Anda di halaman 1dari 36

PROPOSAL

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA TN.G DENGAN MASALAH


KEPERAWATAN ISOLASI SOSIAL : MENARIK DIRI
DI RUANG KENARI RS JIWA MENUR SURABAYA

OLEH :

Windi Mega Lestari P27820117043 Sukma Amalia K P27820117050

Theasya Yashinta M P27820117054 Dina Nurfadila P27820117052

Sindya Lestari A P27820117057 Nur Aini Pangastuti P27820117064

Niswa Aulia N P27820117058 Pratiwi Mawardani P27820117074

Firdayanti Nur A P27820117068 Alvan Yacob F P27820117078

POLTEKKES KEMENKES SURABAYA


JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN SOETOMO

2019
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Isolasi sosial merupakan salah satu masalah keperawatan yang banyak
dialami oleh pasien gangguan jiwa berat. Hasil penelitian Bobes et al (2009)
mendapatkan hasil 45,8% klien skizofrenia mengalami isolasi sosial dan
penelitian yang dilakukan Keliat (2006) menunjukkan perilaku yang sering
muncul pada klien skizofrenia adalah isolasi sosial sebesar 72%. Kondisi klien
sering terabaikan sehingga sering menyendiri dan tidak mau berinteraksi dengan
orang lain karena tidak secara nyata mengganggu atau merusak lingkungan dan
hal ini akan semakin memperparah isolasi sosial. Hal inilah yang membuat perlu
perawatan khusus sehingga masalah isolasi sosial pada klien tidak akan bertambah
parah.

WHO (2013) menyatakan lebih dari 450 juta orang dewasa secara global
diperkirakan mengalami gangguan jiwa. Dari jumlah itu hanya kurang dari
separuh yang bias mendapatkan pelayanan yang dibutuhkan. Menurut data
Kementerian Kesehatan tahun 2013 jumlah penderita gangguan jiwa di Indonesia
lebih dari 28 juta orang dengan kategori gangguan jiwa ringan 14,3% dan 17%
atau 1000 orang menderita gangguan jiwa berat. Di banding rasio dunia yang
hanya satu per mil, masyarakat Indonesia yang telah mengalami gangguan jiwa
ringan sampai berat telah mencapai 18,5% (DepkesRI, 2009). Menurut data
statistik Direktorat Kesehatan Jiwa menunjukkan klien gangguan jiwa berat
terbesar di Indonesia adalah skizofrenia yakni 70% (Balitbang Depkes RI, 2008).
Sesuai dengan data yang telah dipaparkan di atas, bahwa gangguan jiwa berat
yang mempunyai prevalensi paling tinggi adalah skizofrenia.

Faktor pendukung dan pencetus masalah keperawatan isolasi sosial pada


klien skizofrenia disebabkan karena faktor biologis, psikologis dan sosiokultural
sehingga ketika individu mendapatkan stresor maka individu akan menunjukan
penilaian terhadap stressor (tanda dan gejala). Penilaian terhadap stresor pada
klien dengan isolasi sosial terdapat berbagai respon yaitu respon kognitif, afektif,
fisiologis, perilaku dan sosial. Masalah keperawatan isolasi sosial pada respon
pikiran klien berupa merasa ditolak oleh orang lain, merasa tidak dimengerti oleh
orang lain, merasa tidak berguna, merasa putus asa dan tidak mampu membuat
tujuan hidup atau tidak memiliki tujuan hidup, tidak yakin dapat melangsungkan
hidup, kehilangan rasa tertarik kegiatan sosial, merasa tidak aman berada diantara
orang lain, serta tidak mampu konsentrasi dan membuat keputusan (Stuart, 2013).
Penjelasan tersebut mengindikasikan bahwa adanya kesalahan pikiran seseorang
dalam mempersepsikan stresor yang datang dapat menjadi penyebab dan pencetus
munculnya masalah keperawatan isolasi pada klien gangguan jiwa.

Masalah keperawatan jiwa dengan isolasi sosial dapat diatasi dengan


tindakan psikofarmakologi dan non-farmakologi. Dengan cara psikofarmakologi
dapat menggunakan Antipsikotik yang dikenal dengan neuroleptik yang
digunakan adalah antagonis dopamine dan antaginis serotonin. Sedangkan
mengatasi masalah isolasi sosial secara non-farmakologi adalah dengan
menerapkan tindakan Asuhan Keperawatan yang sesuai dengan Standar
Operasional Perawatan dan menerapkan Terapi Aktivitas Kelompok jenis
Sosialisasi yang didalamnya terjadi dinamika interaksi saling bergantung, saling
membutuhkan, dan menjadi tempat klien berlatih perilaku baru yang adaptif untuk
memperbaiki perilaku lama yang maladaptif (Keliat & Akemat, 2014).

Berdasarkan latar belakang diatas, penulis terdorong untuk menerapkan


asuhan keperawatan jiwa pada klien dengan masalah utama isolasi sosial: menarik
diri di Ruang Kenari RS Jiwa Menur Surabaya.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, maka dirumuskan masalah sebagai berikut
“Bagaimana Gambaran Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Masalah
Keperawatan Isolasi Sosial: Menarik Diri di Ruang Kenari RS Jiwa Menur
Surabaya”

1.3 Tujuan Studi Kasus


Diketahuinya asuhan keperawatan pada klien dengan masalah keperawatan
isolasi sosial: menarik diri di Ruang Kenari RS Jiwa Menur Surabaya
1.4 Manfaat Studi Kasus
1.4.1. Masyarakat
Memberikan informasi pada masyarakat untuk menangani klien dengan
masalah Isolasi sosial: menarik diri

1.4.2. Pengembangan Ilmu dan Teknologi Keperawatan


Memberikan informasi tentang Asuhan Keperawatan pada klien
skizofrenia tak terinci dengan masalah keperawatan Isolasi sosial: menarik diri
di Ruang Kenari Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya.

1.4.3. Penulis
Memperoleh pengetahuan dan melatih kemampuan untuk memberikan
tindakan keperawatan pada klien dengan masalah Isolasi sosial: menarik diri
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Isolasi Sosial

2. 1 Pengertian

Isolasi sosial adalah keadaan dimana seorang individu mengalami


penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang
lain disekitarnya. Individu mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian,
dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain (Stuart &
Sundeen, 2006).

Isolasi sosial adalah keadaan di mana seorang individu mengalami


penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang
lain di sekitarnya. Isolasi sosial merupakan keadaan ketika individu atau
kelompok memiliki kebutuhan atau hasrat untuk memiliki keterlibatan kontak
dengan orang, tetapi tidak mampu membuat kontak tersebut (Carpenito-Moyet,
2009). Gangguan isolasi sosial dapat terjadi karena individu merasa ditolak,
tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu membina hubungan yang berarti
dengan orang llai (Sutejo, 2019).

2.2 Manifestasi Klinis

Gejala subjektif :

a. Klien menceritakan perasaan kesepian atau di tolak oleh orang lain


b. Klien merasa tidak aman dengan orang lain
c. Respon verbal kurang dan sangat singkat
d. Klien mengatakan hubunga yang tidak berarti dengan orang lain
e. Klien merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu
f. Klien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan
g. Klien merasa tidak berguna
h. Klien tidak yakin dapat melangsungkan hidup
i. Klien merasa di tolak
Gejala objektif :

a. Klien banyak diam dan tidak mau bicara


b. Tidak mengikuti kegiatan
c. Banyak berdiam diri di kamar
d. Klien menyendiri dan tidak mau berinteraksi dengan orang yang terdekat
e. Klien tampak sedih, ekspresi datar dan dangkal
f. Kontak mata kurang
g. Kurang spontan
h. Apatis (acuh terhadap lingkungan)
i. Ekspresi wajah kurang berseri
j. Tidak merawat diri dan tidak memperhatikan kebersihan diri
k. Mengisolasi diri
l. Tidak atau kurang sadar terhadap lingkungan sekitar
m. Masukan makanan dan minuman terganggu
n. Retensi urin dan feses
o. Aktifitas menurun
p. Kurang energy
q. Rendah diri
r. Postur tubuh kurang misalnya sikap fetus/ janin (khususnya pada posisi
tidur)
2.3 Rentang Respon Isolasi Sosial

Respon Adaptif Respon Maladaptif


Menyendiri Merasa sendiri Manipulasi
Otonomi Menarik diri Impulsif
Bekerjasama Tergantung Narcissisme
Saling tergantung

(Stuart & Sundeen, 2006)

Respon adaptif adalah respon individu dalam menyelesaikan dengan cara


yang dapat diterima oleh norma-norma masyarakat. Menurut Sujono & Teguh
(2009) respon adaptif meliputi :

a. Solitude atau menyendiri


Respon yang dilakukan individu untuk merenungkan apa yang telah
terjadi atau dilakukan dan suatu cara mengevaluasi diri dalam menentukan
rencana-rencana.

b. Autonomy atau otonomi


Kemampuan individu dalam menentukan dan menyampaikan ide,
pikiran, perasaan dalam hubungan sosial. Individu mampu menetapkan
untuk interdependen dan pengaturan diri.

c. Mutuality atau kebersamaan


Kemampuan individu untuk saling pengertian, saling memberi, dan
menerima dalam hubungan interpersonal.

d. Interdependen atau saling ketergantungan


Suatu hubungan saling ketergantungan saling tergantung antar
individu dengan orang lain dalam membina hubungan interpersonal.

Respon maladaptif adalah respon individu dalam menyelesaikan masalah


dengan cara-cara yang bertentangan dengan norma-norma agama dan
masyarakat. Menurut Sujono & Teguh (2009) respon maladaptif tersebut
adalah :

a. Manipulasi
Gangguan sosial dimana individu memperlakukan orang lain sebagai
obyek, hubungan terpusat pada masalah mengendalikan orang lain dan
individu cenderung berorientasi pada diri sendiri. Tingkah laku
mengontrol digunakan sebagai pertahanan terhadap kegagalan atau frustasi
dan dapat menjadi alat untuk berkuasa pada orang lain.

b. Impulsif
Respon sosial yang ditandai dengan individu sebagai subyek yang
tidak dapat diduga, tidak dapat dipercaya, tidak mampu merencanakan,
tidak mampu untuk belajar dari pengalaman dan miskin penilaian.

c. Narkisisme
Respon sosial ditandai dengan individu memiliki tingkah laku
egosentris, harga diri yang rapuh, terus menerus berusaha mendapatkan
penghargaan dan mudah marah jika tidak mendapat dukungan dari orang
lain.

Sedangkan gangguan hubungan sosial yang sering terjadi pada rentang


respon maladaptif (Stuart & Sundeen, 2006), yaitu :
a. Menarik diri; individu menemukan kesulitan dalam membina hubungan
dengan orang lain.
b. Tergantung (dependen); individu sangat tergantung dengan orang lain,
individu gagal mengembangkan rasa percaya diri.
c. Manipulasi; Individu tidak dapat dekat dengan orang lain, orang lain hanya
sebagai objek.
d. Curiga; tertanam rasa tidak percaya terhadap orang lain dan lingkungan.

2.4 Faktor Predisposisi

Menurut Sutejo (2019) ada empat faktor predisposisi yang menyebabkan


Isolasi Sosial, diantaranya:
a. Faktor Tumbuhan Kembang
Pada setiap tahapan tumbuh kembang individu ada tugas
perkembangan yang harus dipenuhi agar tidak terjadi gangguan dalam
hubungan sosial. Bila tugas perkembangan tidak terpenuhi maka akan
menghambat fase perkembangan sosial yang nantinya akan dapat
menimbulkan masalah sosial.

Dibawah ini akan dijelaskan tahap perkembangan serta tugas


perkembangan

Tahap Perkembangan Tugas

Masa Bayi Menetapkan rasa percaya.

Masa Bermain Mengembangkan otonomi dan awal perilaku


mandiri

Masa Prasekolah Belajar menunjukan inisiatif, rasa tanggung


jawab, dan hati nurani

Masa Sekolah Belajar berkompetisi, bekerja sama, dan


berkompromi

Masa Praremaja Menjalin hubungan intim dengan teman


sesama jenis kelamin

Masa Dewasa Muda Menjadi saling bergantung antara orang tua


dan teman, mencari pasangan, menikah, dan
mempunyai anak
Masa Tengah Baya Belajar menerima hasilkehidupan yang sudah
dilalui

Masa Dewasa Tua Berduka karena kehilangan dan


mengembangkan perasaan keterkaitan
dengan budaya

(Sutejo, 2019)

b. Faktor Sosial Budaya


Isolasi sosial atau mengasingkan diri dari lingkungan sosial
merupakan suatu faktor pendukung terjadinya gangguan dalam hubungan
sosial. Hal ini disebabkan oleh norma-norma yang salah dianut oleh
keluarga di mana setiap anggota keluarga yang tidak produktif seperti
lanjut usia, penyakit kronis, dan penyandang cacat diasingkan dari
lingkungan sosialnya.

c. Faktor Biologis
Faktor biologis juga merupakan salah satu faktor pendukung
terjadinya gangguan dalam hubungan sosial. Organ tubuh yang dapat
mempengaruhi terjadinya gangguan hubungan sosial adalah otak, misalnya
pada klien skizofrenia yang mengalami masalah dalam hubungan sosial
memiliki struktur yang abnormal pada otak seperti atropi otak, serta
perubahan ukuran dan bentuk sel sel dalam limbik dan daerah kortikal.

d. Faktor Komunikasi dan Keluarga


Gangguan komunikasi dalam keluarga merupakan faktor pendukung
terjadinya gangguan dalam hubungan sosial. Dalam teori ini yang
termasuk dalam masalah berkomunikasi sehingga menimbulkan
ketidakjelasan yaitu suatu keadaan dimana seorang anggota keluarga
menerima pesan yang saling bertentangan dalam waktu bersama atau
ekspresi emosi yang tinggi dalam keluarga yang menghambat untuk
berhubungan dengan lingkungan diluar keluarga.

2.6 Faktor Presipitasi

Menurut Sutejo (2019) faktor presipitasi atau stresor pencetus pada


umumnya mencakup peristiwa kehidupan yang menimbulkan stres seperti
kehilangan, yang memenuhi kemampuan individu berhubungan dengan orang
lain dan menyebabkan ansietas. Faktor pencetus dapat dikelompokkan dalam
dua kategori yaitu sebagai berikut:

a. Stresor Sosiokultural. Stress dapat ditimbulkan oleh menurunnya stabilitas


unit keluarga dan berpisah dari orang yang berarti.
b. Stresor Psikologi. Tuntutan untuk berpisah dengan orang terdekat atau
kegagalan orang lain untuk memenuhi kebutuhan.

2.7 Mekanisme Koping

Mekanisme koping digunakan klien sebagai usaha mengatasi kecemasan


yang merupakan suatu kesepian nyata yang mengancam dirinya. Kecemasan
koping yang sering digunakan adalah regresi, represi dan isolasi. Sedangkan
contoh sumber koping yang dapat digunakan misalnya keterlibatan dalam
hubungan yang luas dalam keluarga dan teman, hubungan dengan hewan
peliharaan, menggunakan kreativitas untuk mengekspresikan stress
interpersonal seperti kesenian, musik, atau tulisan.

I. A. Pohon Masalah

Resiko Gangguan Persepsi Sensori : halusinasi. : Efek

Isolasi sosial. : Core Problem

HDR : Etiologi
B. Masalah dan Data yang Perlu Dikaji
Data Mayor Data minor

Subyektif: Subyektif:

Mengatakan malas berinteraksi, Curiga dgn org lain, mendengar


org lain tdk mau menerima suara2/ melihat bayangan,
dirinya merasa tdk berguna.

Obyektif: Obyektif:

Menyendiri, mengurung diri, Mematung, mondar-mandir


tidak mau bercakap2dgn org tanpa arah, tdk
lain.

II. Diagnosa Keperawatan


a. Diagnosa utama : Isolasi sosial
b. Diagnosa lain yang menyertai diagnosa isolasi sosial menurut Sutejo (2019)
adalah sebagi berikut:
1. Gangguan persepsi sensori: halusinasi pendengaran
2. Isolasi sosial
3. Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah Kronis
III. Rencana Tindakan Keperawatan

N Perencanaan
Dx
No. Tujuan Krteria Evaluasi Intervensi Rasional

1. Isolasi Klien mampu : Setelah … SP 1 1. Mengetahui


sosial 1. Menyadari pertemuan klien (Tgl……………..) penyebab isolasi
penyebab dapat : 1. Identifikasi soaial dan
isolasi sosial 1. Membina penyebab memudahkan
2.Berinteraksi hubungan saling a. Siapa yang satu dalam intervensi
dengan orang percaya rumah dengan selanjutnya.
lain 2. Menyadari klien
penyebab b. Siapa yang dekat
isolasi sosial, dengan klien? Apa
keuntungan dan penyebabnya?
kerugian c. Siapa yang tidak
berinteraksi dekat dengan klien
dengan orang apa sebabnya?
lain d. Tanyakan
3. Melakukan keuntungan dan
interaksi dengan kerugian
orang lain berinteraksi
secara bertahap dengan orang lain
e. Tanyakan
pendapat klien
tentang kebiasaan
berinteraksi
dengan orang lain
f. Tanyakan apa
yang menyebabkan
klien tidak ingin
berinteraksi
dengan orang lain
2. Identifikasi 2. Apersepsi
presepsi mengenai dengan klien
interaksi. dan menambah
a. Diskusikan pengetahuan
keuntungan bila klien tentang
klien memiliki keuntungan dan
banyak teman dan kerugian tidak
bergaul akrab berinteraksi
dengan mereka
b. Diskusikan
kerugian bila klien
hanya mengurung
diri dan tidak
bergaul dengan
orang lain
3. Ajarkan Pola 3. Menambah
Interaksi pengetahuan
a. Jelaskan pengaruh dan
isolasi sosial keterampilan
terhadap kesehatan klien dalam
fisik klien berkenalan
b. Latih berkenalan dengan orang
c. Jelaskan kepada lain.
klien cara
berinteraksi
dengan orang lain
d. Berikan contoh
cara berinteraksi
dengan orang lain
e. Beri kesempatan
klien
mempraktekan
cara berinteraksi
dengan orang lain
yang dilakukan
dihadapan perawat
f. Mulailah bantu
klien berinteraksi
dengan satu orang
teman / anggota
keluarga
g. Bila klien sudah
menunjukan
kemajuan
tingkatkan jumlah
interaksi dengan 2,
3, 4 orang dan
seterusnya
h. Beri pujian untuk
setiap kemajuan
interaksi yang
telah dilakukan
oleh klien
i. Siap
mendengarkan
ekspresi perasaan
klien setelah
berinteraksi
dengan orang lain,
mungkin klien
akan
mengungkapkan
keberhasilan atau
kegagalannya, beri
dorongan terus
menerus agar klien
tetap semangat
mengingatkan
interaksinya
j. Masukan dalam
jadwal kegiatan
klien
SP 2 (Tgl … ) 1. Mengetahui
1. Evaluasi kegiatan perkembangan
yang lalu (SP 1) klien dan data
dasar untuk
intervensi
selanjutnya
2. Latih 2. Menumbuhkan
berhubungan sosial keterbiasaan
secara intensif dan motivasi
untuk
berinteraksi
3. Masukkan dalam 3. Mendisiplinkan
jadwal kegiatan klien dan melaitih klien
untuk terus
berkenalan
SP 3 ( Tgl … ) 1. Mengetahui
1. Evaluasi kegiatan perkembangan
yang lalu (SP 1 & klien dan data
2) dasar untuk
intervensi
selanjutnya
2. Latih cara 2. Menumbuhkan
berkenalan dengan keterbiasaan
dua orang atau dan motivasi
lebih untuk
berinteraksi
dengan orang
yang lebih
banyak
3. Masukkan dalam 3. Memotivasi
jadwal kegiatan klien untuk
klien terus
berinteraksi
dengan orang
lain

Keluarga Setelah … SP. 1 (Tgl……. ) 1. ·Diharapka


mampu: pertemuan 1. Identifikasi keluarga dapat
Merawat klien keluarga mampu masalah yang ada merawat klien
isolasi sosial menjelaskan dihadaopan dengan benar
dirumah tentang: keluarga dalam dan baik.
1. Masalah isolasi merawat klien. 2. Diharapkan
sosial dan 2. Penjelasan tentang keluarga dapat
dampaknya masalah yang ada mengerti
pada klien pada klien (isolasi dampak,
2. Penyebab Sosial). penyebab, dan
isolasi sosial 3. Cara perawatan tanda gejalanya
3. Sikap keluarga klien dengan
untuk isolasi sosial.
membantu klien 4. Latih (simulasi)
mengatasi 5. RTL
isolasi sosialnya keluarga/jadwal
4. Pengobatan keluarga untuk
yang merawat klien.
berkelanjutan
dan untuk
mencegah putus
obat
5. Tempat rujukan
dan fasilitas
kesehatan yang
tersedia bagi
klien
SP.2 (Tgl…..) Diharapkan
1. Evaluasi kegiatan keluarga dapat
sebelumnya (Sp 1). melakukannya
2. Latih klien dengan benar
dihadapan
keluarga dan klien
3. RTI keluarga klien
untuk merawat
klien
SP.3 (Tgl…..) Diharapkan
1. Evaluasi kegiatan keluarga dapat
sebelumnya (Sp 1 melakukannya
dan 2). dengan benar
2. Latih
keluarga/klien
dihadapan
keluarga dank lien
3. RTI
keluarga/klien
untuk merawat
klien.
SP.4 (Tgl…..) Mengetahui
1. Evaluasi tingakat
kemampuan keberhasilan
keluarga implementasi
2. Evaluasi
kemampuan klien
3. Rencana tindak
lanjut keluarga
4. Follow up
5. Rujukan
IV. Pelaksanaan
Merupakan tahap pelaksanaan rencana tindakan yang telah ditentukan dengan
maksud agar kebutuhan klien terpenuhi secara optimal dalam pelaksanaan
disesuaikan dengan rencana keperawatan dan kondisi klien.

V. Evaluasi
Evaluasi yang ingin dicapai yaitu :
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya
b. Klien menyadari penyebab isolasi sosial, keuntungan dan kerugian
berinteraksi dengan orang lain
c. Klien melakukan interaksi dengan orang lain secara bertahap
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA
PADA TN.G DENGAN SKIZOFRENIA TAK TERINCI (F.20.3)
DAN MASALAH KEPERAWATAN ISOLASI SOSIAL : MENARIK DIRI
DI RUANG KENARI RS JIWA MENUR SURABAYA

I. IDENTITAS KLIEN
Nama : Tn. G
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 60 Tahun
Informan : Klien dan Rekam Medis
No RM : 05.08.xx
Ruangan dirawat : Kenari
Tangal dirawat : 17 Oktober 2019
Tangal pengkajian : 12 November 2019

II. ALASAN MASUK


Pada tanggal 17 Oktober 2019, klien dibawa oleh dinas sosial karena klien
diam dan pasif , menyendiri, tidak mau berbaur, dan bicara tidak jelas. Ketika
dikaji pada tanggal 12 November 2019, klien hanya diam ketika ditanya dan
tidak mau berinteraksi dengan orang lain,

III. FAKTOR PREDIPOSISI


1. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu ? (Ya)
Klien masuk Rumah Sakit Jiwa sudah dua kali, sebelumnya klien masuk
pada bulan Desember 2018 karena diam, menyendiri, dan bicara tidak
jelas.
2. Pengobatan sebelumnya (Kurang berhasil)
Klien selalu diingatkan dan disiapkan obat oleh petugas. Klien terkadang
menolak minum obat, karena klien sudah tua dan pikun.
3. Pengalaman
Klien hanya diam dan tidak menjawab pertanyaan ketika ditanya tentang
pengalaman sebelumnya.
Masalah keperawatan : -
4. Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa : (Tidak terkaji)
Klien tidak menjawab pertanyaan ketika ditanya tentang keluarganya.
klien dibawa ke rumah sakit oleh dinas sosial
Masalah keperawatan : -
5. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan
Klien hanya diam tidak menjawab pertanyaan ketika ditanya tentang masa
lalunya. Pengalaman masa lau tidak terkaji
Masalah keperawatan : -

IV. Pemeriksaan Fisik


1. Tanda-tanda Vital
Tekanan darah = 110/80 mmHg Nadi = 92 x/menit
RR = 20 x/menit Suhu = 36° C
2. Ukur
TB = 155 cm, BB = 46 kg
3. Keluhan Fisik/Pemeriksaan fisik
Klien diam, tidak mengatakan keluhan fisiknya. Tubuh klien kurus dan
bungkuk. Pada pemeriksaan fisik tidak ditemukan kelainan.

V. PSIKOSOSIAL
1. Genogram
Klien berasal dari dinas sosial, keluarga klien tidak ada yang menjenguk.
Keluarga klien tidak terkaji. Klien menjawab melantur ketika ditanya
tentang keluarganya.
Masalah keperawatan : -
2. Konsep diri:
a. Citra tubuh/Gambaran diri
Klien tidak menjawab pertanyaan dan hanya diam. Klien lain
menganggap dirinya adalah mbah atau yang paling tua disana
b. Identitas diri
Klien tidak mengenal dirinya. Setiap ditanya klien hanya diam sambil
membelakangi perawat.
c. Peran diri
Klien hanya diam tidak menjawab pertanyaan dan mebelakangi perawat
d. Ideal diri
Klien hanya diam tidak menjawab pertanyaan dan mebelakangi perawat
e. Harga diri
Klien hanya diam tidak menjawab pertanyaan dan mebelakangi perawat
Masalah keperawatan : -
3. Hubungan sosial
a. Orang yang terdekat
Klien hanya diam tidak menjawab pertanyaan. Klien berbicara
melantur. Klien tidak dekat dengan siapapun ketika dirawat di rumah
sakit.
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat :
Klien diam, menyendiri dan tidak berperan aktif dalam kegiatan
kelompok di rumah sakit.
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain :
Klien hanya diam tidak menjawab pertanyaan. Klien berbicara melantur
ketika diajak berbicara.
Masalah keperawatan : Hambatan interaksi sosial
4. Spriritual
a. Nilai dan keyakinan
Klien beragama Islam tetapi tidak menerapkan nilai-nilai agama islam
b. Kegiatan Ibadah
Klien tidak pernah beribadah selama dirawat di rumah sakit
Masalah eperawatan : -

VI. STATUS MENTAL


1. Penampilan
Penampilan klien tidak rapi. Klien memakai baju dan celana rumah sakit
terbalik.
Masalah keperawatan : Defisit Perawatan Diri
2. Pembicaraan
Pembicaraan klien inkoheren. Klien berbicara melantur tentang negara dan
presiden
Masalah keperawatan : Hambatan komunikasi
3. Aktivitas motorik
Klien nampak lesu, loyo dan keseimbangan klien kurang, klien malas dan
tidak bersemangat dalam melakukan kegiatan. Klien sering tidur dilantai
Masalah keperawatan : Resiko cidera
4. Alam perasaan
Klien hanya diam dan tidak menghiraukan perawat. Alam perasaan tidak
terkaji
Masalah keperawatan : -
5. Afek
Afek klien datar, tidak ada perubahan raut wajah ketika diajak berbicara.
Masalah keperawatan : Hambatan komunikasi
6. Interaksi selama wawancara
Interaksi selama wawancara klien pasif, tidak mau menjawab pertanyaan
perawat, kontak mata kurang, membelakangi ketika diajak bicara.
Masalah Keperawatan : Hambatan interaksi sosial
7. Persepsi
Klien tidak menjawab pertanyaan dan hanya diam saja.
Masalah keperawatan : -
8. Proses pikir
Proses pikir kehilangan asosiasi. Klien tidak menjawab pertanyaan dengan
sesuai. Klien berbicara melantur dan tidak ada hubungan antar kalimat
Masalah keperawatan : Gangguan proses pikir
9. Isi Pikir
Klien menyendiri, tidak menghiraukan pertanyaan perawat dan tidur
dilantai
Masalah Keperawatan : Gangguan proses pikir
10. Tingkat kesadaran
Tingkat kesadaran klien bingung dan linglung. Klien mengalami
disorientasi, klien bicara melantur
Masalah keperawatan : Gangguan proses pikir, Resiko cedera
11. Memori
Klien gangguan daya ingat karena klien sudah tua dan pikun, klien sulit
belajar hal baru, klien berbicara melantur
Masalah keperawatan : Gangguan proses pikir
12. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Klien tidak mampu berkonsentrasi dengan baik karen selalu berusaha
mengalihkan perhatiannya dari perawat. Klien berbicara melantur
Masalah keperawatan : Gangguan proses pikir
13. Kemampuan penilaian
Klien tidak mampu mengambil keputusan, klien hanya diam saja dan
menuruti perintah perawat.
Masalah keperawatan : Ganggguan proses pikir
14. Daya tilik diri
Klien tidak memahami tentang dirinya dan penyakit yang dideritanya .
Masalah keperawatan : Gangguan proses pikir
VII. Kebutuhan Persiapan Pulang
1. Kemampuan klien memenuhi/menyediakan
Klien tidak mampu memenuhi kebutuhan makanan, keamanan,
perawatan kesehatan, pakaian, transportasi, tempat tinggal dan uang
secara mandiri, karena klien sudah tua
Masalah keperawatan : Gangguan pemeliharaan kesehatan
2. Kegiatan hidup sehari-hari
a. Perawatan diri
klien tidak pernah mandi, mandi apabila disutuh perawat. Badan klien
bau tidak sedap, klien makan sendiri terkadang disuapi. Klien sering
kencing sembarangan di taman. Klien dapat memakai baju sendiri
namun terbalik.
Masalah keperawatan : Gangguan pemeliharaan kesehatan
b. Nutrisi
Klien makan 3 kali sehari porsi rumah sakit, tidak habis , dan kudapan 1
kali sehari, nafsu makan klien menurun karena gigi klien sudah ada
yang tanggal sehingga klien mendapat diet makanan halus, badan klien
nampak kurus. Berat badan tertinggi klien 53 kg dan berat badan
terendah 46 kg
Masalah keperawatan : -
c. Tidur
Klien tidak terlihat segar setelah bangun tidur, mata klien nampak
keruh. Klien biasa tidur siang dan tidur sewaktu-waktu, namun nampak
sulit untuk tidur. Klien suka tiduran di lantai
Masalah keperawatan : -
3. Kemampuan klien
Klien tidak memiliki kemampuan dalam memenuhi kebutuhannya
sendiri, tidak mampu membuat keputusan yang diinginkan, tidak bisa
mengatur penggunaan obat karena minum obat harus diingatkan perawat,
dan tidak mampu melakukan pemeriksaan kesehatan karena klien sudah
tua dan pemikirannya yang tidak koheren.
Masalah keperawatan : -
4. Sistem Pendukung
Klien tidak memiliki keluarga, klien tidak memiliki sistem pendukung
yang adekuat
Masalah keperawatan : -
5. Kegiatan
Kegiatan klien selama di rumah sakit adalah senam dan terapi, klien
nampak malas saat melakukan kegiatan
Masalah keperawatan : -

VIII. Mekanisme Koping


Mekanisme koping maladaptif karena klien berperilaku lambat, mencoba
menghindar setiap ditanya dan diam saja.
Masalah Keperawatan : Ketidaefektifan koping individu

IX. Masalah Psikososial Dan Lingkungan


a. Masalah dukungan kelompok
Klien tidak memiliki masalah dengan dukungan kelompok di rumah
sakit
b. Masalah hubungan dengan lingkungan
Klien mempunyai masalah dengan lingkungan karena seringkali
kencing dan meludah sembarangan
c. Masalah dengan pendidikan
Klien tidak memiliki masalah dengan pendidikan. Klien sudah tua dan
pikun
d. Masalah dengan pekerjaan
Klien tidak mengalami masalah dalam bekerja.
e. Masalah ekonomi
Klien tidak bekerja dan tidak memiliki keluarga, sehingga tidak ada
yang memenuhi kebutuhan ekonomi

X. Kurang Pengetahuan Tentang


Klien kurang pengetahuan tentang penyakitnya, faktor yamg membuatnya
menarik diri, koping, penyakit fisik dan penggunaan obat
Masalah keperawatan : Defisit pengetahuan

XI. ASPEK MEDIK


Diagnosa Medik : Skizofrenia tak terinci (F.20.3)
Terapi medik :
- Chlorpromazine 100 mg 1x1
- Trifluoperazine 5 mg 3x1
- Trihexyphenidyl 2 mg 2x1
- Risperidone 2 mg 2x1

XII. DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN


1. Hambatan interaksi sosial
2. Defisit perawatan diri
3. Hambatan komunikasi
4. Resiko cidera
5. Ganggguan proses pikir
6. Ketidakefektifan koping individual
7. Defisit pengetahuan

XIII. DAFTAR DIAGNOSIS KEPERAWATAN


1. Isolasi sosial
2. Defisit perawatan diri
3. Ketidakefektifan koping individu
XIV. Analisa Data
MASALAH
NO DATA
KEPERAWATAN
1 DS :
Klien tidak menjawab ketika ditanya, klien bicara
nglantur
DO :
- Klien diam saja
Isolasi Menarik
- Klien menyendiri
- Klien tidak menjawab ketika ditanya Diri
- Kontak mata kurang
- Klien berusaha menghindar
- Klien tidak memperhatikan dan membelakangi
perawat ketika diajak bicara

2 DS :
Klien tidak menjawab ketika ditanya, klien bicara
nglantur
DO:
- Klien tidak mandi jika tidak disuruh perawat Defisit Perawatan
- Klien memakai baju terbalik Diri
- Bau badan klien tidak sedap
- Klien suka meludah dan kencing sembarangan di
taman

XV. POHON MASALAH

Defisit Perawatan Diri

Isolasi sosial

Ketidakefektifan koping individu


2.2 DIAGNOSA
1. Isolasi sosial berhubungan dengan perubahan status mental
2. Defisit perawatan diri berhubungan dengan gangguan psikologis

2.3 INTERVENSI
Perencanaan

No Dx
Tujuan Krteria Evaluasi Intervensi Rasional

1. Isolasi sosial Klien mampu : Setelah dilakukan beberapa SP 1 1. Mengetahui penyebab isolasi
kali pertemuan klien dapat soaial dan memudahkan dalam
1.Menyadari : 1. Identifikasi penyebab intervensi selanjutnya.
penyebab isolasi
sosial 1. Membina hubungan saling a. Siapa yang satu rumah dengan
percaya klien
2.Berinteraksi
dengan orang lain 2. Menyadari penyebab isolasi b. Siapa yang dekat dengan klien?
sosial, keuntungan dan Apa penyebabnya?
kerugian berinteraksi dengan c. Siapa yang tidak dekat dengan
orang lain klien apa sebabnya?
3. Melakukan interaksi dengan d. Tanyakan keuntungan dan
orang lain secara bertahap kerugian berinteraksi dengan
4. Memanfaatkan obat dengan orang lain
baik
e. Tanyakan pendapat klien tentang
kebiasaan berinteraksi dengan
orang lain

f. Tanyakan apa yang menyebabkan


klien tidak ingin berinteraksi
dengan orang lain

2. Identifikasi presepsi mengenai


interaksi.

a. Diskusikan keuntungan bila klien


memiliki banyak teman dan
bergaul akrab dengan mereka

b. Diskusikan kerugian bila klien


hanya mengurung diri dan tidak
bergaul dengan orang lain

3. Ajarkan Pola Interaksi

a. Jelaskan pengaruh isolasi sosial


terhadap kesehatan fisik klien

b. Latih berkenalan

c. Jelaskan kepada klien cara


berinteraksi dengan orang lain

d. Berikan contoh cara berinteraksi 2. Apersepsi dengan klien dan


dengan orang lain menambah pengetahuan klien
tentang keuntungan dan kerugian
e. Beri kesempatan klien tidak berinteraksi
mempraktekan cara berinteraksi
dengan orang lain yang dilakukan
dihadapan perawat

f. Mulailah bantu klien berinteraksi


dengan satu orang teman /
anggota keluarga

g. Bila klien sudah menunjukan


kemajuan tingkatkan jumlah
interaksi dengan 2, 3, 4 orang dan
seterusnya

h. Beri pujian untuk setiap


kemajuan interaksi yang telah 3. Menambah pengetahuan dan
dilakukan oleh klien keterampilan klien dalam
berkenalan dengan orang lain.
i. Siap mendengarkan ekspresi
perasaan klien setelah
berinteraksi dengan orang lain,
mungkin klien akan
mengungkapkan keberhasilan
atau kegagalannya, beri dorongan
terus menerus agar klien tetap
semangat mengingatkan
interaksinya

j. Masukan dalam jadwal kegiatan


klien

SP 2 1. Mengetahui perkembangan klien


dan data dasar untuk intervensi
1. Evaluasi kegiatan yang lalu (SP selanjutnya
1)
2. Menumbuhkan keterbiasaan dan
2. Latih berhubungan sosial secara motivasi untuk berinteraksi
intensif
3. Mendisiplinkan dan melaitih
3. Masukkan dalam jadwal kegiatan klien untuk terus berkenalan
klien

SP 3 1. Mengetahui perkembangan klien


dan data dasar untuk intervensi
1. Evaluasi kegiatan yang lalu (SP 1 selanjutnya
& 2)
2. Menumbuhkan keterbiasaan dan
2. Latih cara berkenalan dengan motivasi untuk berinteraksi
dua orang atau lebih dengan orang yang lebih banyak
3. Memotivasi klien untuk terus
berinteraksi dengan orang lain
3. Masukkan dalam jadwal
kegiatan klien
2.4 IMPLEMENTASI
Diagnosa : Perilaku Kekerasan berhubungan dengan stimulus lingkungan ditandai dengan perilaku agresif (amuk)
Tujuan :
1. Klien mampu menyadari penyebab isolasi sosial
2. Klien dapat berinteraksi dengan orang lain
Tanggal dan
Tindakan Respon
Waktu
13 November Melaksanakan SP 1
2019 Mengidentifkasi penyebab isolasi sosial
Pukul 09.00 a. Memberisalam “Assalamualaikum, selamat pagi bapak” a. Klien diam tidak menjawab
b. Memperkenalkan diri “Perkenalkan nama saya Theasya b. Klien tidak menghiraukan
dipangil Thea, saya disini yang akan merawat bapak
dua minggu kedepan”
c. Menanyakan nama dan nama panggilan“Nama bapak c. Gunawan
siapa”
d. Menanyakan perasaan klien “Bagaimana kabarnya d. Klien diam dan membalakangi perawat
Bapak hari ini?”
e. Membuat kontrak dengan klien “Hari ini saya ingin e. Klien tidak menghiraukan perawat
ngobrol dengan bapak 15 menit saja. Apakah bapak
berkenan?”
f. Menanyakan orang terdekat di rumah “Anak bapak f. Klien menjawab “16” klien biacara melantur
dirumah ada berapa?
g. Menanyakan orang terdekat dengan klien “Bapak disini g. Klien tidak menjawab dan menghiraukan perawat
dekat dengan siapa?
14 November Melaksanakan SP 1
2019 Mengidentifkasi penyebab isolasi sosial
Pukul 09.00 a. Memberisalam “Assalamualaikum, selamat pagi bapak” a. Klien diam tidak menjawab
b. Memperkenalkan diri “Masih ingat dengan saya pak?” b. Klien tidak menghiraukan dan tidur di lantai
“Mari berkenalan lagi pak, nama saya Theasya dipangil
Thea”
c. Menanyakan perasaan klien “Bagaimana kabarnya c. Klien diam dan berusaha tidur di lantai
Bapak hari ini?”
d. Membuat kontrak dengan klien “Hari ini saya ingin d. Klien tidak menghiraukan perawat
ngobrol dengan bapak 15 menit saja. Apakah bapak
berkenan?”
e. Menanyakan orang terdekat klien “Bapak kenal dengan e. Klien diam tidak menjawab
siapa saja disini?
f. Menanyakan kegiatan klien “Bapak kenapa tidak ikut f. Klien tidak menjawab dan tidur tengkurap dilantai
berjemur disana?”
15 November Melaksanakan SP 1
2019 Mengidentifkasi penyebab isolasi sosial
Pukul 09.00 a. Memberisalam “Assalamualaikum, selamat pagi bapak” a. Klien diam tidak menjawab
b. Memperkenalkan diri “Masih ingat dengan saya pak?” b. Klien tidak menghiraukan perawat
“Mari berkenalan lagi pak, nama saya Theasya dipangil
Thea”
c. Menanyakan perasaan klien “Bagaimana kabarnya c. Klien diam tidak menjawab
Bapak hari ini?”
d. Mengajak klien untuk mengobrol “Ayo pak ngobrol d. Klien hanya mengikuti perawat dan duduk di meja makan
dengan saya dimeja makan”
e. “Sudah berapa lama bapak berada disini?” e. Klien diam tidak menjawab
f. “Disini enak atau tidak pak?” f. Klien tidak menjawab
g. “Bapak tadi sudah makan apa belum?” g. Klien hanya mengangguk lalu pergi karena waktunya senam

2.5 EVALUASI
TANGGAL EVALUASI TANDA TANGAN
13 November S:-
2019
O : Klien diam dan menyendiri suka menyendiri ketika makan, kontak mata kurang, klien tidak mau
diajak bicara, klien suka membelakangi ketika diajak bicara, klien hanya mau menjawab pertanyaan
tertutup

A : SP 1 belum teratasi

P : Ulangi SP 1, pada point a sampai g


14 November S:-
2019
O : Klien diam dan menyendiri, kontak mata kurang, klien tidak mau diajak bicara, klien suka
menghindar dengan tidur di lantai

A : SP 1 belum teratasi

P : Ulangi lagi SP 1 pada point a sampai g


Lanjutkan intervensi dengan pendekatan verbal memberitahu kepada klien keuntungan bersosialisasi
dan kerugian menarik diri
15 November S:-
2019
O : Klien diam dan menyendiri, kontak mata kurang, klien tidak mau diajak bicara, klien suka
menghindar dengan tidur di lantai

A : SP 1 belum teratasi

P : Ulangi SP 1 point a sampai f


BAB 4

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Setelah diberikan asuhan keperawatan jiwa pada Tn. G dengan isolasi
sosial di Ruang Kenari RSJ Menur Surabaya, dapat disimpulkan:
1. Untuk mencapai hasil yang maksimal dalam asuhan keperawatan perlu
membina hubungan saling percaya antara perawat dengan klien dan
merupakan kunci utama dalam proses keperawatan selanjutnya.
2. Dukungan dan kepedulian keluarga perlu guna membantu proses
penyembuhan klien.

4.2 Saran
Kerja sama antara perawat, klien, keluarga dan tenaga kesehatan
diperlukan sehingga asuhan keperawatan dapat dilaksanakan dengan optimal
dan tercapai hasil sesuai yang diharapkan.

Anda mungkin juga menyukai