Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pengeringan merupakan salah satu proses yang penting pada pengolahan hasil

pertanian pagi. Cara pengeringan yang kurang baik akan mengakibatkan hasil

pertanian padi menjadi busuk, berjamur atau berubah warna. Hasil penelitian yang

dilakukan oleh Litbang Biro Pusat Statistik (BPS) antara tahun 2004–2006

menunjukkan bahwa tingkat kerusakan hasil pertanian padi pasca panen berkisar

10,39 % hingga 15,26 % dan salah satu faktornya adalah proses pengeringan yang

kurang baik.

Sampai saat ini dibanyak daerah di Indonesia pengeringan hasil pertanian

masih dilakukan dengan cara penjemuran langsung. Cara ini dapat merusak kualitas

hasil pertanian karena radiasi ultraviolet, air hujan dan gangguan binatang.

Penjemuran secara langsung juga memerlukan waktu yang lama, padahal saat panen

raya hasil pertanian umumnya melimpah dan harus dikeringkan terlebih dahulu

sebelum disimpan atau dipasarkan. Cara pengeringan yang lain adalah menggunakan

alat pengering yang umumnya menggunakan bahan bakar minyak atau energi listrik.

Tetapi belum semua daerah di Indonesia memiliki jaringan listrik atau belum

memiliki sarana transportasi yang baik sehingga bahan bakar minyak tidak mudah

didapat. Selain itu penggunaan bahan bakar minyak atau energi listrik menyebabkan

biaya proses pengeringan menjadi mahal sehingga harga jual hasil pertanian menjadi

tinggi.
Energi surya merupakan energi yang tersedia melimpah di Indonesia

sehingga pemanfaatan energi surya dapat mengurangi atau bahkan menggantikan

penggunaan bahan bakar atau energi listrik dalam proses pengeringan hasil pertanian.

Alat pengering dengan memanfaatkan energi surya yang ada di Indonesia umumnya

menggunakan absorber jenis pelat yang terbuat dari tembaga atau alumunium.

Masalah yang ada dengan penggunaan absorber jenis pelat ini adalah dari segi biaya

masih termasuk mahal dan pembuatan alat pengering dengan absorber pelat termasuk

teknologi yang tidak sederhana bagi umumnya masyarakat pertanian di Indonesia.

Jenis alat pengering energi surya yang lebih murah dan mudah dibuat adalah

alat pengering dengan menggunakan absorber jenis porus. Penelitian tentang

pengering energi surya jenis absorber porus ini terutama di Indonesia masih sedikit

sehingga masih perlu dilakukan banyak penelitian. Penelitian ini bermaksud

mengetahui proses pengeringan yang lebih efisien dan variasi tinggi cerobong yang

tepat untuk alat pengering padi energi surya. Dapat tidaknya jenis pengering energi

surya dengan absorber porus ini dimanfaatkan untuk pengeringan padi ditentukan

oleh efisiensi sistem pengeringan hasil pertanian yang dihasilkan.

1.2 Rumusan Masalah


Analisa matematis untuk memperkirakan efisiensi pengeringan pada

pengering dengan absorber jenis porus masih sukar dilakukan, hal ini karena

mekanisme perpindahan panas udara pada absorber porus merupakan mekanisme

yang rumit. Maka penelitian ini dilakukan secara eksperimental untuk mengetahui

efisiensi pengeringan yang dihasilkan. Variabel yang mempengaruhi efisiensi

pengeringan pada alat pengering energi surya dengan bahan absorber jenis porus
terutama adalah luas absorber. Luas absorber yang digunakan adalah dengan bahan

alumunium. Padi dipilih karena padi merupakan hasil pertanian yang paling umum di

pedesaan.

Efisiensi pengeringan pada dasarnya merupakan perbandingan antara energi

yang terpakai untuk pengeringan (untuk memanasi udara pada kolektor) dengan

energi surya yang datang. Besarnya energi yang terpakai ditentukan oleh temperatur

dan tekanan udara yang akan mengeringkan hasil pertanian setelah melewati

absorber. Semakin besar temperatur dan tekanan udara yang dihasilkan alat

pengering maka semakin besar juga energi yang terpakai untuk pengeringan

sehingga efisiensi pengeringan akan semakin besar. Dengan menggunakan absorber

yang lebih luas maka temperatur udara yang dihasilkan juga semakin tinggi, tetapi

tekanan udara akan semakin kecil karena luas absorber yang lebih besar akan

menimbulkan hambatan aliran udara yang lebih besar. Jika temperatur udara atau

tekanan yang dihasilkan terlalu kecil maka proses pengeringan bahan tidak akan

optimal, sehingga dari hasil penelitian ini diharapkan dapat diketahui tinggi cerobong

yang dapat menghasilkan perbedaan tekanan yang sesuai, supaya dapat

meningkatkan efisiensi pengeringan. Dalam penelitian ini tinggi cerobong yang

digunakan adalah 0,1 m dan 2 m,karena lebih mudah dalam pembuatan dan analisa

data yang dihasilkan.


1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai oleh penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui jumlah energi yang dipindahkan dari absorber ke udara

(energi berguna) didalam kolektor surya.

2. Mengetahui efisiensi pengambilan kadar air untuk tiap variasi tinggi

cerobong pada pengering padi energi surya.

3. Mengetahui efisiensi kolektor untuk tiap variasi tinggi cerobong pada

pengering padi energi surya.

4. Mengetahui efisiensi sistem pengeringan untuk tiap variasi tinggi

cerobong pada pengering padi energi surya.

5. Mengetahui tarikan tambahan pada cerobong untuk tiap variasi tinggi

cerobong alat pengering padi energi surya.

6. Mengetahui penurunan massa padi menggunakan alat pengering dan

dengan pengeringan konvensional.

1.4 Manfaat
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Membantu petani untuk mengolah hasil panen produk pertanian agar

produk bertahan lama.

2. Menambah kepustakaan teknologi pengeringan hasil pertanian energi

surya.

3. Untuk memberikan alternatif cara yang lebih mudah dan murah dalam

mengeringkan hasil pertanian menggunakan energi surya.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Dasar Teori


Konstruksi pengering hasil pertanian yang umum (menggunakan absorber

pelat). Bagian utama dari pengering adalah absorber (terletak dalam kotak kolektor)

yang akan menerima energi surya yang datang dan mengkonversikannya menjadi

panas. Absorber ini berfungsi untuk memanasi udara luar yang mengalir ke kotak

tempat bahan yang akan dikeringkan secara alami (atau dapat juga dengan bantuan

blower). Udara yang sudah dipanasi absorber ini akan mengalir menembus hasil

pertanian yang akan dikeringkan. Pada saat udara panas ini menembus hasil

pertanian terjadi perpindahan panas dan massa air dari hasil pertanian ke udara panas

tersebut, proses ini disebut proses pengeringan.

Gambar 2.1 Alat Pengering Energi Surya


2.2 Prinsip Kerja
Prinsip kerja dari pengering padi energi surya sederhana yaitu udara yang

masuk ke kolektor dipanasi oleh sinar matahari dan di sirkulasikan melalui lapisan

padi dengan konveksi alamiah. Udara yang bertemperatur tinggi yang melalui lapisan

padi akan menguapkan air yang terkandung di dalam padi, sehingga terjadi proses

pengeringan. Cerobong memberikan tarikan tambahan, yang diciptakan oleh

perbedaan massa jenis antara udara di dalam dan di luar pengering.

2.3 Energi Berguna (Qu)


Jumlah energi yang terpakai untuk memanasi udara di absorber (jumlah

energi yang dipindahkan dari absorber ke udara) disebut dengan energi berguna.

2.4 Efisiensi
Efisiensi dari suatu alat adalah perbandingan dari keluaran yang dihasilkan

dengan masukan yang diberikan. Unjuk kerja pengering padi menggunakan energi

surya dinyatakan dengan energi berguna, efisiensi kolektor, efisiensi pengambilan,

dan efisiensi sistem.


Efisiensi sistem pengeringan didefinisikan sebagai perbandingan antara

energi yang digunakan untuk menguapkan air dari hasil pertanian yang dikeringkan

dengan energi yang datang pada alat pengering, dan dapat dinyatakan dengan

persamaan:

WL (7)
 s G A
T c

dengan :

W : laju massa air yang menguap (kg/detik)

L : kalor laten dari air yang menguap saat temperatur pengering (J/kg)

GT : intensitas energi surya yang datang (W/m2)

AC : luas kolektor surya (m2)

2.5 Tarikan tambahan pada cerobong (∆p)


Tarikan tambahan pada cerobong yang diciptakan oleh perbedaan massa jenis

antara udara di dalam dan di luar pengering atau dengan perkataan lain, penurunan

tekanan antara kedua sisi lapisan padi (∆p) (arismunandar,W.,1995) dapat dilihat

pada Gambar 2.2.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10

Gambar 2.2 Pengering energi surya

∆p dapat dinyatakan dengan persamaan:

∆𝑝 = 𝑕1 𝜌 − 𝜌1 + 𝑕 2 𝜌 − 𝜌2 𝑔 (8)

dengan :

𝑕1 : Tinggi antara lapisan padi permukaan bawah dan dasar udara masuk

kolektor (m).

: Tinggi cerobong (m).


 : Massa jenis udara diluar pengering. (kg m3).
𝜌1 : Massa jenis udara dibawah lapisan padi (kg m3)
𝜌2 : Massa jenis udara diatas lapisan padi (kg m3)

g : Percepatan gravitasi (9,81 m s2)


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11

Massa jenis udara () diperoleh dengan persamaan :


p
ρ= RT (9)

dengan :

p : Tekanan absolut (kN m2)

R : Konstanta gas (Udara = 0,287 kN.m/(kg.K)).

T : Temperatur absolut ( K atau R).

2.6 Penelitian yang Pernah Dilakukan


Pengeringan merupakan cara terbaik dalam pengawetan bahan makanan dan

pengering energi surya merupakan teknologi yang sesuai bagi kelestarian alam

(Scanlin, 1997). Pengeringan dengan penjemuran langsung (tradisional) sering

menghasilkan kualitas pengeringan yang buruk. Hal ini disebabkan bahan yang

dijemur langsung tidak terlindungi dari debu, hujan, angin, serangga, burung atau

binatang lain. Kontaminasi dengan mikroorganisme yang terdapat di tanah dapat

membahayakan kesehatan (Häuser et. Al,2009). Kunci dari pengeringan bahan

makanan adalah mengeluarkan kandungan air secepat mungkin pada temperatur yang

tidak merusak bahan makanan tersebut. Jika temperatur terlalu rendah maka

mikroorganisme akan berkembang sebelum bahan makanan kering tetapi jika

temperatur terlalu tinggi maka bahan makanan dapat mengalami pengeringan yang

berlebih pada bagian permukaan (Kendall, 1998). Kelemahan utama dari pengering

energi surya adalah kecilnya koefisien perpindahan panas antara pelat absorber dan

udara yang dipanasi, sehingga menyebabkan efisiensi kolektor yang rendah.

Beberapa modifikasi telah banyak diusulkan meliputi penggunaan sirip (Garg et al.,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12

1991), penggunaan absorber dengan permukaan kasar (Choudhury et al., 1988), dan

penggunaan absorber porus (Sharma et. al., 1991). Penelitian pengering energi surya dengan luas kolektor 1,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Skema Alat

Skema alat penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.1. Posisi letak pengukuran

temperatur dan kelembaban dapat dilihat pada Gambar 3.2. Ukuran kotak absorber

yang digunakan adalah 2 m x 1 m. Ketinggian rak pengering yang digunakan adalah

0,8 m. Dinding kotak pengering terbuat dari pelat alumunium yang dicat hitam dan

ditutup dengan kaca, jarak antara dinding pelat alumunium dengan kaca sekitar 25

mm. Tujuan pembuatan dinding kotak pengering dari pelat alumunium, dicat hitam

dan ditutup kaca adalah untuk memperbesar penyerapan energi surya kedalam kotak

pengering. Tutup kaca berfungsi untuk mencegah panas yang sudah diterima kotak

pengering agar tidak keluar lagi ke udara sekitar. Konstruksi dinding kotak pengering

seperti ini sering ditemukan pada pada pemanfaatan energi surya untuk kompor

pemasak jenis kotak. (Gambar rancangan dapat dilihat pada lampiran).

Gambar 3.1 Pengering energi surya dengan tampak depan dan tampak belakang
Gambar 3.2 Pengering energi surya dengan tampak samping

Variabel yang Divariasikan


Dalam penelitian ini variabel yang divariasikan adalah sebagai berikut :

Tinggi cerobong, yaitu dengan ketinggian cerobong 0,1 m dan 2 m.

Dengan alat pengering dan pengeringan secara konvensional (penjemuran langsung).


Variabel yang Diukur
Dalam penelitian ini variabel yang diukur adalah sebagai berikut :
Temperatur udara masuk kolektor (T in_c)

Temperatur udara keluar kolektor (T out_c)

Temperatur udara keluar pengering (T out_p))

Kelembaban udara sekitar (RH in_c)

Kelembaban udara masuk pengering (RH out_c)

f. Kelembaban udara keluar pengering (RH out_p)

g. Energi surya yang datang (GT)


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15

Untuk pengukuran temperatur digunakan termokopel, untuk pengukuran

tekanan digunakan manometer dan untuk pengukuran energi surya yang datang

digunakan pyranometer (lampiran).

Gambar 3.3 Posisi-Posisi Pengukuran

Langkah Penelitian
Langkah-langkah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Penelitian diawali dengan pembuatan dan penyiapan alat.

Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan cerobong dengan tinggi 0,1 m untuk mengeringkan p
Tiap variasi parameter dilakukan pengambilan data tiap 5 menit.

Data yang dicatat adalah temperatur udara masuk kolektor (Tin_c),

temperatur udara keluar kolektor (Tout_c), temperatur udara keluar pengering

(Tout_p), kelembaban udara sekitar (RHin_c), kelembaban udara masuk


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16

pengering (RHout_c), kelembaban udara keluar pengering (RHout_p), dan

energi surya yang datang (GT)

5. Sebelum melanjutkan pengambilan data untuk variasi berikutnya kondisi alat

pengering harus didiamkan agar kembali ke kondisi awal sebelum dilakukan

pengambilan data berikutnya

6. Langkah 2 sampai dengan 5 diulangi untuk ketinggian cerobong yang

berbeda.

3.5 Pengolahan dan Analisa Data


Pengolahan dan analisa data diawali dengan melakukan perhitungan pada

parameter-parameter yang diperlukan dengan menggunakan persamaan (1) sampai

dengan persamaan (9). Analisa akan lebih mudah dilakukan dengan membuat grafik

hubungan antara temperatur dan kelembaban dengan waktu (t) dan energi surya yang

datang (GT) untuk tiap variasi ketinggian cerobong. Hasil pengolahan data disajikan

dalam bentuk grafik hubungan antara energi berguna, efisiensi kolektor, efisiensi

pengambilan kadar air, efisiensi sistem dan tarikan tambahan pada cerobong dengan

percobaan yang dilakukan.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58

Gambar pengering padi energi surya dengan tinggi cerobong 0,1 m

Gambar kotak pengering padi energi surya


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59

Gambar kotak kolektor pengering padi energi surya


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60

Gambar pengeringan padi secara langsung (pengeringan konvensional)

Gambar timbangan untuk mengetahui penurunan massa padi


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61

Gambar pyranometer
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62

Anda mungkin juga menyukai