Anda di halaman 1dari 4

MANFAAT SUBSTANTIVE TEST BAGI AUDITOR

DISUSUN OLEH :

1. NADYA FAKHIRA A. (16102097)


2. SITI IKLIMA R. (16102108)
3. WIWI KURAESIN (16102114)
4. RIDHA NURANI (16102122)
5. ANNISA DWI UTAMI (16102125)
6. DIANAH AFIFAH (16102127)
LATAR BELAKANG

Pengujian substantif memberikan bukti tentang kelayakan asersi laporan keuangan klien.
Prosedur analitis meliputi penggunaan perbandingan untuk menilai kewajaran, misalnya
membandingkan saldo suatu akun dengan data nonkeuangan yang terkait dengan saldo akun
tersebut. Pengujian terinci atas transaksi meliputi pemeriksaan dokumen pendukung dari setiap
satuan transaksi yang dibukukan pada sebuah akun tertentu, misalnya melakukan pemeriksaan
dokumen pendukung [vouching] untuk sisi debet akun piutang usaha terdapat ayat jurnal pada
jurnal penjualan serta faktur pendukung penjualan. Selain itu dilakukan juga penelusuran rinci dari
dokumen asli atau dokumen sumber terhadap buku jurnal serta buku besar yang terkait dengan
transaksi tersebut yang dapat digolongkan juga sebagai pengujian terenci atas transaksi.
Sedangkan pengujian terinci atas saldo meliputi pemeriksaan dokumen pendukung untuk saldo
akhir secara langsung, misalnya melakukan konfirmasi langsung kepada salah seorang pelanggan
tentang saldo piutang uasaha. Ketiga jenis pengujian substantif tersebut merupakan hal yang
komplementer. Pengujian mana yang akan digunakan untuk suatu akun tertentu dapat bervariasi
berdasarkan faktor-faktor seperti efektivitas relatif untuk akun dan biaya.

LANDASAN TEORI

 Pengujian Substantif
Auditor hanya menghimpun bukti yang cukup untuk memperoleh dasar yang memadai untuk
menyatakan pendapat atas laporan keuangan. Pengujian substantif menyediakan bukti mengenai
kewajaran setiap asersi laporan keuangan yang signifikan. Perancangan pengujian substantif
meliputi penentuan :
1. Sifat pengujian
2. Waktu pengujian
3. Luas pengujian substantive

 Prosedur Untuk Melaksanakan Pengujian Substantif


Ada delapan prosesur untuk melaksanakan pengujian substantif yaitu :
1. Pengajuan pertanyaan kepada para karyawan berkaitan dengan kinerja tugas mereka.
2. Pengamatan atau observasi terhadap personil dalam melaksanakan tugas mereka.
3. Menginspeksi dokumen dan catatan.
4. Melakukan penghitungan kembali
5. Konfirmasi
6. Analisis
7. Tracing atau pengusutan
8. Vouching atau penelusuran

 Sifat atau Jenis Pengujian Substabtif


Jika tingkat risiko deteksi yang dapat diterima adalah rendah maka auditor harus
menggunakan prosedur yang lebih efektif yang biasanya juga lebih mahal. Ada tiga tipe pengujian
substantif yang dapat digunakan yaitu :
1. Pengujian rinci atau detail saldo
2. Pengujian rinci atau detail transaksi
3. Prosedur analitis

Pengujian detail saldo, metodologi perancangan pengujian detail saldo meliputi empat tahap yaitu:
1. Menilai materialitas dan risiko bawaan suatu akun
2. Menetapkan risiko pengendalian
3. Merancang pengujian transaksi dan prosedur analitis
4. Merancang pengujian detail saldo ubtuk memenuhi setiap tujuan spesifik audit secara
memuaskan

Untuk melihat hubungan antara risiko deteksi dengan pengujian detail saldo, berikut disajikan
dalam tabel :

Tingkat Risiko Deteksi Langkah Pengujian Detail Saldo


Tinggi Scan rekonsiliasi bank yanf dibuat klien dan verifikasi
ketepatan perhitungan matematisnya
Moderat Review rekonsiliasi bank yang dibuat klien dan verifikasi
pada sebagian besar item-itemnya
Rendah Membuat rekonsiliasi bank san verifikasi item-item yang
direkonsiliasi tersebut
Prosedur Analitis, prosedur analitis meliputi jumlah yang tercatat dengan harapan yang
dikembangkan auditor juga meliputi perhitungan rasio oleh auditor. Ada emapt kegunaan prosedur
analitis yaitu :

1. Untuk memperoleh pemahaman mengenai bisnis dan industri klien


2. Untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menjaga kelangsungan usahanya
3. Untuk mendeteksi ada tidaknya kesalahan dalam laporan keuangan klien
4. Untuk menentukan dapat tidaknya dilakukan pengurangan atas pengujian audit detail
 Penentuan Saat Pelaksanaan Pengujian Substantif

Tingkat risiko deteksi yang dapat diterima mempengaruhi penentuan waktu pelaksanaan
pengujian substantif. Jika risiko deteksi rendah maka pengujian substantif lebih baik dilaksanakan
pada atau dekat dengan tanggal neraca.

ANALISA

Untuk mengetahui apakah bukti tersebut layak atau tidak maka dibutuhkan substantive test.
Substantive test sangat bermanfaat bagi auditor, dengan berbagai prosedur yang harus dilakukan
untuk mentrace back bukti transaksi yang ada. Dan tentunya melalui pengujian detail transaksi,
maka ketepatan otoritasi transaksi klien, kebenaran pencatatan dan peringkasan transaksi tersebut
dalam jurnal dan kebenaran pelaksanaan posting atas transaksi tersebut ke dalam buku besar dan
buku pembantu tentu dapat diuji secara baik adanya. Pengujian detail transaksi dilakukan dengan
vouching dan tracing. Auditor mengarahkan pengujiannya untuk memperoleh temuan mengenai
ada tidaknya kesalahan yang bersifat moneter. Dan Semakin rendah tingkat risiko deteksi yang
dapat diterima, semakin banyak bukti yang harus dikumpulkan, auditor dapat mengubah jumlah
bukti yang harus dihimpun dengan cara mengubah luas pengujian subtantif yang dilakukan.
Keputusan auditor tentang rancangan pengujian substantif didokumentasikan dalam kertas kerja
dalam bentuk program audit.

KESIMPULAN

Auditor perlu menghimpun bukti yang cukup untuk memperoleh dasar yang memadai untuk
menyatakan pendapat atas laporan keuangan. Dan dalam substantive test perlu dilakukan karena
mempermudah auditor dalam mentrace back berbagai transaksi yang perlu diuji ke absahannya.

Anda mungkin juga menyukai