1. Defenisi
yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-
hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Budaya ialah segala hal yang
dibuat oleh manusia berdasarkan pikiran dan akal budinya yang mengandung cinta,
rasa dan karsa. Dapat berupa kesenian, moral, pengetahuan, hukum, kepercayaan,
Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata
Latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai
mengolah tanah atau bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai
(kata sifat)
Sosial Budaya adalah segala hal yang dicipta oleh manusia dengan pemikiran
Salah satu budaya yang secara turun-temurun dan secara tidak sadar bertahan di
Indonesia adalah budaya konsumtif. Memang budaya ini tidak bisa dikatakan
dimiliki oleh setiap warga negara Indonesia, tetapi setidaknya mayoritas masyarakat
Dari segi peningkatan pelakunya, golongan usia remaja dan dewasa muda (siswa-
Pola konsumsi seperti ini terjadi pada hampir semua lapisan masyarakat, meskipun
dengan kadar yang berbeda-beda. Remaja merupakan salah satu contoh yang paling
mudah terpengaruh dengan pola konsumsi yang berlebihan (Loudon & Bitta, 1993).
Budaya konsumtif yang mendarah daging khususnya di Indonesia pada saat ini bisa
dimiliki oleh generasi sebelum kita, atau mungkin juga terjadi akibat kurangnya rasa
peduli sebagian besar masyarakat terhadap akibat negatif yang ditimbulkan dari
budaya tersebut. Dampak negatif dari mendarah dagingnya budaya konsumtif bisa
masyarakat. Sebagai gambaran, jika seorang remaja telah memiliki tabiat konsumtif,
ekstra yang tidak sedikit. Biaya ekstra ini berdampak pada kalkulasi pengeluaran
bulanan sang ibu yang sebenarnya telah diperhitungkan sejak jauh hari. Bisa jadi,
kebutuhan pokok mereka malah tidak terpenuhi. Akibatnya sang ayah pun harus
bekerja lebih keras dalam mencari nafkah. Bahkan tak jarang ibu terpaksa ikut
bekerja sampingan demi memenuhi kebutuhan pokok. Karena pekerjaan ibu yang
menyita waktu, urusan rumah pun jadi tidak terpegang sehingga ayah dan anak-
anaknya sering kali pulang dengan disambut oleh keadaan rumah yang tidak
nyaman. Kehadiran ibu yang biasanya selalu siap mendengarkan cerita keseharian
suami dan anak-anaknya pun dirindukan karena sang ibu terlalu lelah setelah
satu : sifat konsumtif. Hubungan antara perilaku konsumtif yang membudaya dan
dampaknya terhadap perekonomian merupakan hubungan yang saling
perekonomian yang baik (atau bahkan sangat baik) di kalangan menengah ke atas
suku bangsa yang mempunyai latar budaya yang beraneka ragam.lingkungan budaya
pelayanan kesehatan kepada masyarakat dangan latar budaya yang beraneka ragam,
hasil kelakuan manusia yang teratur oleh tata kelakuan yang haus didapatkannya
1).Umur
2).Jenis kelamin
3).Pekerjaan.
4).Sosial ekonomi
penyakit infeksi, sedangkanpada golongan dewasa atau usia lanjut lebih banyak
menderita penyakit salura pernafasan kaena banyak terpapar debu. keadaan sosial
kematian, misalnya angka kematian lebih tinggi pada golonga yang status
ekonominya rendah dibandingkan dengan status ekonominya tinggi. demikian juga
obesitas lenih ditemukan pada kalangan masyarakat dengan status ekonoinya tinggi.
1. Tradisi
2. Sikap fatalism
3. Nilai
4. Ethnocentrisme
penyakit kuru.penyakit ini menyerang susunan saraf otak dan penyebabnya adalah
Islam percaya bahwa anak adalah ttipan Tuhan,dan sakit atau mati itu adalah
sendiri yang paling baik jika dibandingkan dengan kebudayaan pihak lain.misalnya
orang-orang barat merasa bangga terhadap kemajuan ilmu dan teknologi yang
dimilikinya,dan selalu beranggapan bahwa kebudayaannya paling maju,sehingga
mengetahui tentang masalah kesehatan karena pendidikan petugas lebih tinggi dari
dan bayi banyak mengalami hambatan karena adanya norma yang melarang
hubungan antara dokter sebagai pemberi layanan dengan ibu hamil sebagai
pengguna layanan
tinggi terhadap beras putih meskipun masyarakat mengetahiu bahwa beras merah
bersih.
Contoh lain adalah masih banyak petugas kesehatan yang merokok meskipun
G. Pengaruh unsur budaya yang dipelajari pada tingkat awal dari proses sosialisasi
bagaimana cara makan,bahan makanan apa yang dimakan,cara buang air kecil dan
tentang apa yang akan terjadi dengan perubahan tersebutapabila ia tahu budaya
Karena perilaku dipengaruhi budaya, maka untuk merubah perilaku juga harus
Perubahan kebudayaan yang terjadi dalam jangka waktu pendek disebut inovasi
Syarat inovasi:
ada
3. Disiplin sosial
Secara sederhana disiplin sosial adalah sikap mental untuk mematuhi berbagai
peraturan yang ditransformasikan melalui perilaku baik dalam masyarakat. Mematuhi
rambu-rambu dan lampu lalu lintas merupakan contoh sederhana dari disiplin sosial
tersebut.
Disiplin sosial berawal dari kesadaran individual yang bergerak secara matang dan
bermuara pada kesadaran kolektif. Hal ini muncul karena adanya kehendak bersama
(collective will) untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Tentu saja disiplin jenis ini
menuntut kesiapan bahkan kematangan mental. Disiplin sosial berkonsekuensi logis pada
terwujudnya sistem sosial yang rapi dan teratur. Banyak contoh lain yang dapat kita
kemukakan untuk menunjukkan disiplin sosial ini, misalnya: menjaga kebersihan dengan
cara tidak membuang sampah sembarangan, tepat waktu dalam berbagai aktivitas, jujur
dalam mengelola birokrasi dan lain-lain.
Namun jika kita telisik secara mendalam dan berani, sikap mental masyarakat kita
(umat Islam) belum siap untuk secara bersama mewujudkan disiplin sosial ini. Justru
yang menjadi pemandangan kita sehari-hari adalah kesemerawutan sosial (social chaos).
Dalam hal berlalu lintas misalnya, para pengguna jalan kerap tidak memperhatikan
fungsi rambu-rambu dan lampu lalu lintas. Belum lagi dalam masalah kebersihan,
masyarakat membuang sampah sembarangan. Apa akibat yang ditimbulkan? Kecelakaan
sering terjadi dan kemacetan lalu lintas tak terhindarkan. Banjir pun telah menjadi
rutinitas alam yang kita maklumi terjadi. Inilah sederetan fakta pahit yang tersaji di
kehidupan kita.
Sungguh ironis, disiplin sosial sepertinya menjadi barang mewah yang sulit sekali
diwujudkan. Tentu yang lebih ironis hal ini terjadi di tengah masyarakat yang menjadikan
agama (baca: Islam) sebagai panduan dalam hidup. Padahal spirit disiplin sosial begitu
kental terkandung di dalam Diinul Islaam itu. Lihat misalnya Q.S. Al-Ashr/ 103: 1-3
tentang kedisiplinan dan hadis Nabi tentang kebersihan bagian dari iman. Di sini ada
mata rantai yang terputus antara normativitas disiplin sosial dengan perilaku umat Islam
itu sendiri. Spirit disiplin sosial dibekukan dan diletakkan sebagai doktrin langit yang
kering kontekstualisasi. Umat Islam terpenjara pada logo-logo agama dan meletakkan
Islam dalam lingkup gerakan yang sempit.
Dalam konteks ini, Diinul Islaam dilihat sebatas hanya pada ritus-ritus keagamaan
yang sempit. Umat Islam sudah merasa puas dan merasa sudah menjadi Muslim sejati
manakala shalat dilaksanakan secara konsisten, puasa Ramadhan dikerjakan dan haji
ditunaikan. Namun mereka tidak sensitif terhadap ajaran-ajaran Islam dalam ranah sosial.
Akhirnya, ada seorang Muslim yang rajin shalat dan puasa namun tidak tepat waktu
dalam aktivitas dan sering membuang sampah sembarangan. Atau ada seorang Muslim
yang sudah menunaikan haji dan umroh namun melakukan praktik korupsi dan tidak
mematuhi rambu-rambu berlalu lintas. Fenomena ini selain merusak kesucian ajaran
Islam juga akan melahirkan pandangan yang peyoratif (merendahkan) terhadap umat
Islam itu sendiri. Inilah paras Islam yang kumuh dan menyedihkan.
Jika kita melukis piramida, bagian dasar diumpamakan sebagai ibadah-ibadah ritual
sementara puncaknya adalah disiplin sosial. Disiplin sosial hakikatnya merupakan muara
dari semua ibadah ritual itu. Tidak ada ritualisme yang terpisah dari disiplin sosial.
Dengan kata lain, seorang Muslim yang sudah mapan secara ritual harus
menyempurnakan keislamannya melalui berbagai aktivitas, seperti: mematuhi peraturan
lalu lintas, menjaga kebersihan lingkungan, menghindari praktik suap, menjauhkan diri
dari perilaku korup, menghargai waktu dan lain-lain.
Disiplin sosial, adalah pernyataan sikap mental masyarakat yang mencerminkan rasa ketaatan
bersama yang didukung oleh kesadaran kolektif untuk menunaikan tugas dan kewajiban
bersama sebagai kesatuan sosial untuk mencapai tujuan bersama.
5.ekonomi
6. iptek
ILMU KEPERAWATAN DAN KEMAJUAN IPTEK
7.