Anda di halaman 1dari 110

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah


Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat. Setiap manusia
membutuhkan pendidikan, sampai kapan dan dimanapun ia berada. Pendidikan
sangat penting artinya, sebab tanpa pendidikan manusia akan sulit berkembang
dan bahkan akan terbelakang. Dengan demikian pendidikan harus betul-betul
diarahkan untuk menghasilkan manusia yang berkualitas dan mampu bersaing, di
samping memiliki budi pekerti yang luhur dan moral yang baik
(http://hemow.wordpress.com/, 28 mei 2008)
Berbicara mengenai pendidikan memang bukanlah hal yang mudah untuk
ditafsirkan secara sederhana, karena pendidikan merupakan suatu bentuk dari
perubahan manusia. John Locke (dalam Kretif 2006:5) di dalam bukunya
Quantum Education menyatakan bahwa: “The main purpose of education for
human is make human to be human”. Dengan kata lain pendidikan adalah untuk
memanusiakan manusia, sehingga pendidikan merupakan bagian yang sangat
penting bagi kehidupan manusia.
Selain itu pendidikan juga merupakan suatu upaya untuk meningkatkan
kualitas sumber daya manusia baik fisik, mental maupun spiritual. Sebagaimana
dikemukakan Upik (http://Upik.jogja.go.id/news, 2005) bahwa :
Sejalan dengan konsep pendidikan yang dicanangkan oleh PBB bahwa
pendidikan ditegakkan oleh empat pilar, yaitu learn to know, learn to do,
learn to live together and learn to be. Pilar pertama dan kedua lebih
diarahkan untuk membentuk sense of having yaitu bagaimana pendidikan
dapat mendorong terciptanya sumber daya manusia yang memiliki kualitas di
bidang ilmu pengetahuan dan ketrampilan agar dapat digunakan untuk
meningkatkan kualitas hidup, sehingga mendorong sikap proaktif, kreatif dan
inovatif ditengah kehidupan masyarakat. Sementara pilar ketiga dan keempat
diarahkan untuk membentuk karakter bangsa atau sense of being, yaitu
bagaimana harus terus menerus belajar, dan membentuk karakter yang
memiliki integritas dan tanggung jawab serta memiliki komitmen untuk
melayani sesama. Sense of being ini penting karena sikap dan perilaku seperti
ini akan mendidik siswa untuk belajar saling memberi dan menerima serta
belajar untuk menghargai serta menghormati perbedaan atas dasar kesetaraan
dan toleransi.
2

Pemerintah Indonesia juga memahami arti pentingnya pendidikan bagi


warga negaranya. Sejak berdirinya negara, pendidikan telah tercantum sebagai
salah satu tujuan utama bangsa ini yakni yang tersirat dalam kata mencerdaskan
kehidupan bangsa. Ini bukanlah hal yang spontanitas keluar ketika sebuah negara
baru merdeka, bahkan pemerintah membangun sebuah komitmen yang terdapat
dalam program wajib belajar untuk seluruh warga negara Indonesia dan berbagai
sarana-sarana dalam pendidikan semakin ditingkatkan sehingga dapat
meningkatkan mutu pendidikan.
Salah satu wadah kegiatan yang dipandang mampu menciptakan SDM
yang berkualitas adalah pendidikan matematika. Matematika merupakan suatu
pelajaran yang diajarkan pada setiap jenjang pendidikan di Indonesia mulai dari
Sekolah Dasar (SD) sampai dengan Sekolah Menengah Atas (SMA). Hal ini
sesuai dengan salah satu tujuan pendidikan matematika (GBPP Matematika SMU
1995:1) yaitu: “Mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan
keadaan di dalam kehidupan dan di dunia yang selalu berkembang, melalui
latihan, bertindak atas dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis, cermat, jujur,
efektif dan efisien”.
Banyak usaha yang telah dilakukan oleh pihak pemerintah maupun swasta
untuk mencapai tujuan tersebut salah satunya adalah peningkatan mutu guru yaitu
dengan mengadakan penataran dan khusus untuk matematika dan IPA dengan
membuka beberapa sanggar latihan pemantapan kerja guru (SPKG). Tetapi hingga
saat ini pembelajaran matematika masih tetap masalah yang banyak dibicarakan
oleh para pendidik dan kalangan orang tua siswa. Hal ini dikarenakan rendahnya
nilai matematika yang diperoleh siswa, demikian juga dengan nilai Ujian Akhir
Nasional (UAN), rata-rata matematika yang selalu rendah setiap tahun pelajaran.
Hal yang sama seperti dikemukakan oleh Depdiknas (2006) yaitu: “Pada tahun
2000 – 2005 dari peserta ujian siswa SMA, untuk nilai matematika hanya
memperoleh nilai 4,50”.
Segala upaya telah dilakukan oleh pemerintah seperti pembaharuan
kurikulum, melengkapi sarana dan prasarana yang menunjang proses belajar
mengajar, dan tidak kalah pentingnya adalah meningkatkan kualitas tenaga
3

pendidik. Guru sebagai tenaga pendidik dituntut untuk menguasai strategi dan
metode mengajar agar tercipta proses belajar yang efektif di kelas sehingga guru
harus mampu memilih metode mengajar yang tepat untuk siswa. Seorang guru
atau instruktur harus menyusun beberapa macam teknik yang paling efektif untuk
mencapai suatu tujuan tersebut.
Pengalaman peneliti selama mengikuti PPL (Program Pengalaman
Lapangan) yaitu banyak siswa yang kurang menguasai konsep matematika karena
siswa terbiasa menghafal rumus, sehingga siswa tidak percaya diri dan sulit dalam
menyelesaikan permasalahan yang menyangkut matematika. Ketidakpercayaan
diri siswa disebabkan karena siswa kurang latihan bahkan guru lebih banyak
menyelesaikan soal daripada siswa itu sendiri sehingga perubahan-perubahan
tingkah laku pembelajaran siswa sama sekali kurang (pasif).
Untuk itu adapun usaha yang harus dilakukan untuk memperbaiki atau
meningkatkan hasil belajar matematika tersebut adalah dengan meningkatkan
kompetensi guru dalam memilih strategi pembelajaran yang dapat meningkatkan
keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran karena sampai sekarang ini masih
banyak siswa yang mengeluh bahkan menjadikan matematika sebagai momok
yang menakutkan sehingga mereka menjadi malas untuk lebih mendalami lagi
mempelajari matematika. Kebanyakan dari siswa mempunyai kesulitan dalam
memahami konsep, khususnya tentang konsep persamaan kuadrat, dimana konsep
ini banyak kaitannya dengan aritmatika, kalkulus dan masalah dalam kehidupan
sehari-hari. Pemahaman konsep ini dapat menggambarkan kemampuan seorang
siswa dalam memahami matematika.
Persamaan kuadrat salah satu pokok bahasan yang diajarkan pada siswa
kelas X SMA semester kedua. Dalam materi persamaan kuadrat siswa dituntut
untuk menemukan sendiri rumus – rumus persamaan kuadrat. Menurut hasil
wawancara peneliti dengan Ibu Tuti Sipahutar salah seorang guru matematika di
SMA Negeri 1 Perbaungan pada tanggal 20 Juni 2008 mengatakan: “Dalam
menyelesaikan soal – soal persamaan kuadrat, siswa mengalami kesulitan untuk
menentukan akar – akar persamaan kuadrat ax2 + bx + c = 0, jika a bukan 1
dengan memfaktorkan dan melengkapkan kuadrat sempurna”.
4

Hal ini juga terlihat dari angket yang diberikan kepada siswa bahwa:
“Dalam mempelajari persamaan kuadrat siswa mengalami kesulitan dalam
menentukan akar-akar persamaan kuadrat ax2 + bx + c = 0, jika a bukan 1 dengan
memfaktorkan dan melengkapkan kuadrat sempurna”.
Hal ini dibuktikan juga dengan hasil pra penelitian yang dilakukan oleh
peneliti bahwa dari 40 siswa kelas X SMA Negeri 1 Perbaungan yang diberikan
tes soal essay persamaan kuadrat sebanyak 5 soal, semua siswa memperoleh nilai
dibawah 6 bahkan ada 10 siswa yang tidak menjawab tes tersebut. Waktu yang
diberikan dalam mengerjakan soal tes tersebut adalah 50 menit.
Salah satu penyebab siswa mengalami kesulitan dalam memahami konsep
tersebut karena siswa tidak dibiarkan untuk menyelesaikan atau membuktikan
suatu konsep yang diberikan sehingga siswa cenderung kurang aktif yang
menyebabkan perbuatan-perbuatan atau tingkah laku dari siswa kurang terampil
dalam penyelesaian soal.
Berkaitan dengan uraian tersebut maka perlu dipikirkan cara dan strategi
untuk mengatasi permasalahan di atas. Salah satu metode mengajar yang
diterapkan dalam belajar matematika adalah metode guided discovery (penemuan
terbimbing). Dalam Martiningsih, (http : // martiningsih. blogspot. com/2007/12/
macam-macam-metode-pembelajaran.html, 18 Desember 2007):
Dengan menggunakan metode guided discovery ini, menantang peserta didik
untuk merasa terlibat atau berpartisipasi dalam aktivitas pembelajaran.
Peranan guru hanyalah sebagai fasilitator dan pembimbing atau pemimpin
pengajaran yang demokratis, sehingga diharapkan peserta didik lebih banyak
melakukan kegiatan sendiri atau dalam bentuk kelompok memecahkan
masalah atas bimbingan guru.

Metode yang lain yang dapat diterapkan dalam belajar matematika adalah
metode behavior modification. Menyangkut belajar aktif Piaget (http: // bdg.
centrin.net.Id/~pawitmy/Modul%20kuliah%20teori%20IIP/modul%209,%20 teori
%20belajar %20behavioristik%20kontekstual.pdf, 29 Juni 2008):
Tidak menunjuk hanya pada aksi luar yang ditunjukkan siswa. Ia
mencontohkan yang digunakan oleh Socrates yaitu dengan metode Socratik
(utamanya tanya jawab) untuk mengkondisikan siswa dalam situasi aktif
mengkonstruksi sendiri pengetahuannya. Tugas guru adalah mengungkap apa
yang telah dimiliki siswa dan dengan penalarannya dapat bertanya secara
5

tepat pada saat yang tepat pula sehingga siswa mampu membangun
pengetahuannya melalui penalaran berdasar pengetahuan awal yang dimiliki
siswa tersebut. Bahkan jawaban benar bukan tujuan utama. Yang utama ialah
bagaimana siswa dapat memperkuat penalaran dan meyakini kebenaran
proses berpikirnya yang tentunya akan membawa ke jawaban yang benar.
Hal ini selaras dengan penilaian yang berprinsip menyeluruh, yaitu penilaian
yang mencakup proses dan hasil belajar, yang secara bertahap
menggambarkan perubahan tingkah laku (behavior modification).

Mempelajari persamaan kuadrat bukan hanya kemampuan menemukan


kebenaran jawaban akhir dan mutlak tetapi juga untuk memperoleh ketangkasan
dan keterampilan harus diperlukan suatu keaktifan siswa dengan mengerjakan
sendiri dan memecahkan masalah sendiri dari suatu konsep yang diberikan. Oleh
sebab itu, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul
“Perbedaan Hasil Belajar Matematika Siswa Yang Diajar Dengan Metode
Behavior Modification Dan Metode Guided Discovery pada Sub Pokok
Bahasan Persamaan Kuadrat Di Kelas X SMA Negeri 1 Perbaungan Tahun
Ajaran 2008 / 2009”.

1.2. Identifikasi Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti mengidentifikasi berbagai
masalah sebagai berikut :
1. Persepsi bahwa pelajaran matematika itu adalah pelajaran yang sulit.
2. Hasil belajar matematika siswa masih rendah.
3. Siswa sulit memahami konsep persamaan kuadrat.
4. Siswa tidak terlibat aktif dalam proses pembelajaran.
5. Penerapan metode pembelajaran yang kurang sesuai dengan materi
pelajaran.

1.3. Pembatasan Masalah


Agar permasalahan pada penelitian ini tidak terlalu luas, maka masalah
dalam penelitian ini dibatasi pada perbedaan hasil belajar matematika siswa yang
diajar dengan metode behavior modification dan metode guided discovery pada
6

sub pokok bahasan persamaan kuadrat di kelas X SMA Negeri 1 Perbaungan


Tahun Ajaran 2008/2009 .

1.4. Rumusan Masalah


Untuk memperjelas permasalahan sebagai dasar penelitian ini maka
peneliti mencoba merumuskan masalah sebagai berikut :
1. Apakah terdapat perbedaan antara hasil belajar matematika siswa yang
diajar dengan metode behavior modification dengan hasil belajar
matematika siswa yang diajar dengan metode guided discovery pada sub
pokok bahasan persamaan kuadrat di kelas X SMA Negeri 1 Perbaungan?
2. Apakah kesulitan belajar matematika yang dihadapi siswa dalam
mempelajari sub pokok bahasan persamaan kuadrat di kelas X SMA
Negeri 1 Perbaungan?

1.5. Tujuan Penelitian


Adapun tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan antara hasil belajar
matematika siswa yang diajar dengan metode behavior modification
dengan hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan metode guided
discovery pada sub pokok bahasan persamaan kuadrat di kelas X SMA
Negeri 1 Perbaungan.
2. Untuk mengetahui kesulitan belajar matematika yang dihadapi siswa
dalam mempelajari sub pokok bahasan persamaan kuadrat di kelas X SMA
Negeri 1 Perbaungan.

1.6. Manfaat Penelitian


Hasil dari pelaksanaan penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat :
1. Bagi guru: Sebagai bahan masukan kepada guru matematika tentang perbedaan
pembelajaran dengan metode guided discovery (penemuan terbimbing) dan
metode behavior modification (modifikasi tingkah laku).
7

2. Bagi siswa: Sebagai pengalaman belajar dan memberikan variasi metode


pembelajaran guna meningkatkan hasil belajar matematika siswa dalam
memahami dan menguasai konsep demi mencapai prestasi yang lebih baik
3. Bagi sekolah: Sebagai bahan pertimbangan untuk melengkapi sarana dan
prasarana belajar dalam peningkatan mutu proses pembelajaran matematika.
4. Bagi peneliti: Sebagai bahan masukan dan bekal ilmu pengetahuan bagi
peneliti dalam mengajar matematika dimasa yang akan datang.
8

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1. KERANGKA TEORITIS


2.1.1. Strategi Pembelajaran Matematika
Banyak definisi yang diberikan tentang belajar. Belajar adalah kegiatan
yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam setiap
penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti bahwa berhasil atau
gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat bergantung pada proses belajar
yang dialami siswa, baik ketika ia berada di sekolah maupun di lingkungan rumah
atau keluarganya sendiri. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat beberapa pendapat
ahli mengenai pengertian belajar berikut ini :
Menurut Gage (dalam Dahar, 1996:11) mengatakan bahwa: “Belajar dapat
didefenisikan sebagai suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya
sebagai akibat pengalaman”. Menurut Hilgard (dalam Sanjaya, 2007:110)
mengungkapkan bahwa: “Belajar adalah proses perubahan melalui kegiatan atau
prosedur latihan baik latihan di dalam laboratorium maupun dalam lingkungan
alamiah”. Selanjutnya menurut Syaiful, dkk (2006:11) bahwa: “Belajar adalah
proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan latihan”. Begitu pula menurut
J.Bruner dalam Hidayat (http://www.mathematic.transdigit.com, 4 Juni 2007)
bahwa: “Belajar merupakan suatu proses aktif yang memungkinkan manusia
untuk menemukan hal – hal baru diluar informasi yang diberikan kepada dirinya”.
Berdasarkan pendapat para ahli diatas belajar dapat diartikan sebagai suatu
kegiatan yang mengakibatkan perubahan tingkah laku berdasarkan hasil
pengalamannya melalui interaksi dengan lingkungan.
Seseorang akan lebih mudah mempelajari sesuatu bila belajar itu didasari
pada apa yang telah diketahui orang. Karena matematika merupakan ide – ide
yang abstrak yang diberi simbol - simbol maka konsep – konsep matematika harus
dipahami lebih dahulu sebelum memanipulasi simbol – simbol itu. Karena itu
untuk mempelajari suatu materi yang baru, pengalaman belajar yang lalu akan
mempengaruhi proses belajar materi selanjutnya. Dengan demikian, apabila
9

belajar matematika yang terputus – putus akan mengganggu terjadinya proses


belajar, karena itu proses belajar matematika akan lancar jika dilakukan secara
kontinyu.
Proses belajar (http: // bdg. centrin.net.Id/ ~pawitmy/ Modul %20kuliah
%20teori %20IIP/ modul%209, %20 teori %20belajar %20behavioristik
%20kontekstual. pdf, 29 Juni 2008) adalah:
Interaksi atau hubungan timbal balik antara siswa dengan guru dan antara
sesama siswa dalam proses pembelajaran. Pengertian interaksi mengandung
unsur saling memberi dan menerima. Dalam interaksi belajar mengajar
ditandai sejumlah unsur :
a. Tujuan yang hendak dicapai.
b. Siswa, guru dan sumber belajar lainnya.
c. Bahan pelajaran.
d. Metode yang digunakan untuk menciptakan situasi belajar
mengajar.

Hakekat belajar menurut Djamarah, dkk (2006:44) adalah: “Suatu proses


perubahan sikap, tingkah laku dan nilai setelah terjadinya interaksi dengan sumber
belajar”. Menurut Arif S. Sadiman (dalam Rohani, 2004:161) berpendapat bahwa:
“Segala macam sumber yang ada di luar diri seseorang (peserta didik) dan yang
memungkinkan/memudahkan terjadinya proses belajar disebut sebagai sumber
belajar”. Sumber belajar ini selain guru dapat berupa buku, lingkungan, atau
sesama pembelajar (sesama siswa).
Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) menurut Pusat Kurikulum Badan
penelitian dan Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional
(http://hemow.wordpress.com, 2006) merupakan:
Proses aktif bagi siswa dan guru untuk mengembangkan potensi siswa
sehingga mereka akan ‘tahu’ terhadap pengetahuan dan pada akhirnya
‘mampu’ untuk melakukan sesuatu. Prinsip dasar KBM adalah
memberdayakan semua potensi yang dimiliki siswa sehingga mereka akan
mampu meningkatkan pemahamannya terhadap fakta/ konsep/ prinsip dalam
kajian ilmu yang dipelajarinya yang akan terlihat dalam kemampuannya untuk
berpikir logis, kritis dan kreatif.

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan, yaitu pengertian belajar dan


kegiatan belajar mengajar maka terdapat istilah yang relevan sesuai dengan
10

perkembangan pendidikan sekarang yaitu pembelajaran. Wikipedia (http: //


hemow.wordpress.com, 2007) menyatakan bahwa:
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan
sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan
bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu
dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap
dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah
proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. Proses
pembelajaran dialami sepanjang hayat seorang manusia serta berlaku di
manapun dan kapanpun.

Pembelajaran matematika yang dirumuskan oleh National Council of


Teachers of Mathematics atau NCTM (http://www.google.co.id, 30 oktober 2006)
menggariskan bahwa: “Siswa harus mempelajari matematika melalui pemahaman
dan aktif membangun pengetahuan baru dari pengalaman dan pengetahuan yang
dimiliki sebelumnya”. Untuk mewujudkan hal itu, sebagaimana dalam tulisan
Yaniawati (http://www.google.co.id, 30 oktober 2006):
Dirumuskan ada lima tujuan umum pembelajaran matematika, yaitu:
pertama, belajar untuk berkomunikasi (mathematical communication);
kedua, belajar untuk bernalar (mathematical reasoning); ketiga, belajar untuk
memecahkan masalah (mathematical problem solving); keempat, belajar
untuk mengaitkan ide (mathematical connections); dan kelima, pembentukan
sikap positif terhadap matematika (positive attitudes toward mathematics).

Penguasaan guru terhadap matematika adalah hal yang amat penting.


Namun itu hal kedua, yang juga penting adalah kemampuan guru merencanakan
dan melaksanakan pembelajaran matematika dengan baik, guru perlu mengenal
dan dapat melaksanakan dengan baik berbagai pedoman tentang strategi
pembelajaran, metode pembelajaran, model pembelajaran, pendekatan
pembelajaran dan teknik pembelajaran.
Istilah model pembelajaran amat dekat dengan pengertian strategi
pembelajaran. Pada awalnya, istilah “strategi” dikenal dalam dunia militer
terutama terkait dengan perang, namun demikian makna itu telah meluas tidak
hanya dalam kondisi perang tetapi juga damai dan dalam berbagai bidang antara
lain ekonomi, sosial, pendidikan, dsb. Menurut Kamus Besar Bahasa indonesia
(dalam Depdikbud, 2005:203) ada beberapa pengertian dari strategi yakni: “(1)
11

Ilmu dan seni menggunakan semua sumber daya bangsa untuk melaksanakan
kebijaksanaan tertentu dalam perang dan damai, (2) rencana yang cermat
mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus.”
Soedjadi (dalam Widdiharto, 2004:3) menyebutkan : “Strategi
pembelajaran adalah suatu siasat melakukan kegiatan pembelajaran yang
bertujuan mengubah satu keadaan pembelajaran kini menjadi keadaan
pembelajaran yang diharapkan.” Untuk mengubah keadaan itu dapat ditempuh
dengan berbagai pendekatan pembelajaran. Lebih lanjut Soedjadi menyebutkan
bahwa: “Dalam satu pendekatan dapat dilakukan lebih dari satu metode dapat
digunakan lebih dari satu teknik. Secara sederhana dapat dibuat sebagai
rangkaian: teknik → metode → pendekatan → strategi.”
Pengertian strategi pengajaran dalam kaitannya dengan pembelajaran
matematika menurut Oemar Hamalik (2001:201):
Strategi Pengajaran adalah keseluruhan metode dan prosedur yang
menitikberatkan pada kegiatan siswa dalam proses belajar mengajar untuk
mencapai tujuan tertentu. Dalam konteks strategi pengajaran tersusun
hambatan – hambatan yang dihadapi, tujuan yang hendak dicapai, materi
yang hendak dipelajari, pengalaman – pengalaman belajar, dan prosedur
evaluasi.

Istilah “model pembelajaran” berbeda dengan strategi pembelajaran,


metode pembelajaran, dan prinsip pembelajaran. Model pembelajaran meliputi
suatu model pembelajaran yang luas dan menyeluruh. Adapun Soekamto, dkk
(dalam Trianto, 2007:5) mengemukakan maksud dari model pembelajaran adalah:
“Kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu,
dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para
pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar”. Selanjutnya Joyce
(dalam Trianto, 2007:5) menyatakan bahwa: “Setiap model pembelajaran
mengarahkan kita ke dalam mendesain pembelajaran untuk membantu peserta
didik sedemikian rupa sehingga tujuan pembelajaran tercapai”.
12

Lebih lanjut Ismail (dalam Widdiharto, 2004:3) menyebutkan bahwa


istilah model pembelajaran mempunyai empat ciri khusus yang tidak dipunyai
oleh strategi atau metode tertentu yaitu:
1. Rasional teoritik yang logis yang disusun oleh penciptanya.
2. Tujuan pembelajaran yang hendak dicapai.
3. Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut berhasil.
4. Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran tercapai.

Disamping penyampaian materi dengan strategi, diperlukan juga suatu


pendekatan dalam mengajar. Menurut Suherman (2003:70) bahwa: “Pendekatan
pembelajaran matematika adalah cara yang ditempuh guru dalam pelaksanaan
pembelajaran agar konsep yang disajikan bisa beradaptasi dengan siswa”.
Selanjutnya Nisbet (dalam Suherman, 2003:70) bahwa:
Tidak ada cara belajar atau (tunggal) yang paling benar dan cara mengajar
yang paling baik, orang – orang berbeda dalam kemampuan intelektual, sikap
dan kepribadian sehingga mereka mengadopsi pendekatan – pendekatan yang
karakteristiknya berbeda untuk belajar.

Menurut Rohani (2004:118) : “Metode adalah suatu cara kerja yang


sistematik dan umum”. Selanjutnya J.J. Hasibuan, dkk (2006:3) mengemukakan
bahwa: “Metode pembelajaran adalah alat yang dapat merupakan bagian dari
perangkat alat dan cara dalam pelaksanaan suatu strategi belajar mengajar”.
Rohani (2004:120) mengatakan bahwa:
Ada pun dalam penggunaan suatu metode pembelajaran hendaknya ia dapat
membawa suasana interaksi pengajaran yang edukatif, menempatkan peserta
didik pada keterlibatan aktif belajar, maupun menumbuhkan dan
mengembangkan minat belajar dan membangkitkan semangat belajar dapat
mempertinggi perolehan hasil belajar dan menghidupkan proses pengajaran
yang sedang berlangsung.

Melalui pembelajaran matematika, para siswa diarahkan untuk memahami


dan menguasai konsep, dalil, teorema, generalisasi, dan prinsip – prinsip
matematika secara menyeluruh. Mereka diharapkan mampu berpikir logis, kritis,
dan sistematis. Melalui saran ini mereka diharapkan lebih memahami keterkaitan
antar topik dalam matematika dan keterkaitan serta manfaat matematika bagi
bidang lain.
13

2.1.2. Metode Behavior Modification


2.1.2.1. Pengertian Metode Behavior Modification
Meskipun secara teoritis belajar dapat diartikan sebagai perubahan tingkah
laku, namun tidak semua perubahan tingkah laku organisme dapat dianggap
belajar. Sanjaya (2007:110) menyatakan bahwa:
Belajar bukanlah sekadar mengumpulkan pengetahuan. Belajar adalah proses
mental yang terjadi dalam diri seseorang, sehingga menyebabkan munculnya
perubahan perilaku. Aktivitas mental itu terjadi karena adanya interaksi
individu dengan lingkungan yang disadari.

Metode behavior modification (http://rumahbelajarpsikologi.com, 28 Mei


2008) adalah: ”Penerapan dari teori Skinner, sering juga disebut sebagai behavior
terapi. Merupakan penerapan dari pembentukan tingkah laku bertahap”. Menurut
B.F.Skiner (dalam Rohani, 2004:60): ”Metode behavior modification
mementingkan penciptaan sistem lingkungan belajar yang memungkinkan
manipulasi ’reinforcement atau penguatan tingkah laku’ yang dikehendaki”.
Menurut Thorndike (dalam Hamzah, 2007:7) mengemukakan bahwa:
”Metode behavior modification adalah suatu prosedur yang menekankan pada
proses interaksi antara stimulus (yang mungkin berupa pikiran, perasaan, atau
gerakan) dan respons (yang juga bisa berupa pikiran, perasaan atau gerakan)”.
Yosua Siburian (2005:33) menyatakan bahwa: ”Dari hasil penyelidikan, tingkah
laku siswa dapat dibentuk dengan cara memberikan stimulus dan siswa menjawab
dengan respon. Siswa akan mendapat hadiah bila menunjukkan respon yang
positif dan hukuman bila responnya negatif”.
Prinsip-prinsip tingkah laku belajar merupakan suatu metode untuk
mengubah atau memodifikasi tingkah laku (behavior modification). Menurut
Sanjaya (2007:110) bahwa:
Proses belajar pada hakikatnya merupakan kegiatan mental yang tidak dapat
dilihat. Artinya, proses perubahan yang terjadi dalam diri seseorang yang
belajar tidak dapat kita saksikan. Kita hanya mungkin dapat menyaksikan
dari adanya gejala – gejala perubahan perilaku yang tampak.
14

Misalnya, ketika seorang guru menjelaskan materi pelajaran matematika,


walaupun sepertinya seorang siswa memperhatikan dengan seksama sambil
mengangguk – anggukan kepala, maka belum tentu yang bersangkutan belajar.
Mungkin mengangguk – anggukkan kepala itu bukan karena ia memperhatikan
materi pelajaran matematika tersebut dan paham apa yang dikatakan guru, akan
tetapi karena ia sangat mengagumi cara guru berbicara atau mengagumi
penampilan guru, sehingga ketika ia ditanya apa yang telah disampaikan guru, ia
tidak mengerti apa – apa. Siswa yang demikian pada hakikatnya tidak belajar,
karena tidak menampakkan gejala – gejala perubahan tingkah laku.
Maka berdasarkan pendapat – pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa
metode behavior modification (modifikasi tingkah laku) menekankan pada ikatan
antara peristiwa – peristiwa (stimulus) yang dirangsangkan kepada seorang
pembelajar dengan tanggapannya (respon) terhadap rangsangan itu. Behavior
modification berlandaskan kepada psikologi behavioristik sebagai pendukung
teoritisnya. Aplikasinya dalam pembelajaran adalah bahwa guru memiliki
kemampuan dalam mengelola hubungan stimulus respon dalam situasi
pembelajaran sehingga hasil belajar siswa dapat optimal.

2.1.2.2. Penerapan Metode Behavior Modification Dalam Pembelajaran


Matematika
Setiap perilaku belajar selalu ditandai oleh ciri-ciri perubahan yang
spesifik. Tim MKPBM (2001:30) menyatakan bahwa:
Psikologi belajar atau disebut pula dengan teori belajar adalah teori yang
mempelajari perkembangan intelektual (mental) siswa. Dengan menguasai
psikologi pembelajaran, guru bisa mengetahui kemampuan yang telah
dimiliki siswa dan bagaimana proses berpikirnya. Disamping itu ia
mengetahui pula tentang bagaimana menciptakan kegiatan pembelajaran
sesuai dengan kondisi siswa dan tujuan pengajaran.

Psikologi behavioristik (dalam Asrin Lubis, 2006:13): ”Memandang cara


yang terbaik untuk menjamin keberhasilan belajar matematika adalah melalui
pengulangan – pengulangan”. Sedangkan menurut Hudojo (dalam Asrin Lubis,
2006:14) menyatakan bahwa: ”Peserta didik menggunakan waktunya untuk
15

mengulang rumus – rumus matematika, cara memanipulasi simbol – simbol


berkali – kali. Dengan cara ini peserta didik belajar informasi – informasi”. Hal –
hal yang harus diperhatikan dalam menerapkan metode behavior modification
(modifikasi tingkah laku) adalah ciri – ciri kuat yang mendasarinya ( http: // guru-
beasiswa. blogspot. com/ 2007/12/teori-belajar-behavioristik-dan.html, 29
desember 2008):
1. Mementingkan faktor lingkungan.
2. Mementingkan bagian – bagian.
3. Mementingkan peranan reaksi / tingkah laku yang tampak.
4. Mengutamakan mekanisme terbentuknya hasil belajar melalui prosedur
stimulus respon.
5. Mementingkan peranan kemampuan yang sudah terbentuk sebelumnya.
6. Mementingkan pembentukan kebiasaan melalui latihan dan pengulangan.
7. Hasil belajar yang dicapai adalah munculnya perilaku yang diinginkan.

Terjadinya asosiasi antara stimulus dan respons menurut Thorndike


(http: //trimanjuniarso.files.wordpress.com/2008/02/teori-belajar-
behavioristik.doc) mengikuti hukum – hukum berikut:
1. Hukum Kesiapan (Law of Readiness), yaitu semakin siap suatu organisme
memperoleh suatu perubahan tingkah laku maka pelaksanaan tingkah laku
tersebut akan menimbulkan kepuasan individu sehingga asosiasi
cenderung diperkuat. Ciri – ciri berlakunya hukum kesiapan sebagai
berikut:
 Jika ada kecenderungan bertindak dan orang melakukannya, maka ia
akan merasa puas. Akibatnya ia tak akan melakukan tindakan lain.
 Jika ada kecenderungan bertindak, tetapi ia tidak melakukannya, maka
timbullah rasa ketidakpuasan. Akibatnya, ia akan melakukan tindakan
lain untuk mengurangi atau meniadakan ketidakpuasannya.
 Bila tidak ada kecenderungan bertindak padahal ia melakukannya, maka
timbullah ketidakpuasan. Akibatnya, ia akan melakukan tindakan lain
untuk mengurangi atau meniadakan ketidakpuasannya.
Kesimpulannya adalah bahwa belajar akan berhasil bila peserta didik telah
siap untuk belajar.

2. Hukum Latihan (Law of Exercise), yaitu semakin sering tingkah laku


diulang / dilatih (digunakan), maka asosiasi tersebut akan semakin kuat.
Prinsip menunjukkan bahwa prinsip utama dalam belajar adalah ulangan.
Makin sering diulangi, materi pelajaran akan semakin dikuasai.
16

3. Hukum Akibat (Law of Effect), yaitu hubungan stimulus respons


cenderung diperkuat bila akibatnya menyenangkan dan cenderung
diperlemah jika akibatnya tidak memuaskan.

Selanjutnya Thorndike (http: // trimanjuniarso. files. wordpress. com/


2008/ 02/ teori – belajar - behavioristik. doc) menambahkan hukum tambahan
sebagai berikut:
a. Hukum Reaksi Bervariasi (Multiple Response)
Mengatakan bahwa pada individu diawali oleh proses trial dan error yang
menunjukkan adanya bermacam – macam respon sebelum memperoleh
respon yang tepat dalam memecahkan masalah yang dihadapi.
b. Hukum Sikap (Set / Attitude)
Menjelaskan perilaku belajar seseorang tidak hanya ditentukan oleh
hubungan stimulus dan respon saja, tetapi juga ditentukan keadan yang
ada dalam diri individu baik kognitif, emosi, sosial, maupun
psikomotornya.
c. Hukum Aktivitas Berat Sebelah (Prepotency of Element)
Mengatakan individu dalam proses belajar memberikan respon pada
stimulus tertentu saja sesuai dengan persepsinya terhadap keseluruhan
situasi (respon selektif).
d. Hukum Respon by Analogy
Mengatakan individu dalam melakukan respon pada situasi yang belum
pernah dialami karena individu sesungguhnya dapat menghubungkan
situasi yang belum pernah dialami dengan situasi lama yang pernah
dialami.
e. Hukum Perpindahan Asosiasi (Associative Shifting)
Mengatakan bahwa proses peralihan dari situasi yang dikenal ke situasi
yang belum dikenal dilakukan secara bertahap dengan cara menambahkan
sedikit demi sedikit unsur baru dan membuang sedikit demi sedikit unsur
lama.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan kualitas dan kuantitas hasil


belajar siswa tergantung dari kualitas dan kuantitas stimulus respon dalam
pelaksanaan kegiatan belajar mengajar. Makin banyak dan makin baik kualitas
stimulus respon itu makin banyak dan makin baik pula hasil belajarnya siswa.
Seperti halnya Thorndike, B.F Skinner (http: // guru-beasiswa. blogspot.
com/ 2007/ 12/teori – belajar – behavioristik - dan. html, 29 desember 2008)
meyakini bahwa : ”Dalam memodifikasi tingkah laku (behavior modification)
dikontrol melalui proses operant conditioning”. Manajemen kelas menurut
17

Skinner (http: // guru-beasiswa. blogspot. com/ 2007/ 12/teori – belajar –


behavioristik - dan. html, 29 desember 2008) adalah:
Berupa usaha untuk memodifikasi perilaku (behavior modification) antara
lain dengan proses penguatan ( reinforcement ) yang memberi penghargaan
pada perilaku yang diinginkan dan tidak memberi imbalan apapun pada
perilaku yang tidak tepat. Operant conditioning atau pengkondisian operan
adalah suatu proses penguatan perilaku operan (penguatan positif atau
negatif) yang dapat mengakibatkan perilaku tersebut dapat berulang kembali
atau menghilang sesuai keinginan. Bentuk – bentuk penguatan positif berupa
hadiah, perilaku atau penghargaan. Bentuk – bentuk penguatan negatif antara
lain menunda atau tidak memberi penghargaan, memberikan tugas tambahan
atau menunjukkan parilaku tidak senang.

Skinner (dalam Tim MKPBM, 2001:34) menambahkan bahwa:


Jika respon siswa baik (menunjang efektifitas pencapaian tujuan) harus
segera diberi penguatan positif agar respon tersebut lebih baik lagi, atau
minimal perbuatan baik itu dipertahankan. Misalnya dengan mengatakan
‘bagus, pertahankan prestasimu’ untuk siswa yang mendapat nilai tes yang
memuaskan. Sebaliknya jika respon siswa kurang atau tidak diharapkan
sehingga tidak menunjang tujuan pengajaran, harus segera diberi penguatan
negatif agar respon tersebut tidak diulangi lagi dan berubah menjadi respon
yang sifatnya positif.

Dalam menggunakan reinforcement untuk memperkuat tingkah laku ada


beberapa prinsip yang mempengaruhi pola-pola tingkah laku. Menurut
Djiwandono (2004:138) yaitu: “Shaping (membentuk tingkah laku) dan modeling
(pemodelan)”. Lebih lanjut Djiwandono mengemukakan bahwa: “Bila guru
membimbing siswa menuju pencapaian tujuan dengan memberikan reinforcement
pada langkah-langkah menuju keberhasilan, maka guru itu menggunakan teknik
yang disebut shaping. Istilah ‘shaping’ digunakan dalam mengajarkan perilaku
baru yang diinginkan”.
Menurut Dahar (1996:27), langkah-langkah pembentukan perilaku baru
adalah sebagai berikut:
1. Pilihlah tujuan dan buat tujuan itu sekhusus mungkin.
2. Tentukan sampai dimana siswa-siswa itu sekarang. Apakah kemampuan-
kemampuan mereka.
3. Kembangkan satu seri langkah-langkah yang dapat merupakan jenjang
untuk membawa mereka dari keadaan mereka sekarang ke tujuan yang
telah ditetapkan.
18

4. Berilah umpan balik selama pelajaran berlangsung. Perlu diingat, makin


baru materi pelajaran, makin banyak umpan balik dibutuhkan para siswa.

Prinsip yang kedua adalah modeling. Menurut Djiwandono (2004:139-


140) mengemukakan bahwa: “Modeling adalah suatu bentuk belajar yang dapat
diterangkan secara tepat oleh classical conditioning maupun oleh operant
conditioning. Dalam modeling, seorang individu belajar dengan menyaksikan
tingkah laku orang lain”.
Lebih jauh Gagne (dalam Tim MKPBM, 2001:37) mengemukakan bahwa:
“Hasil belajar pada metode behavior modification harus didasarkan pada
pengamatan tingkah laku, melalui stimulus respons dan belajar bersyarat.
Alasannya adalah bahwa manusia itu organisme pasif yang bisa dikontrol melalui
imbalan dan hukuman”.
Metode behavior modification dapat juga digunakan dalam persamaan
kuadrat. Menurut Hudojo (dalam Asrin Lubis, 2006:14): “Bila seseorang ingin
belajar konsep akar – akar dari suatu persamaan kuadrat, maka orang itu harus
mengaitkan respon yang benar terhadap stimulus yang berupa pertanyaan tentang
akar – akar persamaan kuadrat tersebut”.
Pembelajaran matematika seyogianya bersandarkan pada pemikiran bahwa
siswa yang harus belajar dan semestinya dilakukan secara komprehensif dan
terpadu. Dalam memodifikasi tingkah laku, semua tingkah laku siswa itu
dipelajari dan dianalisis sebagai serentetan penguatan. Karena itu, tanggung jawab
pengajar adalah mengolah lingkungan sehingga memungkinkan tingkah laku
siswa menjadi benar secara maksimal.

2.1.2.3. Tahapan Metode Behavior Modification


Dalam proses pembelajaran matematika juga diperlukan tahapan – tahapan
pembelajaran. Metode behavior modification ( http: //trimanjuniarso. files.
wordpress. com/ 2008/ 02/ teori – belajar - behavioristik. doc ) dalam
penerapannya:
Para guru yang menggunakan metode behavior modification akan menyusun
bahan pelajaran dalam bentuk yang sudah siap, sehingga tujuan pembelajaran
yang harus dikuasai siswa disampaikan secara utuh oleh guru. Guru tidak
19

banyak memberi ceramah, tetapi instruksi singkat yang diikuti contoh –


contoh baik dilakukan sendiri maupun melalui simulasi. Bahan pelajaran
disusun secara hirarki dari yang sederhana sampai pada yang kompleks.
Tujuan pembelajaran dibagi dalam bagian kecil yang ditandai dengan
pencapaian suatu ketrampilan tertentu. Pembelajaran berorientasi pada hasil
yang dapat diukur dan diamati. Pengulangan dan latihan digunakan supaya
perilaku yang diinginkan dapat menjadi kebiasaan. Evaluasi atau penilaian
didasari atas perilaku yang tampak.

Menurut Yosua Siburian (2005:34) bahwa:


Metode behavior modification (modifikasi tingkah laku) ini digunakan
bersama – sama dengan strategi mengajar yang lain. Misalnya: guru pada
waktu memberikan tugas kepada siswa (metode latihan) diikuti pemberian
nilai (metode modifikasi tingkah laku). Memberi nilai ini merupakan bentuk
hadiah (nilai baik) atau hukuman (nilai kurang).

Agar penggunaan metode behavior modification (modifikasi tingkah laku)


ini dapat berjalan sistematis dan lancar, diperlukan beberapa langkah – langkah
dalam proses pembelajaran. Menurut Yosua Siburian (2005:34), sebaiknya guru
melakukan berbagai aktivitas antara lain:
1. Memperhatikan dengan seksama perubahan kebiasaan / tingkah laku
siswa. Misalnya seorang siswa selalu menyia – nyiakan waktu di kelas bila
diberi tugas merampungkan pekerjaan. Ia selalu makin menunda tugas,
biarpun menurut hasil tes siswa tersebut sebetulnya mampu menyelesaikan
tugas tersebut.
2. Mengamati dengan teliti seringnya siswa melakukan kebiasaan yang tidak
pada tempatnya. Misalnya guru selalu mencatat makin seringkah siswa
menunda menyelesaikan tugas – tugas. Hari apa saja dalam seminggu ia
melalaikan tugas itu? Menjadi makin kerapkah atau makin jarang?
3. Membicarakan dengan para siswa beberapa tingkah laku yang
menyebabkan mereka menjadi kurang berhasil. Usaha ini dapat
mengubah/memperbaiki tingkah laku yang merugikan.
4. Membantu siswa menentukan hadiah / pujian bagi perbuatan yang terpuji.
5. Mengatur suasana sedemikian hingga memugkinkan para siswa
melakukan perbuatan tak terpuji.
6. Membantu siswa dalam membedakan antara perbuatan yang baik dan yang
dilarang.
7. Selalu memberi penjelasan pada para siswa antara perbuatan dan hadiah
yang dapat diterima mereka.
8. Memberi selalu tambahan penjelasan pada saat siswa menerima
hadiahnya, mengapa ia patut menerima hadiah itu.
9. Mengadakan evaluasi menyeluruh tentang perubahan tingkah laku siswa –
siswa. Hal ini akan sangat berguna untuk rencana lanjutan.
20

10.Membantu para siswa memperoleh pengertian bahwa kegiatan yang diatur


di kelas harus dicapai dengan baik karena semata – mata mengejar hadiah.

Menurut Lefrancois (http: // pgmiunyb. files. wordpress. com/ 2007/ 10/


behaviorism – and – social – learning - theoryrtf. doc) implikasi metode behavior
modification ada setidaknya 3 hal, yakni :
a. Guru perlu melakukan apapun yang mampu siswa lakukan guna
memaksimalkan frekuensi, keistimewaan dan potensi stimulus yang
menyenangkan dalam kelas mereka.
b. Guru harus berusaha meminimalkan aspek – aspek yang tidak
menyenangkan bagi para siswa, yang dapat menimbulkan penurunan
jumlah dan potensi stimulus yang negatif di kelas.
c. Guru harus mengetahui apa yang harus dipasangkan dengan apa di kelas
mereka.

Dengan melihat beberapa penuntun untuk pelaksanaan metode behavior


modification tersebut maka kegiatan belajar mengajar melibatkan secara
maksimum baik pengajar maupun peserta didik. Dapat disimpulkan bahwa
pengetahuan seseorang itu diperoleh karena adanya asosiasi (ikatan) yang
manunggal antara stimulus dan respon. Hal ini sejalan dengan pendapat Hudojo
(http: // zainurie. wordpress. com/ 2007/ 10/ 26/ cara – seseorang – memperoleh –
pengetahuan – dan – implikasinya – pada – pembelajaran - matematika) bahwa:
“Pengetahuan seseorang itu diperoleh dari sekumpulan ikatan stimulus respons,
semakin sering asosiasi ini digunakan apalagi diberi penguatan, maka akan
semakin kuat ikatan yang terjadi”. Hal ini berarti semakin sering suatu konsep
matematika (pengetahuan) diulangi maka konsep matematika itu akan semakin
dikuasai. Adapun kelebihan dan kelemahan metode behavior modification
menurut Yosua Siburian (2005:35):

1. Kelebihan Metode Behavior Modification.

a). Membentuk tingkah laku yang baik dan melanggengkan yang sudah ada.
b). Menghasilkan respon yang positif, karena hadiahnya segera dapat
dinikmati siswa.
c). Metode ini membantu keberhasilan belajar disamping membentuk watak.
d). Metode ini dengan menjelaskan tingkah laku – tingkah laku mana yang
boleh pada siswa, mengakibatkan siswa yang mempunyai problema
21

tertentu dapat menyelesaikannya dengan memodifikasi tingkah laku yang


dapat diterima lingkungannya.

2. Kelemahan Metode Behavior modification.

a). Hanya dipandang sebagai cara untuk memecahkan problema siswa yang
‘sukar’.
b). Hanya dapat digunakan oleh guru – guru untuk siswa usia muda saja.
c). Ada ketakutan bahwa siswa menganggap dimotivasi dengan cara ini, dan
siwa selalu mengharapkan guru akan menggunakan cara ini terus –
menerus.
d). Dengan meghasilkan kebaikan yang sama / respon yang sama, hadiahnya
berbeda. Ini dapat meragukan siswa.
e). Membentuk pandangan siswa akan keadaan tidak realistis, karena
tindakan yang sama yang dilakukan di luar sekolah tidak mendapat
hadiah seperti di sekolah.

2.1.3. Metode Guided Discovery


2.1.3.1. Belajar Penemuan
Proses penemuan merupakan kemampuan menggeneralisasikan, melalui
latihan menyelesaikan problem, latihan membuat dan menguji hipotesis. Belajar
menemukan merupakan proses belajar yang memungkinkan siswa menemukan
untuk dirinya sendiri melalui rangkaian pengalaman – pengalaman konkrit.
Bahkan yang dipelajari tidak disajikan dalam bentuk final. Siswa diwajibkan
melaksanakan beberapa aktivitas mental sebelum materi diterima kedalam
struktur kognitifnya. Bruner (dalam Dahar, 1989:103) menyatakan bahwa:
“Belajar penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh
manusia dengan sendirinya memberikan yang paling baik. Berusaha sendiri untuk
mencari pemecahan masalah serta pengetahuan yang menyertainya, menghasilkan
pengetahuan yang benar – benar bermakna”.
Nana Sudjana (1989:137) mengatakan bahwa: “Siswa sebagai individu
bukan pasif dan bukan pula aktif tapi menjadi fungsional”. Hal ini berarti siswa
cenderung melakukan peran untuk mentransformasikan belajarnya pada berbagai
persoalan. Dimana siswa memperoleh pengetahuannya melalui proses aktif yaitu
memilih dan mengubah informasi, menyusun hipotesis dan melihat kemungkinan
22

hipotesisnya konsisten atau tidak dan siswa juga aktif membangun


pengetahuannya dalam berbagai bentuk dan perbuatan manusia.
Bruner dalam Ratunaman (2002: 46-47) belajar melibatkan 3 proses
berlangsung hampir bersamaan, yakni:
1. Memperoleh informasi baru. Informasi baru dapat merupakan penghalusan
dari informasi sebelumnya yang dimiliki seseorang. Atau informasi
tersebut dapat bersifat sedemikian rupa sehingga berlawanan dengan
informasi sebelumnya yang dimiliki seseorang.
2. Transformasi informasi. Transformasi informasi / pengetahuan
menyangkut cara kita memperlakukan pengetahuan. Informasi yang
diperoleh, kemudian dianalisis, diubah atau ditransformasikan ke dalam
yang lebih abstrak atau konseptual agar dapat digunakan untuk hal – hal
yang lebih luas.
3. Evaluasi. Evaluasi merupakan proses menguji relevansi dan ketepatan
pengetahuan. Proses ini dilakukan dengan menilai apakah cara kita
memperlakukan pengetahuan tersebut cocok atau tidak sesuai dengan
prosedur yang ada. Juga sejauh manakah pengetahuan tersebut dapat
digunakan untuk memahami gejala – gejala lainnya.

Menurut Bruner (dalam Tim MKPBM, 2001:45) mengemukakan bahwa


dalam proses belajarnya anak 3 tahap, yaitu:
a. Tahap Enaktif
Dalam tahap ini anak secara langsung terlihat dalam memanipulasi
(menggunakan) objek.
b. Tahap Ikonik
Dalam tahap ini kegiatan yang dilakukan anak berhubungan dengan
mental yang merupakan gambaran dari objek – objek yang dimanipulasi.
Anak tidak langsung memanipulasi objek seperti yang dilakukan siswa
dalam tahap enaktif.
c. Tahap Simbolik
Dalam tahap ini anak memanipulasi simbol – simbol atau lambang –
lambang objek tertentu. Anak tidak lagi terikat dengan objek – objek pada
tahap sebelumnya. Siswa pada tahap ini sudah mampu menggunakan
notasi tanpa ketergantungan terhadap objek nyata.

Dalam hubungannya dengan belajar matematika, Bruner (dalam Asrin


Lubis, 2006:42) merumuskan adanya 4 teorema belajar matematika, yakni:
(a). Teorema Kontruksi.
Teorema ini menyatakan bahwa cara terbaik untuk seseorang murid mulai
belajar suatu konsep matematika, dalil, atau aturan adalah dalam menyusun
(constructing) penyajiannya. Jika murid ditolong dalam merumuskan dan
23

menyusun aturan – aturan dalam matematika, mereka akan lebih cenderung


mengingat aturan dan menggunakannya secara benar dalam situasi yang
sesuai. Bruner telah menemukan, bahwa pemberian aturan matematika yang
telah jadi kepada murid, cenderung mengurangi motivasi untuk belajar dan
mengakibatkan banyak murid menjadi kebingungan.
(b). Teorema Notasi.
Teorema ini mengatakan bahwa penyusunan atau penyajian awal dapat
dibuat lebih sederhana secara kognitif dan dapat dipahami lebih baik oleh
murid – murid. Jika penyajian itu berisi notasi yang sesuai dengan tingkat
perkembangan mental murid – murid. Notasi yang diberikan tahap demi
tahap yang sifatnya berurutan dari yang paling sederhana sampai yang paling
sulit. Notasi yang terakhir yang mungkin belum dikenal sebelumnya oleh
anak, umumnya merupakan notasi yang akan banyak digunakan dan
diperlukan dalam perkembangan konsep matematika lanjutan.
(c). Teorema Kontras dan Variasi.
Teorema ini menyatakan bahwa prosedur beranjak dari penyajian konkrit ke
penyajian yang lebih abstrak melibatkan operasi kontras dan variasi. Kontras
adalah salah satu cara yang paling berguna menolong murid membentuk
pemahaman instuisi dari suatu topik baru matematika dan menolong mereka
untuk maju dalam menyajikan setiap topik yang lebih abstrak. Apabila
mengajarkan matematika, perlu memberikan contoh yang banyak dan
bervariasi dari setiap konsep sehingga murid akan belajar bahwa setiap
struktur umum dan abstrak matematika memang berbeda dari yang lebih
khusus dan lebih konkrit.
(d). Teorema Konektivitas.
Teorema ini menyatakan bahwa setiap konsep, dalil, dan ketrampilan
matematika ada koneksinya dengan konsep, dalil dan keterampilan lain.
Dalam pengajaran matematika, guru tidak hanya menolong murid mengamati
kontras dan variasi antara struktur – struktur matematika akan tetapi juga
menolong murid menyadari adanya koneksi antara struktur – struktur
tersebut.

Dalam belajar penemuan Bruner (dalam Rohani, 2003:14) menyatakan


peran guru dapat di rangkum sebagai berikut:
1. Merencanakan pembelajaran sedemikian rupa sehingga
pelajaran itu terpusat pada masalah yang tepat untuk diselidiki oleh siswa.
2. Menyajikan pelajaran yang diperlukan sebagai dasar bagi para
siswa untuk memecahkan masalah. Sudah seharusnya materi pelajaran itu
mengarah pada pemecahan masalah yang aktif dan belajar penemuan,
misalnya penggunaan fakta – fakta yang berlawanan. Guru hendaknya
memulai dengan sesuatu yang sudah dikenal oleh siswa – siswanya,
kemudian guru mengemukakan sesuatu yang berlawanan dengan demikian
terjadi konflik dengan pengalaman siswa akibatnya timbullah masalah.
Dalam keadaan yang ideal, hal yang berlawanan itu menyelidiki masalah
24

itu, menyusun hipotesis – hipotesis dan mencoba menemukan konsep atau


prinsip yang mendasari masalah itu.
3. Selain hal – hal yang tersebut diatas, guru juga harus
memperhatikan 3 cara penyajian yang telah dibahas terdahulu. Cara
penyajian itu adalah cara enaktif, cara ikonik dan cara simbolik.
4. Bila siswa memecahkan masalah di laboratorium guru
hendaknya berperan sebagai pembimbing atau tutor. Guru hendaknya
jangan mengungkapkan terlebih dahulu prinsip atau aturan yang akan
dipelajari, tetapi hendaknya memberi saran – saran bilamana diperlukan.
Sebagai seorang tutor, guru hendaknya memberikan umpan balik pada
waktu yang tepat. Umpan balik sebagai perbaikan hendaknya diberikan
dengan cara sedemikian rupa sehingga siswa tidak tetap tergantung pada
pertolongan guru.
5. Menilai hasil belajar merupakan suatu masalah dalam belajar
penemuan. Seperti kita ketahui, tujuan tidak dapat secara detail dan tujuan
itu tidak diminta sama oleh berbagai siswa. Lagi pula tujuan dan proses
tidak selalu seiring secara garis besar, tujuan belajar penemuan ialah
mempelajari generalisasi – generalisasi dengan menemukan sendiri
generalisasi itu. Di lapangan penilaian hasil belajar penemuan meliputi
pemahaman tentang prinsip dasar dan kemampuan siswa untuk
menerapkan prinsip itu pada situasi baru. Untuk maksud ini bentuk tes
dapat berupa tes objektif atau essay.

Selanjutnya Bruner (dalam Dahar, 1989:29) menunjukkan beberapa


kebaikan dari belajar penemuan, yaitu:
1. Pengetahuan itu bertahan lama atau lama dapat diingat atau lebih mudah
diingat bila dibandingkan dengan pengetahuan yang diperoleh dengan cara
– cara lain.
2. Hasil belajar penemuan mempunyai efek transfer yang lebih baik dari pada
hasil belajar lainnya.
3. Secara menyeluruh belajar penemuan meningkatkan penalaran siswa dan
kemampuan untuk berfikir secara bebas.

Selanjutnya dikemukakan bahwa belajar penemuan membangkitkan


kemampuan untuk berfikir secara bebas. Keingintahuan siswa, memberi motivasi
untuk bekerja terus sampai menemukan jawaban – jawaban, sehingga siswa
semakin termotivasi belajar matematika.

2.1.3.2. Pengertian Metode Guided Discovery


Metode penemuan adalah suatu prosedur pembelajaran yang menekankan
pada prosedur belajar siswa untuk mencapai tujuan tertentu. Sudjana (dalam Asrin
25

Lubis, 2006:114) mengatakan: “Kata penemuan sebagai metode mengajar


merupakan penemuan yang dilakukan oleh siswa. Dalam belajarnya ia
menemukan sendiri sesuatu hal yang baru. Ini tidak berarti yang ditemukannya itu
benar – benar baru, sebab sudah diketahui oleh yang lain”.
Metode guided discovery (penemuan terbimbing) sebagai suatu metode
pembelajaran dari sekian banyak metode pembelajaran yang ada, menurut
Rachmadi Widdiharto (dalam http: // zainurie. files. wordpress. com /2007 /
11/modelpembelajaran1.pdf, 2004:4) mengemukakan bahwa:
Metode guided discovery menempatkan guru sebagai fasilitator, guru
membimbing siswa dimana ia diperlukan. Dalam metode ini, siswa didorong
untuk berpikir sendiri, menganalisis sendiri, sehingga dapat ‘menemukan’
prinsip umum berdasarkan bahan atau data yang telah disediakan guru.
Sampai seberapa jauh siswa dibimbing, tergantung pada kemampuannya dan
materi yang sedang dipelajari.

Selanjutnya menurut Encyclopedia of Educational Research (http: //


martiningsih. blogspot. com, 18 Desember 2007):
Guided discovery merupakan suatu metode yang unik dapat diberi bentuk
oleh guru dalam berbagai cara termasuk mengajarkan keterampilan
menyelidiki dan memecahkan masalah sebagai alat bagi siswa untuk
mencapai tujuan pendidikannya.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa metode guided discovery adalah


suatu prosedur pembelajaran dimana dalam proses belajar mengajar guru
memperkenankan siswa – siswanya menemukan sendiri informasi yang
diberitahukan dan guru hanyalah sebagai pembimbing. Maka berdasarkan
pendapat – pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa metode guided discovery
berbeda dengan metode pembelajaran yang lain, metode ini menekankan siswa
terlibat dalam aktivitas pembelajaran. Peran guru dalam metode pembelajaran ini
hanyalah sebagai pembimbing. Metode guided discovery (penemuan terbimbing)
berlandaskan kepada psikologi kognitif sebagai pendukung teoritisnya.

2.1.3.3. Penerapan Metode Guided Discovery Dalam Pembelajaran


Matematika
26

Metode ini dipelopori oleh Bruner. Menurut Bruner (dalam Asrin Lubis,
2006:59) menyatakan bahwa: “Dengan metode ini anak didorong untuk
memahami suatu hubungan matematik yang belum dia pahami sebelumnya dan
yang belum diberikan kepadanya secara langsung oleh orang lain”.
Di dalam proses belajar dengan menggunakan metode ini menurut
Widdiharto (dalam http: // zainurie. files. wordpress. com /2007 /
11/modelpembelajaran1.pdf, 2004:5):
Siswa dihadapkan kepada situasi di mana ia bebas menyelidiki dan menarik
kesimpulan. Terkaan, intuisi, dan mencoba-coba (trial and error) hendaknya
dianjurkan. Guru bertindak sebagai penunjuk jalan, ia membantu siswa agar
menggunakan ide, konsep, dan keterampilan yang sudah mereka pelajari
sebelumnya untuk mendapatkan pengetahuan yang baru. Pengajuan
pertanyaan yang tepat oleh guru akan merangsang kreativitas siswa dan
membantu mereka dalam ‘menemukan’ pengetahuan yang baru tersebut.
Perlu diperhatikan bahwa metode ini memerlukan waktu yang relatif banyak
dalam pelaksanaannya, akan tetapi hasil belajar yang dicapai tentunya sebanding
dengan waktu yang digunakan.
Selanjutnya Ibrahim, dkk (2003:22) mengemukakan bahwa:
Dalam metode guided discovery, anak memiliki sifat aktif, konstruktif dan
mampu merencanakan sesuatu. Anak memiliki kemampuan untuk mencari,
menemukan dan menggunakan pengetahuan sendiri. Dalam proses belajar
mengajar, anak mampu mengidentifikasi, merumuskan masalah, mencari dan
menemukan fakta, menganalisis, membuat interpretasi serta menarik
kesimpulan.

Dengan memperhatikan metode guided discovery (penemuan terbimbing)


yang telah dipaparkan diatas, Asrin Lubis (2006:63) mengatakan bahwa:
Pengajaran dengan metode penemuan terbimbing (guided discovery)
berharap agar siswa benar – benar aktif belajar menemukan sendiri bahan
yang dipelajarinya. Melaksanakan pengajaran dengan metode ini harus
memperhatikan siswa yang cerdas dan yang kurang kecerdasannya. Bagi
yang cerdas hendaknya diberi tugas yang lain agar mereka tidak bosan
menunggu teman – temannya yang belum berhasil menemukan jawabannya.
Anak yang lambat perlu dibimbing untuk menemukan jawabannya. Tetapi
harus diusahakan agar jawaban atau hasil akhir itu tetap ditemukan sendiri
olehnya.
27

Secara sederhana, peran siswa dan guru dalam metode guided discovery
(penemuan terbimbing) ini dapat digambarkan sebagai berikut (dalam http: //
zainurie. files. wordpress. com /2007 /11/modelpembelajaran1.pdf, 2004 : 5) :

Penemuan Terbimbing Peran Guru Peran Siswa


Sedikit bimbingan - Menyatakan persoalan - Menemukan pemecahan
Banyak bimbingan a. Menya- Mengikuti petunjuk
takan persoalan - Menemukan penyelesaian
b. Mem
berikan bimbingan

Dalam menerapkan metode guided discovery (penemuan terbimbing),


tujuan-tujuan mengajar hanya dapat dirumuskan secara garis besar dan cara-cara
yang digunakan para siswa untuk mencapai tujuan tidak perlu sama. Guru tidak
begitu mengendalikan proses belajar mengajar.

2.1.3.4. Tahapan Metode Guided Discovery


Belajar merupakan proses aktif dari pembelajar untuk membangun
pengetahuannya. Martiningsih (http: //martiningsih. blogspot. com, 18 Desember
2007) mengungkapkan bahwa:
Metode guided discovery banyak digunakan di sekolah – sekolah yang sudah
maju karena :
a) Merupakan suatu cara untuk mengembangkan cara belajar siswa aktif.
b) Dengan menemukan sendiri, menyelidiki sendiri maka hasil yang
diperoleh akan setia dan tahan lama dalam ingatan, tidak akan mudah
dilupakan siswa.
c) Pengertian yang ditemukan sendiri merupakan pengertian yang betul –
betul dikuasai dan mudah digunakan atau ditransfer dalam situasi lain.
d) Anak belajar menguasai salah satu metode ilmiah yang akan dapat
dikembangkan sendiri.
e) Anak belajar berfikir analitis dan mencoba memecahkan problema yang
dihadapi sendiri, kebiasaan ini akan ditransfer dalam kehidupan
bermasyarakat.

Agar pengunaan metode guided discovery ini dapat berjalan sistematis dan
lancar diperlukan beberapa langkah – langkah dalam proses pembelajaran.
28

Menurut Richard Scuhman (http://martiningsih.blogspot.com, 18 Desember


2007), langkah – langkah metode guided discovery adalah sebagai berikut:
1. Identifikasi kebutuhan siswa.
2. Seleksi pendahuluan terhadap prinsip – prinsip, pengertian, konsep dan
generalisasi yang akan dipelajari.
3. Seleksi bahan dan problema serta tugas – tugas.
4. Membantu memperjelas problema yang akan dipelajari dan peranan
masing – masing siswa.
5. Mempersiapkan setting kelas dan alat – alat yang diperlukan.
6. Mencek pemahaman siswa terhadap masalah yang akan dipecahkan
dan tugas – tugas siswa.
7. Memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan penemuan.
8. Membantu siswa dengan informasi, data jika diperlukan oleh siswa.
9. Memimpin analisis sendiri dengan pertanyaan yang mengarahkan dan
mengidentifikasi proses.
10. Merangsang terjadinya interaksi antar siswa dengan siswa.
11. Memuji dan membesarkan siswa yang bergiat dalam proses penemuan.
12. Membantu siswa merumuskan prinsip – prinsip dan generalisasi atas
hasil penemuannya.

Selanjutnya urutan langkah – langkah pelaksanaan metode guided


discovery menurut Mulyasa (http://martiningsih.blogspot.com, 18 Desember
2007) adalah sebagai berikut:
1. Adanya masalah yang akan dipecahkan.
2. Sesuai dengan tingkat perkembangan kognitif peserta didik.
3. Konsep atau prinsip yang harus ditemukan oleh peserta didik melalui
kegiatan tersebut perlu dikemukakan oleh dan ditulis secara jelas.
4. Harus tersedia alat dan bahan yang diperlukan.
5. Susunan kelas diatur sedemikian rupa sehingga memudahkan
terlibatnya arus bebas pikiran peserta didik dalam kegiatan belajar
mengajar.
6. Guru harus memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
mengumpulkan data.
7. Guru harus memberikan kesempatan jawaban dengan tepat dengan
data serta informasi yang diperlukan peserta didik.

Dari beberapa kutipan diatas maka langkah – langkah pelaksanaan metode


guided discovery dalam penelitian adalah :
1). Merumuskan masalah yang akan diberikan kepada siswa dengan data
yang secukupnya. Perumusannya harus jelas, hindari pernyataan yang
menimbulkan salah tafsir sehingga arah yang ditempuh siswa tidak salah
29

2). Dari data yang diberikan guru, siswa menyusun, memproses,


mengorganisir, dan menganalisis data tersebut. Dalam hal ini, bimbingan
guru dapat diberikan sejauh yang diperlukan saja. Bimbingan ini
sebaiknya mengarahkan siswa untuk melangkah ke arah yang hendak
dituju, melalui pertanyaan – pertanyaan, atau LKS.
3). Siswa menyusun konjektur (prakiraan) dari hasil analisis yang
dilakukannya.
4). Bila dipandang perlu, prakiraan yang telah dibuat oleh siswa tersebut
diatas diperiksa oleh guru. Hal ini penting dilakukan untuk meyakinkan
kebenaran prakiraan siswa, sehingga akan menuju arah yang hendak
dicapai.
5). Apabila telah diperoleh kepastian tentang kebenaran prakiraan tersebut,
maka kesimpulan prakiraan sebaiknya diserahkan juga kepada siswa
untuk menyusunnya. Disamping itu perlu diingat pula bahwa induksi
tidak menjamin 100 % kebenaran prakiraan.
6). Sesudah siswa menemukan apa yang dicari, hendaknya guru
menyediakan soal latihan atau soal tambahan untuk memeriksa apakah
hasil penemuan itu benar.
Dengan melihat beberapa penuntun untuk pelaksanaan metode guided
discovery (penemuan terbimbing) tersebut maka kegiatan belajar mengajar
melibatkan secara maksimum baik pengajar maupun peserta didik. Diharapkan
juga peserta didik terlibat aktif dalam menemukan pola dan struktur matematika
itu, ia akan memahami konsep dan mampu mengaplikasikan ke situasi yang lain.
Selain itu peserta didik diharapkan bergairah mempelajari matematika dan ia akan
membawa peserta didik ingin mengetahui lebih lanjut hubungan – hubungan pola
dan struktur yang ditemukan tadi.
Adapun kelebihan dan kelemahan metode guided discovery (penemuan
terbimbing) menurut Yosua Siburian (2005:28):
1. Kelebihan Metode Guided Discovery.
a) Menolong meningkatkan penggunaan dan pengontrolan keterampilan
kognitif siswa dalam kegiatan menemukan terbimbing ialah akibat
bagaimana cara belajar itu.
30

b) Dengan cara ini diperoleh pemahaman, transfer secara perseorangan secara


mendalam.
c) Diperoleh perasaan puas pada siswa.
d) Cara ini memungkinkan para siswa mendapatkan cara yang tepat bagi
dirinya sendiri.
e) Strategi ini bepusat pada anak.
f) Menolong para siswa untuk mencapai kebenaran yang sehat.

2. Kelemahan Metode Guided Discovery.


a) Bagi siswa yang lemah akan membingungkan dalam berpikir terpencar,
secara abstrak, menemukan korelasi antara konsep – konsep atau
menyusun segala apa yang telah ditentukan secara lisan maupun tulisan.
b) Metode ini tidak efisien untuk kelas yang jumlah siswanya besar.
c) Strategi ini sukar diterapkan pada siswa – siswa dengan guru yang biasa
dengan metode dan perencanaan pelajaran tradisional.
d) Di dalam beberapa macam disiplin ilmu, beberapa fasilitas tidak dapat
diadakan untuk menguji beberapa ide.
e) Strategi ini mungkin tidak menghasilkan sikap berpikir kreatif, karena
konsep – konsep yang harus ditemukan dan proses yang harus ditempuh
sudah diberikan oleh guru.

2.1.4. Hasil Belajar


Setiap proses belajar mengajar selalu menghasilkan hasil belajar. Masalah
yang dihadapi adalah sampai di tingkat mana prestasi (hasil) belajar yang telah
dicapai. Menurut Hamalik (1983:101) bahwa: “Hasil belajar adalah suatu hasil
yang dicapai melalui perbuatan belajar”. Winkel (1989:40) mengatakan bahwa:
“Hasil belajar adalah perbuatan belajar yang dilakukan oleh siswa dengan tujuan
khusus”.
Dari kutipan – kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
merupakan hasil yang diperoleh siswa setelah melakukan segala usaha untuk
mendapatkan hasil yang baik. Gagne (dalam J.J Hasibuan, dkk 2006:5)
mengemukakan lima macam kemampuan manusia yang merupakan hasil belajar
adalah:
1. Keterampilan intelektual (yang merupakan hasil belajar terpenting dari
sistem lingkungan belajar).
2. Strategi kognitif, mengatur “cara belajar” dan berpikir seseorang dalam
arti seluas – luasnya, termasuk kemampuan memecahkan masalah.
3. Informasi Verbal, pengetahuan dalam arti informasi dan fakta.
Kemampuan ini umumnya dikenal dan tidak jarang.
31

4. Keterampilan Motorik yang diperoleh di sekolah antara lain


keterampilan menulis, mengetik, menggunakan jangka dan sebagainya.
5. Sikap dan nilai, berhubungan dengan arah serta intensitas emosional
yang dimiliki seseorang, sebagaimana dapat disimpulkan dari
kecenderungannya bertingkah laku terhadap orang, barang, atau kejadian.
Menurut Sudjana (2005:3): “Hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah
perubahan tingkah laku. Tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang
luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotoris”.
Dalam hubungannya dengan matematika, Sihombing (2006:112)
menyatakan bahwa kecakapan dan kemahiran matematika yang diharapkan dapat
tercapai setelah belajar matematika adalah:
1. Menunjukkan pemahaman konsep matematika yang dipelajari,
menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau
logaritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan
masalah.
2. Memiliki kemampuan mengkomunikasikan gagasan dengan
simbol, tabel, grafik, atau diagram untuk memperjelas keadaan atau
masalah.
3. Menggunakan penalaran pada pola, sifat atau melakukan
manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau
menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.
4. Menunjukkan kemampuan strategik dalam membuat
(merumuskan), menafsirkan, dan menyelesaikan model matematika dalam
pemecahan masalah.
5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam
kehidupan.

Untuk mencapai hasil belajar yang ideal, kemampuan para pendidik


teristimewa guru dalam membimbing belajar murid – muridnya amat dituntut.
Jika guru dalam dalam keadaan siap dan memiliki profesiensi (berkemampuan
tinggi) dalam menunaikan kewajibannya, harapan terciptanya sumber daya
manusia berkualitas sudah tentu akan tercapai.

2.1.5. Materi Persamaan Kuadrat


A. Bentuk Umum Persamaan Kuadrat
Simaklah beberapa persamaan berikut ini:
 x2 - 3 = 0
 3x2 – 2x + 5 = 0
32

Perhatikan bahwa, setiap persamaan diatas mempunyai pangkat tertinggi


bagi peubah x sama dengan dua. Persamaan yang mempunyai bentuk seperti itu
disebut persamaan kuadrat dalam peubah x atau persamaan berderajat dua dalam
peubah x. Berdasarkan fakta ini, persamaan kuadrat dapat ditulis dalam bentuk
umum berikut :
ax2 + bx + c = 0 , dengan a, b, c,  R , dan a  0

x adalah variabel (atau peubah)

a adalah koefisien dari x2

b adalah koefisien dari x

c adalah konstanta ( atau tetapan )
Berkaitan dengan nilai – nilai dari a, b, dan c, dikenal beberapa nama
persamaan kuadrat, di antaranya adalah:
 Jika a = 1, maka persamaan menjadi x 2 + bx + c = 0 dan
persamaan seperti ini disebut persamaan kuadrat biasa.
 Jika b = 0, maka persamaan menjadi ax 2 + c = 0 dan persamaan seperti
ini disebut persamaan kuadrat sempurna.
 Jika c = 0, maka persamaan menjadi ax2 + bx = 0 dan persamaan seperti
ini disebut persamaan kuadrat tak lengkap.
 Jika a, b, dan c bilangan – bilangan real, maka ax 2 + bx + c = 0 disebut
persamaan kuadrat real.
 Jika a, b, dan c bilangan – bilangan rasional, maka ax 2 + bx + c = 0
disebut persamaan kuadrat rasional.
Contoh :
Tentukan persamaan – persamaan kuadrat berikut dalam bentuk umum.
Kemudian tentukan nilai – nilai a,b,c.
a. 2(3x2 – x) = 8 – 3x b. 4(x-2) + 3x = 2x (x-2)
Penyelesaian :
a. 2(3x2-x) = 8 – 3x
6x2 – 2x = 8 – 3x
6x2 – 2x + 3x + (-8) = 8 + (-8) – 3x + 3x kedua ruas ditambah 3x dan -8
33

6x2 + x – 8 = 0
Jadi, a = 6, b = 1, c = -8.
b. 4(x – 2) + 3x = 2x(x-2)
4x – 8 + 3x = 2x2 – 4x
7x – 8 = 2x2 – 4x
7x – 8 + (-2x2) + 4x = 2x2 + (-2x2)+ 4x – 4x
-2x2 + 11x – 8 = 0
Jadi, a = -2, b = 11, c = -8.

B. Menentukan Akar – Akar Persamaan Kuadrat


Persamaan ax2 + bx + c = 0 dapat diselesaikan dengan cara menentukan
nilai pengganti x yang memenuhi persamaan itu. Nilai pengganti x yang
memenuhi persamaan kuadrat ax2 + bx + c = 0 disebut penyelesaian atau akar dari
persamaan kuadrat yang bersangkutan.
1. Pemfaktoran ( faktorisasi )
Bentuk ax 2+ bx + c = 0 diuraikan ke bentuk:
( ax  p ) ( ax  q )
0
a
Dengan syarat p . q = a . c dan p + q = b.
Selesaikan persamaan kuadrat berikut ini !
a. x2 + 6x = 0
b. 5x2 – 7x + 2 = 0
Jawab :
a. x2 + 6x = 0, berarti a=1, b=6 dan c=0

x2 + 6x = 0   x  0  ( x  6)  0
1
x(x+6)=0
x=0 atau x + 6 = 0
x1 = 0 x2= -6
Penyelesaian : x1 = 0 atau x2 = -6
34

b. 5x2 – 7x + 2 = 0 , berarti a = 5 , b = -7, dan c = 2


( 5x  5 ) ( 5x  2 )
5x2 – 7x + 2 = 0   0
5
5 ( x  1 ) (5 x  2 )
 0
5
( x – 1 ) ( 5x – 2 ) = 0
x–1=0  x=1
2
5x – 2 = 0  x=
5
2
Penyelesaian : x1 = 1 atau x2 =
5

2. Melengkapkan Kuadrat Sempurna


Penggunaan cara pemfaktoran untuk menyelesaikan persamaan kuadrat
sangat terbatas, karena seringkali kita akan mengalami kesukaran untuk
memfaktorkan persamaan kuadrat. Untuk mengatasi hal ini, dapat kita pakai cara
kedua untuk menyelesaikan persamaan kuadrat yang dikenal sebagai
melengkapkan bentuk kuadrat. Sebelum membahas cara melengkapkan bentuk
kuadrat, perhatikan uraian berikut.
x2 = 36  x2 – 36 = 0  x =  36 atau x =  36

x2 = 25  x2 – 25 = 0  x =  25 atau x =  25

Sifat 1
Jika x2 = k, dengan k  0, maka x =  k atau x =  k

Sekarang, pelajarilah uraian berikut.


(x – 2)2 = 3
(x – 2) =  3

x=2+ 3 atau x = 2 - 3

Bentuk (x - 2)2 = 3 disebut persamaan kuadrat yang ruas kirinya


berbentuk kuadrat sempurna. Secara umum ditulis sebagai berikut :
Sifat 2
Jika (x + p)2 = k, dengan k  0, maka
x+p=+ k atau x + p =  k
35

Penyelesaian dengan melengkapkan bentuk kuadrat


(i) Ubah bentuk ax2 + bx + c = 0 ke bentuk ax 2 + bx
= -c.
(ii) Apabila a  1 , bagilah kedua ruas persamaan
dengan a, sehingga diperoleh :
b c
x2 + x
a a
(iii) Lengkapkan bentuk kuadrat dengan
menambahkan kedua ruas dengan
2
 b 
 
 2a 

(iv) Tuliskan ruas kiri dari persamaan sebagai bentuk


kuadrat :
2
  b 
2  c  b 
2
 x 2
       
  2a   a  2a 
 

(v) Pergunakan sifat akar kuadrat untuk


menyelesaikan bentuk (iv).

Contoh :
Selesaikan persamaan 2x2 + 3x – 8 = 0
Jawab :
2x2 + 3x = 8
3
x2 + x4
2
3 9 9 73
x2 + x  4 
2 16 16 16
2
 3 73
x  
 4 16

3 73 3 73
x+   x 
4 4 4 4
36

3 73 3 73
Jadi , penyelesaiannya   atau  
4 4 4 4

3. Rumus Kuadrat ( Rumus ABC )


Berikut ini diberikan penurunan rumus ABC :
ax2 + bx + c = 0
ax2 + bx = -c
b c
x2 + x = 
a a
2 2
b  b  c  b 
2
x + x +  =  +  
a  2a  a  2a 

b b2 c b2
x2 + x + =  +
a 4a 2 a 4a 2
 4ac  b 2
2
 b 
x   =
 2a  4a 2
b b 2  4ac
x + = 
2a 4a 2

b b 2  4ac
x =  
2a 4a 2

b b 2  4ac
x =
2a
Dari uraian di atas dapat dituliskan :
Jika ax2 + bx + c = 0 dengan a  0 maka solusi penyelesaiannya :

b b 2  4ac b b 2  4ac


dan
2a 2a

Contoh :
Selesaikan persamaan kuadrat 5x2 – 6x – 3 = 0
Jawab :
5x2 – 6x – 3 = 0 , berarti a = 5 , b = -6, dan c = -3
Rumus ABC :
37

b b 2  4ac
x =
2a

   6    6 2  4 . 5 .   3
x =
2.5

6 36  60
x =
10

6 4 6
x =
10

3 2 6
x =
5

3 2 6
Jadi, penyelesaiannya adalah
5

2.2 KERANGKA KONSEPTUAL


Suatu pengajaran akan bisa disebut berjalan dan berhasil secara baik,
manakala ia mampu mengubah diri peserta didik dalam arti yang luas serta
mampu menumbuhkembangkan kesadaran peserta didik untuk belajar, sehingga
pengalaman yang diperoleh peserta didik selama ia terlibat didalam proses
pengajaran itu dapat dirasakan manfaatnya secara langsung bagi perkembangan
pribadinya.
Matematika merupakan mata pelajaran yang bersifat abstrak, sehingga
dituntut kemampuan guru untuk dapat mengupayakan metode pembelajaran yang
tepat sesuai dengan tingkat perkembangan mental siswa. Metode pembelajaran
dalam penelitian ini adalah metode guided discovery (penemuan terbimbing) dan
metode behavior modification (modifikasi tingkah laku) yang akan dilihat
perbedaannya pada hasil belajar siswa.
Metode guided discovery lebih menekankan agar siswa menemukan
konsep dan prinsip – prinsip serta guru hanya mengarahkan atau memberikan
petunjuk kepada siswa tentang materi yang dipelajari. Didalam Metode guided
discovery ini siswa diharuskan melakukan aktifitas mental. Karena keharusan
adanya persiapan mental untuk metode ini kemungkinan siswa yang lebih pandai
38

akan memonopoli penemuan sehingga guru tidak memperhatikan sikap dan


keterampilan siswa yang lain dalam menemukan jawaban.
Sedangkan metode behavior modification lebih menekankan keaktifan
siswa dengan mengerjakan sendiri dan memecahkan masalah sendiri dari suatu
konsep yang diberikan serta guru hanya melatih dan menentukan apa yang harus
dipelajari murid. Hasil belajar yang diperoleh siswa segera diberitahukan kepada
siswa, jika salah dibetulkan, jika benar diberi penguat sehingga siswa dan guru
mengetahui tingkat kemampuan siswa dalam memahami konsep yang diberikan.
Dengan meninjau dan membandingkan hasil belajar matematika siswa
yang pembelajarannya menggunakan metode behavior modification dan metode
guided discovery diharapkan mampu membantu siswa dalam mengembangkan
kemampuan berpikir, mengembangkan kreativitas siswa dan dapat memberikan
sumbangan yang lebih lagi bagi pengembangan pembelajaran khususnya dalam
meningkatkan hasil belajar matematika siswa.

2.3. HIPOTESIS PENELITIAN


Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah :
“Ada perbedaan yang signifikan antara hasil belajar matematika siswa yang
diajarkan dengan metode behavior modification dan metode guided discovery
pada sub pokok bahasan persamaan kuadrat di kelas X SMA Negeri 1 Perbaungan
T.A 2008 / 2009”.
39

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri I Perbaungan dan pelaksanaannya
pada semester ganjil Tahun Ajaran 2008 / 2009 dengan alasan di sekolah ini
belum pernah dilakukan penelitian sejenis dan peneliti telah mengadakan pra
penelitian untuk menanyakan masalah – masalah yang dihadapi siswa dalam
pembelajaran matematika.

3.2. Populasi dan Sampel Penelitian


3.2.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas X SMA Negeri I
Perbaungan Tahun Ajaran 2008 / 2009 yang berjumlah 230 orang dan dibagi atas
enam kelas yang dibagi tidak berdasarkan tingkat kemampuan siswa artinya siswa
disebar secara merata.
3.2.2. Sampel
Pengambilan sampel dalam penelitian ini dipilih dua kelas dari enam kelas
secara acak random sampling, artinya setiap kelas mempunyai peluang yang sama
untuk dijadikan sampel. Sampel dalam penelitian ini yaitu satu kelas diambil
sebagai kelas eksperimen satu yaitu kelas X-6 dan satu kelas lainnya sebagai kelas
eksperimen dua yaitu kelas X-5.

3.3. Rancangan Penelitian


40

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. Metode


yang digunakan adalah metode eksperimen kuasi (semu) sebab kondisi – kondisi
siswa tidak dapat dikontrol secara keseluruhan, seperti: pengerjaan tugas rumah,
hubungan siswa dengan orang tua, hubungan siswa dengan lingkungan tempat
tinggal, dan lain sebagainya, dimana penelitian dilaksanakan pada dua kelas yaitu
kelas eksperimen satu dan kelas eksperimen dua.

3.3.1. Variabel Penelitian


Adapun yang menjadi variabel dalam penelitian ini adalah:
1). Variabel bebas :
a. variabel perlakuan : pengajaran yang menerapkan pembelajaran dengan
metode guided discovery dan metode behavior
modification.
b. variabel terkontrol :
 Waktu : banyaknya waktu yang digunakan untuk pengajaran di
kelas eksperimen satu dan kelas eksperimen dua adalah
sama.
 Buku : buku yang digunakan selama pembelajaran di kelas
eksperimen satu dan kelas eksperimen dua adalah sama.
 Bahan ajar : kelas eksperimen satu dan kelas eksperimen dua
mendapat bahan ajar yang sama, yaitu persamaan
kuadrat.
 Guru : guru yang mengajar di kelas eksperimen satu dan kelas
eksperimen dua adalah peneliti sendiri.
c. variabel tidak terkontrol : IQ siswa, lingkungan, cara belajar, pendidikan
orang tua dan sebagainya.
2). Variabel terikat : hasil belajar siswa setelah diberi perlakuan.

3.3.2. Penentuan Kelas Eksperimen Satu dan Kelas Eksperimen Dua


Dalam penelitian ini, setiap kelompok dikenai perlakuan. Kelas
eksperimen satu dalam penelitian ini yaitu siswa yang diajarkan dengan metode
41

behavior modification (X1) dan kelas eksperimen dua yaitu siswa yang diajarkan
dengan metode guided discovery (X2).

3.3.3. Desain Penelitian


Rancangan eksperimen dibuat dalam tabel sebagai berikut :

Kelas Tes Kemampuan Awal Perlakuan Tes Hasil Belajar


Eksperimen 1 T11 X1 T21
Eksperimen 2 T12 X2 T22

Keterangan : T1 = Tes Kemampuan Awal (Pre-Tes)


T2 = Tes Hasil Belajar (Post-Tes)
X1 = Pembelajaran dengan Metode Behavior Modification
X2 = Pembelajaran dengan Metode Guided Discovery

3.3.4. Prosedur Penelitian


Untuk memperoleh data yang dibutuhkan maka peneliti melakukan
prosedur penelitian sebagai berikut :
1. Tahap Persiapan, mencakup :
a) Memberikan informasi kepada pihak terkait tentang perihal kegiatan
penelitian.
b) Menyusun jadwal penelitian sesuai dengan jadwal pelajaran di
sekolah.
c) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) sesuai dengan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
d) Menyiapkan alat pengumpul data.
e) Mengurus surat – surat penelitian.
f) Melakukan kerjasama dengan pihak guru dan sekolah.

2. Tahap Pelaksanaan, mencakup :


42

a) Memberikan pre-tes (T1) kepada kedua kelas untuk mengukur


kemampuan awal siswa terhadap materi yang akan diajarkan, kemudian
menghitung rata – rata masing – masing kelas.
b) Kedua kelas diberikan materi dan waktu yang sama, tetapi dengan
metode pembelajaran yang berbeda. Pada kelas eksperimen satu
diajarkan dengan metode behavior modification, sedangkan pada kelas
eksperimen dua diajarkan dengan metode guided discovery.
c) Memberikan post-tes (T2) kepada kedua kelas untuk melihat tingkat
penguasaan terhadap materi yang telah diajarkan, kemudian
menghitung rata – rata masing – masing kelas.
d) Menghitung perbedaan antara hasil pre-tes (T1) dan post-tes (T2) untuk
masing – masing kelas, jadi (T21 - T11) dan (T22 – T12).
e) Membandingkan perbedaan – perbedaan tersebut, untuk melihat
perubahan hasil belajar siswa, jadi : (T21 – T11) – (T22 – T12).
f) Melakukan uji hipotesis pre-tes dengan menggunakan statistika t untuk
menguji apakah tes kemampuan awal siswa sama atau berbeda.
g) Melakukan uji hipotesis post-tes dengan menggunakan statistika t untuk
menguji apakah perbedaan post-tes kedua kelas signifikan.

3.4. Definisi Operasional


Untuk menghindari kesalahpahaman penelitian ini memberi batasan
definisi operasional sebagai berikut :
1. Metode guided discovery adalah suatu prosedur pembelajaran yang
menekankan pada prosedur belajar siswa untuk mencapai tujuan
tertentu. Pada penelitian ini, metode guided discovery digunakan pada
siswa kelompok eksperimen dua.
2. Metode behavior modification adalah suatu prosedur pembelajaran
yang menekankan pada proses perubahan tingkah laku sebagai akibat
adanya interaksi antara stimulus dengan respons yang menyebabkan
siswa mempunyai pengalaman baru. Pada penelitian ini, metode
43

behavior modification digunakan pada siswa kelompok eksperimen


satu.
3. Hasil belajar adalah keluaran (yang berupa perubahan tingkah laku dari
tidak tahu menjadi tahu, dari buruk menjadi baik). Hasil belajar
sebagai objek penilaian pada hakekatnya memiliki penguasaan siswa
terhadap tujuan – tujuan instruksional. Hasil belajar dalam bentuk nilai
(skor) dengan memberikan tes yang telah teruji validitasnya.

3.5. Alat Pengumpul Data


Data pada penelitian ini berbentuk kualitatif dan kuantitatif. Data bentuk
kualitatif berguna untuk menentukan data yang berbentuk kata – kata seperti hasil
observasi dan hasil wawancara. Data bentuk kuantitatif berguna untuk
menentukan hasil belajar siswa yang berbentuk angka yaitu dari tes hasil belajar
siswa.
a. Tes
1. Pre-tes
Pre-tes merupakan tes yang diberikan kepada siswa sebelum diberikan
perlakuan pembelajaran pada kelas eksperimen satu dan kelas eksperimen dua.
Tes ini digunakan untuk mengukur kemampuan awal siswa terhadap materi yang
akan diajarkan.
2. Post-tes
Post-tes merupakan tes yang diberikan kepada siswa setelah dilakukan
pembelajaran pada kelas eksperimen satu dan kelas eksperimen dua. Post-tes
bertujuan untuk mengukur hasil belajar siswa terhadap materi setelah mengalami
suatu pembelajaran.
Bentuk soal pre-tes dan post-tes dalam penelitian ini adalah essay test (tes
uraian) sebanyak 10 soal. Sebelum soal pre-tes dan post-tes diujikan kepada
siswa, tes tersebut terlebih dahulu divalidasi oleh 3 orang validator untuk diminta
tanggapannya terhadap perangkat tes tersebut, antara lain berkaitan dengan
kesesuaian butir soal dengan indikator yang telah ditentukan. Setelah butir soal
selesai divalidasi akan diambil soal yang valid untuk dijadikan soal tes hasil
44

belajar. Validasi yang dimaksudkan dalam hal ini validasi terhadap isi instrumen
tes. Para validator yang dipilih adalah orang – orang yang dianggap ahli. Format
validasi dan instumen penelitian secara lengkap dapat dilihat pada lampiran 15
dan 16 .

Tabel 3.1 Nama – nama Validator


No Nama Pekerjaan
1 Prof.Drs.Dian Armanto,M.pd.,MA.,Ph.D Dosen FMIPA UNIMED
2 Pardomuan NJM. Sinambela,S.si.,M.pd. Dosen FMIPA UNIMED
3 Tuti Sumyati Sipahutar, S.pd. Guru Matematika SMA Negeri 1
Perbaungan

Hasil validasi isi instrumen tes ketiga validator disajikan dalam tabel
berikut :
Tabel 3.2 Hasil Validasi Isi Instrumen Penelitian

No. Nomor soal

Validator 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 v v vdp v v v vdp v v v
2 vdp v v v v v v v v v
3 v v vdp v v v v v v v
Keterangan : V = Valid
TV = Tidak Valid
Vdp = Valid dengan perbaikan
Dari hasil penelitian diatas, perangkat tes direvisi sesuai dengan saran –
saran yang diberikan oleh validator, agar siswa tidak kesulitan memahami soal
sehingga tes dapat digunakan sebagai instrumen penelitian adalah sebanyak 10
item.

b. Wawancara
45

Wawancara dilakukan untuk melihat kesulitan belajar matematika siswa


dalam mempelajari sub pokok bahasan persamaan kuadrat. Wawancara dalam
penelitian ini bersifat terbuka, yang dilakukan secara tidak formal. Wawancara
yang dilakukan difokuskan pada hasil tes yang dikerjakan siswa. Pertanyaan-
pertanyaan yang diberikan melalui wawancara diarahkan untuk mengetahui
kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswa dalam menyelesaikan soal-soal
persamaan kuadrat yang diberikan.

c. Observasi
Observasi untuk melihat timbal balik yang terjadi antara guru dan siswa
dalam kegiatan belajar mengajar. Observasi dilakukan pada saat pembelajaran
berlangsung. Lembar observasi pada lampiran 13 ditujukan kepada peneliti yang
menggunakan pembelajaran dengan menggunakan metode behavior modification
sedangkan lembar observasi pada lampiran 14 ditujukan kepada peneliti yang
menggunakan metode guided discovery. Dalam pengumpulan data selama proses
pembelajaran berlangsung peneliti dibantu oleh observer yaitu guru matematika di
sekolah tersebut. Adapun perannya adalah mengamati kemampuan mengelola
pembelajaran yang berpedoman kepada lembar observasi yang telah disiapkan
serta memberikan penilaian berdasarkan pengamatan yang dilakukan. Observasi
bertujuan untuk mengetahui bagaimana situasi dan proses pembelajaran dengan
metode guided discovery dan pembelajaran dengan metode behavior modification
berlangsung.

3.6. Teknik Analisis Data


Langkah – langkah dalam teknik analisis data adalah sebagai berikut :
1. Data yang diperoleh dari masing – masing kelas dibuat ke dalam tabel
persiapan .

2. Menentukan nilai rata – rata menggunakan rumus (Sudjana, 2002:67) :

X
 Xi
n
46

3. Menghitung simpangan baku (S) menggunakan rumus (Sudjana, 2002:94) :

n  X i   X i 
2 2

S
n n  1

3.6.1. Uji Normalitas


Uji normalitas diadakan untuk mengetahui normal atau tidaknya populasi
penelitian tiap variabel penelitian. Pengujian ini digunakan dengan menggunakan
uji liliefors (Sudjana, 2002 : 466), langkah – langkah yang dilakukan sebagai
berikut :
a. Pengamatan X1, X2, X3, ...,Xn dijadikan bilangan baku Z1, Z2, Z3, ..., Zn
dengan rumus :
Xi  X
Zi 
S
Dimana : Xi = Data ke i
X = Rata – rata
S = Simpangan baku sampel
b. Untuk tiap bilangan baku ini dengan menggunakan daftar distribusi
normal baku kemudian dihitung peluang F(Zi) = P(Z ≤ Zi).
c. Selanjutnya dihitung proporsi Z1, Z2, Z3, ..., Zn yang lebih kecil atau
sama dengan Zi. Jika proporsi ini dinyatakan dengan S(Zi) maka :
banyaknya Z 1 , Z 2 , Z 3 ,..., Z n yang  Z i
S (Z i ) 
n
d. Menghitung selisih F(Zi) – S(Zi) kemudian menentukan harga
mutlaknya.
e. Ambillah harga mutlak yang terbesar disebut (Lhitung). Untuk menerima
atau menolak hipotesis, kita bandingkan Lhitung dengan nilai kritis L
yang diambil dari daftar, untuk taraf nyata α = 0,05. Dengan kriteria :
Jika Lhitung < Ltabel maka sampel berdistribusi normal.
Jika Lhitung > Ltabel maka sampel tidak berdistribusi normal.
47

3.6.2. Uji Homogenitas


Pengujian homogenitas data dimaksudkan untuk mengetahui apakah siswa
yang dijadikan sampel berasal dari populasi yang homogen atau dapat mewakili
populasi yang ada. Dengan melakukan pengujian kesamaan varians untuk dua
populasi yaitu digunakan uji dua pihak dengan taraf nyata 0,05 dengan hipotesis :
H 0 : x   y
2 2
(data berasal dari populasi yang bervarians sama).

H 1 : x   y
2 2
(data berasal dari populasi yang bervarians berbeda).
Uji ini dilakukan dengan menghitung (Sudjana, 2002:250):
2
Varians Terbesar S1
F =
Varians Terkecil 2
S2
Jika Fhitung < Ftabel maka H0 diterima, jika Fhitung ≥ Ftabel maka H0 ditolak.
Fhit = F1/2 α (v 1 , v 2) dengan α = 0,1.
V1 = n1-1 dan n1 = ukuran varians terbesar
V2 = n2-1 dan n2 = ukuran varians terkecil

3.6.3. Uji Hipotesis


Hipotesis yang akan diuji adalah :
H0 : μ1 = μ2
Ha : μ1 ≠ μ2
Jika data berdistribusi normal dan varians kedua kelompok sama atau
 1   2   tidak diketahui, maka pengujian hipotesis dalam penelitian ini
dilakukan dengan menggunakan uji t (Sudjana, 2002:239) dengan rumus:
X1 X 2
thitung = 1 1
S 
n1 n 2

2

 n1  1 S1   n 2  1 S 2
2 2

Dengan S
n1  n 2  2
Dimana :
n1 = jumlah sampel kelas eksperimen satu
48

n2 = jumlah sampel kelas eksperimen dua


X 1 = rata – rata kelas eksperimen satu

X 2 = rata – rata kelas eksperimen dua


S1 = standar deviasi kelas eksperimen satu
S2 = standar deviasi kelas eksperimen dua
 t t
Kriteria pengujian adalah terima H0 jika: 1 
1   
2 
< t hitung < 1 
 1  
2 
 

1
didapat dari daftar distribusi t dengan dk = (n1 + n2 – 2) dan peluang (1-  )
2
dan taraf α = 0,05. Untuk harga-harga t hitung lainnya H0 ditolak.

4. Hasil Observasi
Lembar observasi digunakan untuk mengamati aktivitas peneliti dalam
mengelola pembelajaran. Proses pembelajaran dikatakan efektif jika pelaksanaan
pembelajaran berjalan dengan baik.
Perhitungan nilai akhir setiap observasi ditentukan berdasarkan (Tim
UPPL,2007:25) :
S
N= x 100
B
Dimana : N = nilai akhir.
S = skor yang didapat.
B = jumlah keseluruhan deskriptor.
Keterangan dari setiap nilai menurut Tim UPPL (2007:15c) adalah :

Kriteria penilaian observasi :


Skor Nilai Keterangan
85 – 100 Sangat baik
75 – 84 Baik
65 – 74 Cukup
55 – 64 Kurang
00 - 54 Sangat kurang
49

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Hasil Penelitian


Dalam penelitian ini kelas yang diambil secara acak dikelompokkan
menjadi dua kelas yaitu kelas eksperimen satu dan kelas eksperimen dua. Kedua
kelas yang terpilih tersebut diacak untuk menentukan kelas eksperimen satu dan
kelas eksperimen dua. Sampel penelitian ini berjumlah 70 orang siswa yang terdiri
dari 36 orang siswa yang diajar dengan metode behavior modification dan 34
orang siswa yang diajar dengan metode guided discovery.
Kedua kelas diberi pre-tes (T1) dengan soal yang sama setelah diberi pre-
tes kedua kelas diberi materi pembelajaran yang sama dengan metode yang
berbeda. Setelah proses pembelajaran selesai kedua kelas diberi post-tes (T 2).
Hasil pre-tes dan post-tes diperiksa sebagai data hasil belajar siswa. Data yang
terkumpul berupa data skor yang diperoleh dari hasil tes yaitu pre-tes dan post-tes
yang berjumlah 10 butir soal berbentuk essay tes dengan soal, kunci jawaban,
pedoman penskoran, hasil pre-tes dan post-tes terlampir.

4.2. Data Hasil Belajar


Berdasarkan analisis data diperoleh data hasil belajar siswa yang diajarkan
dengan metode behavior modification dan metode guided discovery pada tabel
berikut:
Tabel 4.1 Deskripsi data hasil belajar
Metode Behavior Modification Metode Guided Discovery
No Keterangan
Pre-tes (T11) Post-tes (T21) Pre-tes (T12) Post-tes (T22)
1 N 36 36 34 34
2 X 42,64 77,61 42,59 70,79
3 X 1535 2794 1448 2407
4 SD 13,28 11,51 13,07 12,52
50

Dari tabel diatas diperoleh beda tingkat hasil belajar siswa pada sub
pokok bahasan persamaan kuadrat dengan menggunakan metode behavior
modification dan menggunakan metode guided discovery adalah: (77,61 – 42,64)
– (70,79 – 42,59) = 7,01 atau tidak sama dengan nol. Karena beda tingkat hasil
belajar pada sub pokok bahasan persamaan kuadrat antara pengajaran dengan
metode behavior modification dan pengajaran dengan metode guided discovery
sebesar 7,01 maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan antara hasil belajar
siswa yang diajar dengan metode behavior modification dengan metode guided
discovery.
Data hasil belajar matematika siswa yang diperoleh dapat dibuat dalam
distribusi frekuensinya dan akhirnya disajikan dalam bentuk grafik yaitu
histogram. Dibawah ini digambarkan histogram untuk tujuan memperoleh kurva
frekuensi kumulatif batas bawah dari hasil belajar kedua kelas.

HISTOGRAM PRE-TES KELAS EKSPERIMEN SATU


12

10

2
WA
M

H
U

A
L

S
J

0
19,5 26,5 33,5 40,5 47,5 59,5 Nilai

Nilai Jumlah Siswa


16-26 5
27-37 8
38-48 11
49-59 7
60-70 5
51

HISTOGRAM PRE-TES KELAS EKSPERIMEN DUA

14

12

10

2
W
M

H
U

A
L

S
J

0
19,5 26,5 33,5 40,5 47,5 59,5 Nilai

Nilai Jumlah Siswa


16-26 4
27-37 6
38-48 12
49-59 10
60-70 2

HISTOGRAM POST-TES KELAS EKSPERIMEN SATU


10

J
U 8
M
L
A
6
H

S
I 4
S
W
A 2

0
52,5 60,5 68,5 76,5 84,5 92,5 100,5 Nilai
52

Nilai Jumlah Siswa


53-60 3
61-68 7
69-76 8
77-84 9
85-92 6
93-100 3

HISTOGRAM POST-TES KELAS EKSPERIMEN DUA


10
9
8
7
6
5
4
3
2
UM

WA

1
H
A
L

S
J

0
48,5 57,5 66,5 75,5 84,5 93,5 Nilai

Nilai Jumlah Siswa


49-57 6
58-66 7
67-75 9
76-84 7
85-93 5

Dari histogram diatas dapat terlihat untuk data pre-tes dari siswa yang
memperoleh nilai yang sama atau lebih dari 20. Begitu juga untuk data post-tes
kelas eksperimen satu dapat terlihat siswa yang memperoleh nilai lebih dari 53
dan untuk post-tes eksperimen dua terlihat siswa yang memperoleh nilai lebih dari
49. Dari histogram diatas dapat dilihat kurva frekuensinya. Kurva frekuensi dapat
menjelaskan sifat atau karakteristik populasi. Dari histogram diatas terlihat data
hasil belajar matematika siswa mendekati normal.
53

4.3. Teknik Analisis Data


4.3.1. Uji Normalitas
Dalam pengujian analisis statistik diadakan uji normalitas data. Pengujian
normal tidaknya sebaran data dilakukan dengan menggunakan rumus Liliefors.
Kriteria pengujian yaitu data dikatakan berasal dari populasi yang berdistribusi
normal jika Lhitung < Ltabel pada taraf nyata  = 0,05.
Berikut disajikan hasil analisis normalitas data penelitian pada tabel 4.2
dan perhitungan selengkapnya terdapat pada lampiran 21 dan 22.
Tabel 4.2 Hasil Analisis Normalitas Data Penelitian
NO Kelas Lhitung Ltabel Keterangan
Eksperimen 1
1 Pre-tes 0,1010 0,1477 Normal
Post-tes 0,1054
Eksperimen 2
2 Pre-tes 0,1053 0,1519 Normal
Post-tes 0,1217

Dari tabel 4.2 terlihat bahwa Lhitung < Ltabel pada taraf nyata  = 0,05.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa distribusi dari pre-tes dan post-tes
pada kedua kelas adalah normal.

4.3.2. Uji Homogenitas


Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan uji statistik F dengan rumus
Varians terbesar
F
Varians terkecil

Dari perhitungan pada pengujian homogenitas data yang terlampir pada


lampiran 23 diperoleh :
Tabel 4.3 Hasil Analisis Homogenitas Data Penelitian
NO Data Fhitung Ftabel
1 Pre-tes 1,03
1,78
2 Post-tes 1,18
Pada tabel 4.3 diatas terlihat bahwa pada pre - tes dan post - tes harga
Fhitung < Ftabel menyatakan hipotesis diterima yang berarti hasil belajar siswa yang
pengajarannya menggunakan metode behavior modification dan metode guided
54

discovery adalah homogen. Dengan demikian kedua sampel mempunyai varians


yang sama atau tidak berbeda.

4.3.3. Uji Hipotesis


Pengujian hipotesis dilakukan melalui uji perbedaan dua rata-rata atau uji
t. Dilakukan pegujian hipotesis pre-tes dan hipotesis post-tes.
 Uji hipotesis pre-tes
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah kemampuan awal siswa sama
atau tidak. Dari hasil perhitungan pengujian hipotesis pre-tes pada lampiran 24,
diperoleh thitung = 0,016 dengan meninjau harga ttabel pada dk = 68 dan taraf
signifikansi =0,05 diperoleh t(0,975) (68) = 1,997, ternyata -1,997 < 0,016 < 1,997
maka H0 diterima. Dengan kata lain : tidak terdapat perbedaan pre-tes siswa atau
pre-tes kedua kelas sama.
 Uji hipotesis post-tes
Dari hasil perhitungan pengujian hipotesis post-tes pada lampiran 25, diperoleh
thitung = 2,37 dengan meninjau harga ttabel pada dk = 68 dan taraf signifikansi
=0,05 diperoleh t(0,975) (68) = 1,997, ternyata -1,997 < 2,37 atau 2,37 < 1,997 maka
H0 ditolak dan Ha diterima. Dengan kata lain : ada perbedaan hasil belajar siswa
yang diajar dengan metode behavior modification dengan yang diajar metode
guided discovery.

4.3.4. Kesulitan-kesulitan Yang Dialami Siswa


Berdasarkan hasil wawancara dan jawaban-jawaban siswa maka dapat
dilihat kesulitan yang masih dialami siswa dalam hasil tes yang dikerjakan siswa,
yaitu :
1. Siswa kesulitan dalam memahami soal
2. Siswa kesulitan menyatakan soal dalam bentuk matematika
3. Siswa kesulitan mengingat rumus
4. Siswa kurang teliti dalam perhitungan
Namun secara kuantitas banyaknya siswa yang mengalami kesulitan ini
berkurang. Hasil wawancara dapat dilihat pada lampiran 26.
55

4.3.5. Hasil Observasi


Dari hasil observasi yang dilakukan oleh guru bidang studi matematika
dapat dilihat pada tabel 4.4 dan perhitungan selengkapnya terdapat pada lampiran
27.
Tabel 4.4 Data Hasil Observasi
Behavior Modification Guided Discovery
Pertemuan
Nilai Kriteria Nilai Kriteria
I 75 Baik 77,50 Baik
II 80,56 Baik 82,50 Baik
III 83.33 Baik 85 Sangat Baik

Berdasarkan hasil observasi pada tabel diatas, peneliti telah mampu


meningkatkan kemampuan dalam menyajikan materi pelajaran dengan kedua
metode pembelajaran sehingga siswa aktif dalam mengikuti pelajaran dan juga
dalam menyelesaikan soal. Ini menunjukkan kemampuan peneliti dalam kegiatan
pembelajaran mengalami kemajuan.

4.4. Pembahasan Hasil Penelitian


Pada penelitian ini kedua kelompok yang dijadikan sampel berada dalam
kondisi yang sama sebelum pelaksanaan pembelajaran yaitu buku ajar kedua
sampel sama, lama penyampaian materi pada kedua kelas sama dan waktu belajar
kedua sampel tidak jauh berbeda. Tetapi ada kemungkinan pengetahuan awal
kedua kelompok tentang materi yang akan diajarkan berbeda, maka untuk
mengetahui seberapa jauh siswa menguasai materi persamaan kuadrat terlebih
dahulu diberikan pre-tes dan dari hasil pre-tes, rata-rata kelas eksperimen satu
adalah 42,64 dan kelas eksperimen dua adalah 42,59 lalu dilakukan uji hipotesis
pre-tes diperoleh bahwa kemampuan awal kedua kelas sama.
Setelah mengadakan pengamatan dan menganalisis data, maka diperoleh
rata-rata hasil belajar siswa yang diajar dengan metode behavior modification
tidak sama atau lebih baik dibandingkan dengan siswa yang diajar dengan metode
guided discovery, dapat dilihat dari rata-rata post-tes pada kedua kelas, rata-rata
56

post-tes kelas eksperimen satu diperoleh 77,61 sedangkan rata-rata post-tes kelas
eksperimen dua diperoleh 70,79 sehingga diperoleh selisihnya 6,82. Dapat dilihat
bahwa setelah diberikan pembelajaran dengan metode pembelajaran yang
berbeda, hasil belajar kedua kelompok sampel tersebut juga berbeda dan hasil
belajar masing-masing kelompok sampel juga mengalami peningkatan, dimana
kelas eksperimen satu mengalami peningkatan hasil belajar rata-rata 34,97
sedangkan kelas eksperimen dua mengalami peningkatan hasil belajar rata-rata
28,20. Dari hasil penelitian diatas membenarkan metode behavior modification
merupakan salah satu upaya konkrit yang dapat dilaksanakan guru untuk
mengatasi kesulitan siswa dalam memahami dan menguasai konsep secara
menyeluruh.
Selisih rata-rata hasil belajar pada sub pokok bahasan persamaan kuadrat
antara kelas eksperimen satu dan kelas eksperimen dua adalah 7,01. Peneliti
menyimpulkan hasil penelitiannya yaitu ada perbedaan atau lebih baik hasil
belajar siswa yang diajar dengan metode behavior modification dengan hasil
belajar siswa yang diajar dengan metode guided discovery pada sub pokok
bahasan persamaan kuadrat. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran dengan
metode behavior modification lebih tepat digunakan untuk meningkatkan hasil
belajar siswa pada sub pokok bahasan persamaan kuadrat.
Hasil observasi dari observer yang mengamati selama pelaksanaan
pembelajaran pada kedua kelas sampel berlangsung menunjukkan bahwa
hubungan timbal balik antara guru dan siswa dalam proses belajar berlangsung
dengan baik.
Namun dalam pelaksanaan penelitian, peneliti banyak menemukan
kelemahan-kelemahan sehingga dalam pembelajaran tidak menjadikan seluruh
siswa memperoleh nilai yang tinggi dan terdapat kesulitan yang masih dialami
siswa dalam mengerjakan tes hasil belajar siswa. Adapun kelemahan-kelemahan
peneliti selama melakukan pembelajaran antara lain:
1. Adanya kemungkinan siswa kurang bersungguh-sungguh dalam
menyelesaikan soal post-tes yang diberikan.
57

2. Waktu pembelajaran relatif sedikit untuk melakukan pengembangan-


pengembangan.
3. Lingkungan kelas yang tidak mendukung terutama dari siswa yang sulit
memahami pembelajaran sehingga kondisi kelas menjadi ribut.
Dengan demikian peneliti akan memperbaiki semua kekurangan atau kelemahan
peneliti dalam penelitian selanjutnya sehingga dapat memperoleh hasil yang lebih
baik lagi.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
58

Berdasarkan analisis terhadap data penelitian maka dapat disimpulkan


bahwa:
1. Ada perbedaan yang signifikan antara hasil belajar siswa yang diajar
dengan metode behavior modification dengan hasil belajar siswa yang
diajar dengan metode guided discovery pada sub pokok bahasan persamaan
kuadrat di kelas X SMA Negeri 1 Perbaungan Tahun Ajaran 2008/2009.
2. Kesulitan belajar matematika yang masih dialami siswa dalam
pembelajaran metode behavior modification dalam mempelajari sub pokok
bahasan persamaan kuadrat di kelas X SMA Negeri 1 Perbaungan yaitu :
 Siswa kesulitan dalam memahami soal.
 Siswa kesulitan menyatakan soal dalam bentuk matematika.
Kesulitan belajar matematika dalam pembelajaran metode guided
discovery yang masih dialami siswa dalam mempelajari sub pokok bahasan
persamaan kuadrat di kelas X SMA Negeri 1 Perbaungan yaitu :
 Siswa kesulitan dalam memahami soal.
 Siswa kesulitan menyatakan soal dalam bentuk matematika.
 Siswa kesulitan mengingat rumus.
 Siswa kurang teliti dalam perhitungan.

5.2. Saran
1. Bagi guru khususnya guru matematika dalam menggunakan metode
behavior modification dan metode guided discovery agar selalu melibatkan
siswa dalam proses belajar mengajar yang bertujuan untuk memotivasi
siswa dan melatih siswa untuk belajar aktif.
2. Bagi mahasiswa calon guru matematika diharapkan dapat menerapkan
metode behavior modification dan metode guided discovery saat
mengajarkan matematika dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa.
3. Bagi pihak terkait lainnya seperti pihak sekolah diharapkan untuk lebih
memperhatikan kelebihan dan kelemahan dari pembelajaran yang
digunakan dalam mengajarkan matematika dalam upaya meningkatkan
hasil belajar siswa.
59

4. Bagi peneliti yang ingin melakukan penelitian yang sama hendaknya


menyiapkan contoh soal dan latihan yang lebih bervariasi agar diperoleh
respon siswa yang berbeda serta melakukan persiapan yang teliti dan
cermat mengalokasikan waktu sehingga siswa lebih aktif dalam proses
belajar mengajar dan mampu meningkatkan hasil belajar menjadi lebih
baik.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi., (2001), Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Bumi Aksara,


Jakarta.
60

Dahar, R. W., (1996), Teori – Teori Belajar, Erlangga, Jakarta.

Depdikbud., (2005), Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta.

Depdiknas., (2006), Implementasi Improving Learning Dengan Teknik Inquiry,


http://hemow.wordpress.com/

Djamarah, S.B., dan Zain, Aswan., (2006), Strategi Belajar Mengajar, Rineka
Cipta, Jakarta.

Djiwandono, S.E.W., (2002), Psikologi Pendidikan, Grasindo, Jakarta.

Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan.,


(2007), Buku Pedoman Penulisan Skripsi Mahasiswa Dan Standar
Operasional (SOP) Kepebimbingan Skripsi Program Studi Pendidikan,
FMIPA UNIMED, Medan.

Hamalik, Oemar., (2004), Proses Belajar Mengajar, Bumi Aksara, Jakarta.

Hamzah., (2007), Orientasi Baru Dalam Psikologi Pembelajaran, Gramedia


Widia Sarana Indonesia, Jakarta.

Hasibuan, J.J., dan Moedjiono., (2006), Proses Belajar Mengajar, Remaja


Rosdakarya, Bandung.

Hidayat., (2007), Model Pembelajaran Creative Problem Solving Dengan Video


Compact Disk Dalam Pembelajaran Matematika, http: // www.
mathematic. transdigit. com/ mathematic – journal/ model – pembelajaran
– creative – problem – solving – dengan – video – compact – disk – dalam
– pembelajan - matematika. html

Hudojo., (2007), Cara Seseorang Memperoleh Pengetahuan Dan Implikasinya


Pada Pembelajaran Matematika, http: // zainurie. wordpress. com/ 2007/
10/ 26/ cara-seseorang-memperoleh-pengetahuan-dan-implikasinya-pada-
pembelajaran-matematika/

Ibrahim., dan Sukamadinata, N.S., (2003), Perencanaan Pengajaran, Rineka


Cipta, Jakarta.

Lefrancois., (2007), Behaviorism And Social Learning Theory, http: // pgmiunyb.


files. wordpress. com/ 2007/ 10/ behaviorism – and – social – learning -
theoryrtf. doc

Lubis, Asrin., (2006), Strategi Belajar Mengajar Matematika, FMIPA UNIMED,


Medan.
61

Martiningsih., (2007), Macam – Macam Metode Pembelajaran,


http://martiningsih.blogspot.com.2007/12/macam-macam-metode-
pembelajaran.html

National Council Of Teachers Of Mathematics., (2006), Humaniora ,


http://google.co.id/search?
hl=id&q=strategi+pembelajaran+matematika&meta=

Piaget., (2008), Peningkatan Penguasaan Matematika Siswa Melalui Kombinasi


Proses Pembelajaran Klasikal, Kelompok Dan Perseorangan,
http://bdg.centrin.net.id/~pawitmy/Modul%20kuliah%20teori
%20IIP/modul%209,%20teori%20belajar%20behavioristik
%20kontekstual.pdf

Rohani, Ahmad., (2004), Pengelolaan Pengajaran, Rineka Cipta, Jakarta.

Sanjaya, Wina., (2007), Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses


Pendidikan, Kencana Prenada Media Group, Jakarta.

Siburian, Yosua., (2005), Teknik Dan Strategi / Metode Pembelajaran, Yayasan


Pendidikan Dan Sosial Parulian, Medan.

Sihombing, W.L., (2006), Telaah Kurikulum Matematika Sekolah, FMIPA


UNIMED, Medan.

Skinner, B.F., (2007), Teori Belajar Behavioristik dan Humanistik, http://guru-


beasiswa.blogspot.com/2007/12/teori-belajar-behavioristik-dan.html

Sudjana., (2002), Metode Statistika, Tarsito, Bandung.

., (2005), Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Remaja Rosdakarya,


Bandung.

Suherman, dkk., (2003), Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, FMIPA


UPI, Bandung.

Tim MKPBM., (2001), Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, JICA –


UPI, Bandung.
Tim UPPL., (2007), Buku Petunjuk Operasional Program Pengalaman Lapangan
Terpadu Program S1, UNIMED, Medan.

Trianto., (2007), Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi


Konstruktivistik, Prestasi Pustaka, Jakarta.
62

Trimanjuniarso., (2008), Teori Belajar behavioristik, http : // trimanjuniarso. files.


wordpress. com / 2008 / 02 / teori-belajar-behavioristik.doc

Upik., (2005), News, http://Upik.jogja.go.id/news

Widdiharto, Rachmadi., (2004), Model-Model Pembelajaran Matematika SMP,


http: // zainurie. files. wordpress. com /2007 /11/modelpembelajaran1.pdf

Wikipedia., (2007), Implementasi Improving Learning Dengan Teknik Inquiry,


http://hemow.wordpress.com/

Winkel, W.S., (1989), Psikologi Pengajaran, Gramedia, Jakarta.

Yaniawati., (2006), Humaniora , http: //google.co.id /search? hl= id&q = strategi


+pembelajaran+matematika&meta=

Yuanita, Dian.,(2008), Behavior Modification, http: // rumahbelajarpsikologi.


com/ index.php/ teori-utama.html

Lampiran 1

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN I


KELAS EKSPERIMEN 1
63

Satuan Pendidikan : SMA


Mata Pelajaran : Matematika
Kelas / Semester :X/1
Pokok Bahasan : Persamaan dan Fungsi Kuadrat
Sub Pokok Bahasan : Persamaan Kuadrat
Alokasi Waktu : 2 x 45 menit

A. STANDAR KOMPETENSI
Memecahkan masalah yang berkaitan dengan fungsi, persamaan dan fungsi
kuadrat serta pertidaksamaan kuadrat.
B. KOMPETENSI DASAR
Siswa dapat memahami dan terampil menggunakan aturan dan rumus – rumus
persamaan kuadrat.
C. INDIKATOR
Indikator ketercapaian kompetensi dasar diatas adalah siswa dapat :
1. Menentukan bentuk umum persamaan kuadrat.
2. Menentukan akar – akar persamaan kuadrat dengan pemfaktoran.
D. MATERI POKOK
Persamaan Kuadrat
E. PEMBELAJARAN
 Metode Pembelajaran : Pembelajaran dengan metode behavior
modification.

 Alat/Sumber Pembelajaran : - alat – alat tulis.


- buku matematika SMA kelas X, penerbit
Erlangga.
F. KEGIATAN BELAJAR – MENGAJAR
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Waktu
Kegiatan Awal 10 menit
1.Memberikan salam kepada siswa. 1. Menjawab Salam Guru.
2.Memberikan motivasi kepada siswa. 2. Mendengar Motivasi Guru.
64

3.Memberi informasi mengenai3. Siswa merespon guru dan


kegunaan persamaan kuadrat dalam membangun persepsi yang
kehidupan sehari – hari. positif untuk mempelajari
persamaan kuadrat.
4.Menyampaikan secara lisan4.Memperhatikan dan
kompetensi dasar dan indikator mencermati kompetensi dasar
(tertera pada point B dan C diatas) dan indikator yang
yang akan dicapai peserta didik disampaikan.
melalui pembelajaran materi
persamaan kuadrat sambil
memberikan memberikan penguatan
kepada siswa dengan mengatakan
mereka pasti mampu mempelajari
persamaan kuadrat karena guru yakin
hal itu.
Kegiatan Inti 70 menit
1.Meminta siswa memahami bentuk 1.Memperhatikan sekaligus
umum persamaan kuadrat dengan memahami bentuk umum
melihat contoh yang tertera pada persamaan kuadrat yang
buku siswa secara individual. tertera pada buku siswa
secara individu dan
mencermati contoh yang ada.
2.Menyuruh siswa secara individu 2.Menemukan secara individu,
menemukan ciri – ciri persamaan ciri – ciri persamaan kuadrat
kuadrat dan mendefinisikan dan mencoba mendefinisikan
persamaan kuadrat tersebut. persamaan kuadrat dengan
kata-kata sendiri berdasarkan
ciri-ciri persamaan yan
diperoleh.
3.Meminta salah satu siswa 3.Salah satu siswa maju
menyajikan temuan ciri – ciri kedepan menyajikan hasil
65

persamaan kuadrat di papan tulis temuannya.


dan memberikan penguatan berupa
pujian dan nilai tambahan pada
siswa yang menyajikannya dengan
benar.
4.Menjelaskan definisi dari 4.Mendengarkan penjelasan
persamaan kuadrat. dari guru sambil mencoba
mencermati bentuk umum
persamaan kuadrat tersebut.
5.Memberikan beberapa contoh 5.Memperhatikan contoh –
persamaan kuadrat. contoh yang diberikan.
6.Menjelaskan penyelesaian 6.Mendengarkan penjelasan
persamaan kuadrat dengan guru dan bertanya.
menentukan akar – akar persamaan
kuadrat dengan cara memfaktorkan.
7.Memberikan beberapa contoh 7.Memperhatikan penyelesaian
penyelesaian persamaan kuadrat contoh soal yang diberikan
dengan cara memfaktorkan. guru.
8.Guru merespon pertanyaan yang 8.Siswa bertanya tentang
diberikan siswa. materi yang kurang
dimengerti.
9.Meminta siswa mengerjakan 9.Mengerjakan soal–soal yang
beberapa soal latihan yang tertera diberikan guru.
pada buku siswa secara individual.
10.Berkeliling mengamati kerja 10.Mencermati arahan dari
siswa. Memberi bantuan dan guru dan meninjau kembali
bimbingan terbatas saat hasil kerja yang sudah
dibutuhkan siswa. dilakukan.
11.Memberi kesempatan pada siswa 11.Siswa mengerjakan soal di
untuk menuliskan hasil kerjanya papan tulis dan siswa lain
di papan tulis dan memberikan mengecek kembali hasil
66

penguatan berupa pujian dan nilai kerjanya dan mengajukan


tambahan pada siswa yang masukan dan pertanyaan
mengerjakan soal dengan benar. atas selisih hasil kerjanya.
12.Sesekali guru mengajukan 12. Siswa merespon pertanyaan
pertanyaan untuk memastikan guru.
pemahaman siswa dan dapat
ditanggapi siswa lain.
Kegiatan Akhir 10 menit
1.Memberikan kesempatan pada siswa1.Bertanya pada guru tentang
untuk bertanya hal-hal yang kurang hal-hal yang belum dipahami.
dipahami. 2.Mendengarkan kesimpulan
2.Menyimpulkan materi yang telah materi dan mencatat hal-hal
diajarkan. yang penting.
3.Memberikan tugas rumah (PR). 3.Menandai tugas-tugas yang
diberikan oleh guru.

G. EVALUASI
Tes Essay

Lampiran 2

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN II


KELAS EKSPERIMEN 1
Satuan Pendidikan : SMA
Mata Pelajaran : Matematika
67

Kelas / Semester :X/1


Pokok Bahasan : Persamaan dan Fungsi Kuadrat
Sub Pokok Bahasan : Persamaan Kuadrat
Alokasi Waktu : 2 x 45 menit

A. STANDAR KOMPETENSI
Memecahkan masalah yang berkaitan dengan fungsi, persamaan dan fungsi
kuadrat serta pertidaksamaan kuadrat.
B. KOMPETENSI DASAR
Siswa dapat memahami dan terampil menggunakan aturan dan rumus – rumus
persamaan kuadrat.
C. INDIKATOR
Indikator ketercapaian kompetensi dasar diatas adalah siswa dapat
menentukan akar-akar persamaan kuadrat dengan melengkapkan kuadrat
sempurna.
D. MATERI POKOK
Persamaan Kuadrat
E. PEMBELAJARAN
 Metode Pembelajaran : Pembelajaran dengan metode behavior
modification.

 Alat/Sumber Pembelajaran : - alat – alat tulis.


- buku matematika SMA kelas X, penerbit
Erlangga.
F. KEGIATAN BELAJAR – MENGAJAR
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Waktu
Kegiatan Awal 10 menit
1.Memberikan salam kepada siswa. 1.Menjawab Salam Guru.
2.Memberikan motivasi kepada siswa. 2.Mendengar Motivasi Guru.
3.Memberi informasi mengenai3.Siswa merespon guru dan
kegunaan persamaan kuadrat dalammembangun persepsi yang
68

kehidupan sehari – hari. positif untuk mempelajari


4.Menyampaikan secara lisanpersamaan kuadrat.
kompetensi dasar dan indikator4.Memperhatikan dan
(tertera pada point B dan C diatas) mencermati kompetensi
yang akan dicapai peserta didik dasar dan indikator yang
melalui pembelajaran materi disampaikan.
persamaan kuadrat sambil
memberikan memberikan penguatan
kepada siswa dengan mengatakan
mereka pasti mampu mempelajari
persamaan kuadrat karena guru yakin
hal itu.
Kegiatan Inti 70 menit
1.Mengulang sepintas tentang materi 1.Siswa mengingat kembali
yang lalu. materi yang telah
disampaikan guru.
2.Meminta siswa memahami langkah- 2.Memperhatikan sekaligus
langkah penyelesaian persamaan memahami langkah-
kuadrat dengan cara melengkapkan langkah penyelesaian
kuadrat sampurna yang tertera pada persamaan kuadrat dengan
buku siswa secara individual. cara melengkapkan kuadrat
sampurna yang tertera pada
buku siswa secara individu
dan mencermati contoh
yang ada.
3.Menyuruh siswa secara individu 3.Menemukan langkah-
menemukan langkah-langkah langkah penyelesaian
penyelesaian persamaan kuadrat persamaan kuadrat dengan
dengan cara melengkapkan kuadrat cara melengkapkan kuadrat
sampurna secara individu. sampurna secara individu.
4.Meminta salah satu siswa 4.Salah satu siswa maju
69

menyajikan temuannya di papan kedepan menyajikan hasil


tulis dan memberikan penguatan temuannya dan siswa lain
berupa pujian dan nilai tambahan menanggapi hasil kerja
pada siswa yang menyajikannya siswa tadi.
dengan benar.
5.Memberikan beberapa contoh 5.Memperhatikan
penyelesaian persamaan kuadrat penyelesaian contoh soal
dengan cara melengkapkan kuadrat yang diberikan guru.
sampurna. 6.Siswa bertanya tentang
6.Guru merespon pertanyaan yang materi yang kurang
diberikan siswa. dimengerti.
7.Meminta siswa mengerjakan 7.Mengerjakan soal–soal
beberapa soal latihan yang tertera yang diberikan guru.
pada buku siswa secara individual.
8. Berkeliling mengamati kerja siswa. 8.Mencermati arahan dari
Memberi bantuan dan bimbingan guru dan meninjau kembali
terbatas saat dibutuhkan siswa. hasil kerja yang sudah
11.Memberi kesempatan pada siswa dilakukan.
untuk menuliskan hasil kerjanya 11.Siswa mengerjakan soal di
di papan tulis dan memberikan papan tulis dan siswa lain
penguatan berupa pujian dan nilai mengecek kembali hasil
tambahan pada siswa yang kerjanya dan mengajukan
mengerjakan soal dengan benar. masukan dan pertanyaan
atas selisih hasil kerjanya.
12.Sesekali guru mengajukan 12.Siswa merespon
pertanyaan untuk memastikan pertanyaan guru.
pemahaman siswa dan dapat
ditanggapi siswa lain.
Kegiatan Akhir 10 menit
1.Memberikan kesempatan pada siswa1.Bertanya pada guru tentang
untuk bertanya hal-hal yang kurang hal-hal yang belum
70

dipahami. dipahami.
2.Menyimpulkan materi yang telah2.Mendengarkan kesimpulan
diajarkan. materi dan mencatat hal-hal
3.Memberikan tugas rumah (PR). yang penting.
3.Menandai tugas-tugas yang
diberikan oleh guru.

G. EVALUASI
Tes Essay

Lampiran 3

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN III


KELAS EKSPERIMEN 1
Satuan Pendidikan : SMA
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas / Semester :X/1
Pokok Bahasan : Persamaan dan Fungsi Kuadrat
71

Sub Pokok Bahasan : Persamaan Kuadrat


Alokasi Waktu : 2 x 45 menit

A. STANDAR KOMPETENSI
Memecahkan masalah yang berkaitan dengan fungsi, persamaan dan fungsi
kuadrat serta pertidaksamaan kuadrat.
B. KOMPETENSI DASAR
Siswa dapat memahami dan terampil menggunakan aturan dan rumus – rumus
persamaan kuadrat.
C. INDIKATOR
Indikator ketercapaian kompetensi dasar diatas adalah siswa dapat
menentukan akar-akar persamaan kuadrat dengan menggunakan rumus ABC.
D. MATERI POKOK
Persamaan Kuadrat
E. PEMBELAJARAN
 Metode Pembelajaran : Pembelajaran dengan metode behavior
modification.

 Alat/Sumber Pembelajaran : - alat – alat tulis.


- buku matematika SMA kelas X, penerbit
Erlangga.
F. KEGIATAN BELAJAR – MENGAJAR

Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Waktu


Kegiatan Awal 10 menit
1.Memberikan salam kepada siswa. 1.Menjawab Salam Guru.
2.Memberikan motivasi kepada siswa. 2.Mendengar motivasi Guru.
3.Memberi informasi mengenai3.Siswa merespon guru dan
kegunaan persamaan kuadrat dalammembangun persepsi yang
kehidupan sehari – hari. positif untuk mempelajari
persamaan kuadrat.
72

4.Mengumpulkan tugas siswa. 4.Mengumpulkan tugas.


5.Menyampaikan secara lisan5.Memperhatikan dan
kompetensi dasar dan indikator mencermati kompetensi
(tertera pada point B dan C diatas) dasar dan indikator yang
yang akan dicapai peserta didik disampaikan.
melalui pembelajaran materi
persamaan kuadrat sambil
memberikan memberikan penguatan
kepada siswa dengan mengatakan
mereka pasti mampu mempelajari
persamaan kuadrat karena guru yakin
hal itu.
Kegiatan Inti 70 menit
1.Mengulang sepintas tentang materi 1.Siswa mengingat kembali
yang lalu. materi yang telah
disampaikan guru.
2.Meminta siswa memahami langkah- 2.Memperhatikan sekaligus
langkah penyelesaian persamaan memahami langkah-
kuadrat dengan rumus ABC yang langkah penyelesaian
tertera pada buku siswa secara persamaan kuadrat dengan
individual. rumus ABC yang tertera
pada buku siswa secara
individu dan mencermati
contoh yang ada.
3.Menyuruh siswa menemukan 3.Menemukan penurunan
penurunan rumus ABC secara rumus ABC secara
individu. individu.
4.Meminta salah satu siswa 4.Salah satu siswa maju
menyajikan temuannya di papan kedepan menyajikan hasil
tulis dan memberikan penguatan temuannya dan siswa lain
berupa pujian dan nilai tambahan menanggapi hasil kerja
73

pada siswa yang menyajikannya siswa tadi.


dengan benar.
5.Memberikan beberapa contoh 5.Memperhatikan
penyelesaian persamaan kuadrat penyelesaian contoh soal
dengan rumus ABC. yang diberikan guru.
6.Guru merespon pertanyaan yang 6.Siswa bertanya tentang
diberikan siswa. materi yang kurang
dimengerti.
7.Meminta siswa mengerjakan 7.Mengerjakan soal–soal
beberapa soal latihan yang tertera yang diberikan guru.
pada buku siswa secara individual. 8.Mencermati arahan dari
8. Berkeliling mengamati kerja siswa. guru dan meninjau kembali
Memberi bantuan dan bimbingan hasil kerja yang sudah
terbatas saat dibutuhkan siswa. dilakukan.
11.Memberi kesempatan pada siswa 11.Siswa mengerjakan soal di
untuk menuliskan hasil kerjanya papan tulis dan siswa lain
di papan tulis dan memberikan mengecek kembali hasil
penguatan berupa pujian dan nilai kerjanya dan mengajukan
tambahan pada siswa yang masukan dan pertanyaan
mengerjakan soal dengan benar. atas selisih hasil kerjanya.
12.Sesekali guru mengajukan 12.Siswa merespon
pertanyaan untuk memastikan pertanyaan guru.
pemahaman siswa dan dapat
ditanggapi siswa lain.
Kegiatan Akhir 10 menit
1.Memberikan kesempatan pada siswa1.Bertanya pada guru tentang
untuk bertanya hal-hal yang kurang hal-hal yang belum
dipahami. dipahami.
2.Menyimpulkan materi yang telah2.Mendengarkan kesimpulan
diajarkan. materi dan mencatat hal-hal
3.Memberikan tugas rumah (PR). yang penting.
74

3.Menandai tugas-tugas yang


diberikan oleh guru.

G. EVALUASI
Tes Essay

Lampiran 4

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN I


KELAS EKSPERIMEN 2
Satuan Pendidikan : SMA
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas / Semester :X/1
Pokok Bahasan : Persamaan dan Fungsi Kuadrat
Sub Pokok Bahasan : Persamaan Kuadrat
Alokasi Waktu : 2 x 45 menit
75

A. STANDAR KOMPETENSI
Memecahkan masalah yang berkaitan dengan fungsi, persamaan dan fungsi
kuadrat serta pertidaksamaan kuadrat.
B. KOMPETENSI DASAR
Siswa dapat memahami dan terampil menggunakan aturan dan rumus – rumus
persamaan kuadrat.
C. INDIKATOR
Indikator ketercapaian kompetensi dasar diatas adalah siswa dapat :
1. Menentukan bentuk umum persamaan kuadrat.
2. Menentukan akar – akar persamaan kuadrat dengan pemfaktoran.
D. MATERI POKOK
Persamaan Kuadrat
E. PEMBELAJARAN
 Metode Pembelajaran : Pembelajaran dengan metode guided discovery.

 Alat/Sumber Pembelajaran : - alat – alat tulis.


- buku matematika SMA kelas X, penerbit
Erlangga.
F. KEGIATAN BELAJAR – MENGAJAR
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Waktu
Kegiatan Awal 10 menit
1.Memberikan salam kepada siswa. 1.Menjawab salam guru.
2.Memberikan motivasi kepada siswa2.Mendengar motivasi guru.
untuk mampu menguasai materi3.Mendengarkan informasi dari
yang akan diajarkan. guru dan membangun
3.Memberi informasi mengenai persepsi yang positif untuk
kegunaan persamaan kuadrat dalam mempelajari persamaan
kehidupan sehari – hari. kuadrat.
4.Menyampaikan secara lisan4.Memperhatikan dan
76

kompetensi dasar dan indikator mencermati kompetensi dasar


(tertera pada point B dan C diatas) dan indikator yang tertera
yang akan dicapai peserta didik pada buku siswa.
melalui pembelajaran materi
persamaan kuadrat.
Kegiatan Inti 70 menit
1. Menanyakan kondisi setiap siswa1. Mempersiapkan diri secara
apakah telah mempersiapkan diri fisik dan mental.
untuk mengikuti proses belajar-
mengajar.
2.Meminta siswa memahami bentuk2.Memperhatikan sekaligus
persamaan kuadrat dengan memahami bentuk persamaan
memperhatikan beberapa bentuk kuadrat yang tertera pada
persamaan yang tertera pada buku buku siswa secara individu.
siswa secara individual.
3.Menyuruh siswa secara individu3.Menemukan secara individu
menemukan ciri - ciri persamaan ciri – ciri persamaan kuadrat.
kuadrat. 4.Salah satu siswa maju
4.Meminta salah satu siswa kedepan menyajikan hasil
menyajikan temuan ciri – ciri temuannya dan siswa lain
persamaan kuadrat di papan tulis dan mengkritisi dan memberi
memberi kesempatan pada siswa lain masukan untuk melengkapi
mengkritisi dan melengkapi ciri–ciri ciri – ciri yang diperoleh.
persamaan kuadrat yang ditemukan
dengan bimbingan guru.
5.Mengarahkan siswa mendefinisikan5.Mencoba mendefinisikan
persamaan kuadrat berdasarkan ciri – persamaan kuadrat dengan
ciri yang telah disepakati bersama. kata-katanya sendiri
berdasarkan ciri – ciri
persamaan yang disepakati
bersama.
77

6.Berkeliling membantu siswa6.Mencatat definisi persamaan


menyatakan konsep persamaan kuadrat secara ilmiah.
kuadrat dan menetapkan konsep
persamaan kuadrat yang lebih
efektif.
7.Meminta siswa memahami7.Memperhatikan sekaligus
bagaimana menyelesaikan memahami bagaimana
persamaan kuadrat dengan menyelesaikan persamaan
menentukan akar – akar persamaan kuadrat dengan menentukan
kuadrat dengan cara memfaktorkan akar – akar persamaan
yang tertera pada buku siswa secara kuadrat yang tertera pada
individual. buku siswa secara individual
dan mencermati contoh yang
ada.
8.Mengecek pemahaman siswa atas8.Menanggapi pertanyaan guru
konsep yang ditemukan melalui dan memberikan alasan –
pertanyaan dan pemberian contoh alasan cara menentukan nilai
dan bukan contoh. x yang memenuhi persamaan
kuadrat.
9.Meminta siswa secara individu9.Mencoba memecahkan soal
mengerjakan soal latihan yang latihan.
tersedia di buku siswa.
10.Berkeliling mengamati kerja siswa10.Mencermati arahan dari
(tertuju menemukan kesulitan yang guru dan terus mencoba
dialami siswa, cara kerja yang melakukan aktivitas
berbeda) dan memberi arahan agar pemecahan masalah.
kerja siswa lebih efektif.
11.Membantu siswa mengkaji ulang11.Menjawab pertanyaan guru,
hasil pemecahan masalah (menafsir memberikan alasan – alasan
hasil yang diperoleh) dan sebagai gambaran
menganalisis kebenaran proses penguasaan siswa terhadap
78

pemecahan masalah dan sesekali proses pemecahan masalah.


mengecek pemahaman siswa untuk
setiap langkah pemecahan
masalah.
12. Memberikan evaluasi berupa soal 12.Mengerjakan soal – soal
bentuk-bentuk persamaan kuadrat yang diberikan guru.
dan penyelesaian persamaan
kuadrat dengan cara
memfaktorkan.
Kegiatan Akhir 10 menit
1.Memberikan kesempatan pada siswa1.Bertanya pada guru tentang
untuk bertanya hal-hal yang kurang hal-hal yang belum dipahami.
dipahami. 2.Mendengarkan kesimpulan
2.Menyimpulkan materi yang telah materi dan mencatat hal-hal
diajarkan. yang penting.
3.Memberikan tugas rumah (PR). 3.Menandai tugas-tugas yang
diberikan oleh guru.

G. EVALUASI
Tes Essay
Lampiran 5

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN II


KELAS EKSPERIMEN 2
Satuan Pendidikan : SMA
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas / Semester :X/1
Pokok Bahasan : Persamaan dan Fungsi Kuadrat
Sub Pokok Bahasan : Persamaan Kuadrat
Alokasi Waktu : 2 x 45 menit

A. STANDAR KOMPETENSI
79

Memecahkan masalah yang berkaitan dengan fungsi, persamaan dan fungsi


kuadrat serta pertidaksamaan kuadrat.
B. KOMPETENSI DASAR
Siswa dapat memahami dan terampil menggunakan aturan dan rumus – rumus
persamaan kuadrat.
C. INDIKATOR
Indikator ketercapaian kompetensi dasar diatas adalah siswa dapat
menentukan akar-akar persamaan kuadrat dengan melengkapkan kuadrat
sempurna.
D. MATERI POKOK
Persamaan Kuadrat
E. PEMBELAJARAN
 Metode Pembelajaran : Pembelajaran dengan metode guided discovery.

 Alat/Sumber Pembelajaran : - alat – alat tulis.


- buku matematika SMA kelas X, penerbit
Erlangga.
F. KEGIATAN BELAJAR – MENGAJAR
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Waktu
Kegiatan Awal 10 menit
1.Memberikan salam kepada siswa. 1.Menjawab salam guru.
2.Memberikan motivasi kepada siswa2.Mendengar motivasi guru.
untuk mampu menguasai materi3.Mendengarkan informasi dari
yang akan diajarkan. guru dan membangun
3.Memberi informasi mengenai persepsi yang positif untuk
kegunaan persamaan kuadrat dalam mempelajari persamaan
kehidupan sehari – hari. kuadrat.
4.Menyampaikan secara lisan4.Memperhatikan dan
kompetensi dasar dan indikator mencermati kompetensi dasar
(tertera pada point B dan C diatas) dan indikator yang tertera
80

yang akan dicapai peserta didik pada buku siswa.


melalui pembelajaran materi
persamaan kuadrat.
5. Mengumpulkan tugas siswa.
Kegiatan Inti 70 menit
1.Menanyakan kondisi setiap siswa1.Siswa mempersiapkan diri
apakah telah mempersiapkan dirisecara fisik dan mental.
untuk mengikuti proses belajar-
mengajar.
2. Mengulang sepintas tentang materi 2.Siswa mengingat kembali
yang lalu. materi yang telah disampaikan
guru.
3.Meminta siswa memahami langkah- 3.Memperhatikan sekaligus
langkah penyelesaian persamaan memahami langkah-langkah
kuadrat dengan cara melengkapkan penyelesaian persamaan
kuadrat sampurna yang tertera pada kuadrat dengan cara
buku siswa secara individual. melengkapkan kuadrat
sampurna yang tertera pada
buku siswa secara individu
dan mencermati contoh yang
ada.
4.Menyuruh siswa menemukan 4.Menemukan langkah-langkah
langkah-langkah penyelesaian penyelesaian persamaan
persamaan kuadrat dengan cara kuadrat dengan cara
melengkapkan kuadrat sampurna melengkapkan kuadrat
secara individu. sampurna secara individu
5.Meminta salah satu siswa5.Salah satu siswa maju
menyajikan temuannya di papan tulis kedepan menyajikan hasil
dan memberi kesempatan pada siswa temuannya dan siswa lain
lain mengkritisi dan melengkapi mengkritisi dan memberi
yang ditemukan dengan bimbingan masukan untuk melengkapi
81

guru. langkah-langkah tersebut.


6.Mengecek pemahaman siswa atas6.Menanggapi pertanyaan guru
konsep yang ditemukan melalui dan memberikan alasan –
pertanyaan dan pemberian contoh alasan cara menentukan nilai
dan bukan contoh. x yang memenuhi persamaan
kuadrat.
7.Mengarahkan siswa untuk menyusun7. Mencoba menyusun dan
langkah-langkah penyelesaian mencatat langkah-langkah
persamaan kuadrat dengan tersebut.
melengkapkan kuadrat sempurna
yang telah disepakati bersama.
8.Meminta siswa secara individu8.Mencoba memecahkan soal
mengerjakan soal latihan yang latihan.
tersedia di buku siswa.
9.Berkeliling mengamati kerja siswa9.Mencermati arahan dari guru
(tertuju menemukan kesulitan yang dan terus mencoba
dialami siswa, cara kerja yang melakukan aktivitas
berbeda) dan memberi arahan agar pemecahan masalah.
kerja siswa lebih efektif.
10.Membantu siswa mengkaji ulang10.Menjawab pertanyaan guru,
hasil pemecahan masalah (menafsir memberikan alasan – alasan
hasil yang diperoleh) dan sebagai gambaran
menganalisis kebenaran proses penguasaan siswa terhadap
pemecahan masalah dan sesekali proses pemecahan masalah.
mengecek pemahaman siswa untuk
setiap langkah pemecahan
masalah.
11. Memberikan evaluasi berupa soal 11.Mengerjakan soal – soal
penyelesaian persamaan kuadrat yang diberikan guru.
dengan melengkapkan kuadrat
sempurna.
82

Kegiatan Akhir 10 menit


1.Memberikan kesempatan pada siswa1.Bertanya pada guru tentang
untuk bertanya hal-hal yang kurang hal-hal yang belum dipahami.
dipahami. 2.Mendengarkan kesimpulan
2.Menyimpulkan materi yang telah materi dan mencatat hal-hal
diajarkan. yang penting.
3.Memberikan tugas rumah (PR). 3.Menandai tugas-tugas yang
diberikan oleh guru.

G. EVALUASI
Tes Essay

Lampiran 6

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN III


KELAS EKSPERIMEN 2
Satuan Pendidikan : SMA
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas / Semester :X/1
Pokok Bahasan : Persamaan dan Fungsi Kuadrat
Sub Pokok Bahasan : Persamaan Kuadrat
Alokasi Waktu : 2 x 45 menit

A. STANDAR KOMPETENSI
83

Memecahkan masalah yang berkaitan dengan fungsi, persamaan dan fungsi


kuadrat serta pertidaksamaan kuadrat.
B. KOMPETENSI DASAR
Siswa dapat memahami dan terampil menggunakan aturan dan rumus – rumus
persamaan kuadrat.
C. INDIKATOR
Indikator ketercapaian kompetensi dasar diatas adalah siswa dapat
menentukan akar-akar persamaan kuadrat dengan menggunakan rumus ABC.
D. MATERI POKOK
Persamaan Kuadrat
E. PEMBELAJARAN
 Metode Pembelajaran : Pembelajaran dengan metode guided discovery.

 Alat/Sumber Pembelajaran : - alat – alat tulis.


- buku matematika SMA kelas X, penerbit
Erlangga.
F. KEGIATAN BELAJAR – MENGAJAR

Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Waktu


Kegiatan Awal 10 menit
1.Memberikan salam kepada siswa. 1.Menjawab salam guru.
2.Memberikan motivasi kepada siswa2.Mendengar motivasi guru.
untuk mampu menguasai materi3.Mendengarkan informasi dari
yang akan diajarkan. guru dan membangun
3.Memberi informasi mengenai persepsi yang positif untuk
kegunaan persamaan kuadrat dalam mempelajari persamaan
kehidupan sehari – hari. kuadrat.
4.Menyampaikan secara lisan4.Memperhatikan dan
kompetensi dasar dan indikator mencermati kompetensi dasar
(tertera pada point B dan C diatas) dan indikator yang tertera
84

yang akan dicapai peserta didik pada buku siswa.


melalui pembelajaran materi
persamaan kuadrat.
5. Mengumpulkan tugas siswa.
Kegiatan Inti 70 menit
1.Menanyakan kondisi setiap siswa1.Siswa mempersiapkan diri
apakah telah mempersiapkan dirisecara fisik dan mental.
untuk mengikuti proses belajar-
mengajar.
2. Mengulang sepintas tentang materi 2.Siswa mengingat kembali
yang lalu. materi yang telah disampaikan
guru.
3.Meminta siswa memahami langkah- 3.Memperhatikan sekaligus
langkah penyelesaian persamaan memahami langkah-langkah
kuadrat dengan cara melengkapkan penyelesaian persamaan
kuadrat sampurna yang tertera pada kuadrat dengan cara
buku siswa secara individual. melengkapkan kuadrat
sampurna yang tertera pada
buku siswa secara individu
dan mencermati contoh yang
ada.
4.Menyuruh siswa menemukan 4.Menemukan penurunan
penurunan rumus ABC secara rumus ABC secara individu.
individu.
5.Meminta salah satu siswa5.Salah satu siswa maju
menyajikan temuannya di papan tulis kedepan menyajikan hasil
dan memberi kesempatan pada siswa temuannya dan siswa lain
lain mengkritisi dan melengkapi mengkritisi dan memberi
yang ditemukan dengan bimbingan masukan untuk melengkapi
guru. langkah-langkah tersebut.
6.Meminta siswa untuk6. Memperhatikan sekaligus
85

memperhatikan contoh penyelesaian memahami langkah-langkah


persamaan kuadrat dengan rumus penyelesaian persamaan
ABC yang tertera pada buku secara kuadrat dengan rumus ABC.
individu.
7. Mengecek pemahaman siswa atas7. Menanggapi pertanyaan guru
konsep yang ditemukan melalui dan memberikan alasan –
pertanyaan dan pemberian contoh alasan cara menentukan nilai
dan bukan contoh. x yang memenuhi persamaan
kuadrat.
8.Meminta siswa secara individu8.Mencoba memecahkan soal
mengerjakan soal latihan yang latihan.
tersedia di buku siswa.
9.Berkeliling mengamati kerja siswa9.Mencermati arahan dari guru
(tertuju menemukan kesulitan yang dan terus mencoba
dialami siswa, cara kerja yang melakukan aktivitas
berbeda) dan memberi arahan agar pemecahan masalah.
kerja siswa lebih efektif.
10.Membantu siswa mengkaji ulang10.Menjawab pertanyaan guru,
hasil pemecahan masalah (menafsir memberikan alasan – alasan
hasil yang diperoleh) dan sebagai gambaran
menganalisis kebenaran proses penguasaan siswa terhadap
pemecahan masalah dan sesekali proses pemecahan masalah.
mengecek pemahaman siswa untuk
setiap langkah pemecahan
masalah.
11. Memberikan evaluasi berupa soal 11.Mengerjakan soal – soal
penyelesaian persamaan kuadrat yang diberikan guru.
dengan menggunakan rumus
ABC.
Kegiatan Akhir 10 menit
1.Memberikan kesempatan pada siswa1.Bertanya pada guru tentang
86

untuk bertanya hal-hal yang kurang hal-hal yang belum dipahami.


dipahami. 2.Mendengarkan kesimpulan
2.Menyimpulkan materi yang telah materi dan mencatat hal-hal
diajarkan. yang penting.
3.Memberikan tugas rumah (PR). 3.Menandai tugas-tugas yang
diberikan oleh guru.

G. EVALUASI
Tes Essay

Lampiran 7
Pre – Tes

Mata Pelajaran : Matematika


Sub Pokok Bahasan : Persamaan Kuadrat
Kelas / Semester : X / 1 (satu)
Waktu : 90 menit

A . Petunjuk Mengerjakan Soal


1. Tulis nama dan kelas pada lembaran jawaban.
2. Kerjakan soal yang termudah terlebih dahulu.
3. Tidak dibenarkan saling bekerja sama.
87

B. Soal
1. Apabila x = 3 merupakan solusi dari persamaan 3x2 + (k-1)x + 9 = 0, tentukan
nilai k !

2. Nyatakan persamaan (x+2) (x-3) = 5 ke dalam bentuk baku persamaan


kuadrat, kemudian tentukan koefisien – koefisien a, b, dan c !

3. Carilah sebuah bilangan yang 3 kali kuadratnya ditambah dengan 2 kali


bilangan tersebut sama dengan 16 !

4. Faktorkan dan tuliskan himpunan penyelesaiannya dari persamaan

10 10 7
  !
m3 m3 2

5. Dengan cara melengkapkan kuadrat sempurna, carilah akar – akar persamaan


kuadrat 2x2 – 5x + 3 = 0 !

6. Tentukan penyelesaian persamaan kuadrat berikut ini dengan rumus ABC!


12 = 9y2 – 5y

7. Panjang sisi siku-siku sebuah segitiga adalah 21 m lebih panjang dari sisi siku-
siku lainnya. Bila panjang sisi miring segitiga itu 39 m, hitunglah panjang
kedua sisi siku-siku sgitiga tersebut!

8. Tentukan himpunan penyelesaian dari persamaan (x + 3)2 = 25 !

9. Selesaikan persamaan kuadrat 3x2 – x – px + p = 2 dengan menggunakan


rumus ABC!
3y  4
10. Tuliskan himpunan penyelesaiannya dari y  !
7
88

Lampiran 8
Post – Tes

Mata Pelajaran : Matematika


Sub Pokok Bahasan : Persamaan Kuadrat
Kelas / Semester : X / 1 (satu)
Waktu : 90 menit

A . Petunjuk Mengerjakan Soal


1. Tulis nama dan kelas pada lembaran jawaban.
2. Kerjakan soal yang termudah terlebih dahulu.
3. Tidak dibenarkan saling bekerja sama.
89

B. Soal
1. Apabila x = -2 merupakan solusi dari persamaan (k - 1) x 2 + 4x – k = 0, maka
nilai k harus sama dengan ....

2. Nyatakan persamaan (2 – x) (x + 3) = 2(x – 3) ke dalam bentuk baku


persamaan kuadrat, kemudian tentukan koefisien – koefisien a, b, dan c !

3. Carilah sebuah bilangan yang 2 kali kuadratnya ditambah dengan 6 kali


bilangan tersebut sama dengan 36 !

4. Faktorkan dan tuliskan himpunan penyelesaiannya dari persamaan

6 6 32
  !
6 m 6  m 15

5. Dengan cara melengkapkan kuadrat sempurna, carilah akar – akar persamaan


kuadrat 3x2 + 10x - 8 = 0 !

6. Tentukan penyelesaian persamaan kuadrat berikut ini dengan rumus ABC!


2 2 5
y  y 1
3 2

7. Panjang sisi siku-siku sebuah segitiga adalah 6 m lebih panjang dari sisi siku-
siku lainnya. Bila panjang sisi miring segitiga itu 30 m, hitunglah panjang
kedua sisi siku-siku sgitiga tersebut!

8. Tentukan himpunan penyelesaian dari persamaan (x - 3)2 = 16 !

9. Selesaikan persamaan kuadrat 5x2 – x – px + p = 4 dengan menggunakan


rumus ABC!
90

6  5x
10. Tuliskan himpunan penyelesaiannya dari x  !
4

Lampiran 9
KUNCI JAWABAN PRE-TES

1. Diketahui : x = 3 merupakan solusi persamaan 3x2 + (k-1)x + 9 = 0.


Ditanya : Nilai k dari persamaan kuadrat tersebut !
Penyelesaian :
3x2 + (k-1)x + 9 = 0
3 (3)2 + (k-1) (3) + 9 = 0
27 + 3k – 3 + 9 = 0
27 + 3k + 6 = 0
3k + 33 = 0
3k = -33
k = -11
91

Jadi, k = -11 memenuhi persamaan kuadrat 3x2 + (k-1)x + 9 = 0.

2. Diketahui : Persamaan (x+2) (x-3) = 5


Ditanya : Nyatakan kedalam bentuk baku persamaan kuadrat dan
tentukan koefisien-koefisien a,b,c!
Penyelesaian :
(x+2) (x-3) = 5
x2 – 3x + 2x – 6 = 5
x2 – x – 6 – 5 = 0
x2 – x – 11 = 0
Jadi, bentuk bakunya adalah x2 – x – 11 = 0., berarti a = 1, b = -1, c = -11.

3. Diketahui : Persamaan kuadrat 3x2 + 2x = 16


Ditanya : Himpunan penyelesaiannya !
Penyelesaian :
3x2 + 2x = 16
3x2 + 2x - 16 = 0
a = 3 ; b = 2 ; c = -16
(3 x  6 ) (3 x  8)
0
3
3 ( x  2 ) (3 x  8)
0
3
(x – 2) (3x+8) = 0
x–2=0 atau 3x + 8 = 0
x =2 3x = - 8
8
x= 
3
8
Jadi, himpunan penyelesaiannya = {  , 2}
3

10 10 7
4. Diketahui : Persamaan m  3  m  3  2
92

Ditanya : Faktorkan dan tuliskan himpunan penyelesaiannya !


Penyelesaian :
10 10 7
 
m3 m3 2
x2
20 20
  7
m3 m3 x (m + 3) (m – 3)
20 (m-3) + 20 (m+3) = 7 (m + 3) (m – 3)
20m – 60 + 20m + 60 = 7 (m2 -9)
40m – 7m2 + 63 = 0
- 7m2 + 40m + 63 = 0
( 7 m  49) ( 7 m  9)
0
7
 7 ( m  7 ) ( 7 m  9 )
 0
7
(m-7) (-7m-9) = 0
m–7=0 atau -7m – 9 = 0
m =7 -7m =9
9
m = 
7
9
Jadi, himpunan penyelesaiannya = {  , 7}
7

5. Diketahui : Persamaan kuadrat 2x2 – 5x + 3 = 0


Ditanya :Mencari akar-akar persamaan kuadrat tersebut dengan
melengkapkan kuadrat sempurna !
Penyelesaian :
2x2 – 5x + 3 = 0
2x2 – 5x = - 3
5 3
x2  x 
2 2
5 25 3 25
x2  x    
2 16 2 16
93

2
 5 1
x  
 4 16

5 1 5 1
x    x 
4 4 4 4
6 3
x  atau x  1
4 2
Jadi, akar-akar persamaan kuadrat 2x2 – 5x + 3 = 0 adalah

6 3
x  atau x  1
4 2

6. Diketahui : Persamaan kuadrat 12 = 9y2 – 5y


Ditanya : Selesaikan persamaan kuadrat tersebut dengan rumus ABC !
Penyelesaian :
12 = 9y2 – 5y
9y2 – 5y = 12
9y2 – 5y – 12 = 0
a = 9 b = -5 c = -12
b b 2  4.a.c
y
2.a

 ( 5)  25  4(9) ( 12)


y 
18

5 25  432
y 
18

5 457
y 
18

5 457 5 457
Jadi, penyelesaiannya adalah y  atau y 
18 18
7. Diketahui : A
39
x
B x + 21 C
Ditanya : Panjang kedua sisi siku-siku segitiga tersebut !
Penyelesaian :
AB2 + BC2 = AC2
94

x2 + (x+21)2 = 392
x2 + x2 + 42x + 441 = 1521
2x2 + 42x = 1080
x2 + 21x = 540
441 441
x2 + 21x + = 540 +
4 4
2
 21  2601
x  =
 2  4
21 51
x = 
2 2
21 51
x =  
2 2
21 51
x=    15
2 2
Jadi, x = panjang AB = 15 dan panjang BC = x + 21 = 15 + 21 = 36
8. Diketahui : Persamaan kuadrat (x + 3)2 = 25
Ditanya : Himpunan penyelesaiannya !
Penyelesaian :
(x + 3)2 = 25
 x  3 2   25

x+3 =±5
x = -3 ± 5
x = 2 atau x = -8
Jadi, himpunan penyelesaiannya = { -8,2 }

9. Diketahui : Persamaan kuadrat 3x2 – x – px + p = 2


Ditanya : Selesaikan persamaan kuadrat tersebut dengan rumus ABC !
Penyelesaian :
3x2 – x – px + p = 2
3x2 – x ( p + 1 ) + p – 2 = 0
a=3 b = -(p+1) c = p-2
95

b b 2  4.a.c
x
2.a

 ( ( p  1)  ( ( p  1)) 2  4(3) ( p  2)
x 
6

( p  1)  p 2  2 p  1  12 ( p  2)
x 
6

( p  1)  p 2  10 p  25
x 
6

( p  1)   p  5 2
x 
6
p 1  ( p  5 )
x 
6
1
Jadi, penyelesaiaannya adalah x = (p-2) atau x = 1
3
3y  4
10.Diketahui : Persamaan y 
7

Ditanya : Himpunan penyelesaiannya !


Penyelesaian :
3y  4
y
7
3y  4
y2 =
7
7y2 – 3y – 4 = 0
( 7 y  7 ) ( 7 y  4)
0
7
7 ( y  1 ) ( 7 y  4)
0
7

(y-1) (7y + 4) = 0
y-1 = 0 atau 7y + 4 = 0
4
y =1 y = 
7
96

4
Jadi, himpunan penyelesaiannya = {  ,1 }
7

Lampiran 10
KUNCI JAWABAN POST-TES

1 Diketahui : x = -2 merupakan solusi persamaan (k - 1) x2 + 4x – k = 0.


Ditanya : Nilai k dari persamaan kuadrat tersebut !
Penyelesaian :
(k - 1) x2 + 4x – k = 0
(k – 1) (-2)2 + 4 (-2) – k = 0
(k – 1) (4) - 8 – k = 0
4k – 4 – 8 – k = 0
3k – 12 = 0
3k = 12
k=4
Jadi, k= 4 memenuhi persamaan kuadrat (k - 1) x2 + 4x – k = 0.

2. Diketahui : Persamaan (2 - x) (x + 3) = 2(x – 3)


Ditanya : Nyatakan kedalam bentuk baku persamaan kuadrat dan
tentukan koefisien-koefisien a,b,c!
97

Penyelesaian :
(2 - x) (x + 3) = 2(x – 3)
2x + 6 – x2 – 3x = 2x - 6
- x2 – x + 6 – 2x + 6 = 0
- x2 – 3x + 12 = 0
Jadi, bentuk bakunya adalah - x2 – 3x + 12 = 0, berarti a = -1, b = -3, c = 12.

3. Diketahui : Persamaan kuadrat 2x2 + 6x = 36


Ditanya : Himpunan penyelesaiannya !
Penyelesaian :
2x2 + 6x = 36
2x2 + 6x - 36 = 0
x2 + 3x - 18 = 0
a = 1 ; b = 3 ; c = -18
x2 + 3x - 18 = 0
(x – 3) (x+6) = 0
x–3=0 atau x+6=0
x =3 x = -6

Jadi, himpunan penyelesaiannya = { -6 , 3}

6 6 32
4. Diketahui : Persamaan 6  m  6  m  15

Ditanya : Faktorkan dan tuliskan himpunan penyelesaiannya !


Penyelesaian :
6 6 32
 
6m 6m 15
x 15
90 90
  32
6m 6m x (6 - m) (6 + m)
90 (6 + m) + 90 (6 - m) = 32 (6 - m) (6 + m)
540 + 90m + 540 – 90m = 32 (- m2 + 36)
1080 – 32 (- m2 + 36 ) = 0
98

1080 + 32m2 - 1152 = 0


32m2 – 72 = 0
32m2 = 72
72
m = 
32
3
m = 
2
 3 3
Jadi, himpunan penyelesaiannya =  , 
 2 2

5. Diketahui : Persamaan kuadrat 3x2 + 10x - 8 = 0


Ditanya :Mencari akar-akar persamaan kuadrat tersebut dengan
melengkapkan kuadrat sempurna !
Penyelesaian :
3x2 + 10x - 8 = 0
3x2 + 10x = 8
10 8
x2  x
3 3
10 100 8 100
x2  x   
3 36 3 36
2
 10  196
x  
 6  36

10 196
x 
6 36
10 14
x  
6 6
5 7
x+ = 
3 3
Jadi, akar-akar persamaan kuadrat 3x2 + 10x - 8 = 0 adalah

2
x atau x 4
3
99

2 2 5
6. Diketahui : Persamaan kuadrat y  y 1
3 2
Ditanya : Selesaikan persamaan kuadrat tersebut dengan rumus ABC !
Penyelesaian :
2 2 5
y  y 1
3 2 x6
4y2 + 15y = 6
4y2 + 15y – 6 = 0
a=4 b = 15 c = -6

b b 2  4.a.c
y
2.a

( 15)  25 2  4(4) (6)


y 
8

 15  321
y 
8

 15  321 5  3 21
Jadi, penyelesaiannya adalah y  atau y 
8 8

7. Diketahui : A 30
x
B x+6 C
Ditanya : Panjang kedua sisi siku-siku segitiga tersebut !
Penyelesaian :
AB2 + BC2 = AC2
x2 + (x+6)2 = 302
x2 + x2 + 12x + 36 = 900
2x2 + 12x = 864
x2 + 6x = 432
x2 + 6x + 9 = 432 + 9
 x  3 2 = 441
x3 =  21
100

x =  3  21
x = -3 + 21 = 18
Jadi, x = panjang AB = 18 dan panjang BC = x + 6 = 18 + 6 = 24

8. Diketahui : Persamaan kuadrat (x - 3)2 = 16


Ditanya : Himpunan penyelesaiannya !
Penyelesaian :

(x - 3)2 = 16
 x  3 2   16

x-3 =±4
x=3±4
x = 7 atau x = -1
Jadi, himpunan penyelesaiannya = { -1,7 }

9. Diketahui : Persamaan kuadrat 5x2 – x – px + p = 4


Ditanya : Selesaikan persamaan kuadrat tersebut dengan rumus ABC !
Penyelesaian :
5x2 – x – px + p = 4
5x2 – x ( p + 1 ) + p - 4 = 0
a=5 b = -(p+1) c = p-4
b b 2  4.a.c
x
2.a

 ( ( p  1)  ( ( p  1)) 2  4(5) ( p  4)
x 
10

( p  1)  p 2  2 p  1  20 ( p  4)
x 
10

( p  1)  p 2  18 p  81
x 
10

( p  1)   p  9 2
x 
10
101

p 1  ( p  9 )
x 
10
Jadi, penyelesaiaannya adalah x =1/5 (p-4) atau x = 1

6  5x
10. Diketahui : Persamaan x 
4

Ditanya : Himpunan penyelesaiannya !


Penyelesaian :
6  5x
x
4
6  5x
x2 =
4
4x2 + 5x – 6 = 0
( 4 x  8 ) ( 4 x  3)
0
4
4 ( x  2 ) ( 4 x  3)
0
4

(x +2) (4x - 3) = 0
x+2=0 atau 4x - 3 = 0
x = -2 x = 3/4

Jadi, himpunan penyelesaiannya = { -2,3/4 }


102

Lampiran 11

PEDOMAN PENSKORAN
LANGKAH PEKERJAAN INTERVAL KETERANGAN
1 Menuliskan apa 0–2 0 = Tidak menuliskan apa yang
yang diketahui. diketahui
1 = Menuliskan apa yang diketahui
tetapi tidak lengkap.
2 = Menuliskan apa yang diketahui
dengan lengkap.
2 Menuliskan apa 0-2 0 = Tidak menuliskan apa yang
yang ditanya. ditanya.
1 = Menuliskan apa yang ditanya
tetapi tidak lengkap.
2 = Menuliskan apa yang ditanya
dengan lengkap.
3 Menyelesaikan 0-5 0=Tidak menuliskan penyelesaian
kalimat soal.
matematika 1=Menuliskan hasilnya tetapi salah.
menurut aturan 2=Menuliskan hasilnya saja dan
sehingga benar.
mendapatkan 3=Menuliskan aturan penyelesaian
jawaban yang tidak tuntas tetapi hasilnya
benar. salah.
4=Menuliskan aturan penyelesaian
dengan tuntas tetapi hasilnya
103

salah.
5=Menuliskan aturan penyelesaian
dengan tuntas dan hasilnya benar.
4 Menyimpulkan 0-1 0=Tidak menuliskan kesimpulan.
jawaban 1=Menuliskan kesimpulan.
Jumlah Interval 0 - 10
104

Lampiran 12
KISI – KISI TES

Mata Pelajaran : Matematika


Sub Pokok Bahasan : Persamaan Kuadrat
Kelas / Semester : X / 1(satu)

Materi Aspek
Indikator
Pokok C1 C2 C3
Persamaan Siswa diharapkan dapat :
Kuadrat c. Menentukan 1, 2
bentuk umum persamaan kuadrat.
d. Menentukan akar- 3 4, 10
akar persamaan kuadrat dengan
pemfaktoran. 5 8
e. Menentukan akar-
akar persamaan kuadrat dengan
melengkapkan kuadrat sempurna.
f. Menentukan akar- 6, 9 7
akar persamaan kuadrat dengan
menggunakan rumus ABC.
105

Lampiran 13

LEMBAR OBSERVASI
(Metode Behavior Modification)

Nama Sekolah : SMA Negeri 1 Perbaungan


Kelas :X
Mata Pelajaran : Matematika
Sub Pokok Bahasan : Persamaan Kuadrat
Pertemuan :

Petunjuk : Berilah tanda (√ ) pada kolom 1, 2, 3, dan 4 sesuai dengan hasil


pengamatan anda untuk format penilaian lembar observasi metode
behavior modification sesuai tahapan – tahapan yang telah ada.

N Skala Penilaian
Aspek yang Dinilai / Deskriptor 1 2 3 4
O
A Keterampilan membuka pelajaran
1. Menarik perhatian siswa.
2. Menjelaskan tujuan pembelajaran.
3. Memberikan motivasi.
4. Mempersiapkan materi pelajaran dengan rapi dan
sistematis.
B Penyajian materi
106

1. Menguasai bahan.
2. Penyajian jelas.
3. Penyajian sistematis.
4. Ada pengayaan materi.

C Strategi pembelajaran
1. Pendekatan pembelajaran digunakan sesuai
dengan indikator pembelajaran.
2. Penggunaan metode sesuai dengan yang
direncanakan.
3. Pembelajaran dilaksanakan dengan sistematis.
4. Kegiatan pembelajaran bervariasi.
D Pengelolaan kelas
1. Upaya menertibkan siswa.
2. Upaya melibatkan siswa untuk
berpartisipasi dalam pembelajaran.
3. Menangani perilaku siswa yang
bermasalah.
4. Menata fisik kelas.
E Komunikasi dengan siswa
1. Pengungkapan pertanyaan dengan singkat dan jelas.
2. Pemberian waktu berpikir.
3. Memotivasi siswa untuk bertanya.
4. Memberikan respon atas pertanyaan siswa.

F Aktivitas siswa
1. Bertanya kepada guru.
2. Mendengarkan dan memperhatikan guru.
3. Menjawab atau menyelesaikan soal yang diberikan
guru.
4. Siswa dapat memberikan ide/saran.

G Pemberian penghargaan atau penguatan


107

1. Dengan gerakan dan ekspresi muka.


2. Dengan kata-kata dan kalimat.
3. Dengan sentuhan.
4. Dengan gerak mendekati.

H Pengolahan waktu
1. Ketepatan memulai pelajaran.
2. Ketepatan menyajikan materi.
3. Ketepatan mengadakan evaluasi.
4. Ketepatan mengakhiri pelajaran.
I Keterampilan menutup pelajaran
1. Menyimpulkan materi pelajaran.
2. Memberi tugas.
3. Menjelaskan manfaat pelajaran.
4. Menginformasikan pelajaran selanjutnya.

Perbaungan,
Observer

Skala penilaian :
1 = Satu deskriptor tampak.
2 = Dua deskriptor tampak.
3 = Tiga deskriptor tampak.
4 = Empat deskriptor tampak.
108

Lampiran 14

LEMBAR OBSERVASI
(Metode Guided Discovery)

Nama Sekolah : SMA Negeri 1 Perbaungan


Kelas :X
Mata Pelajaran : Matematika
Sub Pokok Bahasan : Persamaan Kuadrat
Pertemuan :

Petunjuk : Berilah tanda (√ ) pada kolom 1, 2, 3, dan 4 sesuai dengan hasil


pengamatan anda untuk format penilaian lembar observasi metode
guided discovery sesuai tahapan – tahapan yang telah ada.

N Skala Penilaian
Aspek yang Dinilai / Deskriptor 1 2 3 4
O
A Memotivasi/Mengkomunikasikan tujuan
pembelajaran
1. Menarik perhatian siswa.
2. Menjelaskan tujuan pembelajaran.
3. Memberikan motivasi.
4. Mempersiapkan materi pelajaran dengan rapi dan
sistematis.
B Memberikan masalah persamaan kuadrat
109

1. Kesesuaian soal dengan tingkat kemampuan siswa.


2. Kesesuaian soal dengan materi.
3. Kesesuaian soal dengan pemahaman siswa.
4. Kesesuaian penempatan.
C Mendorong siswa supaya aktif
1. Meminta siswa membacakan soal.
2. Siswa membaca soal dengan kuat.
3. Siswa lain mendengarkan.
4. Siswa lain memperhatikan.
D Membantu siswa memahami konsep dalam
memecahkan masalah
1. Membimbing siswa mengumpulkan informasi.
2. Memotivasi siswa untuk memahami masalah.
3. Membantu siswa untuk menemukan pemecahan
masalah.
4. Membimbing siswa untuk berpartisipasi dalam belajar.
E Aktivitas siswa
1. Bertanya kepada guru.
2. Mendengarkan dan memperhatikan guru.
3. Menjawab atau menyelesaikan soal yang diberikan
guru.
4. Siswa menuliskan jawabannya di papan tulis.
F Mengarahkan siswa untuk menarik kesimpulan suatu
prosedur atau konsep
1. Mengarahkan siswa menarik kesimpulan.
2. Siswa memberi pendapatnya.
3. Menghargai pendapat siswa.
4. Memuji dengan kata-kata.
G Pengolahan waktu
1. Ketepatan memulai pelajaran.
2. Ketepatan menyajikan materi.
3. Ketepatan mengadakan evaluasi.
4. Ketepatan mengakhiri pelajaran.
H Suasana kelas
110

1.Upaya menertibkan siswa.


2.Upaya melibatkan siswa.
3.Siswa belajar mandiri.
4.Siswa aktif belajar.
I Antusias siswa
1. Siswa aktif belajar.
2. Siswa aktif bertanya.
3. Siswa dapat menjawab pertanyaan.
4. Siswa dapat memberikan ide/saran.
J Antusias guru
1. Guru memotivasi siswa.
2. Guru sebagai fasilitator.
3. Guru mengarahkan/ membimbing siswa.
4. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mengutarakan pendapatnya.

Perbaungan,
Observer

Skala penilaian :
1 = Satu deskriptor tampak.
2 = Dua deskriptor tampak.
3 = Tiga deskriptor tampak.
4 = Empat deskriptor tampak.

Anda mungkin juga menyukai