.

Gagal jantung dapat terjadi seketika (akut), atau berkembang secara bertahap (kronis).

Pada beberapa kasus, penderita PJK mengalami gejala yang berbeda, seperti palpitasi (jantung
berdebar). Sebagian penderita bahkan tidak merasakan gejala apa pun, sampai didiagnosis
menderita PJK. https://www.alodokter.com/penyakit-jantung-koroner/gejala

Penyebab Penyakit Jantung Koroner


Penyakit jantung koroner (PJK) disebabkan oleh kerusakan pada pembuluh darah jantung atau
arteri koroner. Kerusakan tersebut dapat disebabkan oleh penumpukan ateroma di dinding arteri.
Ateroma terdiri dari kolesterol dan zat sisa hasil metabolisme tubuh.

Ateroma yang terus menumpuk, dapat menyebabkan dinding arteri menebal hingga menyempit.
Akibatnya, jantung tidak mendapat cukup asupan darah dan oksigen. Kondisi ini disebut
aterosklerosis.

Sejumlah faktor dapat meningkatkan risiko aterosklerosis, antara lain:


Rokok

Rokok adalah faktor risiko utama penyakit jantung koroner. Kandungan nikotin dan karbon
monoksida dalam asap rokok dapat membebani kerja jantung, dengan memacu jantung bekerja
lebih cepat. Kedua senyawa tersebut juga meningkatkan risiko terjadinya penggumpalan darah.

Senyawa lain dalam rokok juga dapat merusak dinding arteri jantung dan menyebabkan
penyempitan. Oleh karena itu, risiko terserang penyakit jantung pada perokok hampir 25 persen
lebih tinggi dibanding orang yang tidak merokok.

Diabetes

Diabetes menyebabkan dinding pembuluh darah menebal dan menghambat aliran darah.
Penderita diabetes diketahui 2 kali lipat lebih berisiko terserang penyakit jantung koroner.

Trombosis

Trombosis adalah bekuan darah yang dapat terbentuk di pembuluh darah vena atau arteri. Bila
terbentuk di arteri, akan menghambat aliran darah ke jantung, sehingga meningkatkan risiko
serangan jantung.

Tekanan darah tinggi

Tekanan darah tinggi atau hipertensi membuat jantung harus bekerja lebih keras. Salah satu
faktor pemicu hipertensi adalah konsumsi makanan dengan kadar garam yang tinggi. Tekanan
darah normal berkisar antara 90/60 mmHg hingga 120/80 mmHg.

Kadar kolesterol tinggi

Kolesterol adalah lemak yang dihasilkan oleh hati, dan penting bagi proses pembentukan sel
sehat. Meskipun demikian, kadar kolesterol tinggi dapat meningkatkan risiko penyakit jantung
koroner.

Kolesterol terbagi dua, yaitu kolesterol baik (HDL) dan kolesterol jahat (LDL). LDL inilah yang
dapat menumpuk di dinding arteri dan memicu penyempitan. Pada orang dewasa yang sehat,
kadar LDL yang normal dalam darah adalah kurang dari 100 mg/dL. Sedangkan bagi individu
berisiko mengalami penyakit jantung koroner, kadar LDL disarankan di bawah 100 mg/dL. Batas
maksimal kadar LDL akan lebih rendah lagi bagi mereka yang sudah menderita penyakit jantung
atau diabetes, yaitu di bawah 70 mg/dL.

Berat badan berlebih

Seseorang dengan berat badan berlebih atau obesitas berisiko terserang penyakit jantung koroner.

Kurang beraktivitas

Aktivitas fisik seperti olahraga dapat mengurangi risiko penyakit jantung. Olahraga juga dapat
membantu mengontrol kadar kolesterol dan gula darah, mencegah obesitas, serta membantu
menurunkan tekanan darah.

Pola makan tidak sehat

Risiko penyakit jantung koroner dapat meningkat akibat pola makan yang tidak sehat, seperti
terlalu banyak mengonsumsi makanan dengan kadar gula atau garam tinggi, atau makanan
dengan kandungan lemak jenuh yang tinggi.

Riwayat kesehatan keluarga

Risiko PJK meningkat pada seseorang yang memiliki keluarga dengan penyakit jantung.

Jenis kelamin

Umumnya, PJK lebih banyak menyerang pria dibanding wanita. Namun demikian, risiko terkena
penyakit yang sama akan meningkat pada wanita pasca menopause.

Usia

Makin tua usia seseorang, makin tinggi risikonya terserang penyakit jantung koroner. Penyakit
ini lebih sering menimpa pria usia lebih dari 45 tahun dan wanita lebih dari 55 tahun.
Sindrom metabolik

Sindrom metabolik adalah sekelompok penyakit yang meningkatkan risiko penyakit jantung
koroner, meliputi hipertensi, kolesterol tinggi, dan obesitas.

Sleep apnea

Sleep apnea yang tidak tertangani dapat meningkatkan risiko penyakit jantung koroner,
hipertensi, diabetes, dan stroke.

Stres

Penelitian menunjukkan, stres dalam berbagai lingkup kehidupan, dapat mengakibatkan penyakit
jantung koroner. Stres juga dapat memicu faktor risiko lain. Sebagai contoh, stres dapat memicu
seseorang merokok atau makan berlebihan.

Alkohol

Konsumsi minuman beralkohol secara berlebihan dapat merusak otot jantung, dan memperburuk
kondisi seseorang dengan faktor risiko penyakit jantung koroner, seperti hipertensi dan obesitas.

Preeklamsia

Preeklamsia adalah komplikasi yang terjadi dalam masa kehamilan, ditandai dengan hipertensi
dan kadar protein tinggi dalam urine. Kondisi ini meningkatkan risiko gangguan pada jantung,
termasuk PJK. https://www.alodokter.com/penyakit-jantung-koroner/penyebab

Ditinjau oleh: dr. Tjin Willy

Diagnosis Penyakit Jantung Koroner


Sebagai langkah awal diagnosis, dokter akan menanyakan gejala yang dialami, serta memeriksa
faktor risiko yang dimiliki pasien. Bila pasien berisiko terserang penyakit jantung koroner (PJK),
dokter akan memeriksa tekanan darah pasien.

Dokter juga akan menjalankan tes darah, untuk mengukur kadar kolesterol pasien. Agar didapat
hasil yang akurat, pasien akan diminta berpuasa 12 jam sebelum tes dilakukan.
Kemudian, untuk memastikan diagnosis, dokter akan menjalankan beberapa metode pemeriksaan
yang meliputi:

Elektrokardiografi (EKG)

EKG bertujuan merekam aktivitas listrik jantung pasien. Melalui EKG, dokter dapat mengetahui
apakah pasien pernah atau sedang mengalami serangan jantung. EKG juga dapat membantu
dokter mengetahui detak dan irama jantung pasien tergolong normal atau tidak.

Pada sejumlah kasus, dokter akan menyarankan pasien menjalani Holter monitoring. Sama
seperti EKG, pemeriksaan ini bertujuan merekam aktivitas listrik jantung. Bedanya, pasien akan
memakai perangkat kecil yang disebut monitor Holter. Alat tersebut akan dikalungkan di dada
pasien, selama pasien beraktivitas dalam 24 jam.

Foto Rontgen

Foto Rontgen di bagian dada dapat dilakukan guna melihat kondisi jantung, paru-paru, dan
pembuluh darah. Melalui foto Rontgen dada, dokter dapat mengetahui bila ukuran jantung
membesar atau terdapat gangguan pada paru-paru.

CT scan dan MRI scan

Dua tes pencitraan ini dapat dilakukan untuk melihat kondisi jantung dengan lebih detail, yang
tidak dapat terlihat pada pemeriksaan foto Rontgen. Pemeriksaan ini juga bisa memperlihatkan
bila ada penumpukan kalsium di pembuluh darah, yang dapat memicu penyakit jantung koroner.

Uji tekanan (stress test)

Bila gejala yang dialami pasien lebih sering muncul saat sedang beraktivitas, dokter akan
menyarankan uji tekanan. Tes ini bertujuan mengukur kerja jantung pasien ketika beraktivitas.

Dalam uji tekanan, pasien akan diminta berjalan di treadmill, atau mengayuh sepeda statis,
sambil menjalani pemeriksaan EKG di saat yang bersamaan. Pada saat pasien tidak dapat
beraktivitas, dokter akan memberi obat untuk meningkatkan detak jantung sambil menjalankan
tes MRI.

Ekokardiografi

Ekokardiografi adalah pemeriksaan dengan menggunakan gelombang suara (seperti USG), untuk
menampilkan gambaran jantung pasien di monitor. Selama ekokardiografi dilakukan, dokter
dapat memeriksa, apakah semua bagian dinding jantung berfungsi baik dalam memompa darah.

Dinding jantung yang bergerak lemah, bisa disebabkan oleh kekurangan oksigen, atau adanya
kerusakan akibat serangan jantung. Hal tersebut bisa menjadi tanda PJK.
Pemeriksaan enzim jantung

Pemeriksaan enzim jantung dilakukan dengan mengambil sampel darah pasien, untuk diperiksa
di laboratorium. Melalui pemeriksaan ini, dokter dapat mengetahui kadar troponin T dalam darah
pasien.

Troponin adalah protein yang dihasilkan sel jantung yang mengalami kerusakan. Pada seseorang
yang terkena serangan jantung, kadar troponin akan meningkat dalam 3-12 jam setelahnya.
Kadar troponin akan mencapai puncaknya dalam 1-2 hari, dan kembali normal setelah 5-14 hari.

Kadar troponin terkait secara langsung dengan tingkat kerusakan otot jantung. Dengan kata lain,
makin tinggi kadar troponin dalam darah, makin parah pula kerusakan jantung yang dialami.

Pemeriksaan radionuklir

Pemeriksaan radionuklir digunakan untuk membantu mengukur aliran darah ke otot jantung, saat
beristirahat dan saat beraktivitas. Tes ini hampir sama seperti uji tekanan, yaitu dengan meminta
pasien berjalan di treadmill atau mengayuh sepeda statis. Bedanya, tes ini dapat menunjukkan
informasi yang lebih lengkap dengan menampilkan gambar jantung pasien.

Sebelum tes dilakukan, pasien akan disuntikkan zat radioaktif yang disebut isotop. Bila pasien
tidak dapat berjalan di treadmill atau menggunakan sepeda statis, dokter akan memberikan obat
untuk meningkatkan detak jantung pasien. Kemudian, kamera akan diarahkan ke dada pasien,
dan menangkap gambar saat isotop mengalir ke jantung.

Kateterisasi jantung dan angiografi koroner

Katerisasi jantung bertujuan untuk melihat kondisi jantung, dengan memasukkan kateter melalui
pembuluh darah di lengan atau paha untuk diarahkan ke jantung. Kemudian, dokter akan
menjalankan prosedur angiografi koroner. Prosedur ini dilakukan dengan menyuntikkan cairan
kontras, dan menggunakan foto Rontgen untuk melihat aliran darah menuju jantung. Melalui
angiografi koroner, dokter dapat mengetahui bila ada penyumbatan di pembuluh darah.
https://www.alodokter.com/penyakit-jantung-koroner/diagnosis

Pengobatan Penyakit Jantung Koroner


Penanganan penyakit jantung koroner (PJK) umumnya melibatkan perubahan pola hidup yang
dapat dikombinasikan dengan obat-obatan atau prosedur medis. Menjalani pola hidup sehat dapat
meningkatkan kesehatan jantung. Contohnya adalah:

 Berhenti merokok.
 Mengurangi atau berhenti mengonsumsi alkohol.
 Mengonsumsi makanan dengan gizi seimbang.
 Mengurangi stress.
 Menjaga berat badan ideal.
 Berolahraga secara teratur.
Dokter juga akan meresepkan beberapa jenis obat untuk menangani penyakit jantung koroner,
antara lain:

 Pengencer darah – Dokter dapat meresepkan pengencer darah jenis antiplatelet, kecuali pada
pasien dengan gangguan pembekuan darah. Antiplatelet dapat membantu mencegah
pembekuan darah, dan menurunkan risiko angina serta serangan jantung. Contoh obat ini
adalah aspirin dan clopidogrel.

 Statin – Statin berfungsi menurunkan kolesterol tinggi, dengan membuang LDL dari darah,
sehingga memperlambat perkembangan penyakit jantung. Contoh obat statin yang biasa
diresepkan adalah atorvastatin dan simvastatin.

 Obat penghambat enzim pengubah angiotensin (ACE inhibitors) – Jenis obat ini digunakan
untuk mengobati hipertensi, di antaranya captopril dan enalapril.

 Angiotensin II receptor blockers (ARB) – Fungsi obat ini sama seperti ACE inhibitors, yaitu
mengatasi hipertensi. Contohnya adalah valsartan dan telmisartan.

 Penghambat beta (beta blockers) – Obat ini berfungsi mencegah angina dan mengatasi
hipertensi. Contohnya adalah bisoprolol dan metoprolol.

 Nitrat – Nitrat berfungsi melebarkan pembuluh darah, sehingga aliran darah ke jantung
meningkat, dan jantung tidak memompa darah lebih keras. Salah satu jenis nitrat adalah
nitrogliserin.

 Antagonis kalsium – Obat ini bekerja melebarkan pembuluh darah, sehingga tekanan darah
menurun. Contohnya adalah verapamil dan diltiazem.

 Diuretik – Jenis obat ini bekerja mengurangi kadar air dan garam dalam darah melalui urine, dan
melebarkan pembuluh darah agar tekanan darah menurun.

Bila obat sudah tidak efektif untuk mengatasi gejala yang dialami, pasien akan disarankan untuk
menjalani operasi. Dokter juga akan menjalankan operasi bila penyempitan pembuluh darah
disebabkan oleh penumpukan ateroma. Sejumlah tindakan yang dilakukan, antara lain:

Pasang ring jantung

Pasang ring jantung atau angioplasti koroner dilakukan dengan memasukkan kateter ke bagian
arteri yang mengalami penyempitan. Kemudian, dokter akan mengembangkan balon kecil
melalui kateter untuk melebarkan arteri yang menyempit. Dengan demikian, aliran darah dapat
kembali lancar. Ring (stent) akan dipasang di arteri guna mencegah penyempitan kembali.

Prosedur ini dapat dilakukan secara terencana pada pasien dengan gejala angina, atau sebagai
tindakan darurat pada seseorang yang mengalami serangan jantung.
Bypass jantung

Prosedur ini dilakukan dengan mengambil pembuluh darah dari bagian tubuh lain, untuk
ditempel (dicangkok) ke bagian antara pembuluh darah besar (aorta) dan arteri, dengan melewati
area yang menyempit. Dengan begitu, darah akan mengalir lancar melalui rute baru tersebut.

Bypass jantung dilakukan dengan membedah dada pasien. Oleh karena itu, prosedur ini
umumnya hanya dilakukan bila terdapat lebih dari satu arteri yang tersumbat.

Transplantasi jantung

Tindakan ini dilakukan jika kerusakan jantung sudah sangat parah, dan sudah tidak dapat lagi
diatasi dengan obat. Tranplantasi jantung dilakukan dengan mengganti jantung yang rusak,
dengan jantung yang sehat dari pendonor. https://www.alodokter.com/penyakit-jantung-
koroner/pengobatan

Pencegahan Penyakit Jantung Koroner


Penyakit jantung koroner dapat dicegah dengan menjalani pola hidup sehat, seperti berhenti
merokok dan membatasi konsumsi alkohol. Selain itu, kelola stres dengan baik, misalnya dengan
melakukan relaksasi otot atau latihan pernapasan dalam.

Langkah pencegahan lain adalah dengan rutin menjalani pemeriksaan gula darah dan kolesterol
tiap dua tahun. Pemeriksaan lebih rutin akan disarankan, pada pasien dengan riwayat hipertensi
dan penyakit jantung.

Beberapa langkah lain untuk mencegah penyakit jantung koroner adalah:

Konsumsi makanan bergizi seimbang

Perbanyaklah mengonsumsi makanan tinggi serat, seperti sayur dan buah. Selain itu, batasi kadar
garam pada makanan, tidak lebih dari 1 sendok teh sehari. Hindari makanan dengan kadar
kolesterol tinggi, terutama bila kadar LDL Anda cukup tinggi. Beberapa jenis makanan tinggi
kolesterol tersebut antara lain:

 Makanan yang digoreng.


 Ati
 Kuning telur
 Mentega
 Otak sapi dan jeroan hewan
 Udang
 Makanan cepat saji

Jenis makanan lain yang harus dihindari adalah makanan berkadar gula tinggi, karena dapat
meningkatkan risiko terkena diabetes, salah satu faktor risiko penyakit jantung koroner.
Sebaliknya, tingkatkan kadar kolesterol baik atau HDL dengan memperbanyak konsumsi
makanan tinggi lemak tak jenuh, seperti minyak ikan, alpukat, kacang-kacangan, serta minyak
zaitun dan minyak sayur.

Lakukan olahraga rutin

Pola makan sehat yang dikombinasikan dengan olahraga rutin dapat menjaga berat badan ideal.
Di samping itu, olahraga rutin dapat menurunkan kadar kolesterol dan menjaga tekanan darah
tetap normal.

Luangkan waktu setidaknya 150 jam dalam seminggu, untuk berolahraga. Misalnya dengan
jogging 30 menit setiap hari. Selain jogging, senam, atau renang juga dapat menjaga kesehatan
jantung.

Konsumsi obat dengan benar

Sangat penting untuk mengikuti petunjuk dokter dalam mengonsumsi obat. Penting untuk diingat
bahwa jangan menghentikan pengobatan tanpa terlebih dahulu berkonsultasi dengan dokter,
karena dapat mengakibatkan gejala makin memburuk. https://www.alodokter.com/penyakit-
jantung-koroner/pencegahan

Anda mungkin juga menyukai