Anda di halaman 1dari 10

TUGAS SUPPLY CHAIN MANAGEMENT

Nama : Jajang Darip Wijaya

NPM : 1610631140073

Kelas : C

Jawaban tugas

1. Penyelesaian menggunakan metode saving matrix


 Mengidentifikasi matriks jarak
 Jarak Gudang dengan Toko 1  Jarak Gudang dengan Toko 8

𝐽(0,1) = √(𝑥0 − 𝑥1 )2 + (𝑦0 − 𝑦1 )2 𝐽(0,8) = √(𝑥0 − 𝑥8 )2 + (𝑦0 − 𝑦8 )2

𝐽(0,1) = √(0 − 9)2 + (0 − 7)2 𝐽(0,8) = √(0 − 3)2 + (0 − 7)2


𝐽(0,1) = √81 + 49 𝐽(0,8) = √9 + 49
𝐽(0,1) = √140 𝐽(0,8) = √58
𝐽(0,1) = 11,4 𝐽(0,8) = 7,6

 Jarak Toko 1 dengan Toko 2  Jarak Toko 1 dengan Toko 8

𝐽(1,2) = √(𝑥1 − 𝑥2 )2 + (𝑦1 − 𝑦2 )2 𝐽(1,8) = √(𝑥1 − 𝑥8 )2 + (𝑦1 − 𝑦8 )2

𝐽(1,2) = √(9 − (−3))2 + (7 − 10)2 𝐽(1,8) = √(9 − 3)2 + (7 − 7)2


𝐽(1,2) = √144 + 9 𝐽(1,8) = √36 + 0
𝐽(1,2) = √153 𝐽(1,8) = √36
𝐽(1,2) = 12,4 𝐽(1,8) = 6,0

 Jarak Toko 2 dengan Toko 2  Jarak Toko 2 dengan Toko 3

𝐽(2,2) = √(𝑥2 − 𝑥2 )2 + (𝑦2 − 𝑦2 )2 𝐽(2,8) = √(𝑥2 − 𝑥8 )2 + (𝑦2 − 𝑦8 )2

𝐽(2,2) = √((−3) − (−3))2 + (10 − 10)2 𝐽(2,8) = √((−3) − 3)2 + (10 − 7)2
𝐽(2,2) = √0 + 0 𝐽(2,8) = √36 + 9
𝐽(2,2) = √0 𝐽(2,8) = √45
𝐽(2,2) = 0 𝐽(2,8) = 6,7
Dengan menggunakan rumus yang sama pada setiap koordinat Toko, sehingga akan
didapat data jarak antar toko seperti berikut :

Gudang Toko 1 Toko 2 Toko 3 Toko 4 Toko 5 Toko 6 Toko 7 Toko 8


Toko 1 11,4 0,0
Toko 2 10,4 12,4 0,0
Toko 3 16,6 15,2 24,8 0,0
Toko 4 10,4 4,1 14,8 11,2 0,0
Toko 5 9,1 6,0 15,0 10,0 2,2 0,0
Toko 6 7,8 4,1 8,9 16,4 5,8 4,0 0,0
Toko 7 15,6 5,1 13,2 19,6 9,0 1,0 7,8 0,0
Toko 8 7,6 6,0 6,7 18,4 8,1 6,0 2,2 8,6 0,0

Nilai jarak antar toko pada tabel akan digunakan untuk menghitung nilai Matriks
Penghematan atau Saving Matriks (S).

 Mengidentifikasi Matriks Penghematan


 Penghematan Toko 1 dan Toko 2  Penghematan Toko 1 dan Toko 8
𝑆(1,2) = 𝐽(𝐺, 1) + (𝐺, 2) − 𝐽(1,2) 𝑆(1,8) = 𝐽(𝐺, 1) + (𝐺, 8) − 𝐽(1,8)
𝑆(1,2) = 11,4 + 10,4 − 12,4 𝑆(1,8) = 11,4 + 7,6 − 6,0
𝑆(1,2) = 9,5 𝑆(1,8) = 13,0
 Penghematan Toko 2 dan Toko 3  Penghematan Toko 2 dan Toko 8
𝑆(2,3) = 𝐽(𝐺, 2) + (𝐺, 3) − 𝐽(2,3) 𝑆(2,8) = 𝐽(𝐺, 2) + (𝐺, 8) − 𝐽(2,8)
𝑆(2,3) = 10,4 + 16,6 − 24,8 𝑆(2,8) = 10,4 + 7,6 − 6,7
𝑆(2,3) = 2,2 𝑆(2,8) = 11,3
 Penghematan Toko 3 dan Toko 5  Penghematan Toko 7 dan Toko 8
𝑆(3,5) = 𝐽(𝐺, 3) + (𝐺, 5) − 𝐽(3,5) 𝑆(7,8) = 𝐽(𝐺, 7) + (𝐺, 8) − 𝐽(7,8)
𝑆(3,5) = 16,6 + 9,1 − 10,5 𝑆(7,8) = 15,6 + 7,6 − 8,6
𝑆(3,5) = 15,6 𝑆(7,8) = 14,6
Dengan menggunakan rumus yang sama pada setiap toko, maka akan didapat data
penghematan jarak antar toko seperti berikut :

Toko 1 Toko 2 Toko 3 Toko 4 Toko 5 Toko 6 Toko 7 Toko 8


Toko 1 0,0
Toko 2 9,5 0,0
Toko 3 12,7 2,2 0,0
Toko 4 17,7 6,1 15,9 0,0
Toko 5 14,5 4,5 15,6 17,3 0,0
Toko 6 15,1 9,3 8,0 12,4 12,9 0,0
Toko 7 21,9 12,9 12,5 17,1 23,7 15,6 0,0
Toko 8 13,0 11,3 5,7 10,0 10,7 13,2 14,6 0,0

 Mengalokasikan Toko ke Kendaraan atau Rute

Gudang Toko 1 Toko 2 Toko 3 Toko 4 Toko 5 Toko 6 Toko 7 Toko 8


Toko 1 Rute 1 0,0
Toko 2 Rute 2 9,5 0,0
Toko 3 Rute 3 12,7 2,2 0,0
Toko 4 Rute 4 17,7 6,1 15,9 0,0
Toko 5 Rute 5 14,5 4,5 15,6 17,3 0,0
Toko 6 Rute 6 15,1 9,3 8,0 12,4 12,9 0,0
Toko 7 Rute 7 21,9 12,9 12,5 17,1 23,7 15,6 0,0
Toko 8 Rute 8 13,0 11,3 5,7 10,0 10,7 13,2 14,6 0,0
Order 300 50 200 120 150 100 200 100

Berbekal tabel penghematan, kita bisa melakukan alokasi toko ke kendaraan atau rute. Alokasi tiap
toko ke rute yang berbeda bisa digabungkan sampai pada batas kapasitas truk yang ada (kapasitas
700). Penggabungan akan mulai dari nilai penghematan terbesar, dengan rincian sebagai berikut:
a) Nilai terbesar Ke-1 adalah 23,7 yang merupakan penghematan jarak toko 5 dan toko 7, dengan
total pembebanan 150 + 200 = 350. Karena tidak melebihi kapasitas, maka toko 1 dan toko 7
bisa digabungkan menjadi satu rute, yang dinamai rute 1.
b) Nilai terbesar ke-2 adalah 21,9 yang merupakan penghematan jarak toko 1 dan toko 7, karena
toko 7 sudah bergabung dengan toko 5, maka kita lihat apakah toko 1 bisa digabungkan atau
tidak dengan cara menghitung pembebanannya. Diketahui pembebnan toko 5 dan 7 adalah 500
dan pembebanan toko 1 adalah 300, maka 350 + 300 = 650, hal ini tidak melebihi kapasitas jadi
toko 1 bisa digabungkan dengan toko 5 dan 7 pada rute 1.
c) Nilai terbesar ke-3 adalah 17,7 yang merupakan penghematan toko 1 dan toko 4, karena toko 1
sudah bergabung dengan toko 5 dan toko 7, maka lihat toko 4 bisa digabung atau tidak dengan
toko 5, toko 7, dan toko 1 dengan cara menghitung pembebanannya. Diketahui pembebanan
toko 5, toko 7, dan toko 1 adalah 550 dan pembebanan toko 4 adalah 120, maka 650 + 120 =
770, hal ini tidak melebihi kapasitas jadi toko 4 bisa digabungkan dengan toko 5, toko 7, dan
toko 1 pada rute 1.
d) Nilai terbesar ke-4 adalah 13,4 yang merupakan penghematan jarak toko 6 dan toko 8, dengan
total pembebanan 100 + 100 = 200. Karena tidak melebihi kapasitas, maka toko 1 dan toko 7
bisa digabungkan menjadi satu rute, yang dinamai rute 2.
e) Nilai terbesar ke-5 adalah 12,9 yang merupakan penghematan toko 2 dan toko 7, karena toko 7
sudah bergabung dengan toko 5, toko 1, dan toko 4, maka lihat toko 2 bisa digabung atau tidak
dengan toko 5, toko 7, toko 1, dan toko 4 dengan cara menghitung pembebanannya. Diketahui
pembebanan toko 5, toko 1, toko 7, dan toko 4 adalah 720 dan pembebanan toko 6 adalah 100,
maka 770 + 50 = 820, hal ini tidak melebihi kapasitas jadi toko 2 bisa digabung dengan toko
5, toko 7, toko 1, dan toko 4 di rute 1.
f) Rute yang belum teralokasikan adalah toko 3 karena dirute 2 kapasitasnya belu maksimal,
maka toko 3 digabungkan dengan toko 6 dan toko 8 dengan pembebanan 200 + 200 = 400
 Truk 1 melayani : toko 5, toko 7, toko 1, dan toko 4, toko 2 = 820
 Truk 2 melayani : toko62, toko 8, dan toko 3 = 400

 Mengurutkan toko (tujuan) rute yang sudah terdefinisi


a) Metode Nearest Insert
 Truk 1 : toko 5, toko 1, toko 7, toko 4 dan toko 2
G – 5 – G = 18,1
G – 1 – G = 31,2
G – 7 – G = 22,8
G – 4 – G = 20,9
G – 2 – G = 20,9

Dengan cara yang sama kita dapat mengevaluasi toko mana yang selanjutnya akan
dikunjungi setelah toko 5,
Alternatif 1 : G – 5 – 1 – G = 26,5
Alternatif 2 : G – 5 – 7 – G = 25,7
Alternatif 3 : G – 5 – 4 – G = 21,7
Alternatif 4 : G – 5 – 2 – G = 34,5
Dengan cara yang sama kita dapat mengevaluasi toko mana yang selanjutnya akan
dikunjungi setelah toko 5, toko 4
Alternatif 1 : G – 5 – 4 – 1 – G = 26,8
Alternatif 2 : G – 5 – 4 – 7 – G = 35,9
Alternatif 3 : G – 5 – 4 – 2 – G = 36,5

Dengan cara yang sama kita dapat mengevaluasi toko mana yang selanjutnya akan
dikunjungi setelah toko 5, toko 4 dan toko 1

Alternatif 1 : G – 5 – 4 – 1 – 7 – G = 36,1
Alternatif 2 : G – 5 – 4 – 1 – 2 – G = 38,2

Karena alternatif 1 memiliki jarak minimum yaitu 36,1 dapat disumpulkan bahwa yang
dikunjungi setelah toko 5 adalah toko 4, sehingga rute yang terbentuk adalah G – 5 – 4 – 1 –
7 – 2 – G dengan total jarak 43,3.

 Truk 2 : toko 6, toko 8, dan toko 3


G – 6 – G = 15,6
G – 8 – G = 15,2
G – 3 – G = 33,1

Dengan cara yang sama kita dapat mengevaluasi toko mana yang selanjutnya akan
dikunjungi setelah toko 8,
Alternatif 1 : G – 8 – 6 – G = 17,7
Alternatif 2 : G – 8 – 3 – G = 42,6

Karena alternatif 1 memiliki jarak minimum yaitu 17,7 dapat disumpulkan bahwa yang
dikunjungi setelah toko 8 adalah toko 6, sehingga rute yang terbentuk adalah G – 8 – 6 – 3 –
G dengan total jarak 42,8.
b) Metode Nearest Neighbor
 Di awal, berangkat dari gudang mencari toko yang jaraknya terdekat dari gudang. Diantara
toko 5, 7, 1, 4 dan 2 yang memiliki jarak terdekat dari gudang adalah toko 5. Kemudian, toko
yang dekat dengan toko 5 adalah toko 4. Toko yang terdekat dengan toko 4 adalah toko 1,
dan toko terdekat dengan toko 1 adalah toko 7, dan toko terdekat dengan toko 7 adalah toko
2. Dan kembali lagi ke gudang dengan total jarak 44,1.
 Di awal, berangkat dari gudang mencari toko yang jaraknya terdekat dari gudang. Diantara
toko 6, 8, dan 3 yang memiliki jarak terdekat dari gudang adalah toko 8. Kemudian, toko
yang dekat dengan toko 8 adalah toko 6. Toko terdekat dengan toko 6 adalah toko 3. Dan
kembali lagi ke gudang dengan total jarak 42,8.
2. Teknologi dalam manajemen rantai pasok
Peran teknologi informasi sangat penting dalam mendukung kinerja rabtai pasok,
maka seorang manajer harus memahami bagaimana informasi dikumpulkan dan dianalisis.
Berikut beberapa teknologi infoemasi dalam manajemen rantai pasok :
A. Enterprice Resource Planning (ERP)
ERP merupakan suatu metode mangatur seluruh proses bisnis yang ada dalam suatu
perusahaan dengan suatu aristektur perangkat lunak yang berjalan dalam waktu nyata,
baik itu menyangkut otomasi back-end offiece system, front-end office system, maupun
dalam hal peningkatan efisiensi, kualitas dan produktivitas serta keuntungan
B. Inter Organizations Information System (IOIS)
IOIS adalah suatu sistem yang bekerja untuk mengumpulkan, memproses, menyimpan,
menganalisa dan menyebarluaskan informasi yang berada dalam dua atau lebih
organisasi guna meningkatkan efisiensi proses transaksi bisnis seperti pemesanan,
penagihan, pembayaran maupun lainnya.
C. Electronics Data Interchange (EDI)
Segala hal yang berkaitan dengan standar perpindahan data yang berhubungan dengan
transaksi bisnis antar komputer.
D. Virtual Enterprice (VE)
VE merupakn suatu jaringan darai beberapa perusahaan yang independent, sangat
mungkin dahulunya sesama kompetitor, bersama-sama dan bekerjasama dalam
mempercepat peningkatan keuntungan dan meraih kesempatan dengan menggunakan
Infornation and Communication Technology (ICT)
E. E-Commerce
Seluruh aktivitas yang berhubungan dengan proses pembelian, penjualan, pengiriman
maupun pertukaran produk, servis maupun informasi melalu bantuan jaringan
komputer, termasuk juga pemanfaatan internet.
F. Database Management System (DBSM)
DBSM adalah sebuah perangkat lunaka yang dirancang untuk mengorganisasikan data
dan menyediakan mekanisme penyimpanan, memelihara dan mengambil data pada
medium fisik (basis data). Didalam basis data terdapat struktur data yang bervariasi dan
Flat files seperti sebuah table excel sederhana sampai sebuah basis data relasional yang
terdiri atas banyak table dan Flate file yang masing-masing menyerupai table excel.
3. Resume jurnal metode Balance Score Card (BSC)
RANCANGAN PENGUKURAN KINERJA RANTAI PASOK BARANG PASSTHROUGH
DI PT. INDONESIA NIPPON SEIKI DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN
BALANCED SCORE CARD
Pendahuluan
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : (1) menentukan KPI yang tepat
untuk mengukur kinerja rantai pasok dengan menggunakan pendekatan Balance Scorecard
untuk menilai kinerja rabtai pasok PT. INS. (2) mengukur kinerja rantai pasok barang
passthrough di PT. INS. (3) memeberikan rekomendasi perbaikan dan mengembangkan
sistem kontrol kinerja rantai pasok.
Kajian Teori
Pengukuran Kinerja. Pengukuran kinerja adalah suatu alat manajemen untuk
meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dan akuntabilitas. Dalam hal ini pengukuran
kinerja membantu manajer dalam memonitor implementasi strategi bisnis dengan cara
membandingkan antara hasil actual dengan sasaran dan tujuan strategis.
Balanced Scorecard. Empat sudut pandang utama dalam BSC dapat mewakili aspek utama
dalam mengukur kinerja Rantai Pasok yang bisa merangkul bagian bagian lain dalam
organisasi agar lebih terintegrasi dalam mencapai tujuan organisasi. (Brewer dan Speh:
2000). Menurut Hong dan Zhong-hua (2013) balance scorecard dapat digunakan sebagai
perhitungan kuantitatif dimana Kuantitatif sistem indikator untuk mengevaluasi kinerja
rantai pasokan dinamis memainkan peran sentral dalam operasi sehari-hari dan manajemen
rantai pasokan.
Analitical Hierarchy Process (AHP). Analitik Hirarki Proses (AHP) adalah suatu
metodologi komprehensif untuk memudahkan pengambilan keputusan penting dengan
menggabungkan faktor kualitatif dan Factor kuantitatif bagi indifidu maupun group
(Saaty:1993). AHP menyusun perasaan secara intuisi dan logika dalam suatu hirarki
terstruktur untuk pengambilan keputusan. Pada dasarnya metode ini menjabarkan situasi
yang kompleks dan tidak terstruktur dalam kelompoknya kemudian kelompok tersebut
disusun dalam suatu bentuk hirarki. AHP ditampilkan dalam bentuk model hirarki yang
terdiri dari tujuan, kriteria dan mungkin sub kriteria, dan alternatif untuk setiap
permasalahan atau keputusan (Jevanovic dan Krivokapic: 2008).
Metode
Metode Analisa data penelitian inui adalah menggunakan analitic Hirarchy Process
(AHP) dengan melakukan pembobotan perbandingan berpasangan antar Perspektif secara
umum dan perbandingan setiap KPI yang di gunakan untuk mengukur kinerja Rantai Pasok
Barang Passtrough di PT. INS. Untuk pengolahan data sendiri digunakan software Expert
Choice ver 11, agar memudahkan perhitungan dan bisa lebih akurat dan objective.
Pembahasan dan Hasil
Bagian yang terkait dengan sistem rantai pasok di PT. Indonesia Nippon Seiki adalah
Bagian Pengadaan atau purchasing, Part Material Control, PPC , Finance , Quality PPC, dan
Sales. Sehingga pihak yang terkait dengan seksi dan bagian tersebut akan sangat
berpengaruh terhadap Rantai Pasok Barang Passtrough tersebut. Bagian pengadaan berperan
dalam mengatur irama pemasukan barang Passtrough, sesuai dengan kebutuhan perusahaan
atau customer. Sedangkan Bagian penyimpanan, berperan dalam menyimpan barang dengan
baik sehingga tidak ada barang yang rusak dan terkirim ke customer. Sales tentu nya
berperan dalam menjual barang passtrough tersebut, sehingga barang terjual sesuai dengan
Forecast yang digunakan untuk membeli barang dari supplier. Bagian Finance mengatur
agar pembayaran dan penerimaan berjalan dengan lancar sehingga supply dari supplier
hingga ke customer berjalan dengan lancar.

Dalam Memilih KPI yang paling tepat untuk mengukur kinerja Rantai Pasok maka
dilakukan perbandingan antar KPI yang di usulkan dan di verifikasi oleh responden yang
merupakan Manajemen utama dari PT. INS yang terkait dalam sistem rantai pasok.
Perbandingan pertama dilakukan berdasarkan Perspektif yang ada dalam balanced
scorecard. Dengan menggunakan Software Expert Choice maka berikut adalah hasil
pembobotan perbandingan berpasangan antar perspektif dalam sudut pandang balance
scorecard.
Analisis Hasil Penelitian
Kinerja rantai pasok barang passtrough di PT. INS yang sebelumnya dilihat dari sudut
pandang jumlah, ketepatan waktu dan kualitas maka akan berkisar di antara 95 hingga 98%
secara rata rata untuk semua Customer. Secara data angka ini tidak mencapai angka 100%
yang merupakan target dari customer, namun angka tersebut bisa menjadi ideal bilamana
ada aspek lain yang dipertimbangkan seperti aspek biaya. Untuk mencapai performa 100%
akan menimbulkan banyak biaya premium (Premium Freight) yang tentunya sangat mahal.
Hal ini terjadi karena pola permintaan pasar automotif di Indonesia sangat fluktuatif.
Kadang pemintaan tinggi namun kadang juga ada permintaan rendah. Pola ini menyebabkan
perusahaan harus memilih antara menambah tingkat persediaan aman atau bertahan dengan
inventory Rendah dengan konsekuensi pada saat terjadi kenaikan maka aka nada premium
freight dengan shipment udara. Dari situasi ini dapat dimengerti bahwa tidak tercapainya
performa 100% karena PT. INS lebih concern kepada biaya yang muncul dari pola bisnis
barang passtrough tersebut. Jika dipaksakan performa 100% dengan pola permintaan yang
fluktuatif PT. INS akan mengalami defisit keuntungan dan pekerjaan akan sia sia bila tidak
ada keuntungan yang diperoleh. Dari
fakta yang ditemukan dalam penelitian ini bahwa walaupun tidak tercapainya target 100%
jumlah, delivery dan quality, namun ada beberapa indicator yang menunjukan performa baik
yang sesuai dengan tujuan dan harapan perusahaan yaitu bertambahnya Customer dan
meningkatnya keuntungan.
Penutup
Pertama. Selain mengukur kinerja Delivery, Ketepatan Jumlah dan Kualitas maka di usulan
22 Key Performance Indikator (KPI) untuk mengukur kinerja Rantai Pasok Barang
Passtrough di PT. INS secara lebih komprehensif dan berimbang. Dan 22 KPI tersebut telah
di verifikasi dan di anggap penting dan bisa digunakan untuk mengukur kinerja Rantai
Pasok. 22 KPI tersebut di pilih berdasarkan keterkaitan dengan Alur Rantai Pasok barang
Passtrough dengan menggunakan pendekatan Balance Scorecard. Secara keseluruhan ada 4
KPI berdasarkan Financial Perspective, 6 KPI dari Customer Persepective, 8 KPI
berdasarkan sudut pandang Internal Process dan 3 KPI berdasarkan Learning Growth
Perspective.
Kedua. Kinerja rantai pasok barang passthrough tahun 2012 adalah sebesar 3.02 dan tahun
2013 mengalami peningkatan menjadi 5.35. Hal ini terjadi karena ada perbaikan yang cukup
signifikan terhadap kinerja yang diprioritaskan seperti Kepuasan pelanggan dan kinerja
deliveri. Walau mengalami peningkatan , dari 22 KPI yang digunakan terlihat kondisi
kinerja rantai pasok masih dibawah standar. Perlu adanya perbaikan yang lebih
komprehensif. KPI-KPI yang prioritas perlu perhatian khusus karena sangat sigifikan
menentukan kinerja rantai pasok secara keseluruhan.
Ketiga. Ada beberapa Kinerja Rantai Pasok PT INS yang masih perlu ditingkatkan. Bukan
karena tidak mencapai target melainkan karena mengalami penurunan kinerja di banding
tahun sebelum nya. Misalnya customer complaint. Perlu diperbaiki kinerja PT. INS dalam
mematuhi kesepakatan dengan customer. Selain itu juga terkait dengan profit yang menurun
walau secara ratio meningkat, hal ini perlu diperhatikan faktor lain seperti Tingkat Kurs
mata uang asing yang menguat terhadap Rupiah. Kenapa hal ini penting karena pembelian
barang passtrough menggunakan USD dan JPY sedangkan penjualan menggunakan Rupiah.
Melemahnya rupiah akan sangat berpengaruh terhadap Keuntunga perusahaan secara
keseluruhan.

Anda mungkin juga menyukai