I. Tujuan
1.1. Menentukan reaksi uji biuret pada larutan albumin telur (1:5)
1.2. Menentukan kelarutan albumin telur (1:5) terhadap larutan logam
1.3. Menentukan kelarutan albumin telur (1:5) terhadap garam
1.4. Menentukan pengaruhi pH terhadap protein
1.5. Menentukan profil dan berat molekul protein setiap fraksi amonium sulfat
Albumin +
Larutan berwarna
Biuret reagen
ungu transparan
biuret
Albumin + Terbentuk
HgCl2 endapan putih
Pengendapan
dengan
logam
Albumin + Terbentuk
Pb-OAc endapan putih
Pengendapan Endapan +
Endapan berwana
dengan reagen
merah
garam millon
Endapan +
Endapan larut
aqua dm
Filtrat +
Larutan berwarna
reagen
biru transparan
biuret
Larutan keruh,
Albumin +
terbentuk
HCl
endapan putih
Pengaruh pH
terhadap
Albumin + Larutan tidak
protein
NaOH berwarna
Larutan sangat
Albumin + keruh, terbentuk
buffer asetat banyak endapan
putih
Albumin Kontrol
Pengaruh pH 1. Albumin
terhadap + HCl
protein 2. Albumin
+ NaOH
3. Albumin
+ buffer
asetat
4. Albumin
(kontrol)
IV. Pembahasan
Uji Biuret merupakan salah satu cara yang digunakan untuk menguji keberadaan
protein di dalam larutan. Uji Biuret dilakukan dengan penambahan ion Cu2+ pada
suasana basa. Pada percobaan ini, sumber ion Cu2+ yang digunakan adalah larutan
CuSO4. Larutan CuSO4 merupakan elektrolit kuat, sehingga di dalam larutan akan
terdisosiasi menjadi ion Cu2+ dan ion SO42-.
Uji Biuret akan menghasilkan larutan berwarna violet jika terdapat protein di
dalam larutan. Warna violet tersebut merupakan akibat dari resonansi dari pasangan
elektron bebas atom O pada karbonil yang mana pembentukan ion Cu2+ dengan protein
merupakan pembentukan kompleks. Struktur kompleks yang terbentuk adalah sebagai
berikut
Pada percobaan ini, laruta albumin telur (1:5) memberikan sinyal positif pada uji
Biuret. Sehingga dapat disimpulkan bahwa albumin telur mengandung protein.
Protein pada larutan albumin telur (1:5) yang digunakan pada percobaan ini dapat
berikatan dengan logam yang bermuatan positif dikarenakan proteinnya bermuatan
negatif. Protein yang bermuatan negatif ini diakibatkan oleh pH larutan yang berada di
atas nilai PI. Larutan albumin telur (1:5) memiliki nilai PI sebesar 4,7. Sehingga dengan
penambahan ion Hg2+ dan ion Pb2+, protein dan kedua logam tersebut akan membentuk
garam yang tidak larut dalam air karena muatan protein menjadi netral. Sumber ion
Hg2+ dan Pb2+ pada percobaan ini berturut-turut adalah larutan HgCl2 dan
Pb(CH3COOH)2. Uji ini dapat diaplikasikan sebagai penawar keracunan Pb dengan
putih telur, karena dengan adanya ion positif dari logam berat maka protein dapat
mengikat logam berat tersebut sehingga tidak menggangu aktifitas enzim di dalam
tubuh.
Pada percobaan ini, dilakukan fenomena salting out pada larutan albumin telur
(1:5), sehingga protein mengendap. Pengendapan protein dibuktikan dengan dilakukan
uji Biuret pada filtrat yang dihasilkan, uji Millon, dan uji kelarutan terhadap air pada
endapan yang terbentuk. Uji Biuret pada filtrat memberikan hasil berupa larutan
berwarna biru yang menandakan di dalam filtrat tidak terdapat protein. Uji Millon pada
endapan membentuk endapan berwarna merah bata yang menandakan terdapat asam
amino tirosin di dalam endapan yang terbentuk. Uji kelarutan terhadap air pada
endapan menyebabkan endapan menjadi larut dalam air yang menandakan terdapat
protein di dalam endapan yang terbentuk.
Sebenarnya pada proses salting out dan salting in yang dilakukan pada percobaan
ini tidak mendenaturasi protein secara keseluruhan. Denaturasi yang terjadi pada
protein hanya denaturasi parsial saja. Denaturasi yang terjadi yaitu pada bagian
hidrofiliknya saja sehingga dapat ‘diperbaiki’ dengan cara penambahan larutan buffer
sehingga diperoleh protein yang utuh kembali.
Uji Millon digunakan untuk menguji keberadaan asam amino tirosin di dalam
larutan. Reagen Millon merupakan larutan merkuri dalam asam nitrat. Ketika
ditambahkan reagen Millon pertama kali, akan terbentuk endapan putih. Endapan putih
terbentuk karena protein terdenaturasi akibat garam merkuri yang terdapat di dalam
reagen Millon. Setelah dilakukan pemanasan, tirosin akan bereaksi dengan asam nitrat,
dan hasilnya reaksinya akan membentuk kompleks berwarna merah dengan merkuri.
Reaksinya adalah sebagai berikut
V. Kesimpulan
Dari hasil percobaan, diperoleh larutan albumin telur (1:5) memberikan hasil
positif pada uji Biuret yaitu terbentuknya larutan berwarna violet transparan. Dengan
larutan logam, larutan albumin telur (1:5) mengendap membentuk endapan warna
putih. Dengan penambahan garam amonium sulfat, albumin telur (1:5) mengendap.
Pada uji pengaruh pH terhadap protein diperoleh hasil pH asam, larutan albumin telur
(1:5) mengalai denaturasi yaitu membentuk endapan putih dan larutan yang lebih
keruh. Pada pH basa, kelarutan albumin telur (1:5) meningkat dan membentuk larutan
tak berwarna. Sedangkan pada pH netral, protein membentuk zwitter ion yang
mengendap karena total muatannya 0. Kemudian pada fraksinasi protein dengan
amonium sulfat, diperoleh endapan paling banyak pada fraksi 70%.
Elly, K. 2009. Pembuatan Konsentrat Protein Dari Biji Kecipir Dengan Penambahan
HCl. Jurnal Penelitian Ilmu Teknik, 9 (2), 115-122.
Haris, R., & Karmas, E. 1989. Evaluasi Gizi Pada Pengolahan Bahan Pangan.
Bandung: ITB.
Marzuki, I., Amirullah, & Fitriana. 2010. Kimia Dalam Keperawatan. Sulawesi
Selatan: Pustaka As Salam.
Suhardi. 1991. Kimia dan Teknologi Protein. Yogyakarta: PAU Pangan dan Gizi UGM.
Winarno, F.G. 1992. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.