Anda di halaman 1dari 13

SATUAN ACARA PENYULUHAN

PENCEGAHAN PNEUMONIA PADA PASIEN TIRAH BARING RUANG SERUNI


RSUD Dr. SOETOMO SURABAYA

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2019
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Topik : Pencegahan Pneumonia pada Pasien Tirah Baring


Sasaran : Keluarga pasien
Tempat : Ruang Seruni RSUD Dr. Soetomo - Surabaya
Hari/Tanggal : Kamis, 22 Agustus 2019
Waktu : 60 menit

I. Tujuan umum
Setelah proses penyuluhan diharapkan keluarga pasien mengerti tentang pencegahan
pneumonia pada tirah baring

II. Tujuan khusus


Setelah diberikan penyuluhan diharapkan peserta mampu :
1. Menyebutkan pengertian pneumonia
2. Menyebutkan penyebab pneumonia
3. Menyebutkan tanda dan gejala pneumonia
4. Patogenesis pneumonia
5. Mengetahui diagnosis pneumonia
6. Menyebutkan penatalaksanaan pneumonia
7. Mengetahui cara pencegahan pneumonia

III.Materi
1. Pengertian pneumonia
2. Penyebab pneumonia
3. Tanda dan gejala pneumonia
4. Patogenesis pneumonia
5. diagnosis pneumonia
6. Pencegahan pneumonia
7. Penatalaksanaan pneumonia

IV. Metode
1. Diskusi
2. Tanya jawab
V. Media
1. Poster
2. Leaflet

VI. Pengorganisasian
Pembimbing Klinik : Anisah Amini, S.Kep., Ns
Pembimbing Pendidikan : Harmayetty S.Kp., M.Kes.
Penyaji : Fina Ainur R
Moderator : Achmad Fahri Ali
Observer : Farida Norma dan Risma Wahyuningtyas
Fasilitator : Itsnaini Lina dan Wahyu Agustin Eka L
Job Description
1. Moderator : Mengarahkan jalannya acara
2. Penyaji : Menyampaikan materi penyuluhan dan menjawab pertanyaan
3. Observer : Mengamati dan mencatat proses jalannya penyuluhan, mengevaluasi
jalannya penyuluhan
4. Fasilitator : Membantu dan memfasilitasi sekelompok orang memahami tujuan
bersama mereka dan membantu mereka membuat rencana guna mencapai
tujuan tersebut tanpa mengambil posisi tertentu dalam diskusi

VII. Kegiatan Penyuluhan


NO WAKTU KEGIATAN PENYULUHAN KEGIATAN PESERTA
1 5 menit Pembukaan Mendengarkan pembukaan
a) membuka kegiatan dengan yang disampaikan oleh
mengucapkan salam moderator.
b) Memperkenalkan diri
c) Menjelaskan tujuan dari penyuluhan
d) Menyebutkan materi yang akan
diberikan
e) Menyampaikan kontrak waktu
f) Pre-test
2 15 menit Pelaksanaan Mendengarkan dan
Penyampaian materi oleh pemateri: memberikan umpan balik
a) Menggali pengetahuan peserta tehadap materi yang
tentang pneumonia disampaikan.
b) Menjelaskan tentang pengertian
pneumonia
c) Menyebutkan penyebab pneumonia
d) Menyebutkan tanda dan gejala
pneumonia
e) Menjelaskan patogenesis pneumonia
f) Menjelaskan tentang diagnosis
pneumonia
g) Menjelaskan yang harus dilakukan/
penatalaksanaan pneumonia
h) Menjelaskan tentang pencegahan
pneumonia
3 20 menit Tanya jawab Mengajukan pertanyaan
Memberikan kesempatan kepada peserta
untuk bertanya tentang materi yang
kurang dipahami
3 15 menit a) Evaluasi: Menanyakan kembali Menjawab pertanyaan
kepada peserta tentang materi yang
telah diberikan dan reinforcement
kepada peserta yang dapat menjawab
pertanyaan
b) Post-test
4 5 menit Penutup Mendengarkan dengan
a) Mempersilahkan fasilitator dari seksama dan menjawab
pembimbing klinik dan pembimbing salam
akademik untuk menambahkan
ataupun menjelaskan kembali jawaban
pertanyaan peserta yang belum
terjawab.
b) Menjelaskan kesimpulan dari materi
penyuluhan
c) Ucapan terima kasih
d) Salam penutup

VIII. Kriteria Evaluasi


1. Evaluasi Struktur
a) Peserta hadir ditempat penyuluhan
b) Penyelenggaraan penyuluhan dilaksanakan di ruang Seruni RSUD Dr Soetomo
Surabaya. Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan sebelumnya
2. Evaluasi Proses
a) Peserta antusias terhadap materi penyuluhan
b) Peserta mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara benar
3. Evaluasi Hasil
Setelah penyuluhan diharapkan sekitar 80% peserta penyuluhan mampu mengerti dan
memahami penyuluhan yang diberikan sesuai dengan tujuan khusus
Lampiran
MATERI PENYULUHAN KESEHATAN
PENCEGAHAN PNEUMONIA PADA PASIEN TIRAH BARING
MATERI

A. PENGERTIAN
Pneumonia adalah infeksi akut yang menyerang jaringan paru-paru (alveoli) yang
disebabkan oleh bakteri, virus maupun jamur (Rasyid, 2013). Pneumonia nosokomial
terjadi 5- 10 kasus/1000 penderita yang masuk ke rumah sakit dan akan menjadi lebih
tinggi 6-20x pada penderita dengan ventilasi mekanik. Angka kematian pada pneumonia
nosokomial 20-50%.
Insiden pneumonia dilaporkan meningkat sesuai dengan bertambahnya usia. Pada
pasien usia ≥65 tahun yang dirawat di rumah sakit, pneumonia merupakan diagnosis
terbanyak ketiga. Angka ini menjadi semakin penting mengingat bahwa diperkirakan
sebanyak 20% dari penduduk dunia akan berusia lebih dari 65 tahun di tahun 2050
(Sari, 2016).

Di Indonesia, Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001 mencatat


kematian akibat pneumonia dan infeksi saluran nafas sebanyak 34 per 100.000
penduduk pada pria dan 28 per 100.000 penduduk pada wanita. Sementara itu, menurut
Riskesdas 2013, pneumonia menduduki urutan ke-9 dari 10 penyebab kematian utama
di Indonesia, yaitu sebesar 2,1%.
B. PENYEBAB
Pneumonia dapat disebabkan oleh berbagai mikroorganisme seperti bakteri, virus,
jamur, dan protozoa. Pneumoni komunitas yang diderita oleh masyarakat luar negeri
banyak disebabkan gram positif, sedangkan pneumonia rumah sakit banyak disebabkan
gram negatif.
Penyebab paling sering pneumonia yang didapat dari masyarakat dan nosokomial:
1. Yang didapat di masyarakat: Streeptococcus pneumonia, Mycoplasma pneumonia,
Hemophilus influenza, Legionella pneumophila, chlamydia pneumonia, anaerob
oral, adenovirus, influenza tipe A dan B.10
2. Yang didapat di rumah sakit: basil usus gram negative (E. coli, Klebsiella
pneumonia), Pseudomonas aeruginosa, Staphylococcus aureus, anaerob oral.
C. GEJALA DAN TANDA
Menegakkan diagnosis pneumonia pada pasien usia lanjut masih merupakan
tantangan bagi para klinisi mengingat tampilan klinis yang tidak lengkap dan tidak
spesifik. Gejala dan tanda pneumonia yang khas sering tidak didapatkan pada pasien
usia lanjut.
Hasil studi pada pasien usia lanjut dengan pneumonia, melaporkan bahwa gejala-
gejala saluran pernapasan seperti batuk dan sesak napas lebih jarang dikeluhkan pada
kelompok usia yang lebih tua, sesak napas dan ronki pada umumnya lebih sering
ditemukan. Sementara itu, gejala berupa nyeri dada pleuritik dan hemoptisis lebih
banyak pada kelompok usia muda. Gejala khas dari pneumonia adalah demam,
menggigil, berkeringat, batuk (baik non produktif atau produktif atau menghasilkan
sputum berlendir, purulen, atau bercak darah), sakit dada karena pleuritis dan sesak.
Gejala umum lainnya adalah pasien lebih suka berbaring pada 5 yang sakit dengan lutut
tertekuk karena nyeri dada.
D. PATOGENESIS
Dalam keadaan sehat, pada paru tidak akan terjadi pertumbuhan mikroorganisme,
keadaan ini disebabkan oleh mekanisme pertahanan paru. Terdapat bakteri di dalam
paru merupakan akibat ketidakseimbangan antara daya tahan tubuh, mikroorganisme
dan lingkungan, sehingga mikroorganisme dapat berkembang biak dan menimbulkan
penyakit. Pneumonia terjadi apabila mikroba masuk ke saluran napas bagian bawah.
Ada empat rute masuknya mikroba tersebut ke dalam saluran napas bagian bawah yaitu:
1. Aspirasi, merupakan rute terbanyak pada kasus-kasus tertentu seperti kasus
neurologis dan usia lanjut. Sehingga perlu untuk dilakukan reposisi seperti miring
kanan, miring kiri untuk menghindari adanya penumpukan secret di paru-paru
2. Inhalasi, misalnya kontaminasi pada alat-alat bantu napas yang digunakan pasien
seperti terpasang ventilator, masker, trakeostomi dan alat bantu pernafasan.
Sehingga harus dilakukan perawatan seperti suction, membersihkan mulut dan
hidung, dan membersihkan alat bantu pernafasan untuk mencegah infeksi yang
masuk.
3. Hematogenik yaitu persebaran melalui pembulu darah seperti selang infuse.
Sehingga harus dilakukan perawatan pada area pemasangan infuse dan mengganti
jika telah lebih dari 4 hari pemasangan.
4. Penyebaran langsung melalui udara, makanan. Perlu untuk memberikan ventilasi
pada ruangan seperti membuka jendela dan pintu di pagi hari untuk pertukaran
oksigen, menjaga kebersihan ruangan, perlengkapan dan peralatan pasien.
E. DIAGNOSIS
Diagnosis pneumonia didasarkan kepada riwayat penyakit yang lengkap,
pemeriksaan fisik yang teliti dan pemeriksaan penunjang. Diagnosis pasti pneumonia
ditegakkan jika pada foto toraks terdapat infiltrat baru atau infiltrat progresif ditambah
dengan 2 atau lebih gejala di bawah ini:
1. Batuk-batuk bertambah
2. Perubahan karakteristik dahak/purulen
3. Suhu tubuh > 38C (aksila) /riwayat demam
4. Pemeriksaan fisis: ditemukan tanda-tanda konsolidasi, suara napas bronkial dan
ronki
5. Leukosit > 10.000 atau < 4500 12,13 Penilaian derajat keparahan penyakit
pneumonia dapat dilakukan dengan menggunakan sistem skor menurut hasil
penelitian Pneumonia Patient Outcome Research Team (PORT)
F. PENATALAKSANAAN
Pada prinsipnya penatalaksaan utama pneumonia adalah memberikan antibiotik
tertentu terhadap kuman tertentu infeksi pneumonia. Pemberian antibitotik bertujuan
untuk memberikan terapi kausal terhadap kuman penyebab infeksi, akan tetapi sebelum
antibiotika definitif diberikan antibiotik empiris dan terapi suportif perlu diberikan
untuk menjaga kondisi pasien.
Tindakan suportif meliputi oksigen untuk mempertahankan PaO2 > 8 kPa
(SaO2 > 92%) dan resusitasi cairan intravena untuk memastikan stabilitas
hemodinamik. Bantuan ventilasi: ventilasi non invasif (misalnya tekanan jalan napas
positif kontinu (continous positive airway pressure), atau ventilasi mekanis mungkin
diperlukan pada gagal napas. Bila demam atau 9 nyeri pleuritik dapat diberikan
antipiretik analgesik serta dapat diberika mukolitik atau ekspektoran untuk mengurangi
dahak.
G. PENCEGAHAN
1. Istirahat yang cukup untuk meningkatkan imunitas tubuh
2. Mengganti posisi pasien setiap 2 jam sekali (miring kanan, miring kiri, terlentang)
3. Mobilisasi sedini mungkin sesuai dengan anjuran dokter.
4. Keluarga diinstruksikan untuk mencuci tangan di setiap 5 momen dengan 6
langkah. Adapun 5 momen yaitu sebelum menyentuh pasien, sebelum tindakan
aseptik, setelah terpapar cairan pasien, setelah menyentuh pasien, dan setelah
kontak lingkungan di sekitar pasien. Langkah-langkah mencusi tangan ada 6
yaitu:

5. Menggunakan alat pelindung diri seperti masker. Alat yang digunakan pasien
harus diganti misalnya selang makan, jarum infus, dll.
6. Keluarga melakukan fisioterapi nafas kepada pasien. Hal yang dapat dilakukan
ialah sebagai berikut:
a. Clapping (Menepuk-nepuk dada) : Untuk membantu mendorong dalam
mengeluarkan secret didalam paru – paru yang diharapkan dapat keluar secara
gaya berat (Gravitasi). Teknik ini dilakukan dengan menepuk – nepukkan
tangan dalam posisi tertelungkup
Caranya ialah :
1)Menepuk – nepuk pada dinding thorak pasien (± 30 menit satu kali
fisioterapi nafas)
2)Penepukan dapat membuat secret terlepas, sehingga udara dapat masuk ke
paru – paru dan secret bias keluar ke arah bronchus dan trachea, lalu klien
disuruh batuk
3)Pada waktu penepukan perhatikanlah keadaan umum pasien dan reaksi
pasien
b. Vibrating (menggetarkan) : tujuannya untuk merangsang terjadinya batuk dan
membantu melancarkan pengeluaran secret
Caranya ialah :
1) Klien disuruh bernafas diafragma
2) Letakkan kedua tangan diatas dinding thorak paad waktu klien
mengeluarkan nafas, kita lakukan tindakan menggetarkan tangan (vibrating)
3) Setelah dilakukan vibrasi sebanyak 3 – 4 kali, lalu klien disuruh batuk
c. Batuk efektif : untuk mengeluarkan benda asing dari dalam saluran pernafasan
secara efisien termasuk mengeluarkan secret dari traktus respiratorius.
Caranya ialah :
1) Pasien diinstruksikan untuk menarik nafas dalam selama 3 detik
2) Kemudian pasien diinstruksikan untuk batuk
7. Ventilasi ruangan baik
8. Batasi pengunjung untuk meminimalisir penyaluran bakteri
9. Nebulizer
Alat nebulizer terdiri dari kompresor udara, masker atau corong mulut, tabung
kompresor, dan cangkir nebulizer atau wadah obat. Obat yang biasa digunakan
adalah obat asma (bronkodilator), obat antiradang, dan obat pengencer dahak.
10. Suction
Suction adalah pengisapan lendir pada hidung dan atau mulut. Tujuan dari suction
adalah mempertahankan kepatenan jalan nafas dan membebaskan jalan nafas dari
secret/ lendir yang menumpuk. Atur posisi klien, jika klien sadar : posisi semi
fowler kepala miring ke satu sisi (oral suction) dan posisi fowler dengan leher
ekstensi (nasal suction). Sedangkan jika klien tidak sadar : baringkan klien dengan
posisi lateral menghadap pelaksana tindakan (oral/nasal suction).
DAFTAR PUSTAKA

Dunn, L. 2007. Pneumonia : Classification, Diagnosis and Nursing Management. Royal


Collage of Nursing Standard Great Britain. 19(42). hal :50-54.
Mandell LA, Wunderink RG, Anzueto A, et al. 2007. Infectious Diseases Society of
America/American Thoracic Society consensus guidelines on the management of
community-acquired pneumonia in adults. Clin Infect Dis; 44: Suppl. 2, S27–S72.
Sari. EF, dkk. 2016. Faktor–Faktor yang Berhubungan dengan Diagnosis Pneumonia pada
Pasien Usia Lanjut. Jurnal Penyakit Dalam Indonesia vol 3. No 4
Efni, Yulia, dkk. 2016. Faktor Risiko yang Berhubungan dengan Kejadian Pneumonia pada
Balita di Kelurahan Air Tawar Barat Padang. Jurnal Kesehatan Andalas.; 5(2)
American Thoracic Society. 2001 Guidelines for management of adults with community-
acquired pneumonia. Diagnosis, assessment of severity, antimicrobial therapy, and
prevention. Am J Respir Crit.Care Med; 163: 1730-54
DAFTAR HADIR PESERTA
PENYULUHAN KESEHATAN
DI RUANG SERUNI RSUD Dr. SOETOMO SURABAYA

No. Nama Tanda Tangan


1 1.
2 2.
3 3.
4 4.
5 5.
6 6.
7 7.
8 8.
9 9.
10 10.
11 11.
12 12.
13 13.
14 14.
15 15.
16 16.
17 17.
18 18.
19 19.

20 20.
LEMBAR OBSERVASI

KRITERIA STRUKTUR KRITERIA PROSES KRITERIA HASIL


1. Peserta hadir 1. Masing-masing anggota Tim Peserta dapat menjawab pertanyaan
ditempat penyuluhan bekerja sesuai dengan tugas. yang diajukan tentang
15 menit sebelum a. Moderator 1. Pengertian pneumonia
acara dimulai ( )  Membuka kegiatan ( ) 2. Penyebab pneumonia
2. Penyelenggaraan  Tidak berbelit-belit ( ) 3. Tanda dan gejala kanker
Penyuluhan dilakukan  Susunan acara jelas ( ) serviks
di Ruang Merak b. Penyaji 4. Patogenesis pneumonia
RSUD Dr.Soetomo  Komunikatif ( ) 5. Diagnosis pneumonia
Surabaya ( ) 6. Pencegahan pneumonia
 Menyampaikan isi dengan
3. Pengorganisasian 7. Penatalaksanaan pneumonia
jelas ( )
dilaksanakan sebelum
 Sesuai/tepat waktu ( )
penyuluhan ( )
c. Fasilitator
 membantu menyiapkan
perlengkapan penyuluhan
( )
 Memotivasi audiens untuk
bertanya( )
 Membantu penyaji dalam
menganggapi pertanyaan
audiens ( )
2. Peserta antusias terhadap
materi penyuluhan yang
diberikan, serta peserta yang
terlibat aktif dalam penyuluhan
50 % dari yang hadir.( )
3. Peserta Tidak ada yang
meninggalkan tempat sebelum
penyuluhan selesai( )

Anda mungkin juga menyukai