PEMBAHASAN
SIMPULAN ………………………………………………………………...……….. 9
Mansukh adalah hukum yang diangkat atau dihapuskan kepada ayat mawaris atau hukum
yang terkandung di dalamnya, misalnya, adalah menghapuskan (nasikh) hukum wasiat kepada
kedua orang tua atau kerabat (mansukh).
Takhsis adalah mengeluarkan sebagian dari pada satuan-satuan yang masuk didalam lafadz
‘amm dan lafadz ‘amm itu hanya berlaku bagi satuan-satuan yang masih ada. Yang tidak
dikeluarkan dari ketentuan lafadz atau dalil ‘amm. Ketika membicarakan lafadz ‘am dan lafadz
khas, tidak bisa terlepas dari thaksis. Menurut ulama ushul fiqih, thaksis adalah penjelasan
sebagian lafadz ‘amm bukan seluruhnya. Atau dengan kata lian, menjelaskan sebagian dari satuan-
satuan yang dicakup oleh lafadz ‘amm dengan dalil. [[2]]
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa dalam naskh diperlukan syarat-syarat berikut :
2. Dalil penghapusan hukum tersebut adalah khitab syar’i yang datang lebih kemudian dari khitab
yang hukumnya mansukh.
Beberapa perkara yang perlu kita ketahui seputar nasikh dan mansukh adalah :
a. Hukum yang dihapus adalah hukum yang berhubungan dengan perbuatan mukallaf seperti
hukum wajib, sunnah, mubah, haram dan makruh, adapun yang berhubungan dengan kabar seperti
nama dan sifat Allah, kisah-kisah para Nabi, janji dan ancaman dan keutamaan amal maka tidak
berlaku nasikh mansukh.
b. Tidak ada nasakh untuk suatu hukum yang telah ditetapkan oleh syari’at karena adanya unsur,
seperti gila, mati dan lain-lain.
c. Hukum yang telah ditetapkan oleh dalil syari’at dan ia mempunyai waktu yang telah ditentukan
lalu waktunya telah habis maka tidak disebut nasakh, seperti ayat tentang sholat jum’at.
d. Dalil yang menasikh (menghapus) wajib datangnya kemudian dari dalil yang dimansukh, dan jika
dalil tersebut sebatas mengecualikan keumuman atau mengikat dalil yang mutlak, atau syarat
tertentu maka tidak disebut nasakh.
e. Nasakh tidak berlaku pada maksud-maksud (kaidah) syari’at yang bersifat umum seperti kaidah
kesulitan mendatangkan kemudahan dan lain-lain, tidak pula pada hukum amaliyah yang
ditunjukkan oleh dalil bahwa ia untuk selama-lamanya seperti hadits yang menyebutkan bahwa
hijrah tidak akan terputus sampai taubat terputus.
f. Nasikh mansukh harus terjadi ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam masih hidup, adapun
setelah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam wafat maka hukum telah menjadi tetap tidak bisa dihapus
oleh ijma’ atau pendapat shahabat, atau qiyas atau ro’yu.
“Ayat mana saja yang Kami nasakhkan (hapuskan), atau Kami jadikan (manusia) lupa kepadanya,
Kami datangkan yang lebih baik daripadanya atau yang sebanding dengannya. tidakkah kamu
mengetahui bahwa Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu?” (Al Baqarah : 106)
B. Macam-macan Nasikh
1. Macam-macam nasikh, dilihat dari nash yang mansukh (dihapus) ada 2 bagian :
Inilah jenis Nash Mansukh yang paling banyak yaitu hukum syar’i dihapuskan, tidak diamalkan,
namun lafazhnya tetap.
Hikmah naskh jenis ini adalah : tetapnya pahala membaca ayat tersebut dan
mengingatkan umat tentang hikmah naskh, terlebih dalam hukum yang diringankan dan
dimudahkan.[[3]]
َصابِ ُرونَ يَ ْغ ِلبُوا ِمائَتَي ِْن َوإِن َّي ُكن ِِّم ْن ُك ْم ِمائ َة َي ْغ ِلبُوا أَ ْلفًا ِِّمنَ الَّذِين
َ َض ْال ُمؤْ ِمنِينَ َعلَى ْال ِقت َا ِل إِن يَ ُكن ِ ِّمن ُك ْم ِع ْش ُرون ُّ ِيَآأَيُّ َها النَّب
ِ ي َح ِ ِّر
ََكفَ ُروا بِأ َ َّن ُه ْم قَ ْوم الَ يَ ْفقَ ُهون
“Hai Nabi, kobarkanlah semangat para mu'min itu untuk berperang. Jika ada dua puluh orang yang
sabar diantara kamu niscaya mereka dapat mengalahkan dua ratus orang musuh. Dan jika ada
seratus orang (yang sabar) diantaramu, maka mereka dapat mengalahkan seribu daripada orang-
orang kafir, disebabkan orang-orang kafir itu kaum yang tidak mengerti”. (Al Anfal : 65)
Al-Aamidi rahimahullah menyatakan bahwa ulama telah bersepakat atas terjadinya naskh
(penghapusan) tulisan/lafazh, tanpa nasikh hukumnya, berbeda dengan anggapan kelompok yang
menyendiri dari kalangan Mu’tazilah.
a. Nasakh dan takhsis memiliki persamaan dan perbedaan. Persamaanya antara lain, terletak pada
fungsinya, yakni untuk membatasi kandungan suatu hukum. Keduanya berfungsi untuk
menghususkan sebagian kandungan dari suatu lafadz. Hanya saja, takhsis lebih khusus pada
pembatasan berlakunya hukum yang umum, sedangkan nasakh menekankan pembatasan suatu
hukum pada masa tertentu.
ُصيَّةِ ض َر أ َ َحدَ ُك ُم ۡٱل َم ۡوتُ ِإن ت ََركَ خ َۡي ًرا ۡٱل َو
َ ب َعلَ ۡي ُك ۡم ِإذَا َح
َ ِن ُكت ِّ ِ ٱّللُ فِ ٓى أ َ ۡولَ ٰـ ِدڪ ُۡمۖ ِللذَّك َِر ِم ۡث ُل َح
ۚ ِ ظ ۡٱۡلُنثَيَ ۡي َّ ُوصي ُك ُم
3 ۡ َ ۡ ۡ ۡ
َِلل َوٲ ِلدَي ِن َوٱۡلق َربِين ِ ي
5 َّۗوإِن ت ََولَّ ۡواْ فَإِنَّ َما َعلَ ۡيكَ ۡٱلبَلَ ٰـ ُغ ُ فَ ۡٱقتُلُواْ ۡٱل ُم ۡش ِركِينَ َح ۡي
ث َو َجدت ُّ ُموه ُۡم
dan jika mereka berpaling, maka kewajiban maka bunuhlah orang-orang musyrikin itu di
kamu hanyalah menyampaikan [ayat-ayat mana saja kamu jumpai mereka,... (Q.S. At-
Allah]. .. (Q.S. Ali-Imran: 20) Taubah: 5).
Bagaimana Allah akan menunjuki suatu kecuali orang-orang yang taubat, sesudah [kafir]
kaum yang kafir sesudah mereka beriman,.. itu dan mengadakan perbaikan (Q.S. Ali-Imran:
(Q.S. Ali-Imran: 86) 89).
Nasikh yaitu menghapus suatu hukum syara’ dengan dalil syara’ yang datang kemudian.
Sedangkan mansukh yaitu hukum syara’ yang menempati posisi awal, yang belum diubah dan
belum diganti dengan hukum syara’ yang datang kemudian.
Ada dua pendapat para ulama tentang teori nasikh-mansukh yaitu ada yang mendukung
atau setuju dan ada yang menolak atau tidak setuju jika terdapat nasikh dan mansukh didalam al-
Quran.
Urgensi mempelajari nasikh dan mansukh adalah untuk mengetahui proses tashri’
(penetapan dan penerapan hukum) Islam dan untuk menelusuri tujuan ajaran, serta illat hukum
(alasan ditetapkannya suatu hukum).
Abdul HA,Djalal,H.Prof.,Dr. 2000. Ulumul Qur’an (Edisi Lengkap) Surabaya : Dunia Ilmu
DR. Anwar Rosihon M.Ag, Ulum Al-Quran, Bandung: Pustaka Media, 2008.
[2] Maman abd djaliel, Ilu Ushul Fiqih, (Bandung: Pustaka Setia, 2008), hlm. 206
[4] Al-Amidi ; dinukil dari Syarh Al-Waraqat Fii Ushulil Fiqh, karya Syeikh Abdullah bin Shalih
Al-Fauzan, Al-Ihkaam 3/154, h. 170