METODE PENELITIAN
obervasional. Hasil dan pembahasan pada penelitian ini bersifat deskriptif, yaitu
data dikumpungkan dari lapangan berbentuk kata-kata, gambar dan tidak diolah
secara statistik analisis. Penelitian dilakukan di poli gizi PKM Kuala Lempuing
Puskesmas Kuala Lempuing pada bulan Agustus 2016 sampai dengan Juli
2017.
B. SAMPEL PENGUMPULAN DATA
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Sampel
penelitian diambil dengan metode total sampling dari data sekunder. Sampel
pada penelitian ini dilakukan pengumpulan data dari dari rekam medis
Juli 2017.
C. JENIS DAN SUMBER DATA
1. Jenis data
Sumber Data
Sumber data dalam pengumpulan data ini adalah data dari Rekam
Lempuing.
2. Definisi Operasional
Tabel. 2 Definisi Operasional
No Variabel Definisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala
Operasional
1
1. Usia Usia saat Rekam Pembacaan 0 – 6 bulan Kategorik
responden medik catatan rekam
datang dan medik 7 – 12 bulan
dilakukan 13 – 36 bulan
pencatatan.
37 – 59 bulan
2. Jenis Rekam Pembacaan Laki – laki Kategorik
kelamin medik catatan rekam
medic perempuan
3. BBL Berat badan Rekam Pembacaan BBLR Kategorik
responden saat medik catatan rekam BBLN
lahir pasien. medic
4. Pendidikan Tingkat Rekam Pembacaan Tidak Bersekolah Kategorik
ibu pendidikan medik catatan rekam Tamat SD
terkahir dari medic Tamat SMP
Tamat SMA
ibu balita
Tamat PT
2
a. KRITERIA INKLUSI
Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah:
1. Seluruh pasien yang berkunjung di Poli Gizi Puskesmas Kuala
3
BAB IV
A. PROFIL PUSKESMAS
1. SITUASI LINGKUNGAN DAN KEPENDUDUKAN
a. Data Geografis dan Demografis
Wilayah kerja Puskesmas Kuala Lempuing terletak di tepi
pantai, dengan luas wilayah 1,8 Km2 dan secara administrasi berbatas
dengan:
Patah
Lingkar Barat
Indonesia
Padang Harapan
yang terdiri dari 18 Rt dan 3 Rw. Beriklim tropis dengan suhu udara
rata-rata 280 C pada musim hujan dan 330 C pada musim kemarau.
b. Kependudukan
Jumlah penduduk Kelurahan Kuala Lempuing tahun 2016
adalah sebanyak 5035 jiwa. Yang terdiri dari 2.558 jiwa penduduk
4
1.118 jiwa, 25-55 th berjumlah 1.467 jiwa, 56 - 79 Th berjumlah
Misi yaitu:
1) Meningkatkan pelayanan kesehatan yang terpadu, bermutu,
kesehatan.
4) Meningkatkan dan mendayagunakan sumber daya kesehatan.
3. SUMBER DAYA KESEHATAN
UPTD Puskesmas Kuala Lempuing bertanggung jawab
1) Promosi Kesehatan
2) Kesehatan Lingkungan
4) Perbaikan Gizi
6) Pengobatan
5
Yaitu program yang ditetapkan berdasarkan permasalahan kesehatan
5) Kesehatan Usila
6) Kesehatan Jiwa
7) Kesehatan Mata/Indera
8) Pengobatan Tradisional
4. TENAGA KESEHATAN
berikut:
6
5. Sarjana Sains Terapan - 2 2
6. Akper - 2 2
7. Akzi - - -
8. AAK - 1 1
9. AKL - 1 1
10. Bidan - - -
11. SPK 1 2 3
12. SPAG 1 - 1
13. SPRG - 1 1
14. SPPH - - -
15. SMAK - 1 1
16. SMF - 1 1
Jumlah 2 17 19
catatan rekam medik dari poli gizi Puskesmas Kuala Lempuing. Subject
Kuala Lempuing mulai tanggal 24 Juli 2017 sampai dengan 31 Juli 2017.
1. Usia
7
Gambaran karakteristik balita yang berkunjung di poli gizi Puskesmas
Kuala Lempuing dari Agustus 2016 hingga Juli 2017 berdasarkan usia diperoleh
8
dengan usia 13-36 bulan (59.2%), dan rentang usia ini paling banyak
Pada penelitian ini menunjukkan bahwa dari seluruh jumlah balita (103
adalah balita dengan usia 13-36 bulan dan rentang usia ini paling banyak
menyumbang status gizi kurus sebanyak 4 balita. Hal ini sesuai dengan penelitian
qureshi dkk yang mnjelaskan bahwa kasus malnutrisi derajat III menurut
klasifikasi gomez paling banyak di usia 12-23 bulan dan diikuti usia 24-35 bulan.
Pada usia 2 tahun merupakan masa transisi yang mana mulai akan pengenalan
anak mulai mengenal makanan atau jajanan luar dengan banyaknya perhatian ibu
yang kurang akan pemberian makanan sehingga anak-anak ini rentang akan
2. Jenis Kelamin
Kuala Lempuing dari Agustus 2016 hingga Juli 2017 berdasarkan jenis kelamin
9
Grafik 2 Karakteristik Status Gizi Balita yang Berkunjung Di Klinik Gizi
Puskesmas Kuala Lempuing Periode Agustus 2016 hingga Juli 2017 Berdasarkan
Jenis Kelamin
Dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa sebagian besar balita yang
dapat dilihat bahwa dari kedua jenis kelamin laki-laki maupun perempuan lebih
Hal ini sejalan dengan penilitian Ndiku dkk, yang menyebutkan bahwa
laki-laki lebih besar asupan makan dibanding perempuan, hal ini didukung dengan
perempuan. Namun penelitian ini tidak sejalan dengan hasil riskesdas provinsi
banten tahun 2007 yang melaporkan masalah pada gizi kurang maupun buruk
10
Asupan makan pada laki-laki lebih besar dibanding perempuan dapat
dinilai wajar oleh sebagian besar masyarakat yang berpendapat bahwa laki-laki
membutuhkan lebih besar asupan energi oleh karena lebih banyak mengeluarkan
Kuala Lempuing dari Agustus 2016 hingga Juli 2017 berdasarkan berat badan
11
Grafik 3 Karakteristik Status Gizi Balita yang Berkunjung di Poli Gizi Puskesmas
Kuala Lempuing Periode Agustus 2016 hingga Juli 2017 berdasarkan Berat Badan
Lahir
Dari tabel dan grafik diatas, dapat dilihat bahwa sebagian besar balita yang
badan lahir yang normal (95.15%) dan sebagian balita dengan status gizi kurus
badan lahir yang normal dan sebagian besar balita dengan status gizi kurus
mempunyai BBL yang normal juga. Hal ini sesuai dengan penelitian asry yang
nenunjukkan dari seluruh responden yang diteliti sebagian besar mempunyai berat
badan lahir normal sehingga tidak ada perbedaan antara tiap balita dengan berat
badan lahir rendah untuk memiliki status gizi kurus ataupun normal
12
4. Alamat
Kuala Lempuing dari Agustus 2016 hingga Juli 2017 berdasarkan alamat
Grafik 4 Karakteristik Status Gizi Balita yang Berkunjung di Poli Gizi Puskesmas
Kuala Lempuing Periode Agustus 2016 hingga Juli 2017 berdasarkan Alamat
13
Dari tabel dan grafik diatas, dapat dilihat bahwa dari 5 bagian Leempuing
berkunjung di Poli Gizi Puskesmas Kuala Lempuing berasal dari Lempuing Indah
4 (30,1%), dan balita dengan status gizi kurus terbanyak berasal dari Lempuing
Indah 1 (2,91%).
5. Pendidikan Ibu
Kuala Lempuing dari Agustus 2016 hingga Juli 2017 berdasarkan pendidikan ibu
14
Grafik 5 Karakteristik Status Gizi Balita yang Berkunjung di Poli Gizi Puskesmas
Kuala Lempuing Periode Agustus 2016 hingga Juli 2017 berdasarkan Alamat
Dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa sebagian besar ibu yang membawa
tamat SMP (40.8%) dan menyumbang jumlah terbanyak dari balita dengan status
gizi kurus.
Hal ini sesuai dengan riskesdas provinsi banten tahun 2007 yang
dengan tingkat pendidikan tamat SMP. Tingkat pendidikan erat kaitanya dengan
pola asuh, kualitas dan kuantitas pemberian makanan balita, pengetahuan akan
gizi. dengan tingkat pengetahuan ibu yang tinggi tidak hanya tahu (know) tetapi
Kuala Lempuing dari Agustus 2016 hingga Juli 2017 berdasarkan pekerjaan orang
15
Tabel 9. Karakteristik Balita yang berkunjung di poli gizi Puskesmas Kuala
Lempuing Berdasarkan Pekerjaan Orang Tua
Pekerjaan Orang Tua Jumlah (n) Persentase %
Tidak Bekerja 4 3,9%
PNS 1 1,0 %
Wiraswasta 31 30,1 %
Pegawai Swasta 13 12,6%
Nelayan/Petani 17 16,5%
Buruh 37 35,9%
Total 103 100%
Grafik 6 Karakteristik Status Gizi Balita yang Berkunjung di Poli Gizi Puskesmas
Kuala Lempuing Periode Agustus 2016 hingga Juli 2017 berdasarkan Jenis
Pekerjaan Orang Tua
Dari tabel dan grafik diatas, dapat dilihat bahwa sebagian besar orang tua
sebagai buruh dan lain-lain (35.9%), dan balita dengan status gizi kurus paling
banyak mempunyai orang tua dengan pekerjaan sebagai buruh dan pegawai
swasta.
16
Pada penelitian ini bahwa sebagian besar orang tua yang membawa
buruh dan lain-lain dan balita dengan status gizi kurus paling banyak mempunyai
orang tua dengan pekerjaan sebagai buruh dan pegawai swasta. Pekerjaan orang
tua berpengaruh dengan pola asuh dan sosio-ekonomi keluarga pasien, ibu yang
sehingga perhatian terhadapa anaknya kurang baik deri segi kasih sayang maupun
nutrisi. Orang tua dengan penghasilan rendah juga mempengaruhi tingkat nutrisi
keluarga.
Kuala Lempuing dari Agustus 2016 hingga Juli 2017 berdasarkan status gizi
BB/TB, BB/U, dan TB/U diperoleh hasil yang disajikan pada grafik 7,8, dan 9.
17
Grafik 7 Karakteristik Status Gizi menurut BB/TB Pada Balita yang Berkunjung
di Poli Gizi Puskesmas Kuala Lempuing Periode Agustus 2016 hingga Juli 2017
Grafik 8 Karakteristik Status Gizi menurut BB/U Pada Balita yang Berkunjung di
Poli Gizi Puskesmas Kuala Lempuing Periode Agustus 2016 hingga Juli 2017
Grafik 9 Karakteristik Status Gizi menurut TB/U Pada Balita yang Berkunjung di
Poli Gizi Puskesmas Kuala Lempuing Periode Agustus 2016 hingga Juli 2017.
Berdasarkan grafik diatas didapatkan hasil 94 pasien (91,26%) balita
dengan status gizi normal, 7 pasien (6,80%) mengalami status gizi kurus, dan 2
pasien (1,94%) mengalami status gizi sangat kurus dan setengah dari jumlah
18
balita yang berkunjung ke Poli G Puskesmas Kuala Lempuing berdasarkan status
Sedangkan status gizi menurut TB/U sebagian besar balita mempunyai tubuh yang
sendiri sifatnya memdeteksi status gizi masa kini, dan dapat membedakan anak
19
BAB V
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, dapat ditarik beberapa
kesimpulan sebagai berikut:
1. Pasien yang menderita gizi kurus, mengindikasikan kelainan gizi yang
sifatnya akut banyak diderita oleh balita dengan rentan usia terbanyak
13-36 bulan, berjenis kelamin perempuan, sebagian besar mempunyai
riwayat berat badan lahir normal, secara keseluruhan banyak berasal
dari daerah Lempuing Indah 4, dengan tingkat pendidikan ibu
sebagian besar tamat SMP, dan pekerjaan orang tua sebagai buruh.
2. Prevalensi status gizi menurut BB/TB menunjukkan status gizi normal
lebih banyak (91,26%) dibandingkan status gizi kurus dan sangat
kurus (8,74%)
3. Prevalensi status gizi menurut BB/U menunjukkan besarnya jumlah
status gizi kurang dan buruk sebesar 54,37% dibandingkan dengan
gizi baik.
4. Prevalensi status gizi menurut TB/U menunjukkan status gizi pendek
dan sangat pendek sebesar 65,04% dibandingkan dengan gizi normal.
5. Tidak adanya hubungan yang bermakna antara berat badan lahir
dengan status gizi menurut BB/TB, BB/U dan TB/U, yang
menunjukkan adanya pengaruh faktor lain yang lebih besar
dibandingkan faktor berat badan lahir.
B. Saran
berhubungan dengan status gizi seorang balita, jika memungkinkan untuk data
lebih banyak dan lengkap dalam hal meneliti faktor-faktor yang berpengaruh.
20
bermakna antar berat badan lahir dengan status gizi balita, namun tidak sedikit
masalah berat badan lahir perlu mendapat perhatian nutrisi yang lebih baik. Selain
itu berat badan lahir yang secara khusus dapat sebagai indikator dari kesejahteraan
janin selama kehamilan, sehingga tidak hanya masalah gizi saat balita namun
perhatian gizi saat kehamilan harus dipantau dengan baik karena berdampak pada
perkembangan dari bayi dan anak. Perlunya kerjasama lintas program dan lintas
21
DAFTAR PUSTAKA
22
10. Direktorat jenderal bina gizi dan kesehatan ibu dan anak tahun. 2011.
15. Dewi NA. Faktor-faktor Risiko Kejadian Gizi Buruk pada Balita yang
Dirawat di RSUP Dr. Kariadi Semarang. Semarang. Universitas
Dipenogoro; 2012.
17. Ndiku M, Siegl K. Gender Inequality In Food Intake And Nutrtional Status
Of Children Under 5 Years Old In Rural Eastern Kenya. European Journal
of Clinical Nutrition. 2010 , p26-31
23