Anda di halaman 1dari 12

BAB I

A. LATAR BELAKANG
Di dalam suatu benda yang memiliki perbedaan temperatur maka akan terjadi
perpindahan energi atau perpindahan panas dari bagian yang bertemperatur tinggi ke
bagian yang bertemperatur lebih rendah. Proses perpindahan panas tersebut dapat
diketahui oleh distribusi temperaturnya.
Perhitungan distribusi temperatur melibatkan persamaan diferensial parsial.Salah
satu teknik yang digunakan untuk menyelesaikan persamaan diferensial parsial adalah
dengan metode numerik.Metode numerik adalah teknik yang digunakan untuk
menyelesaikan permasalahan yang diformulasikan secara matematis dengan operasi
aritmatika biasa (tambah, kurang, bagi dan kali).
Secara matematis persamaan perpindahan panas adalah termasuk dalam persamaan
parabolik. Persamaan panas satu dimensi ini kemudian diselesaikan dengan
menggunakan pendekatan metode Beda Hingga skema Eksplisit dan Crank Nicholson
dan membandingkan kedua metode tersebut, untuk penyelesaian sistem persamaan yang
terbentuk dari metode Crank-Nicholson yang berbentuk matriks tridiagonal digunakan
metode sapuan ganda Choleski.
Dari hasil perhitungan yang diperoleh diketahui bahwa panas berpindah menuju
bagian tengah benda dan temperatur menurun sebagai fungsi waktu karena adanya
perpindahan panas.
Perpindahan panas yang terjadi di dalam bumi merupakan persoalan kompleks karena
melibatkan banyak parameter.Sehingga penyelesaian persoalan perpindahan panas di alam ini
memerlukan asumsi- asumsi untuk menyederhanakan permasalahan.
Perpindahan panas (heat transfer) adalah ilmu untuk mengamati perpindahan energi yang
terjadi karena adanya perbedaan suhu diantara benda atau material. Energi ini tidak dapat diukur
atau diamati secara langsung tetapi arah perpindahannya dan pengaruhnya dapat diamati dan
diukur.
Banyak model matematika perpindahan panas yang merupakan persamaan diferensial
parsial.Penyelesaian persamaan diferensial parsial dapat dilakukan dengan beberapa
metode.Pemilihan metode pendekatan berdasarkan pada tujuan dan kompleksitas masalah.
Pada Tugas Akhir ini akan dikaji proses perpindahan panas satu dimensi dimana objek
penelitiannya adalah suatu simulasi domain bidang yang pada batas-batas dan titik-titik
tertentu diketahui temperaturnya. Pendekatan yang dipakai adalah dengan membandingkan
metode Beda Hingga dan metode Crank-Nicholson.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana proses perpindahan panas dengan metode beda
hingga.
2. Bagaimana proses perpindahan panas dengan metode Crank-
Nicholson.
3. Bagaimana perbandingan ketelitian metode beda hingga dan
Crank-Nicholson pada persamaan panas
C. BATASAN MASALAH
1. Bentuk model matematis perpindahan panas yang diambil
adalah persamaan panas satu dimensi.
2. Metode beda hingga yang dipakai adalah metode beda hingga maju
skema Eksplisit.
3. Proses perpindahan panas ini akan di simulasikan menggunakan
software matlab
D. TUJUAN
1. Mengetahui proses perpindahan panas dengan metode beda
hingga
2. Mengetahui proses perpindahan panas dengan metode
Crank-Nicholson
3. Mengetahui perbandingan ketelitian metode beda hingga dan
Crank-Nicholson pada persamaan panas.
E. MANFAAT
Manfaat yang didapat dari Tugas Akhir ini adalah dapat
mengetahui arah dan pola perpindahan panas pada objek yang diteliti,
yaitu pada batang logam panjang pada bentuk model satu dimensinya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Perpindahan Panas
Panas mengalir dari benda bertemperatur lebih tinggi ke benda bertemperatur lebih rendah.
Laju perpindahan panas yang melewati benda padat sebanding dengan gradien temperatur atau
beda temperatur persatuan panjang.
Mekanisme perpindahan panas sendiri dapat terjadi secara konduksi, konveksi, dan radiasi.
Perpindahan panas secara konduksi adalah proses perpindahan panas dari daerah
bersuhu tinggi ke daerah bersuhu rendah dalam satu medium (padat, cair atau gas), atau antara
medium–medium yang berlainan yang bersinggungan secara langsung. Dinyatakan dengan:

dimana:
q - Laju perpindahan panas (w),
2),
A = Luas penampang dimana panas mengalir (m
dT /dx = Gradien suhu pada penampang, atau laju
perubahan suhu T terhadap jarak
dalam arah aliran panas x,
k = Konduktivitas thermal bahan
(w/m°C) .

Perpindahan panas secara konveksi adalah perpindahan energi dengan kerja gabungan dari
konduksi panas, penyimpanan, energi dan gerakan mencampur. Proses terjadi pada permukaan
padat (lebih panas atau dingin) terhadap cairan atau gas (lebih dingin atau panas).
Dinyatakan dengan:

dimana :
q -Laju perpindahan panas konveksi
(w),
h - 2 Koefisien perpindahan pana s konveksi
(w / m ° C),
2)
A. - Luas penampang ( m ,
∆T - Perubahan atau perbedaan suhu

Perpindahan panas secara radiasi adalah proses perpindahan panas


dari benda bersuhu tinggi ke benda yang bersuhu lebih rendah, bila
benda benda itu terpisah didalam ruang (bahkan dalam ruang hampa sekalipun).
Dinyatakan dengan:

q = sA (T1- T2)
dimana:
S = Konstanta Stefan-Boltzman
5,669 x l O" w/m2k4~
A = Luas penampang,
T = Temperatur.

b. persamaan diferensial parsial


Persamaan diferensial parsial (PDP) adalah persamaan yang di dalamnya
terdapat suku-suku diferensial parsial yang dalam matematika diartikan
sebagai suatu hubungan yang mengaitkan suatu fungsi yang tidak diketahui,
yang merupakan fungsi dari beberapa variabel bebas, dengan turunan-
turunannya melalui variabel-variabel yang dimaksud.
Banyak permasalahan dalam bidang ilmu terapan, fisika, dan
teknik dimodelkan secara matematis dengan menggunakan persamaan
deferensial parsial.
Persamaan deferensial parsial memiliki bentuk umum:
dimana A, B dan C adalah konstan yang disebut dengan quasilinear.

Persamaan panas dengan temperatur u(x,t) dalam batang pada posisi x dan
waktu t dinyatakan dengan:

dengan distribusi temperatur awal pada t = 0 adalah

dan nilai batas pada ujung-ujung batang

Konstanta K adalah koefisien dari konduktifitas thermal bahan, s adalah panas


spesifik, ρ berat jenis material batang, dan c konstan.

Untuk penyelesaian persamaan diferensial parsial jenis parabolik ini


persamaan perpindahan panas berdimensi satu diatas disederhanakan menjadi:

berlaku untuk 0 = x = L waktu t = 0


dengan syarat-syarat batasnya adalah

c. metode beda hingga


Untuk dapat menggunakan metode beda hingga dibutuhkan Deret Taylor.
Deret Taylor fungsi satu variabel disekitar x diberikan sebagai:

Deret Taylor inilah yang merupakan dasar pemikiran metode beda hingga
untuk menyelesaikan persamaan diferensial parsial secara numerik.
Penyelesaian dengan metode beda hingga dapat dijelaskan dengan
meninjau suatu luasan yang merupakan hasil dari persamaan diferensial parsial
yang mempunyai satu variable tak bebas u dan dua variable bebas x dan t. Setiap
persamaan diferensial yang berlaku pada luasan tersebut menyatakan keadaan
suatu titik atau pias yang cukup kecil di luasan tersebut. Metode Beda Hingga
sangat sering dipakai untuk mencari solusi suatu persamaan diferensial parsial
(PDP). Hal ini disebabkan mudahnya mendekati PDP dengan pendekatan deret
Taylor-nya dan diperoleh persamaan beda. Idenya adalah membawa domain PDP
ke dalam domain komputasi yang berupa grid.
Metode Beda Hingga untuk Persamaan Panas
1. Metode FTCS (Forward Time Center Space)
Metode FTCS sering disebut dengan metode Eksplisit

∆x = h dan ∆t = k.
Penerapan Beda Maju terhadap (pers. (1)) di titik i,j, diperoreh

penerapan Beda Pusat terhadap diperoleh

sehingga dari persamaan (1) diperoleh persamaan beda berikut:

dengan substitusi menjadi


Metode Eksplisit konvergen dan stabil jika

2. Metode Implisit BTCS (Backward Time Center Space)

∆x = h dan ∆t = k.
Penerapan Beda Mundur terhadap (pers. (1)) di titik i,j+1, Diperoreh

penerapan Beda Pusat terhadap diperoleh

sehingga dari persamaan (1) diperoleh persamaan beda berikut:

dengan substitusi menjadi


3. Metode Crank-Nicholson

∆x = h dan ∆t = k.
Penerapan Beda Pusat terhadap (pers. (1)) di titik i,(j + ½),Diperoreh

Sehingga persamaan beda untuk metode Crank-Nicholson (untuk


persamaan (1)) yaitu

dengan substitusi menjadi


BAB III PEMBAHASAN
Untuk menerapkan metode tersebut dalam perhitungan dibuat suatu simulasi domain
bidang yaitu sebuah benda logam batang yang diisolasi secara membujur dengan panjang 1
kemudian pada ujungujung batang dipertahankan temperaturnya 0 C. Temperatur awal pada
0

batang diberikan oleh fungsi �(𝑥, 𝑡)= 4𝑥 - 4𝑥2, lihat gambar 5, dengan kata lain dari persamaan
(6) dengan kondisi awal � (𝑥, 0) = �(𝑥)= 4𝑥 - 4𝑥2, untuk 𝑡 = 0 dan 0 = 𝑥 = 1 dan kondisi
batas�(0, 𝑡) = �(1, 𝑡) = 0 untuk 𝑥 = 0 dan𝑥 = 1,dan 0 = 𝑡 = 0.20. Disini kita mengambil ukuran
∆𝑥 = h = 0.2 dan ∆𝑡 = 𝑘 = 0.02 dan untuk nilai 𝑐 = 1, maka 𝑟 = 0.5, dimana
.Agar lebih mudah untuk perhitungan gambar 5 dapat dibuat grid dengan kisi- kisi berinterval
sama seperti gambar 6 [4]. Jadi dengan h = 0.2 titik-titik grid menjadi 𝑛 = 6 kolom dan dengah 𝑘
= 0.02 titik-titik grid menjadi 𝑚 = 11 baris.

A. Penyelesaian dengan Metode Eksplisit


Pada skema eksplisit, variabel pada waktu 𝑗 + 1dihitung berdasarkan variabel pada waktu 𝑗 yang
sudah diketahui.Penerapan metode Eksplisit, dengan menggunakan persamaan (13)dengan 𝑟 =
0.5, menghasilkan
� 𝑖 ,𝑗 +1 = 0.5� 𝑖 +1,𝑗 + 0.5� 𝑖 -1,𝑗
Untuk 𝑗 = 0 berlaku kondisi awal, 𝑗 = 0, 𝑖 berjalan dari
𝑖 = 0 sampai 𝑖 = 5,
𝑖 = 0,1,2,3,4,5 (gambar 6), yaitu untuk kondisi awal:

𝑗=0

𝑖 = 0,� 0,1 = �(𝑥) = 4𝑥 - 4𝑥2


= 4 (0.00)- 4(0.00) 2= 0.00
𝑖 = 1,�1,1 = �(𝑥) = 4𝑥 - 4𝑥2
= 4 (0.20)- 4(0.20) 2= 0.64
𝑖 = 2,�2,1 = �(𝑥) = 4𝑥 - 4𝑥2
= 4 (0.40)- 4(0.40) 2= 0.96
𝑖 = 3,�3,1 = �(𝑥) = 4𝑥 - 4𝑥2
= 4 (0.60)- 4(0.60) 2= 0.96
𝑖 = 4,�4,1 = �(𝑥) = 4𝑥 - 4𝑥2
= 4 (0.80)- 4(0.80) 2= 0.64
𝑖 = 5,�5,1 = �(𝑥) = 4𝑥 - 4𝑥2
= 4 (1.00)- 4(1.00) 2= 0.00

Untuk selanjutnya hitungan dilakukan dengan memasukan nilai dari titik-titik


yang sudah diketahui ke persamaan (22) untuk mendapatkan nilai dari titik-titik
berikutnya, dan hitungan dilakukan dari 𝑖 = 1 sampai dengan 𝑖 = 4 dan dari 𝑗 = 1
sampai 𝑗 = 10 karena adanya syarat batas.Dari perhitungan keseluruhan dengan
Metode Eksplisit didapat Tabel 1.
B. Penyelesaian dengan Metode Crank-Nicholson
Skema Crank-Nicholson merupakan pengembangan dari skema Eksplisit dan
skema Implisit. Pada skema Eksplisit, pendekatan solusi � 𝑖 ,𝑗 +1 dihitung
menggunakan jaringan titik 𝑖 , 𝑗. Sedangkan pada skema Implisit pendekatan
solusi � 𝑖 ,𝑗 dihitung menggunakan jaringan titik 𝑖, 𝑗 + 1, pada skema Crank-
Nicholson pendekatan solusi � 𝑖 ,𝑗 +1 dihitung menggunakan jaringan titik 𝑖 , 𝑗
dan jaringan titik 𝑖, 𝑗 + 1.
Penerapan metode Crank-Nicholson, dengan menggunakan persamaan (21) dengan 𝑟 = 0.5,
menghasilkan:

Untuk 𝑗 = 0 berlaku kondisi awal, sama halnya dengan penyelesaian pada skema Eksplisit, untuk
𝑗 = 0, 𝑖 berjalan dari 𝑖 = 0 sampai 𝑖 = 5, 𝑖 = 0,1,2,3,4,5, dan 𝑗 = 0,1,2,3,4,5,6,7,8,9,10, sehingga
diperoleh nilai awal yang sama dengan penyelesaian pada metode Eksplisit. Selanjutnya
perhitungan dilakukan dengan memasukan nilai awal dan nilai batas pada persamaan (23), untuk
𝑗 = 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10, dan 𝑖 = 1,2,3,4, untuk 𝑖 = 0 dan 𝑖 = 5 tidak perlu dihitung karena nilainya
sudah diketahui dari nilai batas. Misal untuk 𝑗 = 1 dan 𝑖 = 1,2,3,4 diperoleh sistem persamaan,
empat persamaan dengan 4 variabel yang tidak diketahui:

3 �1,2- 0.5�2,2 = 1.12,


-0.5�1,2 + 3�2,2 - 0.5�3,2 = 1.76,
-0.5�2,2 + 3�3,2 - 0.5�4,2 = 1.76,
-0.5�3,2 + 3�4,2= 1.12. (24)

Sistem persamaan (24) dapat ditulis dalam bentuk matriks tridiagonal, yang kemudian penulis
selesaikan dengan menggunakan metode sapuan ganda Choleski, sehingga diperoleh nilai titi-titik
yang dicari. Dengan cara yang sama kemudian dilakukan perhitungan untuk 𝑗 = 2,3,4,5,6,7,8,9,10,
dengan 𝑖 = 1,2,3,4, sehingga diperoleh nilai seluruh titik grid yang dicari.Hasil perhitungan
disajikan pada Tabel 2.

Untuk grafik perbandingan metode Eksplisit dan Crank-Nicholson diberikan berikut ini:
Gambar 7. Grafik nilai temperatur�(𝑥, 𝑡)

keterangan: * : dengan Metode Eksplisit


o : dengan Metode Crank-Nicholson
Gambar 8. Grafik nilai temperatur �(𝑥, 𝑡) terhadap jarak (𝑥)
keterangan: * : dengan Metode Eksplisit
o : dengan Metode Crank-Nicholson
Gambar 9. Grafik nilai temperatur �(𝑥, 𝑡) terhadap waktu (𝑡)

BAB IV KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Metode beda hingga skema Eksplisit lebih mudah penyelesaiannya daripada metode beda hingga
skema Crank-Nicholson, karena untuk mendapatkan nilai suatu titik �(𝑥, 𝑡) dapat diketahui secara
langsung dengan memasukan nilai-nilai dari kondisi awal, dan kondisi batasnya, berbeda dengan
metode beda hingga skema Crank-Nicholson yang harus menyelesaikan sistem persamaan yang
terbentuk yang berbentuk matriks tridiagonal, sehingga diperlukan metode lagi untuk penyelesaian
dari matriks tridiagonal tersebut. Metode beda hingga skema Crank-Nicholson memiliki akurasi
perhitungan yang lebih baik daripada metode beda hingga skema Eksplisit.
B. Saran
Tugas Akhir ini merupakan penelitian dengan kajian literatur tentang metode beda hingga skema
Eksplisit dan Crank-Nicholson untuk mencari solusi dari persamaan panas satu dimensi, maka
penulis menyarankan agar penelitian ini dilanjutkan untuk kasus perpindahan panas dua dimensi.

Anda mungkin juga menyukai