Anda di halaman 1dari 7

Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang Menciptakan.

Dia telah menciptakan manusia dari


segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan
perantaraan qalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdur Razzaq, telah menceritakan
kepada kami Ma'mar, dari Az-Zuhri, dari Urwah, dari Aisyah yang menceritakan bahwa permulaan
wahyu yang disampaikan kepada Rasulullah Saw. berupa mimpi yang benar dalam tidurnya. Dan
beliau tidak sekali-kali melihat suatu mimpi, melainkan datangnya mimpi itu bagaikan sinar pagi hari.

Kemudian dijadikan baginya suka menyendiri, dan beliau sering datang ke Gua Hira, lalu melakukan
ibadah di dalamnya selama beberapa malam yang berbilang dan untuk itu beliau membawa
perbekalan secukupnya. Kemudian beliau pulang ke rumah Khadijah (istrinya) dan mengambil bekal
lagi untuk melakukan hal yang sama.

Pada suatu hari ia dikejutkan dengan datangnya wahyu saat berada di Gua Hira. Malaikat pembawa
wahyu masuk ke dalam gua menemuinya, lalu berkata, "Bacalah!" Rasulullah Saw. melanjutkan
kisahnya, bahwa ia menjawabnya, "Aku bukanlah orang yang pandai membaca." Maka malaikat itu
memegangku dan mendekapku sehingga aku benar-benar kepayahan olehnya, setelah itu ia
melepaskan diriku dan berkata lagi, "Bacalah!" Nabi Saw. menjawab, "Aku bukanlah orang yang
pandai membaca." Malaikat itu kembali mendekapku untuk kedua kalinya hingga benar-benar aku
kepayahan, lalu melepaskan aku dan berkata, "Bacalah!" Aku menjawab, "Aku bukanlah orang yang
pandai membaca." Malaikat itu kembali mendekapku untuk ketiga kalinya hingga aku benar-benar
kepayahan, lalu dia melepaskan aku dan berkata:

Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang Menciptakan. (Al-'Alaq: 1) sampai dengan firman-
Nya: apa yang tidak diketahuinya. (Al-'Alaq: 5)

Maka setelah itu Nabi Saw. pulang dengan hati yang gemetar hingga masuk menemui Khadijah, lalu
bersabda:

»‫« َز ِّملُونِّي َز ِّملُونِّي‬


Selimutilah aku, selimutilah aku!

Maka mereka menyelimutinya hingga rasa takutnya lenyap. Lalu setelah rasa takutnya lenyap,
Khadijah bertanya, "Mengapa engkau?" Maka Nabi Saw. menceritakan kepadanya kejadian yang
baru dialaminya dan bersabda,"Sesungguhnya aku merasa takut terhadap (keselamatan)
diriku." Khadijah berkata, "Tidak demikian, bergembiralah engkau, maka demi Allah, Dia tidak akan
mengecewakanmu selama-lamanya. Sesungguhnya engkau adalah orang yang suka bersilaturahmi,
benar dalam berbicara, suka menolong orang yang kesusahan, gemar menghormati tamu, dan
membantu orang-orang yang tertimpa musibah."

Kemudian Khadijah membawanya kepada Waraqah ibnu Naufal ibnu Asad ibnu Abdul Uzza ibnu
Qusay. Waraqah adalah saudara sepupu Khadijah dari pihak ayahnya, dan dia adalah seorang yang
telah masuk agama Nasrani di masa Jahiliah dan pandai menulis Arab, lalu ia menerjemahkan kitab
Injil ke dalam bahasa Arab seperti apa yang telah ditakdirkan oleh Allah, dan dia adalah seorang yang
telah lanjut usia dan tuna netra.
Khadijah bertanya, "Hai anak pamanku, dengarlah apa yang dikatakan oleh anak saudaramu ini."
Waraqah bertanya, "Hai anak saudaraku, apakah yang telah engkau lihat?" Maka Nabi Saw.
menceritakan kepadanya apa yang telah dialami dan dilihatnya. Setelah itu Waraqah berkata,
"Dialah Namus (Malaikat Jibril) yang pernah turun kepada Musa. Aduhai, sekiranya diriku masih
muda. Dan aduhai, sekiranya diriku masih hidup di saat kaummu mengusirmu."

Rasulullah Saw. memotong pembicaraan, "Apakah benar mereka akan mengusirku?" Waraqah
menjawab, "Ya, tidak sekali-kali ada seseorang lelaki yang mendatangkan hal seperti apa yang
engkau sampaikan, melainkan ia pasti dimusuhi. Dan jika aku dapat menjumpai harimu itu, maka aku
akan menolongmu dengan pertolongan yang sekuat-kuatnya." Tidak lama kemudian Waraqah wafat,
dan wahyu pun terhenti untuk sementara waktu hingga Rasulullah Saw. merasa sangat sedih.

Menurut berita yang sampai kepada kami, karena kesedihannya yang sangat, maka berulang kali ia
mencoba untuk menjatuhkan dirinya dari puncak bukit yang tinggi. Akan tetapi, setiap kali beliau
sampai di puncak bukit untuk menjatuhkan dirinya dari atasnya, maka Jibril menampakkan dirinya
dan berkata kepadanya, "Hai Muhammad, sesungguhnya engkau adalah utusan Allah yang
sebenarnya," maka tenanglah hati beliau karena berita itu, lalu kembali pulang ke rumah
keluarganya.

Dan manakala wahyu datang terlambat lagi, maka beliau berangkat untuk melakukan hal yang sama.
Tetapi bila telah sampai di puncak bukit, kembali Malaikat Jibril menampakkan diri kepadanya dan
mengatakan kepadanya hal yang sama.

Hadis ini diketengahkan di dalam kitab Sahihain melalui Az-Zuhri; dan kami telah membicarakan
tentang hadis ini ditinjau dari segi sanad, matan, dan maknanya pada permulaan kitab syarah kami,
yaitu Syarah Bukhari dengan pembahasan yang lengkap. Maka bagi yang ingin mendapatkan
keterangan lebih lanjut, dipersilakan untuk merujuk kepada kitab itu, semuanya tertulis di sana.

Mula-mula wahyu Al-Qur'an yang diturunkan adalah ayat-ayat ini yang mulia lagi diberkati, ayat-ayat
ini merupakan permulaan rahmat yang diturunkan oleh Allah karena kasih sayang kepada hamba-
hamba-Nya, dan merupakan nikmat yang mula-mula diberikan oleh Allah kepada mereka. Di dalam
surat ini terkandung peringatan yang menggugah manusia kepada asal mula penciptaan manusia,
yaitu dari 'alaqah. Dan bahwa di antara kemurahan Allah Swt. ialah Dia telah mengajarkan kepada
manusia apa yang tidak diketahuinya. Hal ini berarti Allah telah memuliakan dan menghormati
manusia dengan ilmu. Dan ilmu merupakan bobot tersendiri yang membedakan antara Abul Basyar
(Adam) dengan malaikat. Ilmu itu adakalanya berada di hati, adakalanya berada di lisan, adakalanya
pula berada di dalam tulisan tangan. Berarti ilmu itu mencakup tiga aspek, yaitu di hati, di lisan, dan
di tulisan. Sedangkan yang di tulisan membuktikan adanya penguasaan pada kedua aspek lainnya,
tetapi tidak sebaliknya. Karena itulah disebutkan dalam firman-Nya:

}‫ان َما لَ ْم يَ ْعلَ ْم‬


َ ‫س‬َ ‫علَّ َم اإل ْن‬ َ ‫{اق َرأْ َو َربُّكَ األ ْك َر ُم الَّذِي‬
َ ‫علَّ َم بِا ْلقَلَ ِم‬ ْ
Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Penmrah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan
qalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. (Al-'Alaq: 3-5)

Di dalam sebuah asar disebutkan, "Ikatlah ilmu dengan tulisan." Dan masih disebutkan pula dalam
asar, bahwa barang siapa yang mengamalkan ilmu yang dikuasainya, maka Allah akan memberikan
kepadanya ilmu yang belum diketahuinya
Maka apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana diciptakan, dan langit bagaimana ia
ditinggikan? Dan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan? Dan bumi bagaimana ia dihamparkan?
Maka berilah peringatan, karena sesungguhnya kamu hanyalah orang yang memberi peringatan.
Kami bukanlah orang yang berkuasa atas mereka, tetapi orang yang berpaling dan kafir, maka Allah
akan mengazabnya dengan azab yang besar. Sesungguhnya kepada Kamilah kembali mereka,
kemudian sesungguhnya kewajiban Kamilah menghisab mereka.

Allah Swt. berfirman, memerintahkan kepada hamba-hamba-Nya untuk memperhatikan makhluk-


makhluk-Nya yang menunjukkan akan kekuasaan dan kebesaran-Nya.

} ْ‫ْف ُخ ِلقَت‬
َ ‫ون إِلَى اإلبِ ِل َكي‬ ُ ‫{أَفَال يَ ْن‬
َ ‫ظ ُر‬
Maka apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana dia diciptakan? (Al-Ghasyiyah: 17)

Karena sesungguhnya unta itu hewan yang menakjubkan dan bentuknya aneh. Ia sangat kuat dan
keras, tetapi sekalipun demikian ia jinak untuk angkutan yang berat dan tunduk pada penuntun
(pengendali) yang lemah. Dagingnya dapat dimakan, bulunya dapat dimanfaatkan, dan air susunya
dapat diminum. Disebutkan unta secara khusus karena kebanyakan orang-orang Arab memakai unta
sebagai hewan kendaraan.

Disebutkan bahwa Syuraih Al-Qadi pernah mengatakan, "Marilah kita keluar untuk melihat unta
bagaimana ia diciptakan, dan bagaimana langit ditinggikan. Yakni bagaimana Allah Swt.
meninggikannya dari bumi dengan ketinggian yang tak terperikan ini," sebagaimana yang disebutkan
dalam ayat lain melalui firman-Nya:

َ ‫ماء فَ ْوقَ ُه ْم َكي‬


‫ْف بَنَيْناها َو َزيَّنَّاها َوما لَها ِم ْن فُ ُروج‬ ِ ‫س‬ ُ ‫أَفَلَ ْم يَ ْن‬
َّ ‫ظ ُروا إِلَى ال‬
Maka apakah mereka tidak melihat akan langit yang ada di atas mereka, bagaimana Kami
meninggikannya dan menghiasinya dan langit itu tidak mempunyai retak-retak sedikit pun? (Qaf: 6)

Adapun firman Allah Swt:

َ ‫{و ِإلَى ا ْل ِجبَا ِل َكي‬


} ْ‫ْف نُ ِصبَت‬ َ
Dan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan? (Al-Ghasyiyah: 19)

Yakni dijadikan tegak dan berdiri kokoh untuk menjadi penyeimbang agar bumi diam dan tidak
mengguncangkan para penduduknya, kemudian Allah Swt. menjadikan padanya banyak manfaat dan
bahan-bahan mineral yang terkandung di dalamnya.

} ْ‫س ِط َحت‬ َ ‫ض َكي‬


ُ ‫ْف‬ ْ ‫{و ِإلَى‬
ِ ‫األر‬ َ
Dan bumi bagaimana ia dihamparkan? (Al-Ghasyiyah: 20)

Yaitu dihamparkan, digelarkan, dan dijadikan sebagai tempat yang layak untuk dihuni. Dan seorang
Badui (kampung) dengan kecerdikan akalnya dapat menyimpulkan melalui pemandangan yang
disaksikan oleh mata kepalanya sendiri, yaitu unta kendaraannya, langit yang ada di atasnya,
gunung-gunung yang terpampang di hadapannya, dan bumi yang menjadi tempat berpijaknya,
bahwa terciptanya semuanya itu berkat kekuasaan Penciptanya. Dia tiada lain adalah Tuhan Yang
Mahabesar, Yang Maha Pencipta, Yang Menguasai, dan Yang mengatur semuanya. Dan bahwa tiada
Tuhan yang berhak disembah selain Dia.

Demikian pula Damam mengucapkan sumpahnya setelah mengajukan beberapa pertanyaan kepada
Rasulullah Saw., sebagaimana yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad. Disebutkan bahwa:

‫ ُكنَّا‬:‫ ع َْن أَنَ ٍس قَا َل‬،ٍ‫ ع َْن ثَا ِّبت‬،‫ير ِّة‬ َ ‫س َل ْي َمانُ ْبنُ ا ْل ُم ِّغ‬ ُ ‫ َح َّدثَنَا‬،‫س ِّم‬ ِّ ‫ش ُم ْبنُ ا ْل َقا‬ ِّ ‫َح َّدثَنَا َها‬
‫َان يُ ْع ِّجبُنَا أ َ ْن يَ ِّجي َء‬ َ ‫ فَك‬، ٍ‫سلَّ َم ع َْن ش َْيء‬ َ ‫علَ ْي ِّه َو‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ُ‫َّللا‬ َ ِّ‫َّللا‬َّ ‫سو َل‬ ُ ‫سأ َ َل َر‬ ْ َ‫نُ ِّهينَا أ َ ْن ن‬
‫ فَ َجا َء َر ُج ٌل ِّم ْن أ َ ْه ِّل ا ْل َبا ِّد َي ِّة‬،‫س َم ُع‬ ْ َ‫سأَلُهُ َونَ ْحنُ ن‬ ْ ‫الر ُج ُل ِّم ْن أ َ ْه ِّل ا ْل َبا ِّد َي ِّة ا ْل َعا ِّق ُل فَ َي‬َّ
:‫ قَا َل‬. َ‫سلَك‬ َ ‫َّللاَ أ َ ْر‬
َّ ‫ إِّنَّهُ أَتَانَا رسولُك فزعَم لَنَا أَنَّكَ تَزعُم أ َ َّن‬،ُ‫ يَا ُم َح َّمد‬:‫فَقَا َل‬
:‫ض؟ قَا َل‬ َ ‫ق ْاْل َ ْر‬ َ َ‫ فَ َم ْن َخل‬:‫ قَا َل‬."ُ‫"َّللا‬ َّ :‫س َما َء؟ قَا َل‬ َّ ‫ق ال‬ َ َ‫ فَ َم ْن َخل‬:‫ قَا َل‬."‫َق‬ َ ‫صد‬ َ "
:‫ قَا َل‬."ُ‫"َّللا‬ َّ :‫ب َه ِّذ ِّه ا ْل ِّجبَا َل َو َجعَ َل فِّي َها َما َجعَ َل؟ قَا َل‬ َ ‫ص‬ َ َ‫ فَ َم ْن ن‬:‫ قَا َل‬."ُ‫"َّللا‬ َّ
:‫ قَا َل‬."‫ "نَعَ ْم‬:‫سلَكَ ؟ قَا َل‬ َ ‫ آهللُ أ َ ْر‬،‫ب َه ِّذ ِّه ا ْل ِّجبَا َل‬ َ َ‫ض َون‬
َ ‫ص‬ َ ‫س َما َء َو ْاْل َ ْر‬ َّ ‫ق ال‬ َ َ‫فَبِّالَّذِّي َخل‬
:‫ قَا َل‬."‫َق‬ َ ‫صد‬ َ " :‫ قَا َل‬.‫ت فِّي يَ ْو ِّمنَا َولَ ْيلَتِّنَا‬ ٍ ‫صلَ َوا‬ َ ‫س‬ َ ‫علَ ْينَا َخ ْم‬ َ ‫ع َم رسولُك أ َ َّن‬ َ ‫َو َز‬
‫آَّللُ أ َ َم َركَ ِّب َهذَا؟‬ َّ ، َ‫سلَك‬ َ ‫علَ ْينَا َزكَاةً فَ ِّبالَّذِّي أ َ ْر‬ َ ‫سولُكَ أ َ َّن‬ ُ ‫ع َم َر‬ َ ‫ َو َز‬:‫ قَا َل‬."‫ "نَعَ ْم‬:‫قَا َل‬
."‫ "نَ َع ْم‬:‫ قَا َل‬.‫آَّللُ أ َ َم َركَ بِّ َهذَا؟‬ َّ ، َ‫سلَك‬ َ ‫ فَ ِّبالَّذِّي أ َ ْر‬:‫ قَا َل‬."‫َق‬ َ ‫صد‬ َ " :‫ِّفي أ َ ْم َوا ِّلنَا؟ قَا َل‬
."‫َق‬ َ ‫صد‬ َ " :‫ قَا َل‬.‫يًل‬ ً ِّ‫سب‬َ ‫ع ِّإلَ ْي ِّه‬ َ ‫ست َ َطا‬ْ ‫ت َم ِّن ا‬ ِّ ‫علَ ْينَا َحج ا ْلبَ ْي‬ َ ‫سولُكَ أ َ َّن‬ ُ ‫ع َم َر‬ َ ‫ َو َز‬:‫قَا َل‬
‫ فَقَا َل‬.‫ش ْيئ ًا‬ َ ‫ص ِّم ْن ُه َّن‬ ُ ُ‫علَ ْي ِّه َّن َو ََل أ َ ْنق‬ َ ‫ق ََل أ َ ِّزي ُد‬ ِّ ‫ َوالَّذِّي بَعَثَكَ بِّا ْل َح‬:‫ ث ُ َّم َولَّى فَقَا َل‬:‫قَا َل‬
."َ‫َق ليد ُخلَن ا ْل َجنَّة‬ َ ‫صد‬ َ ‫ " ِّإ َّن‬:‫سلَّ َم‬ َ ‫علَ ْي ِّه َو‬َ ُ‫َّللا‬ َّ ‫صلَّى‬ َ ‫النَّ ِّب ُّي‬
telah menceritakan kepada kami Hasyim ibnul Qasim, telah menceritakan kepada kami Sulaiman
ibnul Mugirah dan Sabit, dari Anas yang telah mengatakan bahwa dahulu kami dilarang mengajukan
pertanyaan mengenai sesuatu masalah kepada Rasulullah Saw. Maka kala itu kami sangat senang
bila datang seorang lelaki Badui yang cerdas, lalu menanyakan kepada Rasulullah Saw. beberapa
masalah, maka kami mendengarkannya. Kemudian datanglah seorang lelaki Badui, lalu bertanya,
"Wahai Muhammad, sesungguhnya telah datang kepada kami utusanmu dan mengatakan kepada
kami bahwa sesungguhnya engkau adalah utusan Allah?" Nabi Saw. menjawab "Benar." Maka lelaki
Badui itu bertanya, "Lalu siapakah yang menciptakan langit?" Nabi Saw. menjawab, "Allah." Lelaki itu
bertanya, "Siapakah yang menciptakan bumi?" Nabi Saw. menjawab, "Allah." Lelaki itu bertanya,
"Siapakah yang memancangkan gunung-gunung ini dan yang menciptakan segala sesuatu yang ada
padanya?" Nabi Saw. menjawab, "Allah." Lelaki Badui itu bertanya, "Maka demi Tuhan Yang telah
menciptakan langit, bumi, dan Yang telah memancangkan gunung-gunung ini, apakah benar Allah
telah mengutusmu?" Nabi Saw. menjawab, "Benar." Lelaki itu bertanya, "Utusanmu mengira bahwa
diwajibkan atas kami mengerjakan salat lima waktu setiap harinya?" Nabi Saw. Menjawab, ”Benar."
Lelaki itu bertanya, "Maka demi Tuhan Yang telah mengutusmu, apakah Allah telah memerintahkan
demikian kepadamu?" Nabi Saw. menjawab, "Ya." Lelaki itu bertanya, "Dan utusanmu mengira
bahwa kami diwajibkan membayar zakat harta benda kami?" Nabi Saw. manjawab, "Benar." Lelaki
itu bertanya, "Maka demi Tuhan Yang telah mengutusmu, apakah Allah yang memerintahkan
demikian kepadamu?" Nabi Saw. menjawab, "Ya." Lelaki Badui itu bertanya, "Dan utusanmu mengira
bahwa diwajibkan atas kami berhaji ke Baitullah bagi yang mampu mengadakan perjalanannya?"
Nabi Saw. menjawab, "Benar." Kemudian lelaki Badui itu pergi dan berkata, "Demi Tuhan Yang telah
mengutusmu dengan membawa kebenaran, aku tidak akan menambahi sesuatu pun dari hal
tersebut dan tidak pula menguranginya barang sedikit pun." Maka Nabi Saw. bersabda: Jika dia
benar, niscaya dia masuk surga.

Imam Muslim telah meriwayatkan hadis ini dari Amr An-Naqid, dari Abun Nadr alias Hasyim ibnul
Qasim dengan sanad yang sama, dan Imam Bukhari memberinya komentar. Imam Turmuzi dan
Imam Nasai meriwayatkannya melalui hadis Sulaiman ibnul Mugirah dengan sanad yang sama.

Imam Ahmad, Imam Bukhari, Imam Abu Daud, Imam Nasai, dan Imam Ibnu Majah meriwayatkan
hadis ini melalui Al-Lais ibnu Sa'd, dari Sa'id Al-Maqbari, dari Syarik ibnu Abdullah ibnu Abu Namir,
dari Anas dengan sanad yang sama secara panjang lebar. Dan di akhir hadisnya disebutkan bahwa
telah menceritakannya kepadaku Dammam ibnu Sa’labah saudara lelaki Bani Sa'id ibnu Bakr.

Al-Hafiz Abu Ya'la mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ishaq, telah menceritakan kepada
kami Abdullah ibnu Ja'far, telah menceritakan kepadaku Abdullah ibnu Dinar, dari Ibnu Umar yang
telah menceritakan bahwa Rasulullah Saw. sering menceritakan tentang seorang wanita yang hidup
di masa Jahiliah yang berada di atas sebuah bukit bersama anak laki-lakinya sedang
menggembalakan ternak kambing. Maka anaknya bertanya "Hai Ibu, siapakah yang telah
menciptakan engkau?" Ibunya menjawab, "Allah." Ia bertanya, "Siapakah yang menciptakan
ayahku?" Si ibu menjawab, "Allah." Ia bertanya, "Siapakah yang menciptakan diriku?" Si ibu
menjawab, "Allah." Si anak bertanya, "Siapakah yang menciptakan langit?" Si ibu menjawab, "Allah."
Si anak bertanya, "Siapakah yang menciptakan bumi?" Si ibu menjawab, "Allah." Ia bertanya,
"Siapakah yang menciptakan gunung?" Si ibu menjawab, "Allah." Ia bertanya, "Siapakah yang
menciptakan kambing ini?" Si ibu menjawab, "Allah." Maka si anak berkata, "Sesungguhnya aku
benar-benar mendengar Allah mempunyai kedudukan yang penting di atas segalanya," lalu ia
menjatuhkan dirinya dari atas gunung itu sehingga tubuhnya hancur. Ibnu Umar mengatakan,
"Rasulullah Saw. sering menceritakan kisah ini kepada kami." Ibnu Dinar mengatakan bahwa
Abdullah ibnu Umar sering menceritakan kisah ini kepada kami. Tetapi di dalam sanad hadis ini
terdapat kelemahan. Abdullah ibnu Ja'far yang disebutkan dalam sanad hadis ini adalah Al-Madini,
seorang yang dinilai lemah oleh putranya sendiri (yaitu Imam Ali ibnul Madini) dan juga oleh yang
lainnya.

*******************

Firman Allah Swt.:

َ ‫علَي ِْه ْم بِ ُم‬


}‫سي ِْطر‬ ْ َ‫ ل‬.‫{فَ َذ ِك ْر إِنَّ َما أ َ ْنتَ ُم َذ ِك ٌر‬
َ َ‫ست‬
Maka berilah peringatan. karena sesungguhnya kamu hanyalah orang yang memberi peringatan.
Kamu bukanlah orang yang berkuasa atas mereka. (Al-Ghasyiyah. 21-22)

Hai Muhammad, berilah manusia peringatan dengan apa yang engkau diutus kepada mereka untuk
menyampaikannya. Dalam ayat lain disebutkan:

‫اب‬
ُ ‫س‬َ ‫علَ ْينَا ا ْل ِح‬
َ ‫غ َو‬ َ ‫فَ ِإنَّ َما‬
ُ ‫علَ ْيكَ ا ْلبَ َال‬
sesungguhnya tugasmu hanya menyampaikan saja, sedangkan Kamilah yang menghisab amalan
mereka. (Ar-Ra'd: 40)

Karena itulah maka disebutkan dalam surat ini oleh firman-Nya:

َ ‫علَي ِْه ْم ِب ُم‬


}‫سي ِْطر‬ ْ َ‫{ل‬
َ َ‫ست‬
Kamu bukanlah orang yang berkuasa atas mereka. (Al-Ghasyiyah: 22)

Ibnu Abbas dan Mujahid serta selain keduanya mengatakan bahwa makna ayat ini sama dengan apa
yang disebutkan oleh firman-Nya dalam ayat yang lain, yaitu:

َ َ‫َوما أ َ ْنت‬
‫علَي ِْه ْم ِب َجبَّار‬
dan kamu sekali-kali bukanlah seorang pemaksa terhadap mereka. (Qaf: 45)

Yakni kamu bukanlah orang yang dapat menciptakan iman di dalam hati mereka.

Ibnu Zaid mengatakan bahwa makna ayat ialah kamu bukanlah seorang yang dapat memaksakan
mereka untuk beriman.

‫ قَا َل‬:‫ ع َْن َجابِّ ٍر قَا َل‬،‫الزبَ ْي ِّر‬ ُّ ‫ ع َْن أَبِّي‬،‫ان‬ َ َ‫س ْفي‬ ُ ‫ ع َْن‬،‫ َح َّدثَنَا َو ِّكيع‬:ُ‫اْل َما ُم أ َ ْح َمد‬
ِّ ْ ‫قَا َل‬
‫ ََل ِّإلَهَ ِّإ ََّل‬:‫اس َحتَّى يَقُولُوا‬ َ َّ‫ "أ ُ ِّم ْرتُ أ َ ْن أُقَاتِّ َل الن‬:‫سلَّ َم‬ َ ‫علَ ْي ِّه َو‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ُ‫َّللا‬ َ ِّ‫َّللا‬
َّ ‫سو ُل‬ ُ ‫َر‬
َّ ‫علَى‬
‫َّللاِّ ع ََّز‬ َ ‫سابُ ُه ْم‬ َ ‫ َو ِّح‬،‫ص ُموا ِّمنِّي ِّد َما َء ُه ْم َوأ َ ْم َوالَ ُه ْم إِّ ََّل ِّب َح ِّق َها‬ َ ‫ع‬َ ‫ فَ ِّإذَا قَالُو َها‬،ُ‫َّللا‬
َّ
}‫س ْي ِّط ٍر‬ َ ‫علَ ْي ِّه ْم ِّب ُم‬
َ َ‫ست‬ْ َ‫ {فَذَ ِّك ْر ِّإنَّ َما أ َ ْنتَ ُمذَ ِّك ٌر ل‬:َ‫ ث ُ َّم قَ َرأ‬."‫َو َج َّل‬
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Waki’ dari Sufyan, dari Abuz Zubair, dari
Jabir yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Aku diperintahkan untuk
memerangi manusia hingga mereka mau mengucapkan, "Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah)
selain Allah.” Maka apabila mereka mau mengucapkannya, berarti mereka memelihara darah dan
hartanya dariku, kecuali berdasarkan alasan yang hak, sedangkan hisab (perhitungan) mereka ada
pada Allah Swt. Kemudian Rasulullah Saw. membaca firman-Nya: Maka berilah peringatan, karena
sesungguhnya kamu hanyalah orang yang memberi peringatan. Kamu bukanlah orang yang berkuasa
atas mereka. (Al-Ghasyiyah: 21-22)

Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Imam Muslim di dalam Kitabul Iman dan Imam Turmuzi serta
Imam Nasai di dalam kitab tafsir dari kitab sunan masing-masing dari keduanya, melalui Sufyan ibnu
Sa'id As-Sauri dengan sanad yang sama dan dengan tambahan penyebutan ayat. Dan hadis ini
diketengahkan di dalam kitab Sahihain melalui riwayat Abu Hurairah tanpa tambahan penyebutan
ayat.

Firman Allah Swt.:

}‫{إِال َم ْن ت َ َولَّى َو َكفَ َر‬


tetapi orang yang berpaling dan kafir. (Al-Ghasyiyah: 23)

Yaitu berpaling, tidak mau mengamalkan rukun-rukunnya; kafir hatinya dan juga lisannya terhadap
perkara yang hak. Ayat ini semakna dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:

َ َّ‫صلَّى َول ِك ْن َكذ‬


‫ب َوت َ َولَّى‬ َ ‫فَال‬
َ ‫صدَّقَ َوال‬
Dia tidak mau membenarkan (Rasul dan AL-Qur'an) dan tidak man mengerjakan salat, tetapi ia
mendustakan (Rasul) dan berpaling (dari kebenaran). (Al-Qiyamah: 31-32)

Karena itulah maka disebutkan oleh firman-Nya:

َّ ُ‫{فَيُعَ ِذبُه‬
َ ‫َّللاُ ا ْلعَ َذ‬
}‫اب األ ْكبَ َر‬
maka Allah akan mengazabnya dengan azab yang besar. (Al-Ghasyiyah: 24)

:ُ‫اْل َما ُم أ َ ْح َمد‬ ِّ ْ ‫ع ِّلي ِّ ْب ِّن قَا َل‬َ ‫ ع َْن‬،‫س ِّعي ِّد ْب ِّن أ َ ِّبي ِّه ًَل ٍل‬
َ ‫ ع َِّن‬،‫ث‬ ٌ ‫ َح َّدث َ َنا َل ْي‬،ُ‫َح َّدثَنَا قُت َ ْي َبة‬
‫سأَلَهُ ع َْن أ َ ْليَ ِّن َك ِّل َم ٍة‬ َ َ‫ ف‬،َ‫علَى َخا ِّل ِّد ْب ِّن يَ ِّزي َد ْب ِّن ُمعَا ِّويَة‬ َ ‫َخا ِّل ٍد أ َ َّن أَبَا أ ُ َما َمةَ ا ْلبَا ِّه ِّل َّي َم َّر‬
َّ ‫صلَّى‬
ُ‫َّللا‬ َ ِّ‫َّللا‬ َّ ‫سو َل‬ ُ ‫س ِّم ْعتُ َر‬ َ :‫ فَقَا َل‬،‫سلَّ َم‬
َ ‫علَ ْي ِّه َو‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ُ‫َّللا‬ َ ِّ‫َّللا‬َّ ‫سو ِّل‬ ُ ‫س ِّم َع َها ِّم ْن َر‬ َ
‫علَى‬ َ ‫ير‬ ِّ ‫َّللاِّ شَراد ا ْلبَ ِّع‬ َّ ‫علَى‬ َ ‫ إِّ ََّل َم ْن ش ََرد‬،َ‫ "أ َ ََل ُكلُّ ُك ْم يَ ْد ُخ ُل ا ْل َجنَّة‬:‫علَ ْي ِّه وسلم يَقُو ُل‬ َ
."‫أ َ ْه ِّل ِّه‬
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Qutaibah, telah menceritakan kepada
kami Lais, dari Sa'id ibnu Abu Hilal, dari Ali ibnu Khalid, bahwa Abu Umamah Al-Bahili bersua dengan
Khalid ibnu Yazid ibnu Mu'awiyah; maka Khalid bertanya kepadanya tentang kalimat yang paling
lembut yang pernah ia dengar dari Rasulullah Saw. Abu Umamah menjawab, bahwa ia pernah
mendengar Rasulullah Saw. bersabda: Ingatlah, kamu semuanya masuk surga kecuali orang yang
membangkang terhadap Allah, seperti unta yang membangkang terhadap pemiliknya.

Imam Ahmad mengetengahkan hadis ini secara tunggal. Dan Ali ibnu Khalid ini disebutkan oleh Ibnu
Abu Hatim menerima hadis ini dari ayahnya (yakni Khalid ibnu Mu'awiyah). Dan Ibnu Abu Hatim
tidak menambahkan selain dari apa yang telah ada di sini, yaitu diriwayatkan dari Abu Umamah dan
Khalid ibnu Mu'awiyah oleh Sa'id ibnu Abu Hilal.

Firman Allah Swt.:

}‫{ ِإ َّن ِإلَ ْينَا ِإيَابَ ُه ْم‬


Sesungguhnya kepada Kamilah kembali mereka. (Al-Ghasyiyah: 25)

Yakni kembali dan berpulangnya mereka.

َ ‫{ث ُ َّم إِ َّن‬


َ ‫علَ ْينَا ِح‬
}‫سابَ ُه ْم‬
kemudian sesungguhnya kewajiban Kamilah menghisab mereka. (Al-Ghasyiyah: 26)

Kami akan melakukan perhitungan terhadap amal perbuatan yang telah mereka kerjakan, dan Kami
akan membalaskannyakepada mereka; jika amalnya baik, maka balasannya baik; dan jika amalnya
buruk, maka balasannya buruk pula.

ِّ ‫ور ِّة "ا ْلغَا‬


.‫شيَ ِّة" وهلل الحمد والمنة‬ َ ‫س‬ ِّ ‫آخ ُر ت َ ْفس‬
ُ ‫ِّير‬ ِّ
Demikianlah akhir tafsir surat Al-Ghasyiyah dengan memanjatkan puji dan syukur kepada Allah atas
segala karunia-Nya.

Anda mungkin juga menyukai