Anda di halaman 1dari 5

PERTEMUAN 9

MANAJEMEN LABA

A. Pengertian, konsep dan Faktor serta motivasi

Sampai saat ini manajemen laba belum didifinisikan secara akurat dan berlaku
secara umum. Dan menurut Healy dan Wahlen , manajemen laba terjadi ketika
para manajer menggunakan judgment dalam pelaporan keuangan dan
penyusunan transaksi untuk merubah laporan keuangan yang menyesatkan
terhadap pemegang saham atas dasar kinerja ekonomi organisasi atau untuk
mempengaruhi hasil sesuai dengan kontrak yang tergantung pada angkaangka
akuntansi yang dilaporkan. Kedua pendapat tersebut secara implisit dapat
diartikan bahwa manajemen laba erat kaitanya dengan motivasi-motivasi yang
mendasari manajer melakukan manajemen laba, sasaran-sasaran yang ingin
dicapai manajer, dan penggunaan judgment-judgment dalam pelaporan
keuangan. Sikap oportunis ini dinilai sebagai sikap curang manajemen
perusahaan yang diimplikasikan dalam laporan keuangannya pada saat
menghadapi intertemporal choice .

Sikap curang tersebut didefinisikan sebagai satu atau lebih tindakan yang
disengaja dan didesain untuk menipu orang lain sehingga menyebabkan
hilangnya kekayaan . Manajer dapat menggunakan diskresi akrual untuk
merefleksikan kinerja perusahaan tersebut melalui laporan laba .

Semakin besar perusahaan, semakin besar pula kemungkinan perusahaan


tersebut memilih metode akuntansi yang menurunkan laba.

B. Sasaran Manajemen Laba


Menurut Ayres (1994:27-29) terdapat unsur-unsur laporan keuangan yang dapat
dijadikan sasaran untuk dilakukan manajemen laba yaitu :
 Kebijakan Akuntansi
 Pendapatan
 Biaya
 biaya (amortize or capitalize of investment).

C. Alasan Dilakukan Manajemen Laba

Alasan dilakukan manajemen laba karena :

I. Manajemen laba dapat meningkatkan kepercayaan pemegang saham terhadap


manajer.
II. Manajemen laba dapat memperbaiki hubungan dengan pihak kreditor.
III. Manajemen laba dapat menarik investor untuk menanamkan modalnya.

D. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Manajemen Laba


Dalam Positif Accounting Theory terdapat tiga faktor-faktor yang mempengaruhi
manajemen laba (Watt dan Zimmerman, 1986 ) yaitu :
• Bonus Plan Hypothesis
• Debt Covenant Hypothesis
• Political Cost Hypothesis

E. Motivasi Manajemen Laba

Scott membagi cara pemahaman atas manajemen laba menjadi dua. Kedua,
dengan memandang manajemen laba dari perspektif efficient contracting ,
dimana manajemen laba memberi manajer suatu fleksibilitas untuk melindungi
diri mereka dan perusahaan dalam mengantisipasi kejadian-kejadian yang tak
terduga untuk keuntungan pihak-pihak yang terlibat dalam kontrak. Dengan
demikian, manajer dapat mempengaruhi nilai pasar saham perusahaannya
melalui manajemen laba, misalnya dengan membuat perataan laba dan
pertumbuhan laba sepanjang waktu. Definisi manajemen laba yang hampir sama
juga diungkapkan oleh Schipper yang menyatakan bahwa manajemen laba
merupakan suatu intervensi dengan tujuan tertentu dalam proses pelaporan
keuangan eksternal, untuk memperoleh beberapa keuntungan privat .

Penelitian ini juga menunjukkan kecenderungan manajemen yang secara


oportunistik mengelola laba bersih untuk memaksimalkan bonus mereka
berdasarkan program kompensasi perusahaan. Jika pada suatu tahun tertentu
laba bersih perusahaan rendah maka tindakan manajer adalah menurunkan
pendapatan, sehingga laba perusahaan akan menjadi lebih rendah yang
bermaksud untuk mencapai bonus pada tahun berikutnya. Sedangkan jika pada
satu tahun tertentu laba bersih perusahaan tinggi maka tindakan yang dilakukan
manajer adalah menurunkan pendapatan, sehingga laba perusahaan akan
menjadi lebih rendah. Intinya manajer akan melakukan manajemen laba pada
saat laba bersih berada diantara bogey dan cap.
Penelitian yang telah dilakukan oleh Cheng dan Warfield menguji hubungan
antara manajemen laba dengan insentif ekuitas. Hasilnya adalah insentif ekuitas
berkorelasi positif dengan manajemen laba. Artinya, semakin tinggi insentif
ekuitas yang diberikan kepada manajer, semakin tinggi kejadian manajemen
laba yang dilakukan oleh manajer. Di waktu yang sama laba dan return saham
yang rendah mengikuti periode di mana terdapat akrual tinggi yang disertai
penjualan oleh insiders.

Philippon menguji hubungan antara manajemen laba dan CEO insentif dengan
menggunakan pendekatan discretionary accruals model Jones. Pada perioda
kemakmuran perusahaan menggunakan prosedur dan praktik-praktik akuntansi
yang meminimalkan laba bersih perusahaan. Motivasi penghematan pajak
menjadi motivasi manajemen laba yang paling nyata. Seharusnya secara umum
perpajakan tidak mempunyai peran besar dalam keputusan manajemen laba.

Di USA, perusahaan yang mengalami net operating loss diijinkan untuk


mengkompensasi rugi operasi tersebut dengan laba tiga tahun sebelumnya .
Dampak dari kompensasi rugi terhadap laba adalah restitusi pajak. Aktivitas
manajemen laba dengan motivasi pajak dapat terdeteksi dengan book-tax
differences, yaitu dilakukan dengan cara menaikkan kewajiban pajak tangguhan
bersih , dan mengakibatkan naiknya beban pajak tangguhan . yang membuktikan
bahwa beban pajak tangguhan, yang merupakan wakil empirik untuk book-tax
differences, menghasilkan total akrual dan ukuran abnormal akrual dalam
mendeteksi manajemen laba untuk menghindari laba menurun.

Menggunakan komponen-komponen perubahan dalam aktiva pajak tangguhan


dan kewajiban pajak tangguhan untuk mendeteksi manajemen laba untuk
menghindari laba menurun. Manajemen laba juga terjadi disekitar waktu
pergantian CEO. Hipotesis program bonus memprediksi bahwa ketika waktu
mendekati pengunduran diri CEO maka tindakan yang dilakukan adalah
memaksimalkan laba untuk meningkatkan bonus mereka. Sedangkan CEO yang
kinerjanya buruk akan melakukan manajemen laba untuk memaksimalkan laba
mereka dengan tujuan mencegah atau menunda pemberhentian mereka.

Perusahaan go public belum memiliki nilai pasar, dan menyebabkan manajer


perusahaan tersebut melakukan manajemen laba dalam prospektus mereka.
Manajemen laba dengan tujuan untuk memenuhi perjanjian utang timbul dari
kontrak utang jangka panjang.

C. Menggeser periode biaya atau pendapatan

LIFO, juga dapat merekayasa peningkatan laba melalui pengaturan saldo


persediaan . Manajemen Laba – Bagi pemilik bisnis, membuat laporan keuangan
perusahaan di akhir periode merupakan salah satu tanggung jawab kepada
stakeholder yang harus dipenuhi. Oleh karena itu, pemilik bisnis dan jajaran
manajemen perusahaan lainnya perlu mengelola laporan keuangan sedemikian
rupa agar bisa menampilkan keuntungan yang dimaksud. Di sinilah manajemen
laba memainkan peranan penting dalam strategi pengembangan bisnis.
Sering dikenal dengan earning management, istilah ini merujuk pada suatu
kegiatan intervensi yang dilakukan pengelola perusahaan guna mencapai tujuan
tertentu dalam proses pelaporan keuangan eksternal.

Sebagai contoh, manajemen dapat mengubah metode depresiasi aktiva tetap.


Perhitungan berbeda tentu menghasilkan laba berbeda pula.

Cara ini juga dipandang cukup efektif dalam menerapkan pengelolaan laba.
Manajemen bisa menggeser periode pendapatan atau biaya tertentu dalam
laporan keuangan.

Anda mungkin juga menyukai