Anda di halaman 1dari 15

PENGANTAR METODOLOGI STUDI ISLAM

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Metodologi Studi Islam

Dosen Pengampu :

Husnul Khotimah, M.Pd.I

Disusun Oleh :

1. RAA’IDAH IMRO’ATUL AFIIFAH (932207318)


2. CHINDY OCHTAVIANA PUTRI (932208718)
3. UUM MIDAH LESTARI (932209718)

FAKULTAS TARBIYAH
PROGRAM STUDI TADRIS BAHASA INGGRIS
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
KEDIRI
TAHUN 2018
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Mata kuliah Metodologi Studi Islam (MSI) adalah salah satu mata
kuliah yang wajib ditempuh oleh mahasiswa Program Strata Satu (S.1)
pada Perguruan Tinggi Islam sebagai mata kuliah umum institusi. Mata
kuliah ini dimaksudkan untuk memberi bekal kepada mahasiswa sebagai
pengantar studi agar memiliki pemahaman terhadap islam secara
komprehensif dari berbagai aspeknya, mengetahui berbagai metode dan
pendekatan dalam mempelajari Islam. Mata kuliah ini difokuskan pada
upaya mempelajari Islam secara efektif dan efisien sehingga mahasiswa
dalam waktu yang relatif singkat memperoleh pengetahuan yang
komprehensif tentang islam.
Metodologi Studi Islam berhubungan erat dengan mata kuliah yang
lain, seperti mata kuliah Ulumul Quran, Tafsir, Ulumul Hadist, Hadist,
Tauhid, Fikih, Akhlak, Tasawuf, Filsafat dan Pembaharuan Pemikiran
Islam. Namun demikian MSI pembahasnnya berbeda denga pembahasan
matakuliah tersebut diatas. MSI diarahkan pada upaya mempelajari Islam.
Tegasnya, metode dan pendekatan mempelajari Qur’an, Sunnah, Fikih,
Tauhid, Akhlak-Tasawuf, Filsafat dan pengamalan Islam, bukan
mempelajari isinya. Jika disana-sini terdapat pembahasan yang menyentuh
matakuliah yang lain, hanyalah sebagai contoh aplikasi metode
mempelajari materi bukan mendalami materi.
Mata kuliah MSI memiliki kegunaan teoritis dan praktis. Secara
teoritis mahasiswa akan memiliki pengetahuan tentang Islam dengan
komprehensif dalam berbagai aspeknya. Dengan demikian pengetahuan
tentang Islamnya menjadi luas dan dalam mempelajarinya menggunakan
metode dan pendekatan yang relevan. Secara praktis mahasiswa yang telah
mempelajari MSI akan memiliki sikap dan pandangan yang luas tentang
Islam, bersikap toleran terhadap pihak lainyang berbeda pendapat dan

2
dapat menghargai pihak lain yang menggunakan metode dan pendekatan
yang berbeda.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan diatas dapat diambil rumusan masalah sebagai
berikut :
1. Apa Pengertian Studi Islam?
2. Bagaimana Urgensi Mempelajari Studi Islam?
3. Bagaimana Sejarah Pertumbuhan Studi Islam?
4. Bagaimana Tata Cara Mempelajari Studi Islam?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini yaitu:
1. Untuk Mengetahui Pengertian Studi Islam
2. Untuk Mengetahui Urgensi Mempelajari Studi Islam
3. Untuk Mengetahui Sejarah Pertumbuhan Studi Islam
4. Untuk Mengetahui Tata Cara Mempelajari Studi Islam.

3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Studi Islam
Kata "metodologi" berasal dari bahasa Yunani yakni metodhos
dan Logos, methodos berarti cara, kiat dan seluk-beluk yang berkaitan
dengan upaya menyelesaikan sesuatu, sementara Logos berarti ilmu
pengetahuan, cakrawala dan wawasan. Sedangkan Studi Islam secara
etimologis merupakan terjemahan dari Bahasa Arab Dirasah
Islamiyah. Sedangkan Studi Islam di barat di kenal dengan istilah
Islamic Studies. Maka Studi Islam secara harfiah adalah kajian
mengenai hal-hal yang bekaitan dengan Islam. Makna ini sangat
umum sehingga perlu ada spesifikasi pengertian terminologis tentang
Studi Islam dalam kajian yang sistematis dan terpadu. Dengan kata
lain Studi Islam adalah usaha sadar dan sistematis untuk mengetahui
dan memahami serta membahas secara mendalam seluk beluk atau
hal-hal yang berhubungan dengan agama islam, baik ajaran, sejarah
maupun praktik-praktik pelaksanaannya secara nyata dalam kehidupan
sehari-hari, sepanjang sejarahnya.1
Jadi istilah metodologi studi Islam digunakan ketika
seseorang ingin membahas kajian kajian seputar ragam metode yang
biasa digunakan dalam studi Islam. Metodologi juga berguna untuk
membantu seseorang dalam mengembangkan keilmuwan yg
dimilikinya dan mengadakan pemahaman keislaman secara utuh dan
komprehensif. Dengan kata lain MSI adalah pengantar umum tentang
khazanah ilmu ilmu pengetahuan dasar keislaman yang diperuntukkan
sebagai pengenalan awal bagi semua ilmuan sebelum melangkah ke
dalam kajian disiplin2 ilmu khusus sesuai dengan bidang kajian
masing masing. MSI bukanlah studi Islam bagi pemula (the islamic

1 Anwar, Rosihon., Pengantar Studi Islam, (Bandung : pustaka setia).,2009, 25

4
study for the beginner) akan tetapi lebih sebagai the islamic Studies in
the beginning studi ilmu ilmu keislaman permulaan.2

B. Urgensi Mempelajari Studi Islam


Dari segi tingkatan kebudayaan, agama merupakan universal
cultural. Salah satu prinsip fungsional menyatakan bahwa segala
sesuatu yang tidak berfungsi pasti akan lenyap dengan sendirinya.
Karenanya agama Islam dari dulu hingga sekarang dengan tangguh
menyatakan eksistensinya. Hal ini berarti bahwa agama mempunyai
dan memerankan sejumlah peran dan fungsinya di masyarakat. Oleh
karena itu, Studi Islam dituntut untuk membuka dirinya agar Studi
Islam mampu berkembang dan beradaptasi dengan dunia modern serta
menjawab tantangan kehidupan dunia dan budaya modern.
Adapun Urgensi Studi Islam yang dapat dipahami sebagai berikut:
1. Umat islam saat ini berada dalam kondisi problematic
Umat islam pada saat ini berada pada masa yang lemah
dalam segala aspek kehidupan social budaya yang mana harus
berhadapan dengan dunia modern yang serba psraktis dan maju.
Oleh karena itu, umat islam tidak boleh terjebak pada romantisme,
artinya menyibukkan diri untuk membesar-besarkan kejayaan masa
lalu yang terwujud dalam sejarah islam, sementara saat ini islam
masih silau menghadapi masa depannya. umat islam memang
berada dalam suasana problematic. Jika sekarang umat islam masih
berpegang teguh pada ajaran-ajaran islam hasil penafsiran ulama
terdahulu yang dianggap sebagai ajaran yang mapan dan
sempurna serta paten , berarti mereka memiliki intelektual sebatas
itu saja yang pada akhirnya menghadapi masa depan suram.

2 Dodi, Limas. Islamic Studies: Pendekatan dan Teori Pemikiran dalam metodologi
studi Islam (Yogyakarta: Pustaka Ilmu, 2015), 3-4

5
Oleh karena itu, disinilah pentingnya studi islam yang dapat
mengarahkan dan bertujuan untuk mengadakan usaha-usaha
pembaharuan dan pemikiran kembali ajaran-ajaran agama islam
yang merupakan warisan ajaran yang turun temurun agar mampu
beradaptasi dan menjawab tantangan serta tuntutan zaman dan
dunia modern dengan tetap berpegang pada sumber ajaran islam
yang murni dan asli, yaitu al-quran dan As sunnah. Studi islam
juga dapat diharapkan mampu memberikan pedoman dan pegangan
hidup bagi umat islam agar tetap menjadi seorang muslim sejati
yang hidup dalam dan mampu menjawab tantangan serta tuntutan
zaman modern maupun era global sekarang.
Dan Dalam satu hadistnya Rosulullah SAW bersabda:
Sesungguhnya bani Israil ( kaum yahudi dan nasrani )telah
berpecah belah menjadi 72 aliran,dan umatku akan berpecah
belah menjadi 73 aliran.Mereka semua akan masuk neraka kecuali
satu aliran saja.Para sahabat bertanya,”Siapakah dia itu wahai
Rosulullah?” Beliau menjawb, “siapa yang mengikuti jejakku dan
para sahabatku.” (HR.tirmidzi al-Hakim dan al-Aajurri,diharuskan
oleh al-Albani)
Dari hadist di atas kita tahu bahwa sejak jauh-jauh hari
rosulullah telah menginformasikan (mensinyalir) tentang adanya
perpecahan umat hadist diatas bukanlah isapan jempol belaka.di
Indonesia saja ,telah muncul beberapa aliran agama baru yang
muncul dari suatu agama -- terutama islam -- sejak puluhan tahun
yang lalu.pada umumnya,Pelopor sekaligus pemimpinnya
mengaku sebagai ”orang pilihan” yang diutus oleh Tuhan sebagai
juru selamat atau penyempurna suatu agama bagi umat manusia.
Maraknya aliran-aliran baru tersebut mengindikasikan
adanya kebutuhan besar terhadap agama yang benar-benar bisa
memenuhi kebutuhan rohaniah perubahan masyarakat akibat
modernisme, globalisme dan tahap era post industri yang

6
menyebabkan krisis kemanusiaan serta kurangnya pengetahuan
tentang agamalah yang menjadi pangkal pangkal utama munculnya
berbagai macam aliran tersebut.
Penyimpangan-penyimpangan tersebut tidak akan terjadi
jika manusia khususnya umat islam memahami dan menguasai
metodelogi studi agama,yang dalam hal ini adalah metodologi
studi islam.

2. Umat islam dan peradabannya berada dalam suasana problematic


Perkembangan IPTEK telah membuka era baru dalam
perkembangan budaya dan peradaban umat manusia. Dunia tampak
sebagai suatu system yang saling memiliki ketergantungan Oleh
karenanya, umat manusia tentunya membutuhkan aturan, norma
serta pedoman dan pegangan hidup yang dapat diterima oleh
semua bangsa. Umat manusia dalam sejarah peradaban dan
kebudayaannya telah berhsil menemukan aturan, nilai, norma
sebagai pegangan dan pedoman yang berupa: agama, filsafat, ilmu
pengetahuan dan teknologi.
Umat manusia pada masa yang serba canggih semakin
menjadikan manusia-manusia modern kehilangan identitas serta
kemanusiaannya ( sifat-sifat manusiawinya). Islam, sebagai agama
yang rahmatullah lil ‘alamin, tentunya mempunyai konsep atau
ajaran yang bersifat manusiawi dan universal, yang dapat
menyelamatkan umat manusia dan alam semesta dari
kehancurannya. Akan tetapi , umat islam sendiri saat ini berada
dalam situasi yang serba problematic. Kondisi kehidupan social
budaya dan peradaban umat islam dalam keadaaan lemah dan tidak
berdaya berhadapan dengan budaya dan peradaban manusia dan
dunia modern. Disinilh urgensi nya studi islam, yaitu untuk
menggali ajaran-ajaran islam yang asli ndan murni, dan yang
bersifat manusiawi. Dari situlah kemudian dididikkan dan

7
ditransformasikan kepada generasi penerusnya yang bisa
menawarkan alternative pemecahan permaslahan yang dihadapi
oleh umat manusia dalam dunia modern. 3
C. Sejarah pertumbuhan dan perkembangan studi islam dunia islam
1. Masa rasulullah
Lahir sejak abad ke-6M dibawa olwh Nabi Muhammad (penutup
nabi dan rasul), diawali dengan penerimaan wahyu pada tahun
611M menyebarkan islam di Mekkah selama 13 tahun (610-622M)
dan di Yastrib/Madinah selama 10 tahun (622-632M) kajian islam
dibimbing oleh Rasulullah kepada para sahabatnya, dilaksanakan
di majid, dan rumah (bait al-arqam) Materi Kajian Islam mencakup
masala Aqidah, Syariah, Muamalah.
2. Masa Abu Bakar (632-634M)
Melancarkan perang riddah untuk menghancurkan suku-suku arab
yang murtad dan tidak mau membayar zakat. Menumpas nabi-nabi
palsu (Tulaiha, Musailamah, dll). Merintis pengumpulan dan
pembukuan surat-surat al-qur’an. Kemunculan islam sebagai
kekuatan baru dianggap berbahaya bagi kekaisaran Byzantium.
3. Masa Umar Ibn Khatab (634-644M)
Menertibkan adiministrasi pemerinahan, membuat UU dan
INstitusi Negara seperti Bait Al-Maal, serta penetapan kalender
Hijriyah. Melanjutkan ekspansi : Khalid Ibn Walid menaklukkan
Persia (636M), mengusir Byzantium dari Syria, Palestina, dan
Yordania (640M)
4. Masa Utsman Ibn Affan (644-656M)
Pembukuan dan penyebaran mushaf dibantu sekretaris nabi, Zaid
Ibn Tsabit melanjutkan ekspansi ke Afrika Utara.
5. Masa Ali Ibn Ali Thalib (656-661M)

3 Anwar, Rosihon., Pengantar Studi Islam, (Bandung : pustaka setia).,2009, 25

8
Terjadi perang saudara (perang jamal, 656M) khawarij berhasil
membunuh Ali saat shalat shubuh (661M) klahiran berbagai aliran
pemikiran dalam Islam, seperti Syiah, Khawarij, Murjiah, dll.
6. Periode Madinah
Tahun ke 4H, studi masih berjalan di masjid dan rumah dengan
metode hafalan dan sedikit logika tahun ke 5H, Khalifah Abasiyah
membangun sekolah di kota-kota, dan mulai menempati gedung-
gedung besar. Studi kajian berkembang di bidang spiritual,
intelektual, sains, dan social. Berdirinya siste, madrasah menjadi
titik kejayaan, kemudian madrasah menjadi alat penguasa
kekuasaan, lembaga doktrinitas, terutama pada masa kerajaan
Fatimah /(Cairo, Egypt) Tahun 1085-1111M, terjadi
dikotomi/pemisahan umum dan agama oleh Al-Ghazali.
 PUSAT-PUSAT STUDI ISLAM
Dalam sejarah muslim dicatat sejumlah lembaga kajian Islam di
sejumlah kota yakni Nisyapur, Baghdad, Kairo, Damaskus, dan
Jerussalem.
Ada juga perguruan tinggi tertua di dunia Muslim yakni:
(1) Nizhamiyah di Baghdad,
(2) al-Azhar di Kairo Mesir,
(3) Cordova, dan
(4) Kairwan Amir Nizam al-Muluk di Maroko.

Sejarah singkat masing-masing pusat studi Islam ini digambarkan


sebagai berikut:
1. Nizhamiyah di Baghdad
Perguruan Tinggi Nizhamiyah di Baghdad berdiri pada tahun 455
H / 1063 M. perguruan tinggi ini dilengkapi dengan perpustakaan
yang terpandang kaya raya di Baghdad, yakni Bait-al-Hikmat,
yang dibangun oleh al-Makmun (813-833 M). salah seorang
ulama besar yang pernah mengajar disana, adalah ahli pikir Islam

9
terbesar Abu Hamid al-Ghazali (1058-1111 M) yang kemudian
terkenal dengan sebutan imam Ghazali. Perguruan tinggi tertua di
Baghdad ini hanya sempat hidup selama hampir dua abad. Yang
pada akhirnya hancur akibat penyerbuan bangsa Mongol dibawah
pimpinan Hulagu Khan pada tahun 1258 M.
2. Al-Azhar di Kairo Mesir
Panglima Besar Juhari al-Siqili pada tahun 362 H/972 M
membangun Perguruan Tinggi al-Azhar dengan kurikulum
berdasarkan ajaran sekte Syiah. Pada masa pemerintahan al-
Hakim Biamrillah khalifah keenam dari Daulat Fathimiah, ia pun
membangun pepustakaan terbesar di al- Qahira untuk
mendampingi Perguruan tinggi al-Azhar, yang diberri nama Bait-
al-hikmat (Balai Ilmu Pengetahuan), seperti nama perpustakaan
terbesar di Baghdad. Pada tahun 567 H/1171 M daulat Fathimiah
ditumbangkan oleh Sultan Salahuddin al- Ayyubi yang
mendirikan Daulat al-Ayyubiah (1171-1269 M) dan menyatakan
tunduk kembali kepada Daulat Abbasiyah di Baghdad.
Kurikulum pada Pergutuan Tinggi al-Azhar lantas mengalami
perombakan total, dari aliran Syiah kepada aliran Sunni.
Ternyata Perguruan Tinggi al-Azhar ini mampu hidup terus
sampai sekarang, yakni sejak abad ke-10 M sampai abad ke-20.
Universitas al-Azhar dapat dibedakan menjadi dua periode:
pertama, periode sebelum tahun 1961 dan kedua, periode setelah
tahun 1961. Pada periode pertama, fakultas-fakultas yang ada
sama dengan fakultas-fakultas di IAIN, sedangkan setelah tahun
1961, di universitas ini diselenggarakan fakultas-fakultas umum
disamping fakultas agama.
3. Perguruan Tinggi Cordova
Cordova ditangan daulat Ummayah semenanjung Iberia yang
sejak berabad-abad terpandang daerah minus, berubah menjadi
daerahyang makmur dan kaya raya. Pada masa berikutnya

10
Cordova menjadi pusat ilmu dan kebudayaan yang gilang
gemilang sepanjang Zaman Tengah. The Historians history of the
World, menulis tentang perikeadaan pada masa pemerintahan
Amir Abdurrahman I sebagai berikut: Sejarah mencatat, sebagai
contoh, bahwa Aelhoud dari Bath (Inggris) belajar ke Cordova
pada tahun 1120 M, dan pelajaran yang dutuntutnya ialah
geometri, algebra (aljabar), matematik. Gerard dari Cremonia
belajar ke Toledo seperti halnya Adelhoud ke Cordova. Begitu
pula tokoh- tokoh lainnya.
4. Kairwan Amir Nizam al-Muluk di Maroko
Perguruan tinggi ini berada di kota Fez (Afrika Barat) yang
dibangun pada tahun 859 M oleh puteri seorang saudagar
hartawan di kota Fez, yang berasal dari Kairwan (Tunisia).
Seperti halnya Perguruan tinggi al-Azhar, perguruan tinggi
Kairwan masih tetap hidup sampai kini.
Penyebab utama kemunduran dunia muslim khususnya di bidang
ilmu pengetahuan adalah terpecahnya kekuatan politik yang
digoyang oleh tentara bayaran Turki.

D. Tata cara mempelajari studi islam


Islam harus dilihat dari berbagai dimensi. Dalam hubungan ini,
ia mengatakan jika kita meninjau Islamdari satu sudut pandangan saja,
maka yang akan terlihat hanya satu dimensi saja dari gejalanya yang
bersegi banyak. Mungkin kita berhasil melihatnya secaratepat, namun
tidak cukup bila kita ingin memahaminya secara keseluruhan.
Buktinya ialah Alquran sendiri. Kitab ini memiliki banyak dimensi;
sebagiannyatelah dipelajari oleh sarjana-sarjana besar sepanjang
sejarah. Satu dimensi,misalnya, mengandung aspek-aspek linguistik
dan sastra Alquran. Para sarjanasastra telah mempelajarinya secara
terperinci. Dimensi lain terdiri atas tema-temafilosofis dan keimanan

11
Alquran yang menjadi bahan pemikiran hagi para filosof serta para
teolog hari ini. Dimensi alquran lainnya lagi yang belum dikenal
ialahdimensi manusiawinya, yang mengandung persoalan historis,
sosiofogis, dan psikologis. Dimensi ini belum banyak dikenal, karena
sosiologi, psikologi ilmu-ilmu manusia memang jauh lebih muda
dibandingkan ilmu-ilmu alam. Apalagiilmu sejarah yang merupakan
ilmu termuda di dunia. Namun yang dimaksudkandengan ilmu sejarah
di sini tidaklah identik dengan data historis ataupun buku- buku sejarah
yang tergolong dalam buku-buku tertua yang pernah ada.Untuk
memahami islam secara benar ini, menurut Nasruddin Razak
mengajukanempat cara. :
1. Islam harus dipelajari dari sumbernya yang asli, yaitu
Alqurandan Al-Sunnah Rasulullah. Kekeliruan memahami
Islam, karena orang hanyamegenalnya dari sebagian ulama dan
pemeluknya yang telah jauh dari bimbinganAlquran dan Al-
Sunnah, atau melalui pengenalan dari sumber – sumber
kitabfiqih dan tasawuf yang semangatnya sudah tidak sesuai
dengan perkembanganzaman. Mempelajari Islam dengan cara
demikian akan menjadikan orang tersebutsebagai pemeluk
Islam yang sinkretisme, hidup penuh bid’ah dan khurafat,
yaknitelah tercampur dengan hal-hal yang tidak Islami, dari
ajaran Islam yang murni.
2. Islam harus dipelajari secara integral, tidak dengan cara
parsial,artinya dipelajari secara menyeluruh sebagai satu
kesatuan yang bulat tidak secara. sebagian saja. Memahami
Islam secara parsial akan membahayakan,menimbulkan
skeptis, bimbang dan penuh keraguan.
3. Islam perlu dipelajar dari kepustakaan yang ditulis oleh
paraulama besar.
4. Islam hendaknya dipelajari dari ketentuan normatif
teologisyang ada dalam Alquran, baru kemudia dihubungkan

12
dengan kenyataan historis,empiris, dan sosiologis yang ada di
masyarakat. Dengan cara demikian dapatdiketahui tingkat
kesesuaian atau kesenjangan antara Islam yang berada
padadataran normatif teologis yang ada dalam Alquran dengan
Islam yang ada padadataran historis, sosiologis, dan
empirisMemahami Islam dengan cara keempat sebagaimana
disebutkan di atas,akhir-akhir ini sangat diperlukan dalam
upaya menjunjukkan peran sosial dankemanusiaan dari ajaran
Islam itu sendiri.Dari uraian tersebut kita melihat bahwa
metode yang dapat digunakan.untuk memahami Islam secara
garis besar ada dua macam. Pertama, metodekomparasi, yaitu
suatu cara memahami agama dengan membandingkan
seluruhaspek yang ada dalam agama Islam tersebut dengan
agama lainnya, dengar. carademikian akan dihasilkan
pemahaman Islam yang objektif dan utuh Kedua,metode
sintesis, vaitu suatu cara memahami Islam yang memadukan
antarametode ilmiah dengan segala cirinya yang rasional,
objektif, kritis, dan seterusnyadengan metode teologis normatif.
Metode ilmiah digunakan untuk memahami islam yang tampak
dalam kenyataan historis, empiris, dan sosiologis,
sedangkanmetode teologis normatif digunakan untuk
memaham: Islam yang terkandungdalam kitab suci. Melalui
metode teologis normatif ini seseorang memulainya
darimeyakini Islam sebagai agama yang mutlak benar. Hal ini
didasarkan pada alasan,karena agama berasal dari Tuhan dari
apa yang berasal dari Tuhan mutlak benar,maka agamapun
mutlak benar Setelah itu dilanjutkan dengan melihat
agamasebagaimana norma ajaran yang berkaitan dengan
berbagai aspek kehidupanmanusia yang secara keseluruhan
diyakini amat ideal. Melalui metode teologisnormatif yang
tergolong tua usianya ini dapat dihasilkan keyakinan dan

13
kecintaanyang kuat, kokoh, dan militan pada Islam, sedangkan
dengan metode ilmiah yangdinilai sebagai tergolong Muda
usianya ini dapat dihasilkan kemampuanmenerapkan Islam
yang diyakini dan dicintainya itu dalam kenyataan hidup
sertamemberi jawaban terhadap berbagai permasalahan yang
dihadapi manusia.4

Kesimpulan
Dari pembahasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa metodologi
studi Islam digunakan ketika seorang ingin membahas kajian seputar ragam
metode yang biasa digunakan dalam studi Islam. Agama Islam memerankan
sejumlah peran dan fungsi di masyarakat. Oleh karena itu studi Islam
dituntut untuk membuka dirinya agar mampu berkembang dan beradaptasi
dengan dunia serta menjawab tantangan kehidupan dunia dan budaya
modern. Karena dimulai dari sejarah yang luar biasa dari mulai zaman
Rasulullah, abu bakar, Umar Ibnu Khattab, Utsman ibn Affan, Ali Ibnu abu
Thalib hingga periode Madinah. Untuk itu kita harus memehami dengan
baik studi Islam yaitu dengan cara mempelajari studi Islam dari sumber
aslinya yaitu Al-Qur'an dan Al Sunnah. Dipelajari secara integral, dan dari
ketentuan normatif teologis yg ada dalam Al Qur'an.

4 Syari’ati, Ali, Sosiologi Islam

14
Daftar pustaka

1. Dodi, Limas. Islamic Studies: Pendekatan dan Teori Pemikiran dalam


metodologi studi Islam (Yogyakarta: Pustaka Ilmu, 2015), 3-4
2. Anwar, Rosihon., Pengantar Studi Islam, (Bandung : pustaka
setia).,2009, 25
3. Syari’ati, Ali, Sosiologi Islam

15

Anda mungkin juga menyukai