Anda di halaman 1dari 8

ADVOKASI KESEHATAN

CACINGAN

DOSEN PENGAMPU: Aidil Haviz, SKM, Msc. PH

KELOMPOK 6:
Yuyun Peni Astri
Etriyani Kontesa
Rahmat Oktady Bardani
Nur Muhamad

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HARAPAN IBU JAMBI


PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
TAHUN 2019
A. Pendahuluan

Latar Belakang

Kecacingan masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di


berbagai belahan dunia termasuk di Indonesia. Kecacingan menggambarkan
masalah kesehatan masyarakat khususnya di daerah tropis dimana kondisi
sanitasi masih belum memadai. Ada tiga jenis cacing yang umumnya
menginfeksi anak-anak, khususnya usia prasekolah dan memberikan dampak
yaitu: Ascaris lumbricoides (cacing gelang), Ancylostoma duodenale (cacing
tambang) dan Trichiuris trichiura (cacing cambuk). Cacingan secara umum
mengakibatkan kerugian langsung oleh karena adanya gangguan pada intake
makanan, pencernaan, penyerapan serta metabolismenya. Secara kumulatif,
infeksi cacing atau cacingan dapat menimbulkan kerugian gizi berupa
kekurangan kalori dan protein serta kehilangan darah. Hal ini akan
mengakibatkan hambatan perkembangan fisik, kecerdasan dan produktifitas
kerja, dapat menurunkan ketahanan tubuh sehingga mudah terkena penyakit
lainnya. Kecacingan terbukti memberikan dampak yang sangat nyata bagi
kesehatan anak. Infeksi cacing berhubungan erat dengan kehilangan
mikronutrien, malabsorbsi vitamin A pada anak prasekolah yang
mengakibatkan malnutrisi, anemi dan retardasi pertumbuhan (Stunting ).
Sebagai salah satu upaya intervensi spescifik Pemerintah menetapkan
target program penanggulangan cacingan berupa reduksi cacingan pada tahun
2019 yaitu berupa berupa penurunan prevalensi cacingan sampai dengan di
bawah 10% (sepuluh persen) di setiap daerah kabupaten/kota, dengan
demikian diperlukan upaya sistematis dan terpadu untuk mencapai reduksi
sesuai target yang telah ditetapkan. Prevalensi cacingan di Indonesia pada
umumnya masih tinggi, terutama pada golongan penduduk dengan ekonomi
rendah, sanitasi yang buruk, akses air bersih yang rendah dan perilaku hidup
yang tidak sehat. Hal-hal tersebut menjadi faktor pendukung timbulnya angka
cacingan yang tinggi karena memudahkan parasit cacing untuk berkembang
biak dengan pesat dan menjakit ke masyarakat. Secara nasional, prevalensi
cacingan per kabupaten/kota sangat bervariasi dari 2.5%-62% dengan kisaran
pervalensi nasional di Indonesia adalah sebesar 28,1%.
Berdasarkan data prevalensi tersebut, dilaksanakan upaya pengobatan
untuk pencegahan melalui Pemberian Obat Pencegahan Massal (POPM)
Cacingan. POPM perlu diberikan pada penduduk sasaran di seluruh
kabupaten/kota di Indonesia. POPM cacingan dapat dilaksanakan secara
terintegrasi dengan program POPM Filariasis, penjaringan anak sekolah,
usaha kesehatan sekolah, pemberian vitamin A di posyandu, Pemberian
Makanan Tambahan Anak Sekolah (PMT-AS) serta program kesehatan
lainnya. Kegiatan POPM cacingan harus diikuti dengan kegiatan penyuluhan
tentang hidup bersih dan memperbaiki sanitasi lingkungan di wilayah
tersebut. Mengingat penularan cacingan dapat dipengaruhi oleh berbagai
faktor maka diperlukan upaya dan peran seluruh pihak baik pemerintah pusat,
pemerintah daerah, lintas program dan lintas sektor dalam
penanggulangannya sesuai tugas dan fungsi masing-masing dalam
mendukung tercapainya target penurunan prevalensi cacingan. Upaya-upaya
tersebut dapat diwujudkan yaitu dengan meningkatkan koordinasi lintas
program, lintas sektor, dan peran serta masyarakat, mendorong program
penanggulangan cacingan masuk dalam rencana perbaikan kualitas air,
berkoordinasi dengan kementerian yang bertanggung jawab dalam
penyediaan sarana air bersih; melakukan sosialisasi perilaku hidup bersih dan
sehat di pendidikan anak usia dini dan sekolah dasar atau madrasah ibtidaiyah
serta kegiatan-kegiatan lainnya sebagaimana terlampir pada Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 15 Tahun 2017 (hal. 34-38).

B. Tujuan :
a. Tujuan Umum : Mensosialisasikan kegiatan penanggulangan cacingan
terintegrasi.

b. Tujuan Khusus :

• Menginformasikan kebijakan tekhnis tentang penanggulangan


kecacingan
• Mengusulkan pemberian obat cacing massal pada anak usia 1-12 tahun.
• Mengusulkan diadakannya program kesehatan lingkungan dengan
pengelolaan air bersih, Sanitasi, Hygiene education, dan deworming.
• Melakukan Promosi kesehatan Prilaku hidup bersih dan sehat.

C. Identifikasi masalah
WHO (2015) melaporkan Lebih dari 1.5 milyar orang atau 24% penduduk
dunia, terinfeksi cacingan. Lebih dari 270 juta anak pra sekolah dan lebih dari 600
juta anak usia sekolah di dunia tinggal di area yang mudah tertular cacingan dan
membutuhkan pengobatan dan pencegahan cacingan dan lebih dari 58 juta anak
menjadi sasaran minum obat cacing di Indonesia. Hasil Survei prefalensi cacingan
di Indonesia pada anak SD pada tahun 2002-2013, prevalensi cacingan berkisar
antara 0,5 - 85,9% dan rata-rata prevalensi nasional berada pada angka 28,25%.
Menurut data Prevalensi cacingan pada anak SD di Indonesia, survei yang
dilakukan pada tahun 2002-2013 didapatkan bahwa angka yang tertinggi yaitu
Provinsi sumatera barat (85,9%) dan yang terendah ada pada Sulawesi Utara
(0.5%), sedangkang untuk provinsi Jambi sendiri didapatkan data prevalensinya
tertingginya yaitu 58.2% dan terendah 10%.
Data yang didapat dari Dinas kesehatan kota Jambi diperoleh data pada tahun
2011 sebanyak 946 kasus kecacingan yang mana angka kejadian tertinggi terjadi
diwilayah kerja puskesmas Tahtul Yaman Seberang yaitu 241 kasus.

D. Analisis situasi
a. Data Geografis
Secara geografi wilayah Kota Jambi terletak di antara :
Bujur Timur sampai  Bujur Timur
 Lintang Selatan sampai  Lintang Selatan dengan luas

wilayah 205,38 Km2 atau sekitar 0,38 persen dari luas Provinsi Jambi.

Wilayah Kota Jambi secara keseluruhan terdiri atas daratan dengan luas

20.538 ha atau seluas 205,38 Km2. Topografi wilayah Kota Jambi terdiri
atas wilayah datar dengan kemiringan 0 hingga 2 %, bergelombang dengan
kemiringan 2 hingga 15 % dan curam dengan kemiringan 15 hingga 40 %
dengan luas lahan berdasarkan topografi adalah sebagai berikut :
a. Datar (1-2%) = 11.326 ha (55 %)
b. Bergelombang (2-15%) = 8.081 ha (3,1%)
c. Curam (15 – 40%) = 1 ha (0,002%)
b. Iklim
Dari sisi iklim, Kota Jambi termasuk beriklim tropis. Musim hujan jatuh
pada bulan Oktober sampai April (dipengaruhi oleh Musim Timur Selatan) dan
musim kemarau pada bulan April sampai Oktober (dipengaruhi oleh Musim
Barat). Keadaan iklim rata-rata Kota Jambi dalam kurun waktu tahun 2008 –
2012 terlihat sangat berfluktuasi. Suhu udara rata-rata terendah berkisar
 C dan tertinggi berkisar  C. Kelembaban udara rata-rata
terendah berkisar 83,33 % dan tertinggi berkisar 84,00 %. Curah hujan rata-rata
terendah berkisar 143,50 mm/tahun dan tertinggi berkisar 231, 43 mm/tahun.
Sedangkan kecepatan angina rata-rata terendah berkisar 7,00 knot dan tertinggi
berkisar 11,25 knot.
c. Ketinggian
Wilayah Kota Jambi memiliki ketinggian dengan kisaran 10 – 60 m
dari permukaan laut. Berdasarkan kecamatan, sebagian besar wilayah
Kecamatan Pasar Jambi, Pelayangan, dan Danau Teluk berada pada ketinggian 0
– 10 meter dari permukaan laut, sedangkan wilayah Kecamatan Telanaipura,
Jambi Selatan, Jambi Timur dan Kotabaru sebagian besar berada pada ketinggian
10 – 40 meter dari permukaan laut.
d. Kependudukan
Luas wilayah Kota Jambi adalah 205,38 km2 dengan jumlah penduduk
tahun 2015 sebesar 576.067 jiwa, maka kepadatan penduduk Kota Jambi tahun
2015 adalah 2.805 jiwa/km2. Kepadatan penduduk 2015 meningkat dibanding
tahun 2014 yang sebesar 2.766 jiwa/km2. Ini terlihat dari begitu banyak
perumahan-perumahan yang dibangun di Kota Jambi untuk memenuhi
permintaan perumahan bagi masyarakat dan akan terus meningkat dengan adanya
program satu juta rumah yang dicanangkan.
Kepadatan penduduk per kecamatan cukup bervariasi sesuai dengan
kemudahan akses dan pusat pengembangan pembangunan daerah Jambi.
Kecamatan dengan kepadatan tertinggi adalah kecamatan Jelutung, yakni 7.892
jiwa/km2. Luas wilayah Kecamatan Jelutung hanya sebesar 7,92 km2, terkecil
kedua setelah Kecamatan Pasar Jambi yang hanya 4,02 km2. Kecamatan Jelutung
ini terletak di lokasi yang strategis, di tengah kota, dekat pusat perkantoran dan
pertokoan sehingga menjadi primadona tempat tinggal.
Kecamatan Pasar Jambi merupakan kecamatan dengan luas wilayah
terkecil dan kecenderungan jumlah penduduk yang berkurang dari tahun ke tahun.
Hal ini dikarenakan Kecamatan Pasar Jambi merupakan pusat bisnis di Kota
Jambi, perlahan penduduknya berpindah ke Kecamatan lain.
Kecamatan dengan kepadatan penduduk terendah adalah Kecamatan
Danau Teluk, yaitu hanya sekitar 764 jiwa/km2 dengan luas wilayah sekitar dua
kali lebih luas dibanding Kecamatan Jelutung, yakni 15,70 km2. Di Kecamatan
Danau Teluk ini masih terdapat banyak perkebunan dan sebagian penduduk di
sini berpindah ke kecamatan lain yang dekat dengan pusat kota. Ini salah satu
penyebab kepadatan penduduk yang rendah.
e. Analisa Kesehatan
Dikota jambi, kecamatan pelayangan adalah salah satu kecamatan yang
memiliki factor resiko kasus kecacingan tertinggi, dari 58 siswa sekolah dasar
yang berada di kecamatan pelayangan didapatkan 12 siswa yang positif terinfeksi
kecacingan. Infeksi cacing terbanyak yaitu cacing trichuris trichiura.
Dari survei yang dilihat dari beberapa sekolah yang ada di kecamatan
pelayangan, terlihat beberapa anak yang terlihat kurus dan lingkungan didaerah
kecamatan pelayangan seberang kota jambi masih banyak dijumpai pemukiman
yang belum memenuhi sanitasi lingkungan.
Tingginya angka kecacingan pada anak di beberapa provinsi, tidak
terkecuali Jambi, dikarenakan meraka sering bermain atau konta dengan tanah
yang merupakan tempat tumbuh dan berkembang cacng-cacing perut dan
kebiasaan yang kurang higienis.
E. Prioritas masalah
Dengan tingginya kasus kecacingan yang terjadi di wilayah kerja puskesmas
Tahtul Yaman membuat kasus kecacingan menjadi hal yang patut untuk di atasi
di wilayah kerja Puskesmas Tahtul Yaman.
F. Landasan teori
Kecacingan merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasite berupa
cacing. Cacing umumnya tidak menyebabkan penyakit berat sehingga sering kali
diabaikan walaupun sesungguhnya memberikan gangguan kesehatan. Tetapi
dalam keadaan infeksi berat atau keadaan yang luar biasa, kecacingan cenderung
memberikan analisa keliru ke arah penyakit lain dan tidak jarang dapat berakibat
fatal (Margono, 2008).
Kecacingan menjadi sangat sulit untuk dihilangkan dikarenakan factor
ekonomi Indonesia yang masih dalam keadaan berkembang yang membuat
sanitasi lingkungan belum memadai dan terlebih dengan iklim Indonesia yang
sesuai untuk pertumbuhan cacing.

G. NARASUMBER dan Materi Pertemuan:


1. Pembukaan oleh Bapak Kepala Dinas Kesehatan Kota Jambi
2. Kebijakan Penaggulangan Kecacingan oleh Ibu Kepala Bidang P2P Dinkes
Kota Jambi
3. Rencana Aksi Penanggulangan Cacingan
4. Kesiapan Penyediaan obat dalam rangka intervensi gizi spescifik oleh
Pengelola Program Kecacingan
5. Monitoring Evaluasi Pasca POPM Kecacingnan oleh kasi P2PM Dinkes
Kota Jambi

H. Peserta Pertemuan :
Kegiatan Pertemuan Advokasi POPM Cacingan ini akan diikuti oleh RT/RW
Kecamatan Pelayangan atau Wilayah kerja puskesmas Tahtul Yaman yang masing-
masing peserta yang terdiri dari:
Kabupaten Tanjung Jabung Timur
• DPRD Yang membidangi Kesehatan : 1 Orang
• Kepala Bapeda : 1 Orang
• Kepala Dinas Kesehatan : 1 orang
• Kepala Dinas Pendidikan : 1 Orang
• Kemetrian Agama : 1 Orang
• Lurah : 1 Orang
• Camat : 1 Orang
• Tokoh Masyarakat : 1 Orang
• Kepala Puskesmas : 1 Orang
• Ketua RT/RW : 12 Orang
• Pengelola Program Kecacingan : 1 Orang
• Kepala Sekolah SD Wilayah Pelayangan : 6 Orang
• Orang Tua/Wali siswa SD Wilayah Pelayangan : 11 Orang
• PKK : 1 Orang
Jumlah : 40 Orang

E. Waktu danTempat Pelaksanaan

Pertemuan Advokasi POPM Cacigan Tahun 2019 dilaksanakan


bulan Februari sampai Maret 2019

Anda mungkin juga menyukai