Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN KASUS IGD

DIARE AKUT
DEHIDRASI RINGAN - SEDANG

Disusun Oleh :
Dita Meisy Wulandari

Pembimbing :
dr. Indra Waspada Purba

PROGRAM INTERNSHIP DOKTER INDONESIA


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TAIS
KABUPATEN SELUMA
2019

BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
DIARE

A. Definisi.
Diare adalah penyakit yang ditandai dengan betambahnya frekuensi defekasi lebih
dari biasnya (>3x perhari) disertai perubahan konsistensi tinja(menjadi cair), dengan atau
tanpa darah dan atau lendir.14
Diare akut adalah buang air besar pada bayi atau anak lebih dari 3 kali perhari,
disertai perubahan konsistensi tinja menjadi cair dengan atau tanpa lendir dan darah yang
berlangsung kurang dari satu minggu. Pada bayi yang minum ASI sering frekuensi buang air
besar lebih dari 3-4 kali perhari, keadaan ini tidak dapat disebut diare, tetapi masih bersifat
fisiologis atau normal. Selama berat badan bayi meningkat normal, hal tersebut tidak
tergolong diare , tetapi merupakan intoleransi laktosa sementara akibat belum sempurnanya
perkembangan saluran cerna. Untuk bayi yang minum ASI secara eksklusif definisi diare
yang praktis adalah meningkatnya frekuensi buang air besar atau konsistesinya menjadi cair
yang menurut ibunya abnormal atau tidak seperti biasanya. Kadang-kadang pada seorang
anak buang air besar kurang dari 3 kali perhari, tetapi konsistesinya cair, keadaaan ini sudah
dapat disebut diare.12

B. Cara penularan dan faktor resiko.


Cara penularan diare pada umumnya melalui fekal oral yaitu melalui makanan atau
minuman yang tercemar oleh enteropatogen, atau kontak langsung tangan dengan penderita
atau barang-barang yang telah tercemar tinja penderita atau tidak langsung melalui lalat. (4F=
field, flies, fingers, fluid).12

Faktor resiko yang dapat meningkatkan penularan enteropatogen antara lain:tidak


memberikan ASI secara penuh selama 4-6 bulan pertama kehidupan bayi, tidak memadainya
penyediaan air bersih, pencemaran air oleh tinja, kurangnya sarana kebersihan atau MCK,
kebersihan lingkungan dan pribadi yang buruk, penyiapan dan penyimpanan makanan yang
tidak higienis dan cara penyapihan yang tidak baik. Selain hal-hal tersebut, beberapa faktor
pada penderita dapat meningkatkan kecenderungan untuk dijangkiti diare antara lain: gizi
buruk, imunodefisiensi, berkurangnya keasaman lambung, menurunya motilitas usus,
menderita campak dalam 4 minggu terakhir dan faktor genetik. 12

2
1. Faktor umur
Sebagian besar episode diare terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan.Insidensi
tertinggi terjadi pada kelompok umur 6-11 bulan pada saat diberikan makanan pendamping
ASI. Pola ini menggambarkan kombinasi efek penurunan kadar antibody ibu, berkurangnya
kekebalan aktif bayi, pengenalan makanan yang mungkin terkontaminasi bakteri tinja dan
kontak langsung dengan tinja manusia atau binatang pada saat bayi mulai merangkak.
Kebanyakan enteropatogen merangsang paling tidak sebagian kekebalan melawan infeksi
atau penyakit yang berulang yang membantu menjelaskan menurunnya insiden penyakit
pada anak yang lebih besar dan pada orang dewasa.12
2. Infeksi asimtomatik
Sebagian besar infeksi usus bersifat asimtomatik dan proporsi asimtomatik ini
meningkat setelah umur 2 tahun dikarenakan pembentukan imunitas aktif.pada infeksi
asimtomatik yang mungkin berlangsung beberapa hari atau minggu, tinja penderita
mengandung virus, bakteri, atau kista protozoa yang infeksius. Orang dengan infeksi yang
asimtomatik berperan penting dalam penyebaran banyak eneteropatogen terutama bila
mereka tidak menyadari adanya infeksi, tidak menjaga kebersihan dan berpindah-pindah dari
satu tempat ke tempat yang lain.12
3. Faktor musim
Variasi pola musiman diare dapat terjadi menurut letak geografis.di daerah tropis,
diare karena bakteri lebih sering terjadi pada musim panas, sedangkan diare karena virus
terutama rotavirus puncaknya terjadi pada musim dingin. didaerah tropic (termasuk
Indonesia) diare yang disebabkan rotavirus dapat terjadi sepanjang tahun dengan peningkatan
sepanjang musim kemarau, sedangkan diare karena bakteri terus meningkat pada musim
hujan.12
4. Epidemi dan pendemi
Vibrio cholera 0.1 dan Shigella dysentriae 1 dapat menyebabkan epidemic dan
pandemic dan mengakibatkan tingginya angka kesakitan dan kematian pada semua golongan
usia. sejak tahun 1961, cholera yang disebabkan oleh v. cholera 0.1 biotipe eltor telah
menyebar ke negara-negara di afrika, amerika latin, asia, timur tengah, dan beberapa daerah
di amerika utara dan eropa. dalam kurun waktu yang sama Shigella dysentriae 1 menjadi
penyebab wabah yang besar di amerika tengah dan terakhir di afrika tengah dan asia selatan.
Pada tahun 1992 dikenal strain baru Vibrio cholera 0139 yang menyebabkan epidemic di
Asia dan lebih dari 11 negara mengalami wabah.12
3
C. Mekanisme daya tahan tubuh
Infeksi virus atau bakteri tidak selamanya akan menyebabkan terjadinya diare karena
tubuh mempunyai mekanisme daya tahan tubuh. Usus adalah organ utama yang berfungsi
sebagai front terdepan terhadap invasi dari berbagai bahan yang berbahaya yang masuk ke
dalam lumen usus. Bahan-bahan ini antara lain mikroorganisme, antigen toksin, dll. Jika
bahan bahan ini dapat menembus barieir mekanisme daya tahan tubuh dan masuk kedalam
sirkulasi sistemis, terjadilah bermacam-macam reaksi seperti infeksi, alergi atau keadaan
autoimunitas.14
1. Daya pertahanan tubuh nonimunologi14
a. Flora usus
Bakteri yang terdapat dalam usus normal (flora usus normal), dapat mencegah
pertumbuhan yang berlebihan dari kuman pathogen yang secara potensial dapat
menyebabkan penyakit.Setelah lahir usus sudah dihuni oleh bermacam-macam
mikroorganisme yang merupakan flora usus normal.Penggunaan antibiotika dalam jangka
panjang dapat mengganggu keseimbangan flora usus, menyebabkan pertumbuhan yang
berlebihan dari kuman-kuman non pathogen yang mungkin juga telah resisten terhadap
antibiotika.
Pertumbuhan kuman pathogen dalam usus akan dihambat karena adanya persaingan
dengan flora usus normal. Hal ini terjadi karena adanya kompetisi terhadap substrat yang
mempengaruhi pertumbuhan kuman yang optimal (pH menurun, daya oksidasi reduksi
menurun,dsb) atau karena terbentuknya zat anti bakteri terhadap kuman pathogen yang
disebut colicines.
b. Sekresi usus
Mucin (Glikoprotein dalam usus) dan kelenjar ludah penting untuk mencegah
perlekatan kuman-kuman Streptococcus, Staphylococcus, Lactobacilus pada mukosa mulut
sehingga pertumbuhan kuman tersebut dapat diahambat dan dengan sendirinya mengurangi
jumlah mikrooganisme yang masuk ke dalam lambung.Mucin serupa terdapat pula dalam
mucus yang dikeluarkan oleh sel epitel usus atau disekresi oleh usus secara kompetitif
mencegah melekatnya dan berkembangbiaknya mikroorganisme di epitel usus. Selain itu
muci juga dapat mencegah penetrasi zat-zat toksik seperti allergen, enterotoksin,dll.
c. Pertahanan lambung
Asam lambung dan pepsin mempunyai peranan penting sebagai penahan masuknya
mikroorganisme, toksin dan antigen kedalam usus.
4
d. Gerak peristaltik
Gerak peristaltic merupakan suatu hal yang sangat penting dalam usaha mencegah
perkembangbiakan bakteri dalam usus, dan juga ikut mempercepat pengeluaran bakteri
bersama tinja. Hal ini terlihat bila karna sesuatu sebab gerak peristaltis terganggu (operasi,
penyakit, kelainan bawaan dsb), sehingga menimbulkan stagnasi isi usus.
e. Filtrasi hepar
Hepar, terutama sel kupfer dapat bertindak sebgaai filtrasi terhadap bahan-bahan yang
berbahaya yang diabsorbsi oleh usus dan mencegah bahan-bahan yang berbahaya tadi masuk
kedalam sirkulasi sistemik.
f. Lain-lain
- lisosim (mempunyai daya bakteriostatik)
- garam-garam empedu membantu mencegah perkembangbiakan kuman
- Natural antibody : menghambat perkembangan beberapa bakteri pathogen, tetapi tidak
mengganggu pertumbuhan flora usus normal. Natural antibody ini mungkin merupakan hasil
dari reaksi cross imunity terhadap antigen yang sama yang terdapat pula pada beberapa
mikroorganisme.

2. Pertahanan imunologik lokal14


Saluran pencernaan dilengkapi dengan system imunologik terdapat penetrasi antigen
ke dalam epitel usus. Limfosit dan sel plasama terdapat dalam jumlah yang berlebihan dalam
usus, baik sebagai bagian dari plaque peyeri di ileum dan apendiks maupun tersebar secara
difus di dalam lamina propria usus kecil dan usus besar. Reaksi imunologik local ini tidak
tergantung dari system imunologik sistemik.Reaksi ini terjadi karena rangsangan antigen dari
permukaan epitel usus. Yang termasuk dalam pertahanan imunologik lokal adalah:
a. Secretory Immunoglobulin A (SIgA)
IgA diketahu terbanyak terdapat pada sekresi eksternal sedangkan IgG dalam cairan
tubuh internal.Strukur SIgA berlainan dengan antibody yang terdapat dalam serum, berbentuk
dimer dari IgA yang diikat oleh rantai polipeptida. Dimer IgA ini dibuat dalam sel plasma
yang terdapat dibawah permukaan epitel usus yang kemudian akan diikat lagi oleh suatu
glikoprotein yang dinamakan sekretori komponen (SC). Dengan ikatan yang terakhir SIgA
akan lebih tahan terhadap pengrusakan oleh enzim proteolitik (tripsin dan kemotripsin) yang
terdapat dalam usus. Bagaiman proses proteksi dari SIgA ini yang sesungguhnya belum jelas,
walaupun ada yang menyatakan bahwa SIgA yang terdapat dalam lapisan mukosa usus halus
5
dapat mencegah melekatnya mikroorganisme dan antigen pada epitel usus sehingga bakteri
tidak dapat berkembangbiak. Sejumlah SIgA terdapat pula pad kolostrum.Hal ini sangat
penting sebagai proteksi terhadap usus bayi yang baru lahir.
b. Cell Mediated Immunity (CMI)
Dikemukakan bahwa peranan limfosit dalam CMI terletak pada plaque peyeri di
ileum.walaupun demikian peranan CMI dalam proteksi usus masih dalam taraf penelitian.
c. Imunoglobulin lain
IgG terdapat dalam jumlah kecil dalam usus dan mudah rusak dalam lumen usus.
Hanya bila mukosa usus mengalami peradangan IgG bersama-sama dengan sel plasma
terdapat dalam jumlah cukup banyak di usus dan merupakan proteksi temporer terhadap
kerusakan usus lebih lanjut.IgM dapat menggantikan fungsi IgA bila karena suatu sebab
terjadi defisiensi IgA.IgE tidak jelas peranannya dalam protersi usus.

D. Etiologi
Pada saat ini, dengan kemajuan dibidang teknik laboratorium telah dapat
diidentifikasi tidak kurang dari 25 jenis mikroorganisme yang dapat menyebabkan diare pada
anak dan bayi. Penyebab infeksi utama timbulnya diare umumnya adalah golongan virus,
bakteri dan parasit. dua tipe dasar dari diare akut oleh karena infeksi adalah non-inflamatory
dan inflammatory.1 Enteropatogen menimbulkan non-inflamatory diare melalui produksi
enterotoksin oleh bakteri, destruksi sel permukaan villi oleh virus, perlekatan oleh parasit,
perlekatan dan/ atau translokasi dari bakteri. Sebaliknya inflammatorydiare biasanya
disebabkan oleh bakteri yang menginvasi usus secara langsung atau memproduksi
sitotoksin.12,17

Tabel 1. Penyebab diare akut yang dapat menyebabkan diare pada manusia

6
Tabel 2. Frekuensi Enteropatogen penyebab diare pada anka usia <5 tahun

Tabel 3. Tabel Enteropatogen pathogen penyebab diare yang tersering berdasarkan umur 7

E. Patofisiologi
Ada 2 prinsip meaknisme terjadinya diare cair, yaitu sekeretorik dan osmotik.
Meskipun dapat melalui kedua mekanisme tersebut, diare sekretorik lebih sering ditemukan
pada infeksi saluran cerna. begitu pula kedua mekanisme tersebut dapat terjadi bersamaan
pada satu anak.12,19
1. Diare osmotik
Mukosa usus halus adalah epitel berpori, yang dapat dilalui oleh air dan elektrolit
dengan cepat untuk mempertahankan tekanan osmotik antara lumen usus dengan cairan
ekstrasel. Adanya bahan yang tidak diserap, menyebabkan bahan intraluminal pada usus
halus bagian proksimal tersebut bersifat hipertoni dan menyebabkan hiperosmolaritas. Akibat
perbedaan tekanan osmose antara lumen usus dan darah maka pada segmen usus jejunum
yang bersifat permeable, air akan mengalir kea rah jejunum, sehingga akan banyak terkumpul
air dalam lumen usus. Na akan mengikuti masuk ke dalam lumen, dengan demikian akan
terkumpul cairan intraluminal yang besar dengan kadar Na normal. Sebagian kecil cairan ini

7
akan dibawa kembali, akan tetapi lainya akan tetap tinggal di lumen oleh karena ada bahan
yang tidak dapat diserap seperti Mg, glukosa, sucrose, lactose, maltose di segmen ileum dan
melebihi kemampuan absorbs kolon, sehinga terjadi diare. Bahan-bahan seperti karbohidrat
dan jus buah, atau bahan yang mengandung sorbitol dalam jumlah berlabihan akan
memberikan dampak yang sama.12
2. Diare Sekretorik
Diare sekterik disebabkan oleh sekresi air dan elektrolit ke dalam usus halus yang
terjadi akibat gangguan absorbs natrium oleh vilus saluran cerna, sedangkan sekresi klorida
tetap berlangsung atau meningkat. Keadaan ini menyebabkan air dan elektrolit keluar dari
tubuh sebagai tinja cair. Diare sekretorik ditemukan diare yang disebabkan oleh infeksi
bakteri akbat rangsangan pada mukosa usus halus oleh toksin E.coli atau V. cholera.01.18
Osmolaritas tinja diare sekretorik isoosmolar terhadap plasma. beda osmotik dapat
dihitung dengan mengukur kadar elektrolit tinja. Karena Natrium ( Na+) dan kalium (K+)
merupakan kation utama dalam tinja, osmolalitas diperkirakan dengan mengalikan jumlah
kadar Na + dan K+ dalam tinja dengan angka 2. Jika diasumsikan osmolalitas tinja konstan
290 mOsm/L pada tinja diare, maka perbedaan osmotic 290-2 (Na++K+). Pada diare
osmotik, tinja mempunyai kadar Na+ rendah (<50 mEq/L)dan beda osmotiknya bertambah
besar (>160 mOsm/L). Pada diare sekretorik tinja diare mempunyai kadar Na tinggi (>90
mEq/L), dan perbedaan osmotiknua kuran dari 20 mOsm/L.17

Dikenal bahan-bahan yang menstimulasi sekresi lumen yaitu enterotoksin bakteri dan
bahan kimia yang dapat menstimulasi seperti laksansia, garam empedu bentuk dihidroxy,
serta asam lemak rantai panjang. Toksin penyebab diare ini terutama bekerja dengan cara
meningkatkan konsentrasi intrasel cAMP, cGMP, atau Ca++ yang selanjutnya akan
mengaktifasi protein kinasi. Pengaktifan protein kinase akan menyebabkan fosforilase
membrane protein sehingga megakibatkan perubahan saluran ion, akan menyebabkan Cl- di

8
kripta keluar. Disisi lain terjadi peningkatan pompa natrium , dan natrium masuk ke dalam
lumen usus bersama Cl-.12
Diare dapat juga dikaitkan dengan gangguan motilitas. Meskipun motilitas jarang
menjadi penyebab utama malabsorbsi, teatpi perubahan motilitas mempunyai pengaruh
terhadap absorbs. Baik peningkatan ataupun penurunan motilitas keduanya dapat
menyebabkan diare. Penurunan motilitas dapat mengakibatkan bakteri tumbuh lampau yang
menyebabkan diare. Perlambatan transit obat-obatan atau nutrisi akan meningkatkan
absorbsi, Kegagalan motilitas usus yang berat menyebabkan statis intestinal bearkibat
inflamasi, dekonjugasi garam empedu dan malabsorbsi. Diare akibat hiperperistaltik pada
anak jarang terjadi. Watery diare dapat disebabkan karena hipermotilitas pada kasus kolon
irritable pada bayi. Gangguan motilitas mungkin merupakan penyebab diare pada
Thyrotoksikosis, malabsorbsi asam empedu, dan berbagai peyakit lain.12

Proses inflamasi di usus halus dan kolon menyebakan diare pada beberapa keadaan.
Akibat kehilangan sel epitel dan kerusakan tight junction, tekanan hidrostatik dalam
pembuluh darah dan limfatik menyebabkan air, elektrolit, mucus, protein dan seringkali sel
darah merah dan sel darah putih menumpuk dalam lumen. Biasanya diare akibat inflamasi ini
berhubungan dengan tipe diare laina seprti diare osmotik dan sekretorik.12

Bakteri enteral pathogen akan mempenagaruhi struktur dan fungsi tight junction,
menginduksi cairan dan elektrolit, dan akan mengaktifkan kaskade inflamasi. Efek infeksi
bacterial pada tight junction akan memepengaruhi susunan anatomis dan funsi absorbs yaitu
cytoskeleton dan perubahan susunan protein. penelitian oleh Bakes J dkk (2003) menunjukan
bahwa peranan bakteri enteral pathogen pada diare terletak perubahan barier tight junction
oleh toksin atau produk kuman yaitu perubahan pada cellualar cytoskeleton dan spesifik tight
junction. Pengaruh ini bias pada kedua komponen tersebut atau salah satu komponen saja
sehingga akan menyebabkan hipersekresi clorida yang akan diikuti natrium dan air. Sebagai
contoh Clostridium difficile akan menginduksi kerusakan cytoskeleton maupun protein,
Bacteroides frigilis menyebabkan degradasi proteolitik protein tight junction, V. cholera
mempengaruhi distribusi protein tight junction, sedangkan EPEC menyebabkan akumulasi
protein cytoskeleton.12,20

F. Manifestasi klinis

9
Infeksi usus menimbulkan tanda dan gejala gastrointestinal serta gejala lainya bila
terjadi komplikasi ekstraintestinal termasuk manifestasi neurologic. Gejala gastrointestinal
bias berupa diare, kram perut, dan munth. Sedangkan manifestasi sistemik bervariasi
tergantung pada penyebabnya.12

Tabel 5. Gejala klinis diare akut oleh berbagai penyebab

10
H.Diagnosis
1. Anamnesis
Pada anamnesis perlu ditanyakan hal-hal sebagai berikut : lama diare, frekuensi,
volume, konsistensi tinja, warna, bau, ada/tidak lendir dan darah. Bila disertai muntah
volume dan frekuensinya. Kencing: biasa, berkurang, jarang atau tidak kencing dalam 6-8jam
terakhir. Makanan dan minuman yang diberikan selama diare. Adakah panas atau penyakit
lain yang menyertai seperti: batuk, pilek, otitis media, campak. Tindakan yang telah
dilakukan ibu selama anak diare: member oralit, memabwa berobat ke puskesmas atau ke
rumah sakit dan obat-obatan yang diberikan serta riwayat imunisasinya.12

2. Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik perlu diperiksa : berat badan, suhu tubuh, frekuensi denyut
jantung dan pernapasan serta tekanan darah. Selanjutnya perlu dicari tanda-tanda tambahan
lainya:ubun-ubun besar cekung atau tidak, mata: cowong atau tidak, ada atau tidak adanya air
mata, bibir, mukosa mulut dan lidah kering atau basah.12
Pernapasan yang cepat dan dalam indikasi adanya asiodosis metabolic. Bising usus
yang lemah atau tidak ada bila terdapat hipokalemia. Pemeriksaan ekstremitas perlu karena
perfusi dan capillary refill dapat menentukan derjat dehidrasi yang terjadi. Penilaian beratnya
atau derajat dehidrasi dapat ditentukan dengan cara: objektif yaitu dengan membandingkan
berat badan sebelum dan sesudah diare. Subjektif dengan menggunakan criteria WHO dan
MMWR.12

11
Tabel.6 Penentuan derajat dehidrasi menurut MMWR 2003

Tabel 7. Penetuan derajat dehidrasi menurut WHO 1995

12
Menurut tonisistas darah, dehidrasi dapat dibagi menjadi:14
· dehidrasu isotonic, bila kadar Na+ dalam plasma antara 131-150 mEq/L
· dehidrasi hipotonik, bila kadar Na+<131 mEq/L
· dehidrasi hipertonik, bila kadar Na+>150 mEq/L

Tabel 8. Gejala dehidrasi menurut tonisitas

3. Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium lengkap pada diare akut pada umumnya tidak diperkukan,
hanya pada keadaan tertentu mungkin diperlukan misalnya penyebab dasarnya tidak
diketahui atau ada sebab-sebab lain selain diare akut atau pada penderita dengan dehidrasi
berat. Contoh: pemeriksaan darah lengkap, kultur urine dan tinja pada sepsis atau infeksi
saluran kemih. Pemeriksaan laboratorium yang kadang-kadang diperlukan pada diare akut:1

· Darah : darah lengkap, serum elketrolit, analisa gas darah, glukosa darah, kultur dan tes
kepekaan terhadap antibiotika
· Urine: urine lengkap, kultur dan test kepekaan terhadap antibiotika
· Tinja:
a.Pemeriksaan makroskopik
b.Pemeriksaan mikroskopik

13
Infeksi bakteri invasive ditandai dengan ditemukannya sejumlah besar leukosit dalam
tinja yang menunjukan adanya proses inflamasi. Pemeriksaan leukosit tinja dengan cara
mengambil bagian tinja yang berlendir seujung lidi dan diberi ½ tetes eosin atau Nacl lalu
dilihat dengan mikroskop cahaya:16
· bila terdapat 1-5 leukosit perlapang pandang besar disebut negative
· bila terdapat 5-10 leukosit per lapang pandang besar disebut (+)
· bila terdapat 10-20 leukosit per lapang pandang besar disebut (++)
· bila terdapat leukosit lebih dari ½ lapang pandang besar disebut (+++)
· bila leukosit memenuhi seluruh lapang pandang besar disebut (++++)
Adanya lemak dapat diperiksa dengan cara perwanaan tinja dengan sudan III yang
mengandung alcohol untuk mengeluarkan lemak agar dapat diwarnai secara mikroskopis
dengan pembesarn 40 kali dicari butiran lemak dengan warna kuning atau jingga.
Penilaian berdasarkan 3 kriteria:8
· (+) bila tampak sel lemak kecil dengan jumlah kurang dari 100 buah per lapang pandang
atau sel lemak memenuhi 1/3 sampai ½ lapang pandang
· (++) bila tampak sel lemak dnegan jumlah lebih 100 per lapang pandang atau sel memenuhi
lebih dari ½ lapang pandang
· (+++) bila didapatkan sel lemak memenuhi seluruh lapang pandang.
I. Tata laksana
Terdapat empat pilar penting dalam tatalaksana diare yaitu rehidrasi, dukungan
nutrisi, pemberian obat sesuai indikasi dan edukasi pada orang tua. Tujuan pengobatan:8
1. Mencegah dehidrasi
2. Mengatasi dehidrasi yang telah ada
3. Mencegah kekurangan nutrisi dengan memberikan makanan selama dan setelah diare
4. Mengurangi lama dan beratnya diare, serta berulangnya episode diare, dengan memberikan
suplemen zinc
Tujuan pengobatan diatas dapat dicapai dengan cara mengikuti rencana terapi yang
sesuai, seperti yang tertera dibawah ini:10

14
1. Rencana terapi A : penanganan diare di rumah

Jelaskan kepada ibu tentang 4 aturan perawatan di rumah:


· Beri cairan tambahan (sebanyak anak mau)
Jelaskan pada ibu:
- pada bayi muda, pemberian ASI merupakan pemberian cairan tambahan yang utama. Beri
ASI lebih sering dan lebih lama pada setiap kali pemberian.
- jika anak memeperoleh ASI eksklusif, beri oralit, atau air matang sebagai tambahan
- jika anak tidak memperoleh ASI eksklusif, beri 1 atau lebih cairan berikut ini: oralit, cairan
makanan(kuah sayur, air tajin) atau air matang

Anak harus diberi larutan oralit dirumah jika:


- anak telah diobati dengan rencana terapi B atau dalam kunjungan
- anak tidak dapat kembali ke klinik jika diarenya bertambah berat ajari pada ibu cara
mencampur dan memberikan oralit. Beri ibu 6 bungkus oralit (200ml) untuk digunakan
dirumah. Tunjukan pada ibu berapa banyak cairan termasuk oralit yang harus diberikan
sebagai tambahan bagi kebutuhan cairanya sehari-hari:
- <2 tahun: 50 sampai 100 ml setiap kali BAB
- > 2 tahun : 100 samapai 200 ml setiap kali BAB

Katakan pada ibu


- agar meminumkan sedikit-sedikit tetapi sering dari mangkuk/ cangkir/gelas
- jika anak muntah, tunggu 10 menit. kemudia lanjutkan lagi dengan lebih lambat.
- lanjutkan pemberian cairan tambahan sampai diare berhenti.

· Beri tablet Zinc


Pada anak berumur 2 bulan keatas, beri tablet zinc selama 10 hari dengan dosis :
- umur <6 bulan : ½ tablet (10 mg) perhari
- umur >6 bulan : 1 tablet (20 mg) perhari
· Lanjutkan pemeberian makanan
· Kapan harus kembali

15
2. Rencana terapi B
Penanganan dehidrasi sedang/ ringan dengan oralit. Beri oralit di klinik sesuai yang
dianjurkan selama periode 3 jam.

Jumlah oralit yang diperlukan 75 ml/kgBB. Kemudian setelah 3 jam ulangi penilaian
dan klasifikasikan kemabali derajat dehidrasinya, dan pilih rencana terapi yang sesuai untuk
melanjutkan pengobatan. Jika ibu memaksa pulang sebelum pengobatan selesai tunjukan cara
menyiapkan oralit di rumah, tunjukan berapa banyak larutan oralit yang harus diberikan
dirumah untuk menyelesaikan 3 jam pertama. Beri bungkus oralit yang cukup untuk rehidrasi
dengan menambah 6 bungkus lagi sesuai yang dainjurkan dalam rencana terapi A. Jika anak
menginginkan oralit lebih banyak dari pedoman diatas, berikan sesuai kehilangan cairan yang
sedang berlangsung. Untuk anak berumur kurang dari 6 bulan yang tidak menyusu, beri juga
100-200 ml air matang selama periode ini. Mulailah member makan segera setelah anak ingin
makan. Lanjutkan pemberian ASI. Tunjukan pada ibu cara memberikan larutan oralit. berikan
tablet zinc selama 10 hari.

16
3. Rencana terapi C (penanganan dehidrasi berat dengan cepat)
Beri cairan intravena secepatnya. Jika anak bisa minum, beri oralit melalui mulut,
sementara infuse disiapkan. Beri 100 ml/kgBB cairan ringer laktat atau ringer asetat (atau jika
tak tersedia, gunakan larutan NaCl)yang dibagi sebagai berikut.

*ulangi sekali lagi jika denyut nadi sangat lemah atau tidak teraba

Periksa kembali anak setiap 15-30 menit. Jika status hidrasi belum membaik, beri
tetesan intravena lebih cepat. Juga beri oralit (kira-kira 5ml/kgBB/jam) segera setelah anak
mau minum, biasanya sesudah 3-4 jam (bayi) atau 1-2 jam (anak) dan beri anak tablet zinc
sesuai dosis dan jadwal yang dianjurkan. Periksa kembali bayi sesudah 6 jam atau anak
sesudah 3 jam (klasifikasikan dehidrasi), kemudian pilih rencana terapi) untuk melanjutkan
penggunaan.

Prinsip pemberian terapi cairan pada gangguan cairan dan elektrolit ditujukan untuk
memberikan pada penderita:
1. Kebutuhan akan rumatan (maintenance) dari cairan dan elektrolit
2. Mengganti cairan kehilangan yang terjadi
3. Mencukupi kehilangan abnormal dari cairan yang sedang berlangsung.

Pada diare CRO merupakan terapi cairan utama. CRO telah 25 tahun berperan dalam
menurunkan angka kematian bayi dan anak dibawah 5 tahun karena diare. WHO dan
UNICEF berusaha mengembangkan oralit yang sesuai dan lebih bermanfaat. Telah
dikembangkan oralit baru dengan osmolalitas lebih rendah. Keamanan oralit ini sama dengan
oralit yang lama, namun efektifitasnya lebih baik daripada oralit formula lama. Oralit baru
dengan low osmolalitas ini juga menurunkan kebutuhan suplementasi intravena dan mampu
mengurangi pengeluaran tinja hingga 20% serta mengurangi kejadian muntah hingga 30%.

17
Selain itu, oralit baru ini juga telah direkomendasikan WHO dan UNICEF untuk diare akut
non kolera pada anak.12,13

PENGOBATAN DIETETIK
Memuasakan penderita diare (hanya member air teh) sudah tidak dilakukanik lagi
karena akan memperbesar kemungkinan terjadinya hipoglikemia dan atau KKP. Sebagai
pegangan dalam melaksanakan pengobatan dietetic diapakai singkatan O-B-E-S-E, sebagai
singkatan Oralit, Breast feeding, Early Feeding, Simultaneously with Education.14

Pemberian makanan harus diteruskan selama diare dan ditingkatkan setelah sembuh.
Tujuanya adalah memberikan makanan kaya nutrient sebanyak anak mampu menerima.
Sebagian besar anak dengan diare cair, nafsu makanya timbul kembali setelah dehidrasi
teratasi. Meneruskan pemberian makanan akan mempercepat kembalinya fungsi usus yang
normal termasuk kemampuan menerima dan mengabsorbsi berbagai nutrient, sehingga
memburuknya status gizi dapat dicegah atau paling tidak dikurangi. Sebaliknya, pembatasan
makanan akan menyebabkan penurunan berat badan sehingga diare menjadi lebih lama dan
kembalinya fungsi usus akan lebih lama. Makanan yang diberikan pada anak diare tergantung
kepada umur, makanan yang disukai dan pola makan sebelum sakit serta budaya setempat.
Pada umumnya makanan yang tepat untuk anak diare sama dengan yang dibutuhkan dengan
anak sehat.12
Bayi yang minum ASI harus diteruskan sesering mungkin dan selama anak mau.
Peranan ASI selain memberikan nutrisi yang terbaik, juga terdapat 0,05 SIgA/hari yang
berperan memberikan perlindungan terhadap kuman pathogen. 12Bayi yang tidak minum
ASI harus diberi susu yang biasa diminum paling tidak setiap 3 jam. Pengenceran susu atau
penggunaan susu rendah atau bebas laktosa mungkin diperlukan untuk sementara bila
pemberian susu menyebabkan diare timbul kembali atau bertambah hebat sehingga terjadi
dehidrasi lagi, atau dibuktikan dengan pemeriksaan terdapat tinja yang asam (pH<6) dan
terdapat bahan yang mereduksi dalam tinja>0,5%. Setelah diare berhenti, pemberian tetap
dilanjutkan selama 2 hari kemudian coba kembali dengan susu atau formula biasanya
diminum secara bertahap selama 2-3 hari.12

18
Tabel 9. Tabel panduan kembali ke susu normal ( untuk setiap 200 ml)

Bila anak berumur 4 bulan atau lebih dan sudah mendapatkan makanan lunak atau
padat, makanan ini harus diteruskan.Paling tidak 50% dari energy diit harus berasal dari
makanan dan diberikan dalam porsi kecil atau sering (6kali atau lebih) dan anak dibujuk
untuk makan. Kombinasi susu formula dengan makanan tambahan seperti serealia pada
umunya dapat ditoleransi dengan baik pada anak yang telah disapih. Makanan padat memiliki
keuntungan, yakni memperlambat pengosongan lambung pada bayi yang minum ASI atau
susu formula, jadi memperkecil jumlah laktosa pada usus halus pr satuan waktu. Pemberian
makanan lebih sering dalam jumlah kecil juga memberikan keuntungan yang sama dalam
mencernakan laktosa dan penyerapanya. Pada anak yang lebih besar, dapat diberikan
makanan yang terdiri dari:makanan pokok setempat misalnya nasi, kentang, gandum, roti,
atau bakmi. Untuk meningkatkan kandungan energinya dapat ditambahkan 5-10 ml minyak
nabati untuk setiap 100ml makanan. Minyak kelapa sawit sangat bagus dikarenakan kaya
akan karoten. Campur makanan pokok tersebut dengan kacang-kacangan dan sayur-sayuran,
serta ditambahkan tahu,tempe, daing atau ikan. Sari buah segar atau pisang baik untui
menambah kalium. Makanan yang berlemak atau makanan yang mengandung banyak gula
seperti sari buah manis yang diperdagangkan, minuman ringan, sebaiknya dihindari.
Pemberian makanan setelah diare meskipun anak diberi makanan sebanyak dia mau selama
diare, beberapa kegagalan pertumbuhan mungkin dapat terjadi teruatama bila terjadai
anorexia hebat. Oleh karena itu perlu pemberian ekstra makanan yang akan zat gizi beberapa
minggu setelah sembuh untuk memperbaiki kurang gizi dan untuk mencapai serta
mempertahankan pertumbuhan yang normal. Berikan ekstra makanan pada saat anak merasa
lapar, pada keadaan semacam ini biasanya anak dapat menghabiskan tambahan 50% atau
lebih kalori dari biasanya.12,19,13

19
ZINC
Zinc mengurangi lama dan beratnya diare. Zinc juga dapat mengembalikan nafsu
makan anak. Zinc termasuk mikronutrien yang mutlak dibutuhkan untuk memelihara
kehidupan yang optimal. Dasar pemikiran penggunaan zinc dalam pengobatan diare akut
didasarkan pada efeknya terhadap imun atau terhadap struktur dan fungsi saluran cerna dan
terhadap proses perbaikan epitel saluran cerna selama diare. Pemberian zinc pada diare dapat
meningkatkan absorbs air dan elektrolit oleh usus halus meningkatkan kecepatan regenerasi
epitel usus, meningkatkan jumlah brush border apical, dan meningkatkan respon imun yang
mempercepat pembersihan patogen di usus. Pengobatan dengan zinc cocok ditetapkan di
negara-negara berkembang seprti Indonesia yang memiliki banyak masalah terjadinya
kekurangan zinc di dalam tubuh karena tingkat kesejahteraan yang rendah dan daya
imunitasnya yang kurang memadai. Pemberian zinc dapat menurunkan risiko terjadinya
dehidrasi pada anak. Dosis zinc untuk anak-anak:
- anak dibawah umur 6 bulan : 10 mg (1/2 tablet) per hari
- anak diatas umur 6 bulan : 20 mg (1 tablet) per hari
Zinc diberikan selama 10-14 hari berturut-turut, meskipun anka telah sembuh dari
diare. Untuk bayi tablet zinc diberikan dalam air matang, ASI atau oralit. Untuk anak lebih
besar, zinx dapat dikunyah atau dilarutkan dalam air matang atau oralit.13

Terapi medikamentosa
Berbagai macam obat telah digunakan untuk pengobatan diare seperti
antibiotika:antibiotika, antidiare, adsorben, antiemetic, dan obat yang mempengaruhi
mikroflora usus. Beberapa obat mempunyai lebih dari satu mekanisme kerja, banyak
diantaranya mempunyai efek toksik sistemik dan sebagian besar tidak direkomendasikan
untuk anak umur kurang dari 2-3 tahun.Secara umum dikatakan bahwa obat-obat tersebut
tidak diperlukan untuk pengobatan diare akut.

Antibiotik
Antbiotik apda umunya tidak diperlukan pad semua daire akut oleh karena sebagian
besar diare infeksi adalah rotavirus yang sifatnya self limited dan tidak dapat dibunuh dengan
antibiotic. Hanya sebagian kecil (10-20%) yang disebabkan oleh bakteri pathogen seperti
V,cholera,Shigella, Enterotoksigenik E.coli, Salmonella, Campilobacter, dan sebagainya,1

20
Obat antidiare
Obat-obat ini meskipun sering digunakan tidak mempunyai keuntungan praktis dan
tidak diindikasikan untuk pengobatan diare akut pada anak.Beberapa dari obat-obat ini
berbahaya. Produk yang termasuk dalam kategori ini adalah:1,3

· Adsorben
Contoh: kaolin, attapulgite, smectite, activated charcoal, cholesteramine). Obat-obat
ini dipromosikan untuk pengobatan diare atas dasar kemampuanya untuk mengikat dan
menginaktifasi toksin abkteri atau bahan lain yang menyebabkan diare serta dikatakan
mempunyai kemampuan melindungi mukosa usus. Walaupun demikian, tidak ada bukti
keuntungan praktis dari penggunaan obat ini untuk pengobatan rutin diare akut pada anak.

· Antimotilitas
Contoh loperamidhydrocloride, diphenoxylate dengan atropine, tincture opiii,
paregoric, codein). Obat-obatan ini dapat mengurangi frekuensi diare pada orang dewasa
akan tetapi tidak mengurangi volume tinja pada anak. Lebih dari itu dapat menyebabkan ileus
paralitik yang berat yang dapat fatal atau dapat memperpanjang infeksi dengan
memperlambat eliminasi dari organisme penyebab. Dapat terjadi efek sedative pada dosis
normal.Tidak satupun dari obat-obatan ini boleh diberikan pada bayi dan anak dengan diare.

21
· Bismuth subsalicylate
Bila diberikan setiap 4 jam dilaporkan dapat mengurangi keluaran tinja pada anak
dngan diare akut sebanya 30% akan tetapi, cara ini jarang digunakan.

obat-obat lain:
· Anti muntah
Termasuk obat ini seperti prochlorperazine dan chlorpromazine yang dapat
menyebabkan mengantuk sehingga mengganggu pemberian terapi rehidrasi oral. Oleh karena
itu obat anti muntah tidak digunakan pada anak dengan diare, muntah biasanya berhenti bila
penderita telah terehidrasi

PROBIOTIK
Probiotik diberi batas sebagai mikroorganisme hidup dalam makanan yang
difermentasi yang menunjang kesehatan melalui terciptanya keseimbangan mikroflora
intestinal yang lebih baik.Pencegahan diare dapat dilakukan dengan pemberian probiotik
dalam waktu yang panjang terutama untuk bayi yang tidak minum ASI. Kemungkinan efek
probiotik dalam pencegahan diare melalui perubahan lingkungan mikrolumen usus ,
kompetisi nutrient, mencegah adhesi kuman pathogen pada enterosit, modifikasi toksin atau
reseptor toksin efek trofik terhadap mukosa usus melalui penyediaan nutrient dan
imunomodulasi. Pemberian makanan selama daire harus diteruskan dan ditingkatkan setelah
sembuh, tujuanya adalah memberikan makanan yang kaya nutrient sebanyak anka mampu
menerima.Sebagian besar anak dengan diare cair, nafsu makannya timbul kembali setelah
dehidrasi teratasi. Meneruskan pemberian makanan akan mempercepat kembalinya fungsi
usus yang normal termasuk kemampuan menerima dan mengabsorbsi berbagai nutrient,
sehingga memburuknya status gizi dapat dicegah atau paling tidak dapat dikurangi.
Mekanisme kerja probiotik untuk menghambat pertumbuhan bakteri patogen dalam mukosa
usus belum sepenuhnya jelas tetapi beberapa laporan mneunjukan adanya kompetisi untuk
mengadakan perlekatan dengan enterosit (sel epitel mukosa). Enterosit yang telah jenuh
dengan bakteri probiotik tidak dapat lagi dilekati bakteri yang lain. Jadi dengan adanya
bakteri probiotik di dalam mukosa usus dapat mencegah kolonisasi oleh bakteri patogen.
Lactobacillus strain pada manusia mempunyai kemampuan melekat pada Caco-2 cells dan
sel goblet HT 29-MTX pada sel epitel mukosa usus. Lactobacillus acidophilus LA1 dan LA3
mempunyai kemampuan melekat yang kuat, tidak tergantung pada calcium, sedangkan
Lactobacillus strain LA10 dan LA18 kemampuan melekatnya rendah. Kemampuan
22
perlekatan tersebut dapat dihilangkan dengan adanya tripsin. Strain LA1 mempunyai
kemampuan untuk mencegah perlekatan diarrheagenicEschercia coli (EPEC) dan bakteri
enteroinvasif seperti Salmonella typhymurium, Yersiniatuberculosis. Kemampuan mencegah
perlekatan strain LA1 lebih efektif bila diberikan sebelum atau bersamaan dengan infeksi E
coli daripada setelah infeksi E coli. Disamping mekanisme perlekatan dengna reseptor pada
epitel usus untuk mencegah pertumbuhan bakteri pathogen melalui kompetisi, bakteri
probiotik memberi manfaat pada pejamu oleh karena produksi substansi antibakteri misalnya,
asam organik, bacteriocin, microcin, reuterin, volatile fatty acid, hidrogen peroksida dan ion
hidrogen.1,8,14,15

J. Komplikasi 12,14

1. Gangguan elektrolit
Hipernatremia
Penderita diare dengan natrium plasma>150 mmol/L memerlukan pemantauan
berkala yang ketat. Tujuanya adalah menurunkan kadar natrium secara perlahan-lahan.
Penurunan kadar natrium plasma yang cepat sangat berbahaya oleh karena dapat
menimbulkan edema otak. Rehidrasi oral atau nasogastrik menggunakan oralit adalah cara
terbaik dan paling aman. Koreksi dengan rehidrasi intravena dapat dilakukan menggunakan
cairan 0,45% saline-5% dextrose selama 8 jam. Hitung kebutuhan cairan menggunakan berat
badan tanpa koreksi. Periksa kadar natrium plasma setelah 8jam. Bila normal lanjutkan
dengan rumatan, bila sebaliknya lanjutkan 8 jam lagi dan periksa kembali natrium plasma
setelah 8 jam. Untuk rumatan gunakan 0,18% saline-5% dekstrose, perhitungkan untuk 24
jam. Tambahkan 10 mmol KCl pada setiap 500 ml cairan infuse setelah pasien dapat kencing.
Selanjutnya pemberian diet normal dapat mulai diberikan. lanjutkan pemberian oralit
10ml/kgBB/setiap BAB, sampai diare berhenti.12
Hiponatremia
Anak dengan diare yang hanya minum air putih atau cairan yang hanya mengandung
sedikit garam, dapat terjadai hiponatremia ( Na<130 mmol/L). Hiponatremia sering terjadi
pada anak dengan Shigellosis dan pada anak malnutrisi berat dengan odema. Oralit aman dan
efekstif untuk terapi dari hamper semua anak dengan hiponatremi. Bila tidak berhasil, koreksi
Na dilakukan bersamaan dengan koreksi cairan rehidrasi yaitu :

23
memakai ringer laktat atau normal saline. Kadar Na koreksi (mEq/L)=125- kadar Na serum
yang diperiksa dikalikan 0,6 dan dikalikan berat badan. Separuh diberikan dalam 8 jam,
sisanya diberikan dalam 16 jam. Peningkatan serum Na tidak boleh melebihi 2 mEq/L/jam.1
Hiperkalemia
Disebut hiperkalemia jika K>5 mEq/L, koreksi dilakukan dengan pemberian kalsium
glukonas 10% 0,5-1 ml/kgBB i.v pelan-pelan dalam 5-10 menit dengan monitor detak
jantung.12
Hipokalemia
Diakatakan hipokalemia bila K<3,5 mEq/L, koreksi dilakukan menuurut kadar K: jika
kalium 2,5-3,5 mEq/L diberikan peroral 75 mcg/kgBB/hr dibagi 3 dosis. Bila <2,5 mEq/L
maka diberikan secara intravena drip (tidak boleh bolus) diberikan dalam 4 jam. Dosisnya:
(3,5-kadar K terukurx BBx0,4 +2 mEq/kgBB/24 jam) diberikan dalam 4 jam lemudian 20
jam berikutnya adalah (3,5-kadar K terukurx BBx 0,4+1/6x2 mEqxBB). Hipokalemia dapat
menyebakan kelemahan otot, paralitik usus, gangguan fungsi ginjal dan aritmia jantung.
Hipokalemia dapat dicegah dan kekurangan kalium dapat dikoreksi dengan menggunakan
makanan yang kaya kalium selama diare dan sesudah diare berhenti12

2. Demam
Demam sering terjadi pada infeksi shigella disentriae dan rotavirus. Pada umunya
demam akan timbul jika penyebab diare mengadakan invasi ke dalam sel epitel usus. Demam
juga dapat terjadi karena dehidrasi. Demam yang timbul akibat dehidrasi pada umunya tidak
tinggi dan akan menurun setelah mendapat hidrasi yang cukup. Demam yang tinggi mungkin
diikuti kejang demam. Pengobatan: kompres dan/ antipiretika. Antibiotika jika ada infeksi.14

3. Edema/overhidrasi
Terjadi bila penderita mendapat cairan terlalu banyak. Tanda dan gejala yang tampak
biasnya edema kelopak mata, kejang-kejang dapat terjadi bila ada edema otak. Edema paru-
paru dapat terjadi pada penderita dehidrasi berat yang diberi larutan garan faali. Pengobatan
dengan pemberian cairan intravena dan atau oral dihentikan, kortikosteroid jika kejang.14
4. Asidosis metabolik
Asidosis metabolik ditandai dengan bertambahnya asam atau hilangnay basa cairan
ekstraseluler. Sebagai kompensasi terjadi alkalosis respiratorik, yang ditandai dengan
pernafasan yang dalam dan cepat (kuszmaull). pemberian oralit yang cukup mengadung
bikarbonas atau sitras dapat memperbaiki asidosis.
24
5. Ileus paralitik
Komplikasi yang penting dan sering fatal, terutama terjadi pada anak kecil sebagai
akibat penggunaan obat antimotilitas. Tanda dan gejala berupa perut kembung, muntah,
peristaltic usu berkurang atau tidak ada. Pengobatan dengan cairan per oral dihentikan, beri
cairan parenteral yang mengandung banyak K.14

6. Kejang3
o Hipoglikemia: terjadi kalau anak dipuasakan terlalu lama. Bila penderita dalam
keadaan koma, glukosa 20% harus diberika iv, dengan dosis 2,5 mg/kgBB, diberikan
dalam waktu 5 menit. Jika koma tersebut disebabkan oleh hipoglikemia dengan
pemberian glukosa intravena, kesadaran akan cepat pulih kembali.
o kejang demam
o Hipernatremia dan hiponatremia
o penyakit pada susunan saraf pusat, yang tidak ada hubungannya dengan diare, seperti
meningitis, ensefalitis atau epilepsy.

7. Malbasorbsi dan intoleransi laktosa


Pada penderita malabsorbsi atau intoleransi laktosa, pemberian susu formula selama
diare dapat menyebabkan:14
- Volume tinja bertambah
- berat badan tidak bertambah atau gejala/tanda dehidrasi memburuk
- dalam tinja terdapat reduksi dalam jumlah cukup banyak.
Tindakan:
A. Mencampur susu dengan makanan lain untuk menurunkan kadar laktosa dan
menghidari efek “bolus”
b. Mengencerkan susu jadi ½-1/3 selama 24 -48 jan. Untuk mangatasi kekeurangan
gizi akibat pengenceran ini, sumber nutrient lain seperti makanan padat, perlu
diberikan.
c. Pemberian “yogurt” atau susu ynag telah mengalami fermentasi untuk mengurangi
laktosa dan membantu pencernaan oleh bakteri usus.
d. Berikan susu formula yang tidak mengandung/rendah laktosa, atau ganti dengan
susu kedelai.

25
8. Malabsorbsi glukosa
Jarang terjadi. Dapat terjadi penderita diare yang disebabkan oleh infeksi, atau
penderita dengan gizi buruk. Tindakan: pemberian oralit dihentikan, berikan cairan
intravena14
9. Muntah
Muntah dapat disebabkan oleh dehidrasi, iritasi usus atau gastritis yang menyebabkan
gangguan fungsi usus atau mual yang berhubungan dengan infeksi sistemik. Muntah dapat
juga disebabkan karena pemberian cairan oral terlalu cepat. Tindakan: berikan oralit sedikit-
sedikit tetapi sering (1 sendok makan tiap 2-3 menit), antiemetic sebaiknya tidak diberikan
karena sering menyebabkan penurunan kesadaran.14
10. Akut kidney injury
Mungkin terjadi pada penderita diare dengan dehidrasi berat dan syok.Didiagnosis
sebagai AKI bila pengeluaran urin belum terjadi dalam waktu 12 jam setelah hidrasi cukup.14

K. Pencegahan
1. Mencegah penyebaran kuman pathogen penyebab diare
Kuman-kuman patoggen penyebab diare umumnya disebarkan secara fekal oral.
Pemutusan penyebaran kuman penyebab diare perlu difokuskan pada cara penyebaran ini.
Upaya pencegahan diare yang terbukti efektif meliputi:
a. Pemberian ASI yang benar
b. Memperbaiki penyiapan dan penyimpanan makanan pendamping ASI
c. Menggunakan air bersih yang cukup
d. Membudayakan kebiasaan mencuci tangan dengan sabun sehabis buang air besar dan
sebelum makan
e. Penggunaan jamban yang bersih dan higienis oleh seluruh anggota keluarga
f. Membuang tinja bayi yang benar
2. Memperbaiki daya tahan tubuh pejamu
Cara-cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan daya tahan tubuh anak dan dapat
juga mengurangi resiko diare antara lain:
a. Memberi ASI paling tidak sampai usia 2 tahun
b. Meningkatkan nilai gizi makanan pendamping ASI dan member makan dalam jumlah
yang cukup untuk memperbaiki status , gizi anak.
c. Imunisasi campak. Pada balita 1-7% kejadian diare behrunbungan dengan campak, dan
diare yang etrjadi umunya lebih berat dan lebih lama (susah diobati, cenderung menjadi
26
kronis) karena adanya kelainan pada epitel usus. Diperkirakan imunisasi campak yang
mencakup 45-90% bayi berumur 9-11 bulan dapat mencegah 40-60% kasus campak, 0,6-
3,8% kejadian diare dan 6-25% kematian karena diare pada balita.1,3
d. Vaksin rotavirus, diberikan untuk meniru respon tubuh seperti infeksi alamiah, tetapi
infeksi pertama oleh vaksin tidak menimbulkan, manifestasi diare. Di dunialah beredar 2
vaksin rotavirus oral yang diberikan sebelum usia 6 bulan dalam 2-3 kali pemberiian
dengan interval 4-6 minggu. 12,17,18,19,

L. Prognosis
Bila kita menatalaksanakan diare sesuai dengan 4 pilar diare, sebagian besar (90%)
kasus diare pada anak akan sembuh dalam waktu kurang dari 7 hari, sebagian kecil (5%) akan
melanjut dan sembuh dalam kurang dari 7 hari, sebagian kecil (5%( akan menjadi diare
persisten.19

27
BAB II
LAPORAN KASUS

Identitas pasien
Nama Pasien : An.Nathan
Umur : 11 bulan
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Tanggal masuk RS : 05/10/2019
Alamat : masmambang

Anamnesis
Diberikan Oleh : Ibu kandung pasien
Keluhan Utama
Mencret sejak 2hari SMRS
Riwayat Penyakit Sekarang
2 hari SMRS, pasien mengeluh mencret (BAB cair) sebanyak >5 kali/hari, ampas (+), darah(-
), lendir(+), bau (+). Keluhan ini disertai muntah sebanyak 2x/hari berisi makanan dan
minuman. Pasien juga mengeluh demam (+) yang timbul bersamaan dengan keluhan mencret
tersebut. Hari pertama demam selasa pagi, demam hilang timbul.Minum obat penurun panas,
demam menurun, kemudian naik lagi.Keluhan kejang (-), menggigil (-), keringat dingin (-),
mimisan (-), gusi berdarah (-). Nafsu makan menurun.Keluhan BAK tidak ada.Pasien sudah
berobat ke bidan dan praktek dokter, namun keluhan tidak membaik.

Riwayat Penyakit Dahulu


 Trauma kepala (-)
 Riwayat mencret sebelumnya (-)
 Riwayat kejang demam (-)

Riwayat Penyakit Keluarga


 Tidak ada yang mengalami keluhan yang sama dengan pasien

28
Riwayat Kehamilan
 Pasien lahir cukup bulan, secara spontan ditolong oleh bidan BBL 2.900 gram, lahir
langsung menangis.
 Ibu pasien rutin memeriksakan kehamilan kebidan. Riwayat mengkonsumsi alkohol (-
), obat-obatan (-), merokok (-), jamu-jamuan (-),
 Tidak ada riwayat penyakit penyerta selama kehamilan.

Riwayat Makan Dan Minum


 ASI: dari lahir sampai 6 bulan tanpa susu formula
 Usia 6 bulan – sekarang, anak diberi ASI dan MPASI tanpa susu formula

Riwayat Imunisasi
Berdasarkan alloanamnesis orang tua pasien selalu membawa rutin anaknya
imunisasi ke bidan dengan membawa kartu KMS
 Hepatitis B 3x
 BCG 1x
 Polio 4x
 DPT 3x
 Campak 1x
Riwayat perkembangan
 Merangkak usia 8 bulan
 Tengkurap 3 bulan
 Berusaha berdiri usia 9 bulan
 Sekarang pasien sudah dapat berjalan dan bermain
Kesan: pertumbuhan dan perkembangan normal

Keadaan Perumahan dan Tempat Tinggal


Pasien tinggal bersama orang tuanya dengan keadaan sanitasi lingkungan yang kurang
baik. Menurut pasien selama musim kemarau ini air sumur semakin berkurang, sehingga
air yang didapat berupa air keruh.

29
PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
 Keadaan umum : Tampak sakit sedang
 Kesadaran : Compos Mentis
 Vital Sign :
 Nadi : 130x/i reguler, cukup
 Nafas : 34x/i, reguler
 Suhu : 37,9oC
 BB : 7,3 kg
 Kulit : Pucat (-), sianosis (-), ikterik (-)
 Kepala : normosefal,.
 Rambut : Hitam, lurus, tidak mudah dicabut.
 Mata
- Konjungtiva : Anemis (-/-)
- Sclera : Tidak ikterik
- Pupil : Bulat, isokhor Ɵ 3 mm/ 3 mm
- Reflek cahaya : +/+
- Cekung : +/+
 Telinga : Sekret -/-
 Hidung : Sekret -/-, tidak ada tanda-tanda perdarahan
 Mulut : Bibir sianosis (-), mukosa kering (+), karies gigi (-),lidah
kotor (-), T1-T1, faring hiperemis.

 Pemeriksaan leher :
- pembesaran KGB tidak ada
- Kaku kuduk tidak ditemukan.
 Pemeriksaan Thoraks :
- Paru : Inspeksi gerakan dada simetris kiri dankanan,retraksi(-)
Palpasistem fremitus kanan = kiri
Perkusi sonor seluruh lapangan paru
Auskultasi bronkhovesikuler, ronki-/-, wheezing -/-
- Jantung : Inspeksi ictus cordis tidak terlihat

30
Palpasi ictus cordis tidak teraba
Auskultasi bunyi jantung normal, bising jantung (-).
 Pemeriksaan Abdomen :
- Inspeksi datar, distensi (-), venektasi (-)
- Palpasi  supel, organomegali (-), turgor kulit baik.
- Perkusi  tympani
- Auskultasi bising usus (+) meningkat, normal.
 Pemeriksaan Ekstremitas : RCT < 2 detik.
Kanan Kiri
Tangan (+) (+)
Akral hangat
Kaki (+) (+)
Tangan Normotonus Normotonus
Tonus otot
Kaki Normotonus Normotonus
Tangan Aktif Aktif
Sendi
Kaki Aktif Aktif
Lain – lain Oedem (-) (-)

PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Tanggal 05 Oktober 2019
Jenis Pemeriksaan Hasil
HEMATOLOGI RUTIN
Leukosit 11.300 mm3
Hemoglobin 12,8 gr/dl
Hematokrit 33 %
Trombosit 286.000 sel/mm3
HITUNG JENIS
Basofil 0
Eosinofil 0
Batang 3
Segmen 51
Limfosit 38
Monosit 8

31
DERAJAT DEHIDRASI ( berdasarkan MAURICE KING SCORE)
- Keadaan Umum: cengeng =1
- Turgor kulit: baik =0
- Mata: sedikit cekung =1
- Ubun-ubun besar: datar =0
- Mulut: kering =1
- Denyut nadi 130 =1
 Kesan : Jumlah skor 4 = Dehidrasi sedang

Resume

2 hari SMRS, pasien mengeluh mencret (BAB cair) sebanyak >5 kali/hari, ampas (+),
darah(-), lendir(+), bau (+).
 2 hari SMRS, pasien juga mengeluh demam (+) yang timbul bersamaan dengan
keluhan mencret. Hari pertama demam selasa pagi, demam hilang timbul. Minum
obat penurun panas, demam menurun, kemudian naik lagi. Nafsu makan menurun
 Pasien sudah berobat ke bidan dan praktek dokter, namun keluhan tidak membaik.

Diagnosis Banding :
Diare akut dengan dehidrasi ringan-sedang e.c Susp bakteri

Diagnosis Kerja:
Diare akut dengan dehidrasi ringan-sedang e.c Susp rotavirus

Penatalaksanaan
Perencanaan pemeriksaan penunjang diagnosis
Feses Lengkap
Cek ulang darah rutin
Tatalaksana monitoring
- Observasi KU, Awasi Tanda vital, pantau muntah dan tanda-tanda dehidrasi

32
Tatalaksana medikamentosa
- IVFD NaCl 0,9% 91 tpm mikro/menit harus habis dalam waktu 6 jam
- IVFD kaen 1 B 30 tpm mikro/menit
- Inj ceftrimax 375 mg/12jam/iv + 50 cc NaCl 0,9%,jika skin test (-)
- Paracetamol drop 3-4 x 1 cc
- Metronidazole syr 125 mg/5cc, 3 x 3,5 cc
- Lbio 1 sachet/hari

Prognosis
Ad vitam : ad bonam
Ad fungtionam :ad bonam
Ad sanationam :ad bonam

33
PEMBAHASAN

Berdasarkan keluhan yang dialami pasien, pasien mengalami diare akut


karena adanya pertambahan frekuensi defekasi (BAB) yakni lebih dari 5 kali
disertai perubahan konsistensi tinja yang menjadi cair , berampas tetapi tidak ada
darah dengan onset 2 hari (< 7 hari). Pada pasien ini frekuensi mencret >5 kali,
dengan , konsistensi cair, terdapat lendir, darah tidak ada dan juga bau busuk
maka dicurigai penyebab diare adalah virus. Pasien ini juga mengalami dehidrasi
yang ditandai dengan keadaan umum pasien rewel, keinginan pasien untuk minum
meningkat (terasa haus), BAK yang sedikit, mata sedikit cekung, serta bibir dan
mukosa kulit kering,
Menurut WHO dengan penilaian berdasarkan keadaan umum anak rewel, mata
sedikit cekung, mulut kering, masih adanya rasa haus dan turgor kulit kembali
lambat, maka pasien ini masuk dalam kategori dehidrasi derajat ringan-sedang.
Jadi berdasarkan keluhan yang dialami pasien ini, maka dapat disimpulkan
bahwa pasien mengalami diare akut dengan dehidrasi derajat ringan-sedang.Pada
kondisi ini pasien indikasi untuk dirawat inap di RS, karena pasien harus segera
mendapatkan penatalaksanaan rehidrasi terapi B, dengan pemberian cairan secara
parentral dengan dosis 70 cc/kgbb/5 jam (<12 bulan).Penatalaksanaan rehidrasi ini
termasuk salah satu dari 5 pilar tatalaksana diare akut pada anak. Selain itu
penatalaksanaannya, yaitu: zink <6bln 10 mg, >6 bln 20 mg selama 10-14 hari,
edukasi pada orang tua pasien tantang tanda dehidrasi dan pentingnya hygiene,
lanjutkan pemberian ASI bila masih ASI ekslusif dan makan makanan bergizi
rendah serta serta susu bebas laktosa pada kasus intoleransi laktosa maupun diare
dehidrasi berat, serta pemberian obat lain (antibiotic selektif).

34
DAFTAR PUSTAKA

1. Haslam Robert H. A. Sistem Saraf, dalam Ilmu Kesehatan Anak Nelson, Vol. 3, Edisi
15. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta. 2000; XXVII : 2059 – 2060
2. Hendarto S. K. Kejang Demam. Subbagian Saraf Anak, Bagian Ilmu Kesehatan Anak,
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, RSCM, Jakarta. Cermin Dunia
Kedokteran No. 27. 1982 : 6 – 8.
3. Behrman dkk, (e.d Bahasa Indonesia), Ilmu Kesehatan Anak. Edisi 15, EGC, 2000.
Hal 2059-2067.
4. Pusponegoro HD, Widodo DP, Sofyan I. Konsensus Penatalaksanaan Kejang Demam.
Unit Kerja Koordinasi Neurologi Ikatan Dokter Anak Indonesia, Jakarta. 2006 : 1 –
14.
5. Price, Sylvia, Anderson. Patofisiologi, Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. EGC,
Jakarta 2006.
6. Febrile Seizures: Causes, Symptoms, Diagnosis and Treatment. Diunduh pada tanggal
23 April 2012. Didapatkan dari: www.medicinenet.com/febrile_seizures/article.htm
7. Mary Rudolf, Malcolm Levene. Pediatric and Child Health. Edisi ke-2. Blackwell
pulblishing; 2006. Hal 72-90.
8. Rudolph AM. Febrile Seizures. Rudoplh Pediatrics. Edisi ke-20. Appleton dan Lange,
2002
9. Pudjaji AH, Hegar B, Handryastuti, Idris NS, Gandaputra EP, Harmoniati ED.
Pedoman pelayanan medis. Ikatan Dokter Anak Indonesia; Jakarta. 2010. h. 150-2.
10. Ministry of health service. Guidelines and protocols febrile seizure. British columbia
medical association. 2010.
11. Febrile Seizures Fact Sheets: National Institutes of Neurology and Stroke Diunduh
pada tanggal 23 April 2012. Didapatkan dari:
www.ninds.nih.gov/disorders/febrile_seizures/detail_febrile_seizures.htm
12. Subagyo B dan Santoso NB. Diare akut dalam Buku Ajar Gastroenterologi-
Hepatologi Jilid 1, Edisi 1. Jakarta: Badan penerbit UKK Gastroenterologi-Hepatologi
IDAI. 2010:87-110
13. WHO. Diarrhoeal Disease (Updated February 2009). In
http:www.Who.int/vaccine_research/disease/diarrhoeal/en/index html. [diunduh
tanggal 10 agustus 2013]

35
14. Suraatmaja Sudaryat. Diare dalam Kapita Selekta Gastroenterologi Anak. Jakarta:
Sagung Seto. 2007:1-24
15. Soenarto et al. Burden of Severe Rotavirus Diarrhea In Indonesia. The Journal of
Infectious disease 200: S188-94, 2009.
16. Suraatmaja Sudaryat. Masalah Rehidrasi Oral dalam Kapita Selekta Gastroenterologi
Anak. Jakarta: Sagung Seto. 2007:44-53
17. Pickering LK. Gastroenteritis in Nelson textbook of pediatrics 19th edition. United
Stated of Amrica, Lippincot wiliams
18. Gaurino et al. European Society for Pediatric Gastroenterology, Hepatology and
Nutrition/European Society for Paediatric Infectious disease Evidenced Based
Guidelines for Management of Acute Gastroenteritis in Children in Europe. Journal of
Pediatric Gastroenterology and Nutrition 46: S81-184.2008
19. Firmansyah A dkk. Modul pelatihan Tata laksana diare pada anak. Jakarta: Badan
Koordinasi Gastroenterologi Anak Indonesia.2005.
20. Berkes et al. Intestinal Epithelial responses to enteric pathogens: effect on the tight
junction barrier, ion transport and inflammation. Dalam http:www.glut.bmj.com.
[diunuduh tanggal 9 Agustus 2013].
21. WHO. Diare dalam Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit Pedoman
Bagi Rumah Sakit Rujukan Tingkat Pertama di Kabupaten Kota. Jakarta: WHO
Indonesia.2009.
22. UNICEF. Oral Rehydration Salt (ORS) A New Reduced Osmolality Formulation.
Http:www// rehydrate/ors/oral rehydration salt.htm.2002. [diunduh tanggal 16
Agustus 2013].
23. IDAI.2010. Pedoman Pelayanan Medis.Ikatan Dokter Anak Indonesia.

36

Anda mungkin juga menyukai