Infeksi dapat dicegah, salah satunya dengan kewaspadaan standar. Kewaspadaan standar adalah praktek pencegahan infeksi yang berlaku untuk semua pasien, terlepas dari mencurigai atau mengkonfirmasi status infeksi dari pasien, dalam pengaturan kesehatan apapun disampaikan. Praktik-praktik ini dirancang untuk melindungi tenaga kesehatan dan mencegah penyebaran infeksi di antara pasien dari tenaga kesehatan. Kewaspadaan Standar meliputi: 1) kebersihan tangan,2) penggunaan alat pelindung diri (misalnya,sarung tangan, baju, masker, dan kaca mata pelindung), 3) praktek injeksi yang aman,4) penanganan yang aman dari berpotensi terkontaminasi peralatan atau permukaan di lingkungan pasien, dan, 5) Hygine respirasi/etika batuk. 1. Hand Hygiene Kebersihan tangan yang baik, dengan penggunaan alcohol-based hand rubs (ABHR) dan mencuci tangan dengan sabun dan air, sangat penting untuk mengurangi risiko penyebaran infeksi dalam pengaturan rawat jalan. Penggunaan ABHR sebagai modus utama kebersihan tangan di pengaturan kesehatan yang dianjurkan oleh CDC dan Organisasi Kesehatan Dunia WHO karena aktivitas terhadap spektrum yang luasdari epidemiologis patogen penting, dan karena dibandingkan dengan sabun dan air, penggunaan dari ABHR dalam layanan kesehatan dapat meningkatkan (CDC, 2016). Kepatuhan kebersihan tangan yang direkomendasikan dimana praktek kebersihan tangan membutuhkan sedikit waktu, mencegah iritasi tangan, dan memfasilitasi kebersihan tangan disamping tempat tidur pasien. Untuk alasan ini, ABHR merupakan metode yang disukai untuk kebersihan tangan dalam kebanyakan situasi klinis. Sabun dan air harus digunakan bila tangan yang terlihat kotor (misalnya, darah, cairan tubuh) (CDC, 2016). Mencuci tangan adalah tindakan mencuci tangan dengan sabun dan air, diikuti dengan membilasnya di bawah air yang mengalir selama 15 detik (CDC, 2002). Mencuci tangan adalah proses yang secara mekanis melepaskan kotoran dan debris dari kulit tangan dengan menggunakan sabun biasa dan air (Depkes 2007). Shinde dan Mohite (2014) menyatakan tujuan cuci tangan adalah untuk menghilangkan kotoran yang terdapat di tangan dan untuk mencegah penularan silang antara pasien. Kebijakan pemerintah terkait kebersihan tangan sesuai dengan WHO (2009) yang menyatakan tujuan dari mencuci tangan adalah mencegah terjadinya infeksi rumah sakit yang berasal dari petugas rumah sakit ke pasien maupun sebaliknya dan dari pasien ke pasien lain melalui tangan petugas. Tujuan lain bisa dikatakan untuk mencegah transmisi penyakit-penyakit infeksi yang ditularkan melalui kontak, menurunkan angka kejadian infeksi rumah sakit, dan meningkatkan kesadaran diri tentang perlunya melakukan kebersihan tangan. 1.1.Teknik Membersihkan Tangan Teknik membersihkan tangan dengan sabun dan air harus dilakukan seperti: basahi tangan dengan air mengalir yang bersih, tuangkan 3-5 cc sabun cair unutk menyabuni seluruh permukaan tangan, ratakan dengan kedua telapak tangan, gosok punggung dan sela-sela jari tangan kiri dengan tangan kanan dan sebaliknya, gosok kedua telapak dan sela-sela jari, jari-jari sisi dalam dari kedua tangan sangling mengunci, gosok ibu jari kiri berputar kedalam genggaman tangan kanan dan lakukan sebaliknya, gosok dengan memutar ujung jari-jari di telapak tangan kiri dan sebaliknya, bilas kedua tangan dengan air mengalir, keringkan dengan handuk sekali pakai atau tissue towel sampai benar-benar kering, dan gunakan handuk sekali pakai atau tissue towel untuk menutup kran (Depkes, 2008). 1.2.Five Moment For Hand Hygiene WHO (2009) telah mengembangkan moments untuk kebersihan tangan yaitu five moment for hand hygiene, yang telah diidentifikasikan sebagai waktu kritis ketika kebersihan tangan harus dilakukan yaitu sebelum kontak dengan pasien, sebelum tindakan aseptik, setelah terpapar cairan tubuh pasien, setelah kontak dengan pasien, dan setelah kontak dengan lingkungan pasien. 1.2.1. Sebelum Menyentuh dengan Pasien Mencuci tangan sebelum kontak dengan pasien bertujuan untuk melindungi terhadap kuman yang berbahaya yang bisa diperoleh dari tangan perawat. Seperti menyentuh pasien dengan cara apapun: berjabat tangan, membantu pasien untuk bergerak, menyentuh perangkat medis yang terhubung ke pasien, misalnya selang IV yang terhubung pada tangan pasien. Contoh tindakan dari indikasi ini adalah: sebelum membantu pasien dalam perawatan diri, sebelum melakukan pengamatan dalam tindakan invasif seperti mengukur tanda-tanda vital, saturasi oksigen, auskultasi dada, palpasi abdomen, dan memasang EKG, sebelum melakukan perawatan non-invasif seperti memasang oksigen atau kanula nasal, sebelum membantu bak dan bab, dan sebelum memberikan obat secara oral, sebelum membantu perawatan gigi dan mulut seperti menyuapi pasien makan, menyikat gigi, atau gigi palsu. Setiap petugas kesehatan mungkin memiliki banyak mikroorganisme dalam tangan mereka, jika tidak ada kebersihan tangan sebelum menyentuh pasien maka mikroorganisme dapat ditransfer ke pasien. 1.2.2. Sebelum Melakukan Tindakan Aseptik Mencuci tangan sebelum melakukan tindakan aseptik bertujuan untuk melindungi pasien dari dari kuman berbahaya yang bisa masuk kedalam tubuh mereka selama tindakan aseptik dilakukan. Contoh tindakan dari indikasi ini adalah: sebelum melakukan tindakan invasif seperti menyuntik pasien melalui subkutan, intramuskular maupun IV, pemberian obat melalui IV, pemberian makan melalui NGT, sebelum melakukan perawatan yang bersentuhan dengan kulit pasien seperti merawat luka, membersihkan luka bakar, pemeriksaan VT. Mencuci tangan sebelum melakukan tindakan aseptik adalah untuk mencegah infeksi endogen dan eksogen pada pasien. Petugas kesehatan mungkin memiliki mikroorganisme di tangan mereka, petugas kesehatan juga dapat terkena mikroorganisme dari pasien, jika petugas kesehatan tidak melakukan prosedur cuci tangan sebelum melakukan tindakan aseptik maka mikroorganisme berpotensi dapat masuk ke dalam tubuh pasien. 1.2.3.Setelah Terpapar dengan Cairan Tubuh Pasien Mencuci tangan setelah terpapar dengan tubuh pasien bertujuan untuk melindungi diri dan lingkungan dari mikroorganisme yang bisa didapat dari pasien. Contoh tindakan dari indikasi ini adalah setelah terpapar dengan cairan tubuh pasien: perawat yang membantu pasien BAB/BAK, perawat kontak dengan sputum pasien baik secara langsung melalui atau tidak langsung melalui sputum pot, membersihkan tumpahan urin/feses, tumpahan muntah, dan setelah menyentuh selang drainase. Setelah kontak dengan darah, air liur, air mata, asi, urin, feses, muntah, cairan pleura, cairan serebrospinal. Mencuci tangan setelah terpapar dengan cairan tubuh pasien adalah untuk mencegah infeksi pada petugas kesehatan dan lingkungan sekitar yang terkena dengan cairan tubuh pasien. Bagaimanapun mikroorganisme dapat berpindah ketangan orang yang telah menyentuhnya. 1.2.4.Setelah Menyentuh Pasien Perlunya mencuci tangan setelah kontak dengan pasien bertujuan untuk melindungi petugas kesehatan dan lingkungan kesehatan dari kuman pasien. Contoh tindakan dari indikasi ini adalah setelah menjabat tangan pasien, setelah membantu pasien melakukan aktivitas pribadi (bergerak, mandi, makan, dan berpakaian), setelah melakukan perawatan dan tindakan non-invasif (Pemasangan kateter dan melakukan massase), setelah melakukan pemeriksaan fisik non-invasif (memeriksa tekanan nadi, memeriksa tekanan darah, auskultasi dada, dan merekam EKG). 1.2.5.Setelah Menyentuh dengan Lingkungan Sekitar Pasien Perlunya mencuci tangan setelah kontak dengan lingkungan sekitar pasien bertujuan untuk melindungi diri dan lingkungan kesehatan dari kuman pasien. Contoh tindakan dari indikasi ini adalah setelah kontak fisik dengan lingkungan pasien (mengganti sprei, memegang rel tempat tidur, dan membereskan meja yang berada di sebelah tempat tidur), setelah melakukan aktivtas perawatan (mengatur kecepatan perfusi, dan membenahi alarm monitor), setelah kontak dengan permukaan atau benda lainnya (sebaiknya hindari aktivitas yang tidak diperlukan). 2. Alat pelindung diri Alat Pelindung Diri (APD) mengacu pada peralatan yang dipakai untuk melindungi petugas kesehatan dari paparan atau kontak dengan agen infeksi. Contohnya termasuk sarung tangan, baju pelindung,masker, dan kacamata pelindung. 2.1.Sarung Tangan Pemilihan APD didasarkan pada sifatinteraksi dengan pasien dan potensi paparandarah, cairan tubuh atau agen infeksi. Contohpenggunaan yang tepat dari APD untuk kepatuhan terhadap kewaspadaan standar meliputi: penggunaan sarung tangan disituasi yang melibatkan mungkin kontak dengan darah ataucairan tubuh, selaput lendir, yang tidak utuh kulitatau bahan yang berpotensi menular. Jangan memakai pasangan sarung tangan yang sama untuk perawatan lebih dari satu pasien. Jangan mencuci sarung tangan untuk tujuan penggunaan ulang. Tiga saat petugas perlu memakai sarung tangan: (a) perlu untuk menciptakan barrier protektif dan cegah kontaminasi berat. Missal menyentuh darah, cariran tubuh, sekresi, mucus membrane, kulit yang tidak utuh; (b) dipakai untuk menghindari transmisi mikroba di tangan petugas ke pada pasien saat dilakukan tindakan terhadap kulit pasien yang tidak utuh, atau mucus membrane; (c) mencegah tangan petugas terkontaminasi kepada pasien lain. Perlu kepatuhan petugas untuk memakai sarung tangan sesuai standart. Memakai sarung tangan tidak menggantikan perlunya cuci tangan, karena sarung tangan dapat berlubang walaupun kecil. 2.3.Penggunaan Pelindung Mata dan Wajah Perlindungan mata dan wajah dilakukan selama prosedur yang mungkinmenimbulkan percikan darah atau cairan tubuh lainnya. Masker dipakai untuk menahan cipratan yang keluar untuk mencegagh percikan darah atau cairan lainnyamemasuki hidung atau mulut. Bila masker tidak terbuat dari bahan tahan cairan, maka masker tersebut tidak efektif untuk mencegah kedua hal tersebut. Sedangakan pelindung mata mencakup kacamata (goggles) plastic bening, kaca mata pengaman, pelindung wajah dan visor. Petugas kesehatan harus menggunakan masker dan pelindung mata atau pelindung wajah, jika melakukan tugas yang memungkinkan adanya percikkan cairan secara tidak sengaja ke area wajah 3. Keamanan Injeksi Keamanan injeksi termasuk praktek untuk mencegah penularan penyakit menular antara satu pasien dan yang lain, atau antara pasien dan penyedia layanan kesehatan selama persiapan dan pemberian obat parenteral.Pelaksanaan Occupational Safety and Health Administration (OSHA) telah membantu meningkatkan perlindungan petugas kesehatan dari paparan darah dan luka benda tajam. Praktik yang tidak aman yang telah membahayakan pasien meliputi 1) penggunaan jarum suntik tunggal,dengan atau tanpa jarum yang sama, untuk mengelola obat untuk beberapa pasien, 2) reintegrasi dari jarum suntik bekas, dengan atau tanpa jarum yang sama, 3) persiapan obat terkontaminasi di dekatpersediaan atau peralatan dan, 4) kegagalan untuk memakai facemask (misalnya, masker bedah) saat menempatkan kateter atau bahan menyuntikkan ke dalam epidural atau ruang subdural (misalnya, selama myelogram, epidural atau anestesi spinal). 4. Hygiene Respirasi/Etika Batuk Hygiene Respirasi/Etika Batuk adalah unsur kewaspadaan standar yang menyoroti kebutuhan untuk pelaksanaan yang cepat langkah-langkah pencegahan infeksi pada titik pertama pertemuan dengan fasilitas kesehatan (misalnya, penerimaan dan daerah triase). Strategi ini ditargetkan terutama pada pasien dan anggota keluarga atau teman yang menemani dengan infeksi saluran pernapasan menular tidak terdiagnosis, dan berlaku untuk setiap orang dengan tanda-tanda penyakit termasuk batuk, penyumbatan, rhinorrhea, atau peningkatan produksi sekret pernapasan saat memasuki fasilitas kesehatan. Menerapkan langkah-langkah untuk yang menyertai sekresi pernafasan pada pasien dan individu yang memiliki tanda-tanda dan gejaladari infeksi pernapasan, dimulai pada titik masuk ke fasilitas danterus sepanjang durasi di pelayanan. Pasang tanda-tanda di pintu masuk dengan instruksi untuk pasien dengan gejala infeksi saluran pernafasan: a. menginformasikan gejala dari infeksi saluran pernapasan ketika mereka pertama kali mendaftar untuk perawatan, menutup mulut mereka / hidung saat batuk atau bersin, gunakan sapu tangan dan tissue dan membuangnya pada tempat sampah, membersihkan tangan setelah melakukan kontak dengan sekresi pernapasan, b. menyediakan sapu tangan dan tissue dan dan membuangnya pada tempat sampah, c. menyediakan sumber daya untuk melakukan kebersihan tangan di atau dekat ruang tunggu, d. menawarkan masker untuk pasien batuk dan orang dengan gejala lainnya saat masuk ke fasilitas kesehatan, e. memberikan ruang dan mendorong orang dengan gejala infeksi pernapasan untuk duduk sejauh mungkin dari orang lain. Kebersihan pernafasan dan etika batuk adalah dua cara penting untuk mengendalikan penyebaran infek dari sumbernya. Semua pasien, pengunjung, dan petugas kesehatan harus dianjurkan untuk selalu mematuhi etika batuk dan kebersihan pernafasan untuk mencegah sekresi pernafasan. Etika batuk adalah serangkaian tindakan yang membuat ketika batuk atau bersin, dirancang untuk mengurangi penyebaran penyakit pernapasan kepada orang lain. Pilek dan flu memiliki kemampuan untuk menyebar dengan mudah melalui transmisi kuman melalui udara, melalui percikkan. Jika penyebaran percikkan ini dapat dicegah maka transmisi infeksi dapat dikurangi. Etika batuk dapat membantu untuk menahan percikkan pernapasan menular dari sumbernya. http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/66721/Chapter%20II.pdf?sequence=4&isAllo wed=y