Anda di halaman 1dari 20

Paper Orthopaedi & Traumatologi

Developmental Dysplasia of The Hip

Oleh:

Fathurrahmi Burhan 140100170

Pembimbing:

dr. Iman Dwi Winanto, Sp.OT

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER


DEPARTEMEN ORTHOPAEDI & TRAUMATOLOGI
RUMAH SAKIT PENDIDIKAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2019

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan berkat
serta karunia-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Developmental Dyspasia of The Hip ” tepat pada waktunya.
Dalam penyelesaian paper ini, penyusun banyak mendapat bimbingan dan arahan
dari berbagai pihak. Untuk itu penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada dr.
Iman Dwi Winanto, Sp.OT atas kesediaannya untuk meluangkan waktu dan pikiran
untuk membimbing, mendukung, dan memberikan masukan kepada penyusun sehingga
penyusun dapat menyelesaikan paper ini dengan sebaikbaiknya. Penyusun juga
mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang turut membantu dalam
menyelesaikan paper ini.
Penyusun menyadari bahwa penyusunan paper ini masih jauh dari sempurna, baik
dalam isi maupun susunan bahasanya, untuk itu penyusun mengharapkan saran dan kritik
dari pembaca sebagai masukan dalam penyusunan paper selanjutnya. Semoga paper ini
dapat bermanfaat, akhir kata penyusun mengucapkan terima kasih.

Medan, 23 Oktober 2019

Penyusun,

i
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR ............................................................................................. i
DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN ..................................... Error! Bookmark not defined.
Latar Belakang ........................................ Error! Bookmark not defined.
Tujuan ..................................................... Error! Bookmark not defined.
Manfaat ................................................... Error! Bookmark not defined.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................... Error! Bookmark not defined.
Defenisi ..................................................................................................... 3
Epidemiologi ............................................................................................. 3
Etiologi...................................................................................................... 3
Patofisiologi .............................................................................................. 4
Diagnosis .................................................................................................. 4
Tatalaksana ............................................. Error! Bookmark not defined.
Komplikasi .............................................................................................. 12
Prognosis .................................................... Error! Bookmark not defined.
BAB III KESIMPULAN ...................................... Error! Bookmark not defined.
DAFTAR PUSTAKA ........................................... Error! Bookmark not defined.

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Tes Barlow ........................................................................................... 6


Gambar 2.2 Liapatn kulit kaki simetris .................................................................... 7
Gambar 2.3 Tanda Galeazzi positif .......................................................................... 7
Gambar 2.4 Gangguan pada garis Shenton .............................................................. 9
Gambar 2.5 Displasia pinggul dengan peningkatan indeks asetabular .................... 9

iii
BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Setiap kelainan bentuk, ukuran dan orientasi kepala femur, asetabulum atau
keduanya disebut sebagai displasia pinggul. Pinggul tidak stabil ketika terjadi
ketidkcocokan antara kepala femoral dan asetabulum sehingga kepala femur dapat
bergerak di dalam atau ke luar asetabulum. Subluksasi pinggul mengacu pada kontak
yang tidak sempurna atau sebagian antara permukaan artikular kepala femur dan
asetabulum. Pinggul dislokasi tidak memiliki kontak antara kepala femur dan
asetabulum.1
Insiden DDH sulit untuk ditentukan karena perbedaan dalam definisi kondisi
penykit tersebut, jenis pemeriksaan yang digunakan dan berbagai tingkat keterampilan
dokter dalam mendiagnosis DDH. Insidennya berkisar 1 per 1.000 hingga 34 per 1.000.
Insidensi yang lebih tinggi dilaporkan ketika ultrasonografi juga digunakan sebagai
tambahan pada pemeriksaan klinis.1
Faktor-faktor risiko DDH termasuk status kelahiran pertama, jenis kelamin
perempuan, riwayat keluarga positif, presentasi bokong dan oligohidramnion. Carter dan
Wilkinson melaporkan kejadian keseluruhan satu per 1.000 kelahiran hidup, dengan satu
dari 600 anak perempuan dan satu dari 4.000 anak laki-laki mengalami gangguan. Faktor-
faktor lain yang terkait termasuk latar belakang etnis (misalnya penduduk asli Amerika
yang menggunakan swaddling yang memaksa pinggul ekstensi dan adduksi), torticollis
dan kelainan bentuk tungkai bawah.1
Etiologi DDH bersifat multi faktorial. Ada sejumlah faktor predisposisi yang
menyebabkan DDH, termasuk kelemahan ligamen, posisi bayi dalam kandungan, posisi
postnatal dan displasia asetabular primer. Kelonggaran ligamen herediter dan gangguan
neuropediatrik lainnya dengan ketegangan otot abnormal, seperti cerebral palsy,
myelomeningocele, dan arthrogryposis, adalah faktor utama untuk pewarisan DDH. Bayi
perempuan yang baru lahir lebih rentan mengalami DDH karena hormon relaksasi dari
ibu yang melintasi plasenta dan menyebabkan kelemahan.1
Pemeriksaan klinis yang cermat harus dilakukan pada semua anak yang baru lahir
terutama yang memiliki faktor risiko untuk DDH. Skrining rutin harus mencakup tes
Ortolani dan manuver Barlow, dan setiap pinggul harus diperiksa secara terpisah.

1
Radiografi polos memiliki nilai terbatas untuk diagnosis pada anak yang baru lahir karena
kepala femur dan asetabulum sebagian besar adalah tulang rawan. ultrasound adalah
pemeriksan pilihan untuk mengevaluasi DDH pada bayi yang berusia kurang dari enam
bulan. Pemeriksaan ini sangat tergantung pada keahlian pengamat dan dapat
mendiagnosis dysplasia secara berlebihan, terutama dalam enam minggu pertama
kehidupan.1
Tatalaksana DDH tergantung dari usia dengan tujuan yaitu mencapai dan
mempertahankan pengurangan konsentris kepala femur pada asetabulum. Hasil terbaik
hanya dapat diharapkan jika perawatan dimulai sangat dini. Hal ini telah dicapai di negara
maju melalui peningkatan kesadaran dan pelatihan, peningkatan surveilan (penggunaan
ultrasonografi), dan akses yang lebih cepat ke ahli bedah ortopedi pediatrik.

Tujuan Makalah
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk melakukan kajian terhadap
Developmental Dysplasia of the Hip. Penyusunan makalah ini sekaligus untuk memenuhi
persyaratan kegiatan Program Profesi Dokter (P3D) di Departemen Orthopaedi dan
Traumatologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Manfaat Makalah
Makalah ini diharapkan dapat meningkatkan dan mengembangkan kemampuan
penulis maupun pembaca khususnya peserta P3D untuk mengintergrasikan teori yang
telah ada dengan aplikasi pada kasus yang dijumpai di lapangan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

Defenisi
Dysplasia Developmental of The Hip (DDH) merujuk ke spektrum kondisi
patologis melibatkan yang melibatkan perkembangan pinggul, mulai dari displasia
asetabular hingga dislokasi komplit sendi pinggul.2

Epidemiologi
Insiden DDH sulit untuk ditentukan karena perbedaan dalam definisi kondisi
penykit tersebut, jenis pemeriksaan yang digunakan dan berbagai tingkat keterampilan
dokter dalam mendiagnosis DDH. Insidennya berkisar 1 per 1.000 hingga 34 per 1.000.
Insidensi yang lebih tinggi dilaporkan ketika ultrasonografi juga digunakan sebagai
tambahan pada pemeriksaan klinis.2
Kebanyakan DDH diderita perempuan sebesar 80 %. Pinggul kiri lebih sering
mengalami dislokasi dibandingkan kanan. Kasus dislokasi bilateral adalah sebanyak 20
% kasus DDH.2

Etiologi
Faktor-faktor penting yang terlibat adalah:3
 Kelemahan ligamen: Sering diwariskan. Hormon ibu, relaxin mungkin berperan:.
Hormon melewati plasenta dan jika pasien adalah wanita lingkungan lebih
kondusif untuk hormone sehinnga melemaskan sendi dan ligament.
 Kelahiran sungsang: Pinggul yang tidak stabil 10 kali lebih umum diujmpai.
 Posisi anak setelah melahirkan - dibungkus dengan pinggul
 Oligohydramnios: Kemungkinan hal ini menyebabkan crowding janin dalam
kandungan dan posisi janin yang salah sehingga menjadi predisposisi untuk
dislokasi pinggul.
 Gangguan bawaan bawaan termasuk tortikolis (asosiasi terkuat), addatus
metatarsus dan kelainan dislokasi lutut kongenital.

3
Patofisiologi3
 Epifisis kepala femur kecil dan lambat mengalami osifikasi. Ketika terjdi
dislokasi, kepala femur bergerak ke atas dan lateral. Hal ini terjadi akibat tarikan
otot gluteal
 Asetabulum yang dangkal (tidak berbentuk cawan) akibat perkembangan yang
salah dalam kandungan.
 Labrum (tepi fibrokartilagen di sekitar asetabulum) inversi serta hipertrofi dan
dilipat ke dalam asetabulum
 Hypertrophied fibrofatty tissue (pulvinar) yang hipertrofi mengisi asetabulum
kosong
 Ligamentum teres serta ligament asetabular transversal mengalami hipertrofi.
 Kapsul teregang dan lemas dan membentuk kontriksi “hourglass” sehingga
terjadi reduksi blok ke asetabulum.
 Adduktor memendek: Adduktor utama (adductor magnus) meluas dari tuberositas
iskial dan menempel kondilus femoralis medialis ke dalam tonjolan tulang yang
disebut adductor tubercle.
 Terjadi anteversi berlebihan pada kedua leher femur dan asetabulum.

Diagnosis
A. Gambaran Klinis2
 Gambaran klinis berbeda-beda sesuai dengan umur. Pada masa neonatus,
yang harus ditemukan adalah instabilitas pinggul
 Hip click adalah temuan pemeriksaan fisik nonspesifik
 Lipatan kulit asimetris adalah temuan nonspesifik
 Pada bayi > 6 bulan, temuan yang umum adalah pergerakan yang terbatas
dan pemendekan ekstremitas bawah yang terlihat jelas
 Pada balita, pergerakan yang terbatas diikuti diskrepansi Panjang
ektremitas bawah, pincang atau waddling gait
 Pada remaja dapat ditemukan tanda-tanda di atas dan tambahan gejala
lelah, nyeri di pinggul, paha, atau lutut.

4
B. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan klinis yang cermat harus dilakukan pada semua anak yang baru lahir
terutama yang memiliki faktor risiko untuk DDH. Skrining rutin harus mencakup tes
Ortolani dan manuver Barlow, dan masing-masing pinggul harus diperiksa secara
terpisah. Saat pemeriksaan anak harus benar-benar santai, di permukaan yang halus,
hangat, dan nyaman di lingkungan yang tenang.1,3
Dalam tes Ortolani, bayi harus telentang dengan pinggul tertekuk hingga 90 derajat.
Jari telunjuk pemeriksa ditempatkan lateral di atas trokanter mayor dengan ibu jari
diposisikan medial di dekat lipatan pangkal paha. Panggul anak distabilkan dengan
memegang pinggul sementara tangan yang berlawanan dengan lembut melakukan
abduksi pinggul yang sedang dinilai sambil secara bersamaan mendorong ke atas melalui
trokanter mayor secara lateral. Sensasi suara berdenting menyatakan tes Ortolani positif
dan menunjukkan reduksi pinggul yang terdislokasi ke dalam asetabulum. 1,3
Pada tes Barlow, panggul distabilkan dan pasien diposisikan mirip dengan posisi
tes Ortolani. Tes Barlow mendeteksi potensi subluksasi posterior atau dislokasi dorongan
ke bawah yang lembut di sumbu longitudinal tulang paha pada pinggul yang adduksi.
Setelah tiga sampai enam bulan, kontraktur jaringan lunak membatasi gerakan pinggul
walaupun pinggung dalam keadaan dislokasi. 1,3

5
Gambar 2.1. Tes Barlow3
Pemeriksaan pada anak yang lebih tua juga termasuk pemeriksaan yang teliti lipatan
kulit kaki yang asimetris atau perbedaan panjang kaki dalam kasus dislokasi pinggul
unilateral. Tanda Galeazzi positif adalah indikator lain dari dislokasi pinggul. Tanda
Galazzi muncul dengan meletakkan anak terlentang dan melenturkan kedua pinggul dan
lutut. Tanda positif ditunjukkan oleh ketimpangan ketinggian kedua lutut. Penilaian
abduksi terbatas dapat membantu dalam mendiagnosis anak-anak dengan dislokasi
pinggul bilateral karena tanda Galeazzi akan negatif. Abduksi pinggul maksimal harus
lebih besar dari 60 derajat. 1,3

6
Gambar 2.2. Kulit lipat kaki yang asimetris3

Gambar 2.3. Tanda Galeazzi positif3


Pada kasus neglected, DDH dapat didiagnosis ketika anak-anak mendekati usia
berjalan yang ditunjukkan dengan pincang di sisi yang pinggul yang terpengaruh
(Trendelen positif) dan hiperlordosis.

C. Pemeriksaan Penunjang
Radiografi polos memiliki nilai terbatas untuk diagnosis pada anak yang baru lahir
karena kepala femur dan asetabulum sebagian besar adalah tulang rawan. Ultrasonografi

7
adalah pemeriksaan penunjang pilihan untuk mengevaluasi DDH pada bayi di bawah usia
enam bulan dan berguna untuk mendiagnosis bentuk-bentuk gangguan yang lebih halus
yang tidak terlihat pada pemeriksaan klinis. Ini juga satu-satunya modalitas pencitraan
yang memungkinkan gambar real-time tiga dimensi dari pinggul 8igambar. Pemeriksaan
ultrasonografi sangat tergantung pada keahlian pemeriksa dan dapat terjadi over diagnose
terutama di enam minggu pertama kehidupan. Bayi mungkin menjalani perawatan yang
tidak perlu, tetapi di banyak negara barat, ultrasound screening rutin dianjurkan.1
Ketika anak mencapai usia tiga hingga enam bulan, dislokasi akan terlihat jelas
pada rontgen tetapi pemeriksa harus terbiasa dengan landmark pelvis imatur agar dapat
mengenali kelainan. Pada bayi, tulang paha bagian atas tidak mengeras dan sebagian
besar asetabulum juga masih merupakan tulang rawan.
Terdapat beberapa garis klasik yang membantu dalam menilai pinggul yang imatur,
yaitu:1
 Garis Hilgenreiner adalah garis melalui triradiate cartilages.
 Garis Perkin, 8igambar di tepi lateral asetabulum, tegak lurus terhadap garis
Hilgenreiner.
 Garis Shenton adalah garis lengkung yang dimulai pada trokanter minor, naik ke
leher femur, dan terhubung dengan garis di sepanjang margin dalam pubis.

Pada pinggul normal, medial beak dari bagian metafisis femur terletak pada bagian
bawah,kuadran dalam yang terbentuk dari interseksi garis Perkin dan Hilgenreiner. Garis
Shenton adalah garis mulus tanpa patahan pada pinggul normal. Pada dislokasi panggul,
terdapat ptahan ke atas pada garis Shenton karena leher femur terletak arah sefalik dari
garis pubis.

8
Gambar 2.5 Gangguan pada garis Shenton1
Indeks asetabular adalah pengukuran lain yang bermanfaat, dibentuk oleh
persimpangan Hilgenreiner dan garis yang ditarik di sepanjang permukaan asetabular.
Pada bayi baru lahir normal, indeks asetabular rata-rata adalah 27,5 derajat, pada enam
bulan 23,5 derajat dan pada dua tahun, 20 derajat. Tiga puluh derajat dianggap sebagai
batas atas normal.

Gambar 2.6 Displasia pinggul dengan peningkatan indeks asetabular1


Pada anak yang lebih tua, center edge angle adalah pengukuran yang berguna.
Center edge angle adalah sudut antara garis Perkin dan garis yang menghubungkan pusat

9
kepala femur dengan asetabulum lateral. Pada anak usia 6-13 tahun, sudut lebih besar dari
19 derajat dianggap normal, sedangkan pada anak yang lebih besar, lebih besar dari 25
derajat dianggap normal.1
Magnetic Resonance Imaging (MRI) memberikan visualisasi yang sangat baik pada
pinggul bayi. Namun, MRI tidak dilakukan secara rutin karena kebutuhan akan sedasi /
anestesi umum untuk memastikan panggul bayi diam selama pemeriksaan.1

Tatalaksana
A. Neonatus
Subluksasi panggul yang terlihat saat bayi lahir dapat dikoreksi secara spontan.
Beberapa dokter dapat melakukan observasi dulu sebelum memulai tindakan awal. Ketika
melakukan observcasi, pasien harus diawasi dengan ketat untuk memastikan pinggul
dislokasi dengan sendirinya. Setelah itu, pasien harus dievaluasi melalui pemeriksaan
klinis dan ultrasonografi pada umur tiga minggu.4
Abduksi dan fleksi sendi pinggul dapat mengurangi tekanan pada anterolateal
asetabulum yang bertujuan untuk pertumbuhan normal tepi lateral kartilago asetabulum.
Dislokasi dan subluksasi panggul yang dapat direduksi harus ditangani dengan ortosis
atau harness di awal diagnosis. Harness adalah alat yang sangat dinamis dan sukses
dalam pengobatan DDH, meskipun kadang-kadang sulit untuk ditangani oleh orang tua
bayi. Setelah diterapkan dengan benar, alat tersebut memungkinkan gerakan sementara
pinggul tertekuk (>90°) dan abduksi. Perawatan dilanjutkan sampai pinggul stabil yang
ditunjukkan tes Barlow dan Ortolani yang negatif. Penerapan ortosis harus diikuti dengan
pemeriksaan klinis setip dua minggu dan ultrasonografi jika diperlukan. Jika dislokasi
pinggul berkurang setelah tiga minggu aplikasi ortosis, pasien dapat terus memakainya
selama tiga minggu lebih lanjut. Setelah enam minggu, orthosis diangkat dan pinggul
diperiksa secara klinis dan ultrasonografi. Jika berkurang maka penggunaan ortosis dapat
dihentikan. Pinggul yang mengalami dislokasi, bahkan setelah 3-4 minggu penggunaan
ortosis, harus dievaluasi dan dapat dirawat dengan abduction brace. Anak perlu kontrol
teratur sampai terjadi maturitas tulang untuk mengidentifikasi gejala sisa lanjut, seperti
displasia asetabular.4
Panggul tidak boleh ditempatkan dalam posisi hiperfleksi dan hiperabduksi karena
dapat menyebabkan tekanan tinggi pada kepala femur, mengakibatkan osteonekrosis.

10
Selain hiperfleksi dapat meningkatan risiko kelumpuhan saraf femoralis atau dislokasi
inferior kepala femur. Di sisi lain, fleksi yang tidak adekuat akan gagal mengurangi
dislokasi pinggul.4

B. Umur 1 – 6 Bulan
Orthosis adalah terapi pilihan pada kelompok usia ini. Panggul harus diletakkan
dalam fleksi 90 derajat dengan proksimal femur mengarah ke tri-radiate cartilage.
Panggul yang tidak dapat direduksi pada saat pemeriksaan klinis masih dapat diobati
dengan ortosis. Posisi pinggul harus dikonfirmasi setelah aplikasi orthosis dengan
rontgen. Anak harus diperiksa secara berkala untuk memastikan reduksi dislokasi
pinggul. Orthosis harus dilanjutkan setidaknya selama enam minggu setelah stabilitas
tercapai. Jika dislokasi pinggul gagal dikurangi dengan ortosis, maka pilihan lain yang
harus dipertimbangkan, seperti abduction splint (Von Rosen). Tujuan utama dari
perawatan ini adalah untuk mencapai pengurangan konsentris dan untuk mencegah
nekrosis avaskular.4

C. Umur 6 Bulan – 18 Bulan


Anak dalam kelompok usia ini dapat ditatalaksana dengan reduksi tertutup atau
terbuka, diikuti dengan spica cast. Tujuannya adalah untuk mencapai reduksi dislokasi
tanpa merusak kepala femur. Penggunaan traksi pra-reduksi masih kontroversial.
Penggunaan traksi didukung oleh banyak penelitian yang menunjukkan tingkat
penurunan nekrosis avaskular dan keberhasilan relative reduksi tertutup. Di sisi lain,
terdapat juga penelitian yang menunjukkan keberhasilan reduksi dan kejadian nekrosis
avaskular yang sama di mana traksi tidak digunakan.4
Reduksi terbuka dapat dicapai melalui pendekatan medial atau anterior. Diseksi
minimal diperlukan pada pendekatan medial dan memungkinkan ahli bedah untuk
mencapai pinggul stabil tanpa risiko nekrosis avaskular. Kerugian dari pendekatan medial
termasuk paparan yang tidak memadai, risiko terhadap pembuluh darah sirkumfleks
femoralis medialis dan ketidakmampuan untuk melakukan capsulorrhaphy. Gips
paskaoperasi dipasang dan diubah setelah enam minggu untuk periode total tiga bulan.
Pendekatan anterior memiliki visualisasi yang lebih baik dan memungkinkan ahli bedah
untuk melakukan capsulorrhaphy yang baik. Pilihan pendekatan tergantung pada usia

11
pasien dan pengalaman dokter bedah. Pendekatan medial direkomendasikan untuk anak
di bawah satu tahun dengan batas usia maksimum 18 bulan.4

D. Umur > 18 Bulan


Pada anak yang lebih besar, kepala femur terletak di lokasi yang lebih proksimal.
Sebelumnya, traksi pra-operasi digunakan untuk membawa kepala femur ke dalam posisi
normal, tetapi sekarang pemendekan femur telah menggantikan penggunaan traksi.
Pemendekan femoral biasanya diperlukan setelah usia dua tahun tahun untuk mengurangi
tekanan pada kepala femur femur setelah reduksi. Hal ini akan mengurangi risiko
osteonekrosis.4
Penutupan kepala femur post-reduksi yang adekuat sangat penting. Risiko displasia
residual pada maturitas tulang meningkat ketika reduksi terbuka dilakukan pada anak
yang lebih besar. Jika penutupan kepala femur tidak adekuat, maka osteotomi panggul
harus dipertimbangkan pada kelompok umur ini. Jika reduksi tertutup atau terbuka
dilakukan pada anak di bawah 18 bulan, anak tersebut harus dipantau sampai usia 3,5-4
tahun. Jika penutupan kepala femur masih kurang maka osteotomi panggul harus
dipertimbangkan. 4

Komplikasi
A. Nekrosis avaskular
Nekrosis avaskular terjadi akibat tekanan berlebihan pada kepala femur setelah
reduksi pada abduksi dan rotasi internal yang ekstrim sehingga mengakibatkan oklusi
vaskular. Insiden nekrosis avaskular bervariasi dari 0 hingga 73% tergantung pada usia,
cara pengobatan dan kriteria yang digunakan untuk diagnosis nekrosis avaskular.
Nekrosis avaskular dapat dengan mudah dicegah dengan melakukan pemendekan femur.
Perubahan densitas kepala femur, kegagalan osifikasi dan pelebaran leher femur
menunjukkan adanya perubahan avaskular. Trokanter mayor biasanya dipertahankan dan
berlanjut tumbuh sedangkan epifisis femoralis rusak sehingga mengganggu biomekanik
pinggul. 4
B. Displasia residual
Acetabular index mengukur tingkat keparahan dysplasia residual. Saat ini belum ada
ketetapan umum dalam menentukan displasia residual. Gwynne menyatakan displasia
asetabular sebagai definitif jika indeks asetabular lebih dari 30o pada foto rontgen 6 bulan

12
dan sebagai ringan jika lebih besar dari 25o. Asetabulum berubah bentuk sebagai respons
terhadap tekanan yang diberikan oleh kepala femur setelah pengurangan konsentris.
Namun, proses ini mungkin tetap tidak efektif dan tetap menghasilkan asetabulum yang
dangkal yang menyediakan cakupan yang tidak memadai dan prognosis yang buruk.
Displasia asetabular dapt dikoreksi dengan acetabular reorientation surgery.4

Prognosis
Secara keseluruhan, prognosis untuk anak-anak yang mendapatkan perawatan
untuk DDH sangat baik, terutama jika displasia dikelola dengan tatalaksana tertutup. Jika
tidak berhasil maka reduksi terbuka diperlukan, Displasia pinggul bilateral memiliki
prognosis yang lebih buruk karena seringnya keterlambatan dalam diagnosis dan
persyaratan perawatan yang lebih besar.5

13
BAB III
KESIMPULAN

Dysplasia Developmental of The Hip (DDH) merujuk ke spektrum kondisi


patologis melibatkan yang melibatkan perkembangan pinggul, mulai dari displasia
asetabular hingga dislokasi komplit sendi pinggul. Insiden DDH sulit untuk ditentukan
karena perbedaan dalam definisi kondisi penykit tersebut, jenis pemeriksaan yang
digunakan dan berbagai tingkat keterampilan dokter dalam mendiagnosis DDH.
Insidennya berkisar 1 per 1.000 hingga 34 per 1.000. Insidensi yang lebih tinggi
dilaporkan ketika ultrasonografi juga digunakan sebagai tambahan pada pemeriksaan
klinis.
Faktor-faktor penting yang terlibat adalah: Kelemahan ligamen: Sering
diwariskan. Hormon ibu relaxin mungkin berperan:. Hormon melewati plasenta dan jika
pasien adalah wanita lingkungan lebih kondusif untuk hormone sehinnga melemaskan
sendi dan ligament. Kelahiran sungsang. Posisi anak setelah melahirkan - dibungkus
dengan pinggul. Oligohydramnios dan Gangguan bawaan bawaan termasuk tortikolis
(asosiasi terkuat), addatus metatarsus dan kelainan dislokasi lutut kongenital.
Gambaran klinis berbeda-beda sesuai dengan umur. Pada masa neonatus, yang
harus ditemukan adalah instabilitas pinggul, Hip click dan lipatan kulit asimetris adalah
temuan pemeriksaan fisik nonspesifik. Pada bayi > 6 bulan, temuan yang umum adalah
pergerakan yang terbatas dan pemendekan ekstremitas bawah yang terlihat jelas. Pada
remaja dapat ditemukan tanda-tanda di atas dan tambahan gejala lelah, nyeri di pinggul,
paha, atau lutut.
Pemeriksaan klinis yang cermat harus dilakukan pada semua anak yang baru lahir
terutama yang memiliki faktor risiko untuk DDH. Dapat dilakukan tes Ortolani dan
Barlow. Sensasi suara berdenting menyatakan tes Ortolani positif dan menunjukkan
reduksi pinggul yang terdislokasi ke dalam asetabulum. Tes Barlow mendeteksi potensi
subluksasi posterior atau dislokasi dorongan ke bawah yang lembut di sumbu longitudinal
tulang paha pada pinggul yang adduksi.
Subluksasi panggul yang terlihat saat bayi lahir dapat dikoreksi secara spontan.
Beberapa dokter dapat melakukan observasi dulu sebelum memulai tindakan awal. Ketika
melakukan observcasi, pasien harus diawasi dengan ketat untuk memastikan pinggul

14
dislokasi dengan sendirinya. Setelah itu, pasien harus dievaluasi melalui pemeriksaan
klinis dan ultrasonografi pada umur tiga minggu. Orthosis adalah terapi pilihan pada
kelompok usia 1-6 bulan. Panggul harus diletakkan dalam fleksi 90 derajat dengan
proksimal femur mengarah ke tri-radiate cartilage. Anak dalam kelompok usia 6 – 18
bulan dapat ditatalaksana dengan reduksi tertutup atau terbuka, diikuti dengan spica cast.
Pada anak yang > 2 tahun, kepala femur terletak di lokasi yang lebih proksimal.
Sebelumnya, traksi pra-operasi digunakan untuk membawa kepala femur ke dalam posisi
normal, tetapi sekarang pemendekan femur telah menggantikan penggunaan traksi.
Komplikasi yang dapat terjadi adalah nekrosis avaskular yang terjadi akibat
tekanan berlebihan pada kepala femur setelah reduksi pada abduksi dan rotasi internal
yang ekstrim sehingga mengakibatkan oklusi vaskular. Selain itu dapat terjadi yaitu
displasia residual.
Secara keseluruhan, prognosis untuk anak-anak yang mendapatkan perawatan
untuk DDH sangat baik, terutama jika displasia dikelola dengan tatalaksana tertutup. Jika
tidak berhasil maka reduksi terbuka diperlukan, Displasia pinggul bilateral memiliki
prognosis yang lebih buruk karena seringnya keterlambatan dalam diagnosis dan
persyaratan perawatan yang lebih besar.

15
DAFTAR PUSTAKA

1. Noordin S, Umer M, Hafeez K, Nawaz H. Developmental dysplasia of the hip. Orthop


Rev (Pavia). 2010;2(2):e19. doi:10.4081/or.2010.e19
2. Boyer, MI, 2014, AAOS comprehensive orthopaedic, New York: American academy
of orhtopaedic surgeons
3. Chaudhary D, 2016, Fundamentals of orthopedics, New Delhi: Jaypee Brothers Med.
4. Shapiro F, 2019, Developmental Disorders of the Lower Extremity: Hip to Knee to
Ankle and Foot, Berlin: Springer
5. Tamai J, Jaffe WL et. al, 2019, Developmental Dysplasia of the Hip, available at:
https://emedicine.medscape.com/article/1248135-overview#a2

16

Anda mungkin juga menyukai