1. Structural: bendungan, talud, sistem peringatan dini
2. Non structural, kelembagaan, legislasi, penataan ruang, perencanaan
Harus terintegrasi dengan kawasan di luar KEK
a. Bangunan penyelamatan dapat berupa bukit penyelamatan (escape hill dengan
memanfaatkan bukit-bukit yang ada di sekitar kawasan), Mesjid, sekolah, gedung pertemuan, gedung perkantoran atau perbelanjaan, dan bangunan fisik lainnya yang tahan gempa dan tsunami (persyaratan khusus); b. Bangunan penyelamatan harus bisa dicapai warga dalam waktu sependek mungkin misal 5,10,15,20 menit (dengan radius pelayanan berturut-turut 300-400 m) oleh orang tua, perempuan dan anak-anak. Semakin mendekati pantai, semakin pendek jarak waktu yang dirancang bagi warga untuk mencapai bangunan penyelamatan. Semakin jauh dari pantai, semakin sedikit bangunan yang perlu disediakan; c. Bangunan penyelamatan dapat mengolah bukit yang sudah ada, atau membuat bukit dari sisa puing-puing, dan/atau bentuk bangunan (bila tanah tidak tersedia), atau berbentuk kawasan-kawasan penyelamatan (hutan kota, taman kota, lapangan sepak bola), dimana gempa bumi dan/atau gelombang tsunami tidak mampu menjangkaunya; dan d. Bentuk bangunan penyelamatan ramah lingkungan, murah, dan bisa dibangun dengan mudah dan melibatkan partisipasi aktif masyarakat. e. Kawasan Penyelamatan dapat dijadikan tempat rekreasi warga, olahraga, dan lain-lain.
1. Master plan diharapkan sudah direncanakan sesuai prinsip mitigasi
2. Harus sesuai prinsip penataan ruang, misal sempadan. Namun jika tidak memungkinkan, maka 3. Strategi mitigasi sesuai keruangan adalah melalui pencegahan - Penceghan, penentuan lokasi bangunan dan prasarana pada elevasi yang lebih tinggi dari genangan tsunami - Memperlambat, misalnya dengan hutan, bakau, sabuk hijau - Mengendalikan, rekayasa teknis pada bangunan, agar alur tsunami tidak - Blocking, menggunakan penghalang Strategi mitigasi, Hotel bertingkat beton khusus, Prinsip mitigasi bencana sesuai penataan ruang