Abstrak
Informasi yang relevan dengan pilihan perjalanan memiliki potensi untuk mempengaruhi
perilaku seseseorang. Perkembangan teknologi ponsel, khususnya ponsel pintar
(smartphone) telah memunculkan peluang untuk memperoleh informasi terkini yang
relevan dengan perjalanannya, melalui berbagai sumber informasi yang terintegrasi dan
terhubung dengan internet, setiap saat dan di mana saja. Tentunya dampak agregat
yang diharapkan adalah meningkatnya efisiensi dari jaringan transportasi. Faktor
manusia sebagai individu yang mengakusisi informasi dan pengambil manfaat atas
informasi tersebut menjadi penting dipertimbangkan dalam mewujudkan pergerakan
cerdas. Untuk itulah, maka makalah ini menyajikan kajian literatur konsep dan hasil
empiris tentang respon terhadap informasi yang diperoleh melalui penggunaan ponsel
pintar di Jabodetabek, Indonesia dan dampaknya pada pergerakan individu. Dengan
memahami bagaimana seseorang mengambil keputusan perjalanannya sebagai respon
atas informasi yang diterimanya melalui ponsel pintar sert faktor apa yang menentukan
respon tersebut, maka diharapkan diperoleh masukan yang bermanfaat dalam
mengadaptasi teknologi untuk pengembangan sistem prasarana transportasi.
Abstract
Information relevant with travel options has potentially changed an individual’s travel
behavior. The development of mobile technology, especially smartphones, has given rise
the opportunity to get real time information that are relevant to the journey. Using
smartphone, information can be obtained through various sources/media, which are
integrated and connected to the Internet, anytime and anywhere. Obviously, the
expected aggregate impact is the increased efficiency of the transportation network.
Human factor as the individual who acquires information and the beneficiaries of such
information is considered to be important in creating a smarter mobility. For this reason,
this paper presents a literature review of concepts and empirical results about the
response to the travel-related information obtained through the use of smart phones in
the Greater Jakarta Area, Indonesia and its impact on individual mobility. By
understanding how people make decisions in response to travel-related information via
smartphones and what factors determine the response, it is expected that valuable input
in adapting technology to develop transportation system can be obtained.
1 PENDAHULUAN
Dengan terjadinya peningkatan volume lalu lintas, kemacetan telah menjadi
masalah yang sangat serius bagi kota-kota besar di Indonesia dan menjadi tantangan
tersendiri bagi penyelenggara sistem transportasi. Di banyak negara maju, informasi
informasi relevan perjalanan dikenal sebagai Advanced Travel Information System
(ATIS), sebagai layanan informasi yang menjadi bagian dari Sistem Transportasi Cerdas
(ITS) telah dipandang sebagai salah satu upaya yang bernilai dan sukses dalam
mengoptimalkan penggunaan kapasitas transportasi yang ada dan mengurangi
kemacetan (Miles dan Chen, PIARC, 2004). Bagi negara berkembang, yang belum
banyak menerapkan ITS, misalnya Indonesia, dengan adanya kemajuan teknologi
informasi dan komunikasi (TIK), tetap sangat dimungkinkan tersedianya informasi
perjalanan secara individu. Tersedianya informasi perjalanan secara luas diyakini
mempengaruhi pola aktivitas-perjalanan harian individu. Penyediaan informasi
perjalanan, baik sebelum perjalanan (pre-trip) dan selama perjalanan (en-route),
dipercaya berpotensi mengurangi ketidakpastian tentang keadaan jaringan transportasi
(Sun et al, 2005).
Informasi tentang perjalanan tersedia dalam berbagai bentuk dan dari beragam
sumber serta media. Belloche et al (2014) menginventarisir media yang memberikan
informasi yang relevan dengan perjalanan yaitu 1) komputer (khususnya yang terhubung
dengan internet); 2) ponsel pintar dan komputer tablet; 3) telepon; 4) radio; 5) televise;
6) peralatan navigasi dalam kendaraan, serta 7) kertas (walau dianggap kuno namun
kadang masih dipergunakan untuk informasi dan saran rute perjalanan khususnya
peristiwa besar).
Pada makalah ini, media informasi difokuskan pada ponsel pintar. Miles dan Chen
(2004) mengungkapkan bahwa ponsel dan system komunikasi personal memiliki
peluang besar untuk berperan penting sebagai media informasi karena memiliki
kemampuan untuk mentransmisikan sejumlah besar data. Karakteristik ponsel pintar
yang seukuran genggaman, fungsinya yang beragam dan konektivitas internet membuat
penetrasi ponsel cerdas di Indonesia mencapai lebih dari 56 juta dari total 250 pelanggan
ponsel di Indonesia dan akan terus meningkat (Nielsen 2012; Nugraha 2012; ATSI
2014). Dengan karakteristik fisik sosial dan pentrasi yang luas di masyarakat ini, maka
diduga informasi melalui ponsel pintar ini dapat memiliki dampak positif pada strategi
keputusan jangka pendek individu pengguna transport. Informasi tersebut dapat
dipandang sebagai menurunkan level ketidakpastian, mengingat informasi perjalanan
dan lingkungan transportasi bersifat dinamis atau nonstasioner. Nilai suatu informasi
perjalanan dapat dikonseptualisasikan sebagai sejauh mana informasi tersebut
memungkinkan seorang individu untuk merespon dengan membuat keputusan
perjalanan yang lebih baik. Tsirimpa et al (2005) mengusulkan tiga paramter yang lazim
dipergunakan pengguna jalan sebagai kriteria strategi keputusan sebagai respon atas
informasi yang diterimanya, yaitu: 1) efisiensi; 2) keselamatan; dan 3) kenyamanan
perjalanan.
Seiring dengan munculnya konsep pergerakan cerdas (smart mobility) pada
sistem transportasi perkotaan, yang mengusung konsep “membuat transportasi sebagai
alat untuk tujuan dengan menyenangkan, bebas dari stress dan nyaman”, maka
diharapkan dengan memahami respon terhadap informasi jalan dan bagaimana
dampaknya terhadap keputusan perjalanan pengguna jalan di Indonesia, akan diperoleh
gambaran peluang mengadaptasi teknologi informasi menuju awal dari pergerakan
cerdas, yaitu pilihan cerdas, yaitu pilihan yang mengedepankan efisiensi, keselamatan
dan kenyamanan dalam pergerakan. Makalah ini tidak dimaksudkan untuk memberikan
desain teknis praktis informasi, namun hanya memfokuskan aspek perilaku dalam
mengidentifikasi dampak dari informasi perjalanan via ponsel cerdas berupa respon
pada keputusan perjalanan individu.
dia akan memeriksa level aspirasi (keyakinan atau harapan yang menentukan harapan
subyektif dari pencarian. Jika pengetahun spasial yang dimiliki tidak memberikan
alternative, maka tambahan informasi diperlukan. Pada tahap ini belum ditentukan
pilihan, dan informasi ini dikumpulkan dari peta, mediam layanan informasi dan dari
orang lain. Jika individu memutuskan untuk tidak mencari alternatifn, maka status quo
berlangsung dan kegiatan-perjalanan dilaksanakan dengan dasar pengalaman.
adaptasi dan mngubah rencananya. Jou (2001) mengatakan bahwa pengguna jalan pria
seringkali lebih bersedia mengubah rencana perjalanannya dibanding wanita.
Faktor memori pengguna jalan berperan dalam saat ia memutuskan perlu tidaknya
ia melakukan adaptasi dalam merespon informasi. Tampaknya memori ini terkait dengan
hal-hal yang pernah dialami seseorang. Sun et al (2005) berargumen bahwa jika
seseorang pernah mengalami penundaan yang berkepanjangan akibat waktu tempuh,
maka ia akan semakin peduli akan informasi perjalanan dan bersedia mengadaptasi
rencana perjalanannya sebagai respon atas informasi tersebut.
31-40 40% Bekasi 34% Rp. 5 - 20 juta 51% 1-5 tahun 18%
41-50 43% Lokasi mobile >Rp. 20 juta 46% >5 tahun 82%
>50 11% Jakarta 100% Moda untuk bekerja Jumlah SIM card yang dimiliki
Pendidikan Bogor 60% Sepeda motor 11% Hanya 1 13%
S1 56% Depok 22% Kendaraan roda 4 97% >1 87%
S2 40% Tangerang 53% Angkutan umum 11% Jumlah ponsel cerdas yang
jalan dimiliki
S3 4% Bekasi 63% Angkutan umum 8% Hanya 1 21%
jalan rel
>1 79%
“Pagi hari, Anda sedang bekerja di kantor bersama rekan kerja. Kegiatan
berikutnya adalah pertemuan di kantor mitra usaha Anda, dengan waktu tempuh
30 menit perjalanan dari lokasi saat ini. Lalu anda meperoleh informasi melalui
layanan informasi lalu lintas di ponsel cerdas Anda tentang kemacetan lalu
lintas di rute menuju kegiatan berikutnya, maka Anda akan..”
Dari jawaban yang diberikan oleh 121 responden di Jabodetabek, maka disajikan
pernyataan adaptasi berturut-turut secara umum (Tabel 2), berdasarkan gender
responden yaitu responden pria (Tabel 3) dan responden wanita (Tabel 4).
Tabel 2. Respon Umum terhadap informasi lalu lintas dari situs layanan informasi lalin
di web, untuk perjalanan dengan tujuan kerja (profesional)
Peringkat Respon terhadap informasi %
1 Mencari rute alternatif menuju lokasi kegiatan tersebut 66
Tetap melakukan kegiatan berikutnya melalui rute itu, dan menghubungi
2 pelanggan untuk melaporkan keterlambatan 30
3 Membatalkan kegiatan di agenda, dan menjawalkan di hari lain 3
4 Merubah lokasi kegiatan di agenda 1
Tabel 3. Respon Responden Pria terhadap informasi lalu lintas dari situs layanan
informasi lalin di web, untuk perjalanan dengan tujuan bekerja (profesional)
Peringkat Respon terhadap informasi %
1 Mencari rute alternatif menuju lokasi kegiatan tersebut 65
Tetap melakukan kegiatan berikutnya melalui rute itu, dan menghubungi
2 pelanggan untuk melaporkan keterlambatan 35
3 Membatalkan kegiatan di agenda, dan menjawalkan di hari lain 0
3 Merubah lokasi kegiatan di agenda 0
Tabel 4. Respon Responden Wanita terhadap informasi lalu lintas dari situs layanan
informasi lalin di web, untuk perjalanan dengan tujuan bekerja (profesional)
Peringkat Respon terhadap informasi %
1 Mencari rute alternatif menuju lokasi kegiatan tersebut 67
Tetap melakukan kegiatan berikutnya melalui rute itu, dan menghubungi
2 pelanggan untuk melaporkan keterlambatan 21
3 Membatalkan kegiatan di agenda, dan menjawalkan di hari lain 9
4 Merubah lokasi kegiatan di agenda 3
Melalui Tabel 2 diperoleh bahwa peringkat 1 adaptasi yang dipilih secara umum
adalah ”mencari rute alternatif” sebesar 66 %. Adaptasi yang dipilih berdasarkan gender
(Tabel 3 dan Tabel 4), modus respon adalah tetap sama yaitu ”mencari rute alternatif”
dengan presentase yang tidak jauh berbeda, yaitu pria dengan presentase 65% dan
wanita dengan presentase 67%. Yang menarik adalah untuk perjalanan dengan tujuan
bekerja, modus jawaban adaptasi adalah ”mencari rute alternatif” atau dengan kata lain
responden merubah rute yang semula direncanakan. Hal ini sejalan dengan Jou (2001)
yang menyebutkan bahwa pengguna jalan menaruh minat terhadap informasi jalan dan
mempetimbangkan secara lebih mendalam untuk perjalanan dengan tujuan profesional
(professional-related trip). Hal ini juga sejalan dengan temuan Zhang (2006) yang
menyebutkan bahwa karakteristik personal seperti gender, income dan jarak perjalanan
dari rumah tidak berpengaruh secara signifikan kepada pilihan-pilhan rute perjalanan.
Walaupun memiliki modus pilihan yang sama, namun dari Tabel 3 dan Tabel 4
terdapat urutan peringkat yang sedikit berbeda antara pria dan wanita. Pada beberapa
responden wanita ada yang masih memilih untuk merubah lokasi kegiatan atau bahkan
membatalkan kegiatan itu dan menjadwalkan ulang pertemuan ke hari lain, sementara
bagi pria pembatalan atau pemindahan lokasi ini tampaknya tidak dipilih jika mereka
mendapat informasi tentang kemacetan di rute yang akan dilaluinya.
Selanjutnya responden juga dihadapkan pada skenario lainnya, yaitu disiulasikan
terjadi pada soresebagai berikut:
Respon dari informasi perjalanan pre-trip yang diberikan di atas diberikan pada Tabel 5,
6 dan 7.
Tabel 5. Respon Umum terhadap informasi lalu lintas dari teman melalui pesan instant
(instant mesaging), untuk perjalanan dengan tujuan sosial
Peringkat Respon terhadap informasi %
1 Membatalkan kehadiran pada pertemuan di cafe tersebut lalu pulang. 59
2 Mencari alternatif rute menuju cafe tersebut 24
3 Mengusulkan untuk memindahkan lokasi kegiatan ke cafe lain 14
4 Tetap berangkat ke cafe melalui rute yang direncanakan semula 3
Tabel 6. Respon responden pria terhadap informasi lalu lintas dari teman melalui pesan
instant (isntant mesaging), untuk perjalanan dengan tujuan sosial
Peringkat Respon terhadap informasi %
1 Membatalkan kehadiran pada pertemuan di cafe tersebut lalu pulang. 47
2 Mencari alternatif rute menuju cafe tersebut 32
3 Mengusulkan untuk memindahkan lokasi kegiatan ke cafe lain 15
4 Tetap berangkat ke cafe melalui rute yang direncanakan semula 5
Tabel 7. Respon responden wanita terhadap informasi lalu lintas dari teman melalui
pesan instant (isntant mesaging), untuk perjalanan dengan tujuan sosial
Peringkat Respon terhadap informasi %
1 Membatalkan kehadiran pada pertemuan di cafe tersebut lalu pulang. 79
2 Mengusulkan untuk memindahkan lokasi kegiatan ke cafe lain 12
3 Mencari alternatif rute menuju cafe tersebut 9
4 Tetap berangkat ke cafe melalui rute yang direncanakan semula 0
Dari Tabel 5, 6 dan 7 tampak bahwa adaptasi yang dilakukan sebagai respon atas
informasi via ponsel pintar untuk perjalanan dengan tujuan sosial ini berbeda dengan
respon pada skenario sebelumnya. Jika pada skenario sebelumnya modus responnya
adalah mencari alternatif rute menuju lokasi kegiatan, maka pada skenario ini mereka
justru memilih untuk ”membatalkan kehadiran pada pertemuan di cafe tersebut lalu
pulang”. Hal yang menarik di sini adalah modus respon ini sangat menguat pada
responden wanita (79%). Dan tidak ada responden wanita yang merespon informasi
tersebut dengan tetap berangkat ke cafe melalui rute yang direncanakan semula.
Jika dibandingkan, sebagian besar responden memberikan respon dengan
kesediaannya melakukan adaptasi dan mengubah rencana kegiatan-perjalanannya
semula. Kemungkinan besar mereka bersedia beradaptasi karena mereka berasumsi
bahwa sumber informasi (dalam hal ini situs aplikasi layanan informasi trafik dan
“teman”) merupakan sumber yang dapat diandalkan. Bentuk informasi yaitu text dan
peta/visual CCTV dari layanan informasi trafik sama-sama dipercaya kualitasnya,
sehingga mereka mengindahkan informasi tersebut. Waktu informasi diperoleh juga
memegang peranan penting. Untuk sebelum tengah hari, bentuk adaptasinya adalah
mencari rute alternatif menuju lokasi kegiatan, sedangkan sesudah tengah hari
menjelang sore, adaptasinya justru menghapus rencana semula dan pulang. Resiko
untuk meneruskan rencana perjalanan semula setelah mendapat informasi mungkin
dirasa lebih besar jika itu terjadi pada sore hari. Kemungkinan besar responden pernah
mengalami (memiliki memori) dampak saat mereka tidak mengindahkan informasi
perjalanan, sehingga mereka tidak ragu dalam melakukan adaptasi terhadap rencana
perjalanannya, yaitu terjebak dalam kemacetan, sehingga mereka akan berusaha untuk
tidak mengalami hal yang sama, sebagaimana diungkapkan Tsirimpa et al (2005).
Dari gambaran tersebut, tampak bahwa pengguna memberikan respon dan
mengindahkan informasi terkait perjalanan yang mereka terima melalui ponsel pintar,
walaupun berasal dari sumber informasi yang berbeda, dari layanan informasi trafik dan
dari teman, namun mereka tetap mempertimbangkan untuk melakukan adjustement
terhadap perjalanan mereka. Respon berupa perubahan rencana perjalanan steleah
menerima informasi via ponsel pintar ini lebih tinggi dibandingkan yang diungkapkan
oleh Khattak et al (1999) dan yang dirangkum oleh Belloche (2014). Kattak et al
menyebutkan bahwa sekitar 50% akan merubah rencana perjalannnya setelah ia
menerima informasi perjalanan, sementara Belloche et al (2014) merangkum rata-rata
hanya 20% pengguna jalan yang merubah rutenya setelah memperoleh informasi jalan
sebelum menempuh perjalanan. Ponsel pintar dapat menjadi media informasi perjalanan
sebelum melakukan perjalanan dan selama perjalanan (pre-trip dan en-route) karena
karakteristiknya yang fleksibel, sifatnya lebih personal, mudah dibawa ke mana-mana,
transmisi data waktu nyata tidak terbatas waktu dan tempat, serta variasi bentuk
informasi yang beragam, tidak hanya berupa teks, namun juga suara, gambar dan video,
serta fasilitas kesadaran lokasi (location awareness) yang tinggi, karena dilengkapi
fasilitas Global Postioning System (GPS), sehingga jika dimanfaatkan dengan baik akan
memberikan level pengetahuan spasial yang lebih tinggi bagi penggunanya.
Dengan melihat peluang bahwa pengguna jalan mempertimbangkan infromasi
yang mereka peroleh mellui ponsel pintar maka dapat dikatakan bahwa media ponsel
pintar adalah media yang cukup efektif untuk dipergunakan dalam penymapaian
informasi jalan. Agar informasi tentang perjalanan via ponsel pintar dapat dijadikan
sebagai instrumen kebijakan untuk tercapainya pilihan keputusan yang lebih baik, yaitu
efisiensi, keselamatan dan kenyamanan perjalanan, maka hal yang krusial adalah
keandalan (realibility) dari informasi tersebut. Semakin dapat diandalkan, maka
pengguna akan semakin memperhatikan informasi, mempertimbangkannya dan
melakukan adaptasi terhadap rencana perjalanannya.
DAFTAR PUSTAKA
Ablondi W., Elliot, T. 1992. Mobile Professional Market Segmentation Study. BIS
Belloche, S., Pierrefeua, C., dan Soranda, C. 2014. Pre-trip Road Information Impact
Assessment: A Literature Review. Transport Research Arena 2014. Paris
Chorus, C.G. 2007. Traveler response to information, the Netherlands TRAIL Research
school, Delft.
EasyWay. 2012. Traveller Information Services Reference Document: TIS Deployment
Guideline Annex
Ettema, D., Timmermans, H. J. P., & Arenzte, T. A. 2004. Modelling perception updating
of travel times in the context of departure time choice under ATIS, Journal of
Intelligent Transportation Systems, 8,
Frohlich, D. 1995. Requirements for interpersonal information management, dalam P.J. Thomas
(Ed.) Personal information systems: Business applications. Stanley Thornes in association
with Unicom Seminars
Jou, R. C. 2001. Modeling the impact of pre-trip information on commuter departure time and
route choice. Transportation Research Part B, 35, pp. 887-902.
Khattak, A. J., Shofer, J. L., & Koppelman, F. S. 1995. Effect of traffic information on commuter's
propensity to change route and departure time. Journal of Advanced Transportation, 29,
No. 2
Miles, J.C. edt dan Chen, K. edt. 2004. The intelligent transport systems handbook:
recommendations from the World Road Association (PIARC). (2nd edition).
Swanley : Route 2 Market, 2004.
Nielsen. 2012. Smartphone Ownership On The Rise In Asia Pacific, Whilst Advertisers
Struggle To Engage With Consumers Via Mobile Ads. Nielsen
Nugraha, F. 2012. Jumlah Pelanggan Seluler di Indonesia hampir Mendekati Jumlah
Penduduk Indonesia, Posted dalam Teknojurnal 18 Januari 2012, diunduh dari
http://www.teknojurnal.com
Parvaneh, Z., T. Arentze dan H. Timmermans. 2011. A Simulation Model Assessing Impacts of
Advanced Information and Communication Technologies on Activity-Travel Patterns.
Procedia-Social and Behavioral Sciences, 20
RIM. 2003. Blackberry Target Market. Overview. Research in Motion Limited. U.S
Shiftan, Y., Bekhor, S., Albert, G. 2011. Route choice behaviour with pre-trip travel time
information, IETIntelligent Transport System, 5, Issue 3
Sun, Z., Arentze, T.A. dan Timmermans, H.J.P. 2005. Modeling the impact of travel
information on activity-travel rescheduling decisions under multiple uncertain
events: distributed myopic decision heuristics. Proceedings of CUPUM 05,
Computers in Urban Planning and Urban Management, 30-Jun-2005, London, (pp.
paper-87). London: CASA Centre for Advanced Spatial Analysis - University
College London.
Tsirimpa, A., Polydoropoulou, A., dan Antoniou, C. 2005. Modelling the impact of
advance traveller information systems on travellers’ behaviour: Puget Sound
region case study, in European Transport Conference,
Viswanathan, K. dan Goulias, K. G. 2001. Travel Behavior implications of information
and communications technology in Puget Sound Region, Transportation Research
Record, 1752, pp. 157-165.
Zhang, L. 2006. Search, Information, Learning, and Knowledge in Travel Decision
Making. Dissertation of University of Minnesota.
Zhang, L. dan Levinson, D. 2008. Determinants of route choice and value of traveler
information: a field experiment, Transportation Research Record, 2086,