Anda di halaman 1dari 14

LATAR BELAKANG

Sinusitis seringkali diartikan sebagai inflamasi mukosa sinus paranasal.


Dalam praktik sehari-hari, sinusitis merupakan penyakit yang sering dijumpai dan
dianggap sebagai salah satu penyebab gangguan kesehatan tersering di seluruh
dunia. Menurut American Academy of Otolaryngology-Head and Neck Surgery
(AAO-HNS), 1 dari 8 orang dewasa di Amerika Serikat menderita sinusitis dan
lebih dari 30 juta penderita didiagnosis setiap tahunnya. Lebih dari satu dari lima
antibiotik diresepkan untuk pasien sinusitis, sehingga hal tersebut membuatnya
berada pada urutan ke-5 penyakit dengan terapi antibiotik tersering.1,2
Di Indonesia, prevalensi rinosinusitis kronis pada tahun 2004 dilaporkan
sebesar 12,6% dengan perkiraan sebanyak 30 juta penduduk menderita
rinosinusitis kronis. Data dari Divisi Rinologi Departemen Telinga Hidung dan
Tenggorok (THT) Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Januari sampai Agustus
2005 menunjukkan jumlah pasien rinologi pada kurun waktu tersebut adalah 435
pasien, dengan jumlah pasien sinusitis adalah sebanyak 300 pasien (69%).3,4
Tujuan terapi sinusitis adalah untuk mempercepat penyembuhan,
mencegah komplikasi dan mencegah perubahan menjadi kronik. Prinsip terapinya
yaitu dengan membuka sumbatan kompleks ostio-meatal (KOM) sehingga
drainase dan ventilasi sinus-sinus pulih secara alami. Antibiotik dan dekongestan
merupakan terapi pilihan pada sinusitis bakterial akut untuk menghilangkan
infeksi dan pembengkakan mukosa serta membuka sumbatan ostium sinus.
Antibiotik yang dipilih adalah golongan penisilin. Jika diperkirakan kuman telah
resisten atau memproduksi beta-laktamase maka dapat diganti dengan amoksisilin
klavulanat atau golongan sefalosforin generasi kedua. Lamanya pemberian
antibiotik pada sinusitis akut adalah selama 10-14 hari meskipun gejala klinis
sudah hilang.1
Lamanya pemberian antibiotik yang direkomendasikan, menyebabkan
pentingnya untuk mengetahui bagaimana efektivitas pemberian antibiotik jangka
pendek dalam mengurangi risiko kekambuhan sinusitis bakterial akut.
Rekomendasi AAO-HNS Guideline, terapi antibiotik pada pasien dewasa dengan
sinusitis akut bakterial tanpa komplikasi diberikan selama 5-10 hari. Rekomendasi
dari Infectious Disease Society of America (IDSA) Guideline juga menjelaskan

1
lamanya pemberian antibiotik pada pasien dewasa dengan sinusitis bakterial akut
tanpa komplikasi adalah 5-7 hari.

2
ILUSTRASI KASUS
Pasien Ny. N 32 tahun, datang ke Puskesmas Kuala Lempuing dengan
keluhan nyeri pada wajahnya. Keluhan nyeri pada wajah dirasakan sejak 3
minggu yang lalu. Nyeri pada wajah disertai dengan nyeri di sekitar mata kanan.
Nyeri pada wajah dan nyeri disekitar mata kanan dirasakan semakin memberat
saat pasien sujud. Pasien juga mengeluhkan hidung sering tersumbat. Hidung
tersumbat selalu dirasakan di salah satu sisi secara bergantian, namun lebih sering
dirasakan pada hidung sisi sebelah kanan. Pasien merasakan adanya ingus kental
yang berbau mengalir dari hidung ke tenggorokan. Bau ini dirasakan di kedua sisi
hidung, namun lebih sering di hidung sisi sebelah kanan dan muncul saat hidung
pasien tersumbat. Pasien sudah minum obat parasetamol untuk mengurangi
keluhan nyeri yang dirasakan. Setelah minum obat, nyeri yang dirasakan
berkurang namun 6 jam kemudian nyeri muncul kembali. Keluhan sering bersin-
bersin pada pagi hari, nyeri menelan, batuk berulang, dan demam disangkal.
Pasien memiliki riwayat gigi berlubang pada gigi geraham atas sebelah kanan.
Tidak ada anggota keluarga yang memiliki keluhan yang sama seperti pasien.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan tanda vital yaitu frekuensi nadi 72
kali/menit, pernafasan 18 kali/menit, tekanan darah 110/70 mmHg, suhu 36,8o C.
Pada pemeriksaan status generalis, normochepale, konjungtiva tidak anemis,
sklera tidak ikterik. Telinga dalam batas normal. Hidung luar dalam batas normal,
vestibulum simetris, septum nasi tidak deviasi, massa tidak ada, konka nasi
inferior ditemukan hipertrofi, livid, edema, dan permukaan licin, konka nasi
media ditemukan eutrofi, konka nasi superior sulit dinilai, meatus nasi inferior
tidak ditemukan kelainan, pada meatus nasi media ditemukan sekret mukopurulen,
meatus nasi superior sulit dinilai. Pada pemeriksaan sinus didapatkan nyeri tekan
dan nyeri ketok pada sinus maksilaris kanan, sinus maksilaris kiri, sinus
ethmoidalis, dan sinus frontalis tidak ditemukan kelainan. Mulut tampak adanya
karies gigi pada gigi premolar 1 dan 2 atas sisi sebelah kanan, faring tidak
hiperemis, arkus faring simetris, uvula di tengah, tonsil T1-T1 tidak hiperemis,
tidak ditemukan detritus.

3
Pada pemeriksaan penunjang, pemeriksaan transiluminasi sulit dilakukan
karenan tidak terdapatnya ruangan gelap pada tempat pemeriksaan, pemeriksaan
penunjang radiologi dan kultur bakteri tidak dilakukan karena keterbatasan alat.
Diagnosis pada pasien ini adalah sinusitis maksilaris akut dekstra ec.
dentogen. Pasien mendapat obat cefixime tablet 2x200 mg, pseudoefedrin tablet
2x10 mg, dan meloxicam 2x 7,5 mg selama 3 hari.

PERTANYAAN KLINIS
1. Apakah terapi antibiotik jangka pendek (5-7 hari) dapat mengurangi risiko
kekambuhan pada pasien dewasa dengan sinusitis bakteri akut tanpa
komplikasi jika dibandingkan dengan terapi antibiotik jangka panjang (7-10
hari)?

METODE PENELUSURAN
P : acute bacterial sinusitis
I : short duration of antibiotic therapy
C : long duration of antibiotic therapy
O : rate of relapses

Kriteria inklusi:
1. Jurnal berbahasa Inggris dan bahasa Indonesia.
2. Jurnal full text.
3. Jurnal dalam 10 tahun terakhir.
4. Jurnal tentang durasi terapi antibiotik pada sinusitis bakterial akut
5. Penelitian pada manusia.
6. Pencarian jurnal di PubMed Clinical Queries dan Cochrane Library.
7. Jurnal dengan desain penelitian systematic review, randomized trial, non
randomized controlled cohort.

Kriteria eksklusi:
1. Terapi antibiotik pada sinusitis bakteri akut dengan komplikasi.

Pencarian artikel dilakukan pada tanggal 30 Agustus 2017 pada dua


database, yaitu PubMed Clinical Queries dan Cochrane Library. Pencarian

4
artikel pada kedua database menggunakan tiga kata kunci utama yaitu acute
bacterial sinusitis, duration treatment dan relapses. Detail lebih lengkap
mengenai kata kunci dan penyaringan pada masing-masing database dapat dilihat
pada Tabel 1.
Tabel 1. Kata Kunci Pencarian dan Penyaringan (filter)
Kata Kunci Filter
PUBMED Acute bacterial sinusitis AND Type: Therapy; Narrow
Clinical Queries Duration treatment AND Filter: Human species,
Relapses English language
Cochrane Library Acute bacterial sinusitis AND [In: Abstract, Title,
Duration treatment AND Keywords]
Relapses

Setelah pencarian artikel, dilakukan penyaringan judul dan abstrak sesuai


dengan kriteria inklusi dan ekslusi. Artikel yang lolos penyaringan kemudian
disaring lebih lanjut untuk membuang artikel duplikat, dimana tersisa satu artikel,
yaitu studi meta-analysis of randomized trials dengan judul “Effectiveness and
safety of short vs long duration of antibiotic therapy for acute bacterial sinusitis:
a meta-analysis of randomized trials”. Alur pencarian artikel dapat dilihat lebih
jelas pada Gambar 1.

Records identified through database Additional records identified through


searching other sources
Identification (n = 10 ) (n = 2 )
5
Records after duplicates removed
(n = 12 )

Screening

Records screened Records excluded


(n = 2 ) (n = 10 )

Full-text articles assessed Full-text articles excluded,


for eligibility with reasons
Eligibility (n = 1 ) (n = 1 )

Studies included in
qualitative synthesis
(n = 1 )

Included

Studies included in
quantitative synthesis
(meta-analysis)
(n = 1 )

Gambar 1. Alur Pencarian Artikel

TELAAH KRITIS
Pada makalah ini akan ditelaah secara kritis dengan metode untuk jenis
studi meta-analysis of randomized trials, yaitu PRISMA (Preferred Reporting
Items for Systematic Reviews and MetaAnalysis). PRISMA memperhatikan
berbagai aspek yang harus terdapat di dalam sebuah studi telaah sistematis
(systematic review) dan meta-analisis. Metode ini merupakan revisi terbaru dari
telaah kritis QUORUM (Quality of Reporting Of Meta-Analysis) yang
diperkenalkan oleh British Medical Journal (BMJ) pada tahun 2009.
Beberapa poin pokok yang terdapat di dalam telaah PRISMA antara lain:
Judul, Abstrak, Metode, Hasil, Diskusi, dan Pendanaan. Telaah PRISMA

6
ditampilkan dalam kertas kerja (worksheet), menggunakan sistem check list (v)
yang diberikan bila di dalam artikel meta-analisis tersebut terdapat poin yang
diminta dan dicantumkan pada halaman berapa. Semakin lengkap daftar check
list, terutama pada kolom Metode dan Hasil, maka semakin baik meta-analisis
tersebut.
Telaah kritis tersebut untuk artikel terpilih dapat dilihat pada Tabel 2
berikut ini.
Tabel 2. Telaah Kritis dengan Metode PRISMA.

Reported
Section/topic No Descriptions
on page
TITLE
Title 1 Identify the report as a systematic review, meta-analysis, 161
or both.
ABSTRACT
Structured 2 Provide a structured summary including, as applicable: 161
summary background; objectives; data sources; study eligibility
criteria, participants, and interventions; study appraisal
and synthesis methods; results; limitations; conclusions
and implications of key findings; systematic review
registration number.
INTRODUCTION
Rationale 3 Describe the rationale for the review in the context of 162
what is already known.
Objectives 4 Provide an explicit statement of questions being 162
addressed with reference to participants, interventions,
comparisons, outcomes, and study design (PICOS).
METHODS
Protocol and 5 Indicate if a review protocol exists, if and where it can be 162
registration accessed (e.g., Web address), and, if available, provide
registration information including registration number.
Eligibility criteria 6 Specify study characteristics (e.g., PICOS, length of 162
follow-up) and report characteristics (e.g., years
considered, language, publication status) used as
criteria for eligibility, giving rationale.
Information sources 7 Describe all information sources (e.g., databases with 162
dates of coverage, contact with study authors to identify
additional studies) in the search and date last searched.
Search 8 Present full electronic search strategy for at least one 162
database, including any limits used, such that it could be
repeated.
Study selection 9 State the process for selecting studies (i.e., screening, 162
eligibility, included in systematic review, and, if
applicable, included in the meta-analysis).
Data collection 10 Describe method of data extraction from reports (e.g., 162
process piloted forms, independently, in duplicate) and any
processes for obtaining and confirming data from

7
investigators.

Data items 11 List and define all variables for which data were sought 162-163
(e.g., PICOS, funding sources) and any assumptions
and simplifications made.
Risk of bias in 12 Describe methods used for assessing risk of bias of 163
individual studies individual studies (including specification of whether this
was done at the study or outcome level), and how this
information is to be used in any data synthesis.
Summary 13 State the principal summary measures (e.g., risk ratio, 163
measures difference in means).
Synthesis of results 14 Describe the methods of handling data and combining 163
results of studies, if done, including measures of
consistency (e.g., I2) for each meta-analysis.

Risk of bias across 15 Specify any assessment of risk of bias that may affect 163
studies the cumulative evidence (e.g., publication bias, selective
reporting within studies).
Additional analyses 16 Describe methods of additional analyses (e.g., sensitivity 163
or subgroup analyses, meta-regression), if done,
indicating which were pre-specified.
RESULTS
Study selection 17 Give numbers of studies screened, assessed for 164
eligibility, and included in the review, with reasons for
exclusions at each stage, ideally with a flow diagram.
Study 18 For each study, present characteristics for which data 163 -168
characteristics were extracted (e.g., study size, PICOS, follow-up
period) and provide the citations.
Risk of bias within 19 Present data on risk of bias of each study and, if 163
studies available, any outcome level assessment (see item 12).
Results of 20 For all outcomes considered (benefits or harms), 163 -168
individual studies present, for each study: (a) simple summary data for
each intervention group (b) effect estimates and
confidence intervals, ideally with a forest plot.
Synthesis of results 21 Present results of each meta-analysis done, including 163 -168
confidence intervals and measures of consistency.
Risk of bias across 22 Present results of any assessment of risk of bias across 165
studies studies (see Item 15).
Additional analysis 23 Give results of additional analyses, if done (e.g., 168
sensitivity or subgroup analyses, meta-regression [see
Item 16]).
DISCUSSION
Summary of 24 Summarize the main findings including the strength of 168-169
evidence evidence for each main outcome; consider their
relevance to key groups (e.g., healthcare providers,
users, and policy makers).
Limitations 25 Discuss limitations at study and outcome level (e.g., risk 169
of bias), and at review-level (e.g., incomplete retrieval of
identified research, reporting bias).
Conclusions 26 Provide a general interpretation of the results in the 169
context of other evidence, and implications for future
research.

8
FUNDING
Funding 27 Describe sources of funding for the systematic review -
and other support (e.g., supply of data); role of funders
for the systematic review.

HASIL
Berdasarkan hasil penelusuran yang kami lakukan menggunakan mesin
pencari PubMed, kami menemukan 1 jurnal yang dinilai sangat mendekati atau
relevan dengan pertanyaan klinis. Kami menemukan studi yang dilakukan oleh
Matthew E, et all. Studi ini mengambil data dari 2 database yaitu PubMed dan
the Cochran Central Register of Controlled Trials (The Cochrane Library).
Sebanyak 283 dan 313 randomized controlled trial (RCT) yang teridentifikasi
masing-masingnya dan akhirnya terpilih 12 RCT yang memenuhi kriteria untuk
dimasukkan ke metaanalisis ini.

Gambar 2. Alur Pemilihan Artikel

9
Tabel 3. Karakteristik dari penelitian RCT pada meta-analisis

10
Tabel 4. Data dari penelitian RCT mengenai hasil meta-analisis

11
Dari 12 RCT yang didapatkan, 10 RCT double-blinded, 8 RCT memenuhi
skor Jadad minimal 4, semua RCT mengikut sertakan pasien dewasa dengan
diagnosis sinusitis bakterial akut tanpa komplikasi yang sudah dikonfirmasi
dengan pemeriksaan radiologis, 5 RCT gejala sudah berlangsung > 7-10 hari, 9
RCT memperbolehkan menggunakan obat tambahan. Pada durasi terapi antibiotik
jangka pendek, 8 RCT memilih 5 hari dan untuk terapi antibiotik jangka panjang
10 RCT memilih 10 hari. 6 RCT menggunakan antibiotik beta-laktam.
Hasil yang dibahas tentang kekambuhan didapatkan dari 5 RCT, hasil yang
dikemukakan adalah tidak ada perbedaan yang ditemukan antara terapi antibiotik
sinusitis bakterial akut jangka pendek dan jangka panjang dalam hal kekambuhan
penyakit (1396 pasien, FEM, OR 0,95, 95% CI 0,63, 1,42).
Dalam analisis sensitivitas dengan membandingkan terapi antibiotik
dengan durasi 5 hari dan 10 hari, didapatkan tidak ada perbedaan dalam
kekambuhan penyakit antara terapi antibiotik sinusitis bakterial akut jangka
pendek dan jangka panjang ini (4 RCT, 1344 pasien, FEM, OR 0,91, 95% CI 0,60,
1,37).
Pada analisis subset tentang uji coba menggunakan agen beta–laktam,
didapatkan tidak ada perbedaan dalam kekambuhan penyakit antara terapi
antibiotik sinusitis bakterial akut jangka pendek dan jangka panjang (3 RCT, 1075
pasien, FEM, OR 0,90, 95% CI 0,58, 1,39).

DISKUSI
Sinusitis adalah peradangan pada mukosa sinus paranasalis. Sinusitis
diberi nama sesuai dengan sinus yang terkena. Sinusitis bisa terjadi pada masing-
masing sinus tersebut tetapi yang paling sering terkena adalah sinus maksilaris
dan etmoidalis. Sinus maksilaris disebut juga antrum Highmore, letaknya dekat
akar gigi rahang atas, sehingga infeksi gigi mudah menyebar ke sinus, disebut
sinusitis dentogen. Sinusitis merupakan penyakit yang sering ditemukan dalam
praktik sehari-hari, bahkan dianggap sebagai salah satu penyebab gangguan
kesehatan tersering di seluruh dunia.1
Tujuan terapi sinusitis adalah untuk mempercepat penyembuhan,
mencegah komplikasi dan mencegah perubahan menjadi kronik. Prinsip terapinya

12
yaitu dengan membuka sumbatan KOM sehingga drainase dan ventilasi sinus-
sinus pulih secara alami. Antibiotik dan dekongestan merupakan terapi pilihan
pada sinusitis bakterial akut, untuk menghilangkan infeksi dan pembengkakan
mukosa serta membuka sumbatan ostium sinus. Antibiotik yang dipilih adalah
golongan penisilin. Jika diperkirakan kuman telah resisten atau memproduksi
beta-laktamase maka dapat diganti dengan amoksisilin klavulanat atau golongan
sefalosforin generasi kedua. Lamanya pemberian antibiotik pada sinusitis akut
adalah selama 10-14 hari meskipun gejala klinis sudah hilang.1
Berdasarkan rekomendasi AAO-HNS Guideline, terapi antibiotik pada
pasien dewasa dengan sinusitis akut bakterial tanpa komplikasi diberikan selama
5-10 hari. Rekomendasi dari Infectious Disease Society of America (IDSA)
Guideline juga menjelaskan lamanya pemberian antibiotik pada pasien dewasa
dengan sinusitis bakterial akut tanpa komplikasi adalah 5-7 hari.2,5
Dari hasil penelitian meta-analisis di atas didapatkan bahwa tidak ada
perbedaan dalam hal kekambuhan antara terapi antibiotik jangka pendek pada
pasien dewasa dengan sinusitis bakterial akut tanpa komplikasi dibandingkan
dengan terapi antibiotik jangka panjang. Selain kekambuhan, penelitian meta-
analisis ini juga membahas tentang hal keberhasilan klinis, efikasi mikrobiologi
dan efek samping yang ditimbulkan dalam terapi antibiotik sinusitis bakterial
akut. Hasil yang didapatkan pada terapi antibiotik jangka pendek pada pasien
dewasa sinusitis bakterial akut tanpa komplikasi tidak memiliki perbedaan dalam
hal keberhasilan klinis, efikasi mikrobiologi dan efek samping yang ditimbulkan
dibandingkan dengan terapi antibiotik jangka panjang, kecuali pada hasil analisis
sensitivitas untuk efek samping. Hasil yang didapatkan terapi antibiotik jangka
pendek memiliki efek samping lebih sedikit dibandingkan dengan terapi antibiotik
jangka panjang.
Pada kasus ini, pasien mendapatkan terapi antibiotik cefixime dikarenakan
kebiasaan pasien dalam menggunakan amoksisilin yang tidak sesuai indikasi. Jika
berpedoman kepada guidelines yang telah dibahas sebelumnya, terapi antibiotik
yang diberikan pada pasien dewasa dengan sinusitis bakterial akut tanpa
komplikasi yang telah resisten dengan golongan penisilin, maka dapat diganti
dengan amoksisilin klavulanat atau golongan sefalosforin generasi kedua. Namun

13
pada Puskesmas Kuala Lempuing tidak terdapat dua golongan obat ini, sehingga
diberikan antibiotik golongan sefalosforin generasi ketiga yaitu cefixime.

KESIMPULAN
Pemberian antibiotik jangka pendek pada pasien dewasa dengan sinusitis
bakterial akut tanpa komplikasi memiliki risiko kekambuhan yang sama jika
dibandingkan dengan pemberian antibiotik jangka panjang.

DAFTAR PUSTAKA
1. Mangunkusumo E, Soetjipto D. Sinusitis. Dalam: Soepardi EA, Iskandar N,
Bashiruddin J, Restuti RD, editors. Buku ajar ilmu kesehatan telinga hidung
tenggorok kepala dan leher. Jakarta: Badan Penerbit FKUI, 2012; p. 125-129.
2. Rosenfeld RM, Piccirillo JF, Chandrasekhar SS, et al. Clinical practice
guideline (update): adult sinusitis. Otolaryngology Head and Neck Surg. 2015;
152(2S) S1–S39.
3. US Census Bureau. International Data Base 2004: Chronic sinusitis in asia.
[updated 2003 June 16; cited 2010 June 27] Available from:
http://www.cureresearch.com/c/chronic_sinusitis/s tats-country.htm. Diunduh
tanggal 15 September 2017.
4. PERHATI. Fungsional endoscopic sinus surgery di indonesia. Jakarta. 2006;
p.1.
5. Chow AW, Benninger MS, Brook I, et al. IDSA clinical practice guideline for
acute bacterial rhinosinusitis in children and adults. Clin Infect Dis.
2012;54:e72-e112.

14

Anda mungkin juga menyukai