Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM

FISIOLOGI VETERINER DAN SATWA AKUATIK I

NAMA : ANANDA DWI CEZARINDY

NIM : C031181320

ASISTEN : ANGGA AKRIANTO

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN HEWAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR
2019

LEMBAR PENGESAHAN

Nama Mahasiswa : Ananda Dwi Cezarindy

NIM : C031181320

Nama Asisten : Angga Akrianto

Waktu Asistensi

No. Jadwal Asistensi Saran Perbaikan Paraf Asisten

Makassar, 15 November 2019

Asisten Praktikan

Angga Akrianto Ananda Dwi Cezarindy


BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Organisme memerlukan makanan dan oksigen untuk melangsungkan metabolisme. Proses
metabolisme, selain menghasilkan zat-zat yang berguna juga menghasilkan sampah (zat
sisa) yang harus dikeluarkan dari tubuh. Bahan-bahan yang diperlukan tubuh seperti makanan,
oksigen, hasil metabolisme dan sisanya diangkut dan diedarkan didalam tubuh melalui sistem
peredaran darah. Hasil pencernaan makanan dan oksigen diangkut dan diedarkan oleh darah
keseluruh jaringan tubuh, sementara sisa-sisa metabolisme diangkut oleh darah dari seluruh
jaringan tubuh menuju organ-organ pembuangan (Fathima dan Farhath, 2017).
Darah merupakan bagian dari cairan ekstasel yang berfungsi untuk mengambil oksigen
dari paru-paru, bahan-bahan nutrisi dari saluran pencernaan dan mengangkut hormon dari
kelenjar endokrin. Bahan-bahan tersebut diangkut ke seluruh sel dan jaringan, dimana bahan-
bahan tersebut akan berdifusi dari kapiler ke jaringan interstitial, masuk ke dalam sel dan
selanjutnya akan dipergunakan untuk semua aktivitas sel. Sehigga darah mempunyai tiga
peranan penting, yaitu fungsi transport, fungsi regulasi dan fungsi pertahanan tubuh (Tahir et
al., 2012).
Darah merupakan unit fungsional yang berperan untuk membantu proses fisiologis.
Darah terdiri dari dua komponen, yaitu plasma darah dan sel-sel darah. Bahan interseluler
adalah cairan yang disebut plasma dan di dalamnya terdapat unsur-unsur padat, yaitu sel darah.
Volume darah secara keseluruhan kira-kira merupakan satu perdua belas berat badan atau kira-
kira 5 liter. Sekitar 55% adalah cairan, sedangkan 45% sisanya terdiri atas sel darah. Angka ini
dinyatakan dalam nilai hematokrit atau volume sel darah yang didapatkan berkisar antara 40
sampai 47. Fungsi utama darah adalah mengangkut oksigen yang diperlukan oleh sel-sel di
seluruh tubuh. Darah juga menyuplai jaringan tubuh dengan nutrisi, mengangkut zat-zat sisa
metabolisme, dan mengandung berbagai bahan penyusun sistem imun yang bertujuan
mempertahankan tubuh dari berbagai penyakit. Darah juga mengangkut bahan-bahan sisa
metabolisme, obat-obatan dan bahan kimia asing ke hati untuk diuraikan dan ke ginjal untuk
dibuang sebagai air seni. Pada waktu sehat, volume darah konstan dan sampai batas tertentu
diatur oleh tekanan osmotik dalam pembuluh darah dan dalam jaringan (Pearce, 2009).
Darah beredar dalam suatu sistem pembuluh darah yang pada hakikatnya tertutup.
Darah terdiri atas unsur-unsur padat, yaitu eritrosit, leukosit serta trombosit yang tersuspensi
di dalam media cair yang disebut plasma. Sebagaimana yang akan ditunjukkan di bawah, darah
khususnya plasma mempunyai banyak fungsi yang mutlak penting untuk mempertahankan
kesehatan tubuh. Begitu darah membeku (mengalami koagulasi), fase cair yang tertinggal
(serum) tidak lagi mengandung faktor pembekuan (termasuk fibrinogen) yang normalnya
terdapat di dalam plasma tapi sudah terpakai dalam proses koagulasi. Serum mengandung
beberapa produk hasil penguraian faktor pembekuan, yaitu produk yang dihasilkan selama
proses koagulasi, dan karena itu dalam keadaan normal tidak ditemukan di dalam plasma
(Adryanto, 2011).
Atas latar belakang tersebut, maka dilakukanlah praktikum fisiologi unit darah untuk
mengetahui komponen darah, sifat darah, cara kerja darah, dan lain sebagainya yang berkaitan
langsung dengan darah. Dengan penulisan laporan ini, diharapkan agar mahasiswa kedokteran
hewan Universitas Hasanuddin dapat lebih memahami bagaimana fisiologi dari darah serta hal-
hal yang berkaitan dengan darah, baik komponen penyusun darah, fungsi dan apa saja yang
mempengaruhinya.
1.2. Tujuan Praktikum
1. Untuk melihat preparat darah natif.
2. Untuk mengetahui waktu beku darah.
3. Untuk mengetahui waktu pendarahan.
4. Untuk mengetahui hemolisis darah.
5. Untuk mengetahui kadar Hb dengan metode Sahli.
6. Untuk mengetahui jumlah butir darah putih.
7. Untuk mengetahui cara membuat sediaan apus darah.

1.3. Ruang Lingkup Praktikum


1. Melihat preparat darah natif.
2. Menghitung waktu beku darah.
3. Menghitung waktu pendarahan.
4. Memperhatikan hemolisis darah.
5. Menghitung kadar Hb dengan metode Sahli.
6. Menghitung jumlah butir darah putih.
7. Membuat sediaan apus darah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Jelaskan yang dimaksud dengan darah


Darah adalah cairan yang terdapat pada hewan tingkat tinggi yang berfungsi sebagai alat
transportasi zat seperti oksigen, bahan hasil metabolisme tubuh, pertahanan tubuh dari serangan
kuman dan sebagainya. Darah dianggap sebagai semacam modifikasi jaringan ikat, karena
unsur selnya dipisahkan oleh banyak “substansi intrasel”, dan karena beberapa selnya
mempunyai persamaan dengan sel dalam jaringan ikat sejati. Beda halnya dengan tumbuhan,
manusia dan hewan tingkat tinggi punya sistem transformasi dengan darah (Campbell, 2013).
Darah adalah kendaraan untuk transport masal jarak jauh dalam tubuh untuk berbagai
bahan antara sel dan lingkungan eksternal antara sel-sel itu sendiri. Darah terdiri dari cairan
kompleks plasma tempat elemen selular diantaranya eritrosit, leukosit, dan trombosit. Eritrosit
(sel darah merah) pada hakikatnya adalah kantung hemogoblin terbungkus membran plasma
yang mengangkut O2 dalam darah (Fitriyadi dan Sutikno, 2016).
Darah adalah jaringan ikat cair yang terdiri dari plasma darah (cairan) dan elemen yang
terbentuk (sel darah merah, sel darah putih dan trombosit). Komponen darah adalah berbagai
bagian seperti sel darah merah, granulosit dan plasma dipisahkan satu sama lain dengan metode
bank darah konvensional oleh sentrifugasi karena gravitas spesifiknya yang berbeda.
Komponen seluler yang berbeda adalah sel darah merah (RBC) atau Packed Red Cells (PCV),
Leucocyte Red Cells, konsentrat trombosit, apheresis trombosit dan konsentrat trombosit habis
leukosit. Plasma berbeda komponennya adalah Fresh Frozen Plasma, Cryo-endapan dan Cryo-
poor Plasma (Shree et al., 2016).
Darah adalah jaringan cair di mana larut dengan faktor-faktor kimia yang melimpah dan
jutaan sel yang berbeda (Keyhanian et al., 2013).
Fungsi darah adalah mengangkut karbon dioksida dari jaringan tubuh ke paru-paru,
mengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh jaringan tubuh, mengangkut sari-sari makanan
dari usus ke jaringan tubuh, mengangkut hasil ekskresi dari jaringan tubuh ke ginjal, mengatur
dan mengontrol temperatur tubuh, mengatur distribusi hormon, menutup luka dan mencegah
infeksi (Kandary, 2010).
2.2 Jelaskan komponen penyusun darah
Saat darah didiamkan akan terbentuk dua lapisan, plasma darah dan sel-sel darah. Plasma
darah ini mengandung berbagai macam zat organik, anorganik, dan air. Senyawa atau zat-zat
kimia yang larut dalam air sebagai berikut: (1) sari makanan dan mineral yang terlarut dalam
darah, misalnya monosakarida, asam lemak, gliserin, kolesterol, asam amino dan garam-garam
mineral, (2) enzim, hormon, dan antibodi sebagai zat-zat hasil produksi sel-sel, dan (3) Protein
yang terlarut dalam darah, molekul-molekul ini berukuran cukup besar sehingga tidak dapat
menembus dinding kapiler, (4) Urea dan asam urat, sebagai zat-zat sisa dari hasil metabolisme,
(5) O2, CO2, dan N2sebagai gas-gas utama yang terlarut dalam plasma (Alfiansyah, 2011).
Seluruh darah yang merupakan campuran sel, koloid dan kristaloid dapat dipisahkan
menjadi komponen darah yang berbeda yaitu konsentrat sel darah merah (PRBC), konsentrat
trombosit, plasma beku segar dan cryoprecipitate. Setiap komponen darah digunakan untuk
indikasi yang berbeda; dengan demikian pemisahan komponen telah memaksimalkan
kegunaan satu unit darah lengkap. Komponen yang berbeda memerlukan kondisi penyimpanan
yang berbeda dan persyaratan suhu untuk kemanjuran terapi. Berbagai peralatan untuk
mempertahankan kondisi sekitar yang sesuai selama penyimpanan dan transportasi sedang
populer. Komponen darah yang asing bagi pasien dapat menghasilkan efek buruk yang berkisar
dari manifestasi alergi ringan hingga reaksi fatal. Reaksi semacam itu biasanya disebabkan oleh
protein plasma, leukosit, antigen sel darah merah, plasma, dan patogen lainnya. Untuk
menghindari dan mengurangi komplikasi seperti itu, produk-produk darah dimodifikasi
sebagai produk-produk yang dikurangi leukosit, produk-produk yang diradiasi, produk-produk
yang mengurangi volume, produk-produk yang dicuci dengan saline dan produk-produk yang
dilemahkan oleh patogen. Pemeliharaan inventaris darah membentuk perhatian utama
perbankan darah terutama kelompok darah langka secara rutin dan kelompok darah umum
selama bencana. PRBC dapat disimpan selama bertahun-tahun menggunakan teknik
kriopreservasi. Penelitian baru dalam kultur sel darah merah dan pengganti darah menandai era
baru dalam perbankan darah (Basu dan Rajendra, 2014)
Jenis komponen darah adalah plasma, trombosit, leukosit dan sel darah merah yang
dikemas (PRBC). Efisiensi fungsional setiap komponen tergantung pada pemrosesan yang
tepat dan penyimpanan yang tepat. Untuk menggunakan satu unit darah secara tepat dan
rasional, terapi komponen harus diadaptasi secara universal (Basu dan Rajendra, 2014).
Darah adalah cairan tubuh yang terdiri dari empat komponen yaitu plasma, eritrosit,
leukosit dan trombosit. Itu Seluruh darah dibagi menjadi 55 persen plasma dan 45 persen sel
menghasilkan 8 persen dari total berat badan (Fathima dan Farhath, 2017).

Gambar 1. Eritrosit (Adryanto, 2011).


Eritrosit (sel darah merah) mengandung hemoglobin dan berfungsi sebagai transport
oksigen. Eritrosit berbentuk bikonkaf dengan lingkaran tepi tipis dan tebal di tengah, eritrosit
kehilangan intinya sebelum masuk sirkulasi (Sonjaya, 2013).
Gambar 2. Leukosit (Adryanto, 2011).
Leukosit juga disebut sel darah putih. Mereka bermain peran vital dalam sistem kekebalan
dengan melindungi tubuh dari infeksi yang menyerang (Fathima dan Farhath, 2017).

Gambar 3. Trombosit (Padang et al., 2018).


Trombosit adalah fragmentasi sitoplasma megakariosit, suatu sel sumsum tulang belakang
dengan ukuran paling besar. Megakariosit matang ditandai dengan proses replikasi endomitotik
inti dan makin besarnya volume sitoplasma. Pada akhirnya, terjadi replikasi inti lebih lanjut,
sitoplasma menjadi granular, dan selanjutnya trombosit dibebaskan. Trombosit dalam sirkulasi
adalah kepingan-kepingan yang berasal dari sitoplasma megakariosit, yaitu suatu sel besar
berinti banyak yang terdapat dalam sumsum tulang. Bila kebutuhan hemostasis meningkat,
atau ada rangsangan terhadap sumsum tulang, produksi trombosit dapat meningkat 7-8 kali.
Trombosit yang baru dibentuk biasanya berukuran lebih besar dan memiliki kemampuan
hemostasis yang lebih baik daripada trombosit tua yang ada dalam sirkulasi (Padang et al.,
2018).
2.3 Jelaskan skema pembekuan darah
Menurut Duracmin dan Dewi (2018), proses hemostasis ini mencakup pembekuan darah
(koagulasi) dan melibatkan pembuluh darah, agregasi trombosit serta protein plasma baik yang
menyebabkan pembekuan maupun yang melarutkan bekuan. Pada hemostasis terjadi
vasokonstriksi inisial pada pembuluh darah yang mengalami kerusakan sehingga aliran darah
di sebelah distal cedera terganggu. Kemudian hemostasis dan trombosit memiliki 3 fase yang
sama:
1. Pembekuan pada proses pembentukan agregasi trombosit yang masih awal, masih longgar
dan bersifat sementara pada tempat luka. Trombosit akan mengikat kolagen pada tempat
luka pembuluh darah dan diaktifkan oleh trombin yang terbentuk dalam kaskade peristiwa
koagulasi pada tempat yang sama, atau oleh ADP yang dilepaskan trombosit aktif lainnya.
Pada pengaktifan, trombosit akan berubah bentuk dan dengan adanya fibrinogen, trombosit
kemudian melakukan proses agregasi untuk membentuk sumbat hemostatik ataupun
trombus.
2. Pembentukan jaring atau benang-benang fibrin yang terikat dengan agregat trombosit
sehingga terbentuk sumbatan hemostatik atau trombus yang lebih kuat dan lebih stabil.
3. Pelarutan parsial atau total agregat hemostatik atau trombus oleh plasmin.
Proses pembekuan darah yang terjadi dapat dibatasi dan pembuluh darah yang tersumbat
dapat dialirkan darah kembali. Di dalam plasma darah terdapat suatu zat yang turut membantu
terjadinya peristiwa pembekuan darah, yaitu Ca2+ dan fibrinogen. Fibrinogen mulai bekerja
apabila tubuh mendapat luka. Jika terjadi luka maka darah akan keluar, trombosit pecah dan
mengeluarkan zat yang dinamakan trombokinase. Trombokinase ini akan bertemu dengan
protrombin dengan pertolongan Ca2+ akan menjadi trombin. Trombin akan bertemu dengan
fibrin yang merupakan benang-benang halus, bentuk jaringan yang tidak teratur letaknya, yang
akan menahan sel darah, dengan demikian terjadilah pembekuan. Protrombin dibuat didalam
hati dan untuk membuatnya diperlukan vitamin K, dengan demikian vitamin K penting untuk
pembekuan darah (Duracmin dan Dewi, 2018)
Fungsi utama trombosit berperan dalam proses pembekuan darah. Bila terdapat luka,
trombosit akan berkumpul karena adanya rangsangan kolagen yang terbuka sehingga trombosit
akan menuju ke tempat luka kemudian memicu pembuluh darah untuk mengerut (supaya tidak
banyak darah yang keluar) dan memicu pembentukan benang-benang pembekuan darah yang
disebut dengan benang-benang fibrin. Benang-benang fibrin tersebut akan membentuk formasi
seperti jaring-jaring yang akan menutupi daerah luka sehingga menghentikan pendarahan aktif
yang terjadi pada luka (Duracmin dan Dewi, 2018).
Menurut Duracmin dan Dewi (2018), fungsi utama trombosit atau platelet adalah untuk
pembekuan darah. Ketika pembuluh darah luka atau bocor, maka tubuh akan melakukan 3
mekanisme utama untuk menghentikan perdarahan yang sedang berlangsung, yaitu :
1. Melakukan pengerutan (konstriksi).
2. Aktivitas trombosit.
3. Aktivitas komponen pembekuan darah lainnya di dalam plasma darah.
Menurut duracmin dan dewi (2018). Dari mekanisme yang berperan dalam hemostasis,
pembekuan darah terjadi melalui tiga langkah utama:
1. Sebagai respons teradap rutupnya pembuluh darah atau kerusakan darah itu sendiri, maka
rangkaian reaksi kimiawi yang kompleks terjadi dalam darah yang melibatkan faktor-faktor
pembekuan darah. Hasil akhirnya adalah terbentuknya suatu kompleks substansi teraktivasi
yang secara kolektif disebut activator protrombin.
2. Activator protrombin mengkatalisis pengubahan protrombin mejadi trombin.
3. Trombin bekerja sebagai enzim untuk mengubah fibrinogen menjadi benang fibrin yang
merangkai trombosit, sel darah, dan plasma untuk membentuk bekuan.
Faktor koagulasi atau faktor pembekuan darah adalah protein yang terdapat dalam darah
(plasma) yang berfungsi dalam proses koagulasi. Proses pembekuan darah bertujuan untuk
mengatasi kerusakan vascular sehingga tidak terjadi perdarahan berlebihan, tetapi proses
pembekuan darah ini harus dilokalisir hanya pada daerah terjadinya kerusakan, tidak boleh
menyebar ke tempat lain karena akan membahayakan peredaran darah (Duracmin dan Dewi,
2018).
2.4 Jelaskan pembentukan darah
Setelah lahir dan sepanjang hidup hemopoiesis terjadi di sumsum tulang. Pada embrio awal,
sel-sel darah, terutama eritrosit, muncul dari pulau-pulau darah di kantung kuning telur
sebelum sel-sel yang lebih bervariasi, termasuk limfoid dan sel punca dan prekursor myeloid,
berasal dari aorto-gonad-mesonephron dari splanchnopleure para-aorta. Hemopoiesis janin
terjadi terutama di hati. Haemopoietic stem cell (HSC) adalah sel progenitor pluripotent dari
mana sel-sel darah dan sistem limfoid akhirnya diturunkan. Mereka mampu melakukan
pembaharuan diri sendiri, juga proliferasi dan diferensiasi. Fungsi mereka yang tepat
tergantung pada lingkungan mikro dari organ hemopoietic di mana mereka berkembang -ceruk
hemopoietic. Mereka dapat bermigrasi ke dan bersirkulasi dalam darah, dan menjadi rumah
bagi dan mengisi kembali sumsum tulang. HSC menimbulkan prekursor limfoid dan myeloid.
Prekursor myeloid berdiferensiasi lebih jauh menjadi garis keturunan eritrosit, granulosit, dan
trombosit yang menghasilkan sel darah merah, granulosit, monosit dan trombosit ke sirkulasi.
Produksi sel dikontrol secara ketat melalui sitokin dan loop humoral dan dapat ditingkatkan
dengan cepat sebagai respons terhadap permintaan (Smith, 2013).

Gambar 4. Pembentukan darah (Ullah et al., 2018)

2.5 Fungsi dan peran HB


Hemoglobin dalam darah manusia merupakan dapur asam-basa (seperti juga pada
kebanyakan protein), sehingga hemoglobin bertanggung jawab untuk sebagian besar daya
transportasi di seluruh darah. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa fungsi
terpenting dari sel darah merah adalah transpor O2 dan CO2 antara paru-paru dan jaringan.
Suatu protein eritrosit, yaitu hemoglobin, memainkan peranan penting pada kedua proses
tersebut. juga pada kebanyakan protein), sehingga hemoglobin bertanggung jawab untuk
sebagian besar daya transportasi seluruh darah. Seperti telah disebutkan sebelumnya bahwa
fungsi terpenting hemoglobin adalah transporsi O2 dan CO2 antara paru-paru dan jaringan.
Suatu protein eritrosit, yaitu hemoglobin, memainkan peranan penting pada kedua proses
tersebut. Sebagai perbandingan, kadar zat tertentu yang terkandung di ludah hanya seperseratus
sampai seperseribu dari apa yang dapat ditemukan didalam darah (Anamisa, 2015)
Fungsi utama hemoglobin adalah transportasi oksigen dari paru-paru ke semua jaringan
tubuh. Itu kapasitas pengikatan oksigen hemoglobin adalah 1,34 mL O per gram. Setiap subunit
globin dari molekul hemoglobin dapat mengikat dengan satu ion Fe. Afinitas hemoglobin
terhadap oksigen diperoleh oleh ion Fe. Setiap Fe dapat mengikat satu molekul oksigen.
Pengikatan oksigen mengoksidasi Fe menjadi Fe. Satu atom molekul oksigen, yang mengikat
untuk Fe menjadi superoksida, di mana atom oksigen lainnya menjorok pada sudut.
Hemoglobin yang terikat oksigen disebut sebagai oksihemoglobin. Ketika darah mencapai
jaringan yang kekurangan oksigen, oksigen dipisahkan hemoglobin dan menyebar ke jaringan.
O adalah akseptor elektron terminal dalam proses yang disebut oksidatif fosforilasi dalam
produksi ATP. Penghapusan O2 mengubah besi menjadi bentuk tereduksi. Hemoglobin yang
tidak terikat oksigen disebut sebagai deoksihemoglobin. Oksidasi Fe menjadi Fe menciptakan
methemoglobin yang tidak dapat mengikat O2 (Lakna, 2017).
2.6 Jelaskan penyakit yang berhubungan dengan darah yang menyerang hewan
Menurut Tinaliah (2015), penyakit Brucellosis (Keguguran Menular) penyebabnya adalah
bakteri Brucella Abortus Bang. Brucellosis atau keguguran menular adalah kelahiran fetus
lebih awal sehingga fetus tidak dapat bertahan hidup, tetapi pembentukan organ pada fetus
tersebut telah selesai. Gejala-gejala penyakit ini adalah sebagai berikut :
a. Penderita biasanya tidak menunjukkan suatu gejala yang mencolok. Penderita tampak biasa,
nafsu makan biasa, dan tidak menunjukkan perubahan klinis yang dapat diamati.
b. Sapi mengalami keguguran 1 3 kali, kemudian kelahiran normal dan kelihatan sehat.
c. Kemajiran / kemandulan temporer atau permanen.
d. Pada sapi perah terjadi penurunan produksi susu.
e. Pada sapi jantan terjadi peradangan pada buah pelir dan saluran sperma. Skrotum
membengkak dan membesar (hernia), nafsu makan menurun, dan demam.
Penularan :
a. Kontak langsung, yakni pada saat terjadi perkawinan dengan pejantan yang tampaknya sehat,
tetapi membawa penyakit.
b. Melalui pakan dan air minum yang ditulari oleh janin yang digugurkan, dan melalui luka

Gambar 5. Bakteri brucellosis abortus (Novita, 2016).


BAB III
MATERI DAN METODE

3.1 Materi
3.1.1 Alat
1. Jarum franckle
2. Hemositoeter set
3. Mikroskop
4. Hemometer sahli
5. Jarum pentul
6. Hemtokrit
7. Gelasobjek dan cover
8. Stopwatch
3.1.2 Bahan
1. Darah probandus
2. Aquades
3. Alcohol
4. Kertas saring
5. Cat giemsa
6. Nacl 0,3 M
7. HCL 0,1 M
3.2 Metode
3.2.1 Waktu beku darah
1. Tusuuklah jarum frankle ujung jari robandus yang telah disterlkan dengan alakoaho dan
bersamaan dengan it tekanlah stopwatch.
2. Letakkan 2-3 tetes darah diats objek gelas.
3. Tusuklah darah tersebut dan kemudian angkatalah dengan jaum pentul
4. Lakukan berulang sampai muulnya benang fibrin.catatlah waktunya
3.2.2 Waktu pendarahan
1. Tusuklah dengan jarum frankle ujung jari probandus yang telah di sterilkan dengan alkhol
dan bersamaan dengan itu tekanlah stopwatch.
2. Tempelkan kertas saring pada luka tersebut tiap 30 detik dengan tempat penempelan darah
yang pertama pada kertas saring jangan terlalu berjauhan.
3. Hentikan penempelan pada saat mengasilakan bitnik darah yang sangat kecil.catat aktu
pendarahan.
3.2.3 Kadar Hb dengan metode sahli
1. Dalam metode ini digunakan heomometr sahli .hemometer ini mengkur kadar Hb dalam 100
cc darah.
2. Isilah kedalam tabung pengukur 0,1 N HCL sampai tanda 2 gram % ( garis paling bawah
tabung ).
3. Bersihkan ujung jari yang akan ditusuk dengan jarum frankle
4. Hisaplah sebanyak 20 mm3darah dalam pipet kapiler sampai tepat pada garis
5. Usapalah darah yang tercecer di ujung pipet dengan kertas saring dan tiuplah kedalam tabung
pegukur sampai darah tercampur dengan HCL. Campuran sempurna akan di perolah dengan
mengisap dan meniup campuran larutan darah HCL berulang klai dengan menggunakan pipet
kapiler tersebut.
6. Biarkan selam iga menit agar terbentuk asama hematian yang berwarna coklat.larutan yang
berwana coklat tua akan segera menjadi being dalam waktu beberapa menit.
7. Teteskan awuades dengan pipet air dan aduk pelan-pelan dengan warna standart disebalah
kanan dan kiri tabung pengukur.
8. Bacalah tinggi permukaan cairan dalam tabung pengukur yaitu dalam gr ( yakni gr Hb dalam
100 cc darah) dan % ( presentase Hb di hitung dibandingkan dengan Hb normal dugunakan
ukuran 15,6 gr Hb dalam 100 cc darah ).
3.2.4 sediaan apus darah
1. Teteskan darah dalam objek gelas.
2. Ambil gelas objek yang lain dan tempelkan ujungnya pada tetesan tersebut dengan sudut
45o.keringkan.
3. Preparet apus darah yang sudah kering ditetsi dengan laurtan metylalakohol selam 3-5 detik,
keringkan.
4. Teteskan larutan giemsa selam 30-40 detik.
5. Cuci dengan air bersih.
6. Amati di bawah mikroskop.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
4.1.1 Waktu beku darah

Gambar 6. Benang fibrin pada pembekuan darah


Waktu beku darah dimulai pada saat darah diambil dari probandus kemudian di teteskan
pada objek gelas kemudian ditarik dengan jarum sampai muncul benang fibrin yang
menandakan darah mulai membeku, seajalan dengan pengambilan darah dari probandus juga
di hitung waktu pembekuannya, yaitu 3 menit 40 detik dengan munculnya benang fibrin
pertama.
4.1.2 Waktu pendarahan
Gambar 7. Waktu pembekuan darah
Waktu pembekuan darah dilakukan dengan menusuk jari
probadus dengan jarum kemudian diletakan pada kertas saring
sampai titik darah menjadi paling kecil yang menandakan waktu
pendarahan telah berhenti, waktu pembekuan darah yakni 2 menit
30 detik.
4.1.3 Kadar Hb dengan metode sahli

Gambar 8. Pengkuruan hemoglobin

Pengujian dilakukan dengan mencapurkan HCL 0,1 N sebanyak dua gram yang
kemudian di tambahkan darah anjing sebanyak 20 mm3 lalu di homogenkan dengan aquades.
Pengukuran hemoglobin dilakukan dengan sahli heamometer yang mamilki control positif.
Hasil pengukuran menunjukan kadar hemoglobin anjing sebesar 17,4 gr Hb.

4.1.4 Sediaan apus darah

Gambar 9. Pengamatan darah Kucing di bawah mikroskop pembesaran 10 x 40


Apus darah pada darah kucing dilakukan untuk menyiapakan preparat untuk mengamati
darah di bawah mikroskop untuk mengidentifikasi adanya kelainan pada darah. Dari hasil
pengamatan dengan pemebesaran 10 x 40 ditemukan darah probandus tidak teradapat kelainan
dengan hasil pengamatan terdapat banyak eritrosit.
4.2 Pembahasan
4.2.1 Waktu Beku Darah
Berdasarkan hasil yang diperoleh, darah probandus memerlukan waktu selama 3 menit
40 detik hingga membentuk benang fibrin. Hal ini sesuai dengan teori Pearce (2009) yang
menyatakan bahwa bila ditumpahkan, darah akan cepat menjadi lekat dan segera mengendap
sebagai zat kental berwarna merah. Jeli atau gumpalan ini mengerut dan keluarlah cairan
bening berwarna kuning jerami. Cairan ini disebut serum. Bila darah yang tumpah diperiksa
dengan mikroskop, akan kelihatan benang-benang fibrin yang tak dapat larut. Benang-benang
ini terbentuk dari fibrinogen dalam plasma oleh kerja thrombin. Benang-benang ini menjerat
sel darah dan bersama-sama dengannya membentuk gumpalan.
4.2.2 Waktu Pendarahan
Setelah tangan ditusuk memakai jarum, lama perdarahan berkisar selama 2 menit 30
detik hingga probandus tidak mengeluarkan darah yang terdapat pada kertas saring. Hal
tersebut dikarenakan adanya proses koagulasi oleh trombosit untuk menghentikan pendarah.
Hal ini sudah sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa perdarahan biasanya
berlangsung 1-6 menit, lama perdarahan sangat bergantung pada dalamnya luka dan derajat
hiperemia dijari saat tes dilakukan. Waktu perdarahan akan memanjang bila kekurangan faktor-
faktor pembekuan dan sangat lama bila kekurangan trombosit (Lesmana et al., 2017).
4.2.3 Kadar Hb dengan Metode Sahli
Kadar Hb yang diperoleh pada darah anjing yang digunakan adalah 17,4 g/dL. Hal
tersebut berarti menandakan Hb anjing yang di periksa adalah normal. Hal ini sudah sesuai
dengan teori yang dimana kadar Hb normal pada anjing berkisar 12,0 hingga 18,0 g/dL dan
sangat dipengaruhi oleh umur serta nutrisi yang dikonsumsi oleh anjing (Marshanindya et al.,
2016).
4.2.4 Sediaan Apus Darah
Setelah dilihat dibawah mikroskop, dapat diketahui bahwa komposisi darah terdiri atas
sel darah putih, sel darah merah dan keping-keping darah. Hal ini sesuai dengan teori bahwa
darah adalah jaringan penghubung jaringan yang mengalir ke seluruh tubuh. Secara
mikroskopis, darah terdiri dari cairan bening yang disebut dengan plasma, di mana terdapat
banyak komponen. Plasma tersusun terutama air di mana terdapat berbagai zat terlarut.
Komponen selulernya adalah sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit), dan platelet
(trombosit) (Colville dan Joanna, 2016).
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Darah merupakan alat transport sari-sari makanan, energi, o2, co2, dan segala yang di
butuhkan oleh tubuh.
2. Komposisi darah terdiri dari eritrosit, leukosit dan trombosit. Di mana eritrosit adalah sel
darah merah yang berasal dari sumsum tulang belakang, leukosit adalah sel darah putih
yang berasal dari plasma darah, dan trombosit merupakan keping keping darah.
3. Proses pembekuan darah ini merupakan mekanisme bertingkat yang melibatkan
kesinambungan pengaktifan faktor yang satu dengan yang
4. Sel-sel darah, terutama eritrosit, muncul dari pulau-pulau darah di kantung kuning telur
sebelum sel-sel yang lebih bervariasi, termasuk limfoid dan sel punca dan prekursor
myeloid, berasal dari aorto-gonad-mesonephron dari splanchnopleure para-aorta.
5. Fungsi utama hemoglobin adalah transportasi oksigen dari paru-paru ke semua jaringan
tubuh.
6. Salah satu penyakit yang berkaitan dengan darah adalah Bracellosis.
5.2 Saran
5.2.1 Saran untuk asisten
Kiranya agar asisten dapat mengarahkan praktikum dengan lebih baik dan lebih teratur
agar praktikum berjalan dengan baik dan tujuan praktikum dapat terpenuhi.
5.2.2 Saran untuk laboratorium
Kiranya agar fasilitas yang ada lebih ditingkatkan lagi agar terciptanya suasana yang
nyaman saat praktikum berlangsung.
DAFTAR PUSTAKA

Anamisa, Devie Rosa. 2015. Rancang Bangun Metode OTSU Untuk Deteksi Hemoglobin.
Jurnal Ilmu Komputer dan Sains Terapan. Vol, 10. No, 10. Hal: 106-110.
Andriyanto, Endro. 2011. Pengenalan Penyakit Darah Pada Citra Darah Menggunakan Logika
Fuzzy. Jurnal JITIKA. Vol. 5, No. 2. Hal: 1-7.
Basu, Depdatta dan Rajendra Kulkarni. 2014. Overview Of Blood Components and The
Preparation. Indian jurnal of anaesthesia. Vol. 58, No. 5, Hal: 592-537.
Campbell, Jane B.R. dan Lawrence G.M. 2013. Biologi. Jakarta: Erlangga.
Colville, Thomas dan Joanna M. Bassert. 2016. Clinical Anatomy and Physiology fot
Veterinary Technicians. Elsevier : USA.
Durchim, Adang dan Dewi Astuti. 2018. Homeostasis. Bogor: IPB Press.
Fathima, Syeda Juveriya dan Farhath Khanum. 2017. Blood Cells and Leukocyte Culture – A
Short Review. Blood Res Transfus J. No. 1(2): 121-130.
Fitryadi, Khairil dan Sutikno. 2016. Pengenalan Jenis Golongan Darah Menggunakan Jaringan
Syaraf Tiruan Perceptron. Jurnal Masyarakat Informatika, Vol 7, No 1, Hal: 2086 –
4930.
Keyhanian Sh PhD, Ebrahimifard M MSc dan Zandi M MSc. 2013. Investigation on artificial
blood or substitute blood replace the natural blood. Iranian Journal of Pediatric
Hematology Oncology. Vol. l4, No. 2, Hal: 73-80.
Lakna. 2017. What is the Function of Hemoglobin in the Human Body. Jurnal hemoglobin
in the Human Body. Vol 3. No, 2. Hal: 229-310.
Lesmana, R., Hanna G. dan Rizky A. 2017. Fisiologi Dasar Untuk Mahasiswa Farmasi,
Keperawatan dan Kebidanan. Yogyakarta: Deep Publish Publisher.
Marshanindya, A., Ida Bagus Komang A., I Gusti Agung Gede Putra dan Pemayun. 2016.
Gambaran Total Eritrosit, Kadar Hemoglobin, Nilai Hematokrit Terhadap Xilazin-
Ketamin pada Anjing Lokal secara Subkutan. Indonesia Medicus Veterinus. Vol. 3,
No.5, Hal: 204-214.
Novita Risqa. 2016. Brucellosis : Penyakit Zoonosis Yang Terabaikan. Jurnal balaba. Vol. 12
No.2 : 135-140.
Padang, Christina Dua, Tasrief Surungann, Eko Juarlin. 2018. Analisis Citra Darah Untuk
Menemukan Jumlah Trombosit. Jurnal analisis trombosit. Vol. 3, No. 2, Hal: 311-319.
Pearce, E. 2009. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: Gramedia.
Shree, Vidya ., Vithya, Shankar Prasad and Shobha Rani. 2016. A Study on Blood and Blood
Components Transfusion, Adverse Reaction at a Tertiary Care Teaching Hospital,
Bangalore. J Blood Disord Transfus, an open access journal. Vol, 7, No, 6, Hal: 200-
210.
Sonjaya. 2013. Dasar Fisiologi Ternak. Bogor: IPB Press.
Tahir, Z., Elly W., Indrabayu, dan Ansar S. 2012. Analisa Metode Radial Basis Function
Jaringan Saraf Tiruan untuk Penentuan Morfologi Sel Darah Merah Berbasis
Pengolahan Citra [skripsi]. Makassar: Universitas Hasanuddin.
Tinaliah. 2015. Aplikasi Sistem Pakar Untuk Diagnosa Penyakit Hewan Ternak Sapi Dengan
Bayesien Network. Jurnal Ilmiah SISFOTENIKA. Vol. 5, No. 1, Hal: 250-266.
Ullah, Hafeez., Khalid Naeem., Munir Akhtar., Fayyaz Hussaun., Mukhtar Ahmad. 2018.
ROULEAUX FORMATION OF WHITE BLOOD CELLS AND PLATELETS IN
LEUKEMIA. Biosci. J., Uberlândia. vol. 34, No. 2, Hal: 1010-1022.

Anda mungkin juga menyukai