Anda di halaman 1dari 23

6

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Kanker Serviks

1. Pengertian

Kanker serviks adalah kanker yang menyerang bagian ujung bawah

rahim yang menonjol ke vagina (liang senggama). Kanker ini umumnya

tidak tampak tetapi dapat dirasakan oleh penderitanya. Tahap awal

munculnya kanker serviks dimulai dengan terjadinya mutasi sel secara

bertahap tetapi progresif dan akhirnya berkembang menjadi karsinoma.

Kanker serviks dapat menyebar melalui pembuluh darah, pembuluh limfa

atau langsung ke organ vital lainnya seperti parametrium, korpus uterus,

vagina, kandung kencing dan rektum.3

Kanker serviks adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam leher

rahim atau serviks (bagian terendah dari rahim yang menempel pada

puncak vagina), kanker serviks menyerang wanita yang berusia 35-55

tahun namun kanker serviks paling sering ditemukan pada wanita berusia

di atas 40 tahun.11 Kanker serviks merupakan salah satu kanker yang

paling umum yang mengenai organ reproduksi wanita yang terjadi pada

serviksuterus (daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu

masuk ke rahim yang terletak antara rahim dengan liang senggama.12

Kanker serviks adalah kanker yang paling banyak diderita wanita

baik di dunia maupun di Indonesia, penyakit ini prosesnya bertahap dan

6
7

memerlukan waktu yang cukup lama tetapi progresif bermula dari

kelainan sel yang mengalami mutasi lalu berkembang menjadi sel diplastik

sehingga terjadi kelainan epitel yang disebut displasia (lesi prakanker).

Kanker serviks menyebabkan tingginya angka kematian ibu karena

sebagian penderita datang pada stadium lanjut.13

2. Jenis Kanker Serviks

Kanker serviks umumnya dibedakan menjadi tiga jenis yaitu

karsinoma sel skuamosa (berasal dari sel yang melapisi eksoserviks),

adenokarsinoma (berasal dari sel kelenjar mukosa pada endoserviks) dan

karsinoma adenoskuamosa. Dari ketiga jenis kanker serviks tersebut yang

sering ditemukan adalah karsinoma sel skuamosa dan adenokarsinoma,

sementara itu jenis kankerkarsinoma adenoskuamosa jarang ditemukan.14

3. Penyebab Kanker Serviks

Penyebab utama kanker serviks adalah virus HPV (Human

PapillomaVirus). Virus ini menyerang selaput di dalam mulut,

kerongkongan, serviks serta anus, apabila tidak segera terdeteksi infeksi

virus HPV menyebabkan terbentuknya sel-sel prakanker serviks dalam

jangka panjang. Virus HPV terbagi dua yaitu virus HPV berisiko rendah

(penyebab kutil kelamin) dan virus HPV berisiko tinggi (penyebab

perubahan sel-sel vagina) dengan tipe 16, 18, 31, 33 dan 45.1

4. Faktor resiko

Terdapatbeberapa faktor resiko yang menyebabkan kanker serviks

adalah2:
8

a. Pasangan seksual melakukan hubungan seksual pertamakalinya pada

usia dini.

Suami atau istri yang melakukan hubungan seksual untuk

pertama kalinya pada usia dini (dibawah 18 tahun), berganti-ganti

pasangan dan pernah menikah dengan wanita yang menderita kanker

serviks dapat menyebabkan terkena kanker serviks.

Umur reproduksi yang sehat dan aman adalah umur 20-35

tahun, pada kehamilan di usia kurang dari 20 tahun secara fisik dan

psikis masih kurang misalnya dalam perhatian untuk pemenuhan

kebutuhan zat-zat gizi selama kehamilannya. Sedangkan pada usia

lebih dari 35 tahun berkaitan dengan kemunduran dan penurunan daya

tahan tubuh serta berbagai penyakit yang sering menimpa usia masa

ini.15

Umur mempunyai pengaruh terhadap kehamilan, usia yang

memungkinkan tidak risiko tinggi pada saat kehamilan adalah umur

20-35 tahun, karena pada usia tersebut rahim sudah siap menerima

kehamilan. Sedangkan umur < 20 tahun dan > 35 tahun merupakan

umur risiko tinggi terhadap kehamilan karena umur < 20 tahun rahim

dan bagian tubuh lainnya belum siap menerima kehamilan dan

cenderung kurang perhatian terhadap kehamilannya.16

b. Smegma

Smegma adalah subtansi berlemak biasanya terdapat pada

lekukan dekat kepala kemaluan atau penis dan didapati pada laki-laki
9

yang tidak sunat, smegma sebenarnya adalah sekret alami yang

dihasilkan kelenjar sebaceous pada kulit penis, namun ternyata hal ini

berkaitan dengan meningkatnya risiko seorang laki-laki sebagai

pembawa dan penular virus HPV.

c. Wanita perokok

Wanita perokok mempunyai risiko lebih tinggi untuk menderita

kanker serviks daripada perempuan yang tidak merokok.Merokok

merupakan salah satu kebiasaan yang lazim ditemui dalam kehidupan

sehari-hari, dimana-mana mudah menemui orang merokok, laki-laki,

wanita, anak kecil,tua renta, kaya-miskin tidak ada terkecuali.

Didalam keluarga terdapat beberapa orang yang merokok seperti

suami, istri, anak laki-laki, paman, kakek dan lain-lainnya. Dari

kesehatan tidak ada satu titik yang menyetujui atau melihat manfaat

yang dikandungnya. Namun tidak mudah untuk menurunkan terlebih

menghilangkannya. Karena itu gaya hidup ini menarik sebagai salah

satu masalah kesehatan.16

d. Paritas

Perempuan yang sering melahirkan memiliki risiko menderita

kanker serviks lebih tinggi, begitu pula dengan perempuan yang

kehamilan pertamanya cepat.Wanita dengan grandemultipara yaitu

wanita yang melahirkan anak lebih dari 5 kali lebih berisiko 4 kali

lebih besar mengalami kanker serviks, hal ini disebabkan karena

wanita yang sering melahirkan dapat terjadi trauma yang bila tidak
10

mendapat pengobatan dapat menjadi perlukaan yang menahun yang

dapat menimbulkan infeksi pada serviks dan menjadi keganasan,

selain itu seringnya melahirkan juga dapat menyebabkan penurunan

daya tahan tubuh sehingga meningkatkan risiko infeksi HPV.

e. Status sosial ekonomi

Perempuan dengan tingkat sosial ekonomi rendah mempunyai

risiko lebih tinggi untuk menderita kanker serviks daripada perempuan

dengan tingkat sosial ekonomi menengah atau tinggi, hal ini berkaitan

dengan asupan gizi serta status imunitas.

f. Riwayat IMS

Riwayat terpapar infeksi menular seksual (IMS) juga

meningkatkan risiko terkena kanker serviks, hal ini terkena HPV bisa

ikut tertularkan bersamaan dengan penyebab penyakit kelamin lainnya

saat terjadi hubungan kelamin. Tanda dan gejala IMS adalah cairan

yang keluar dari alat kelamin encer dan berwarna kuning atau hijau,

sering buang air kecil dan sakit saat buang air kecil, rasa sakit pada

perut bagian bawah saat berhubungan intim atau setelahnya, gatal-gatal

disekitar alat kelamin dan luka atau benjolan disekitar alat kelamin

5. Tanda dan gejala

Terdapat beberapa tanda dan gejala kanker serviks adalah sebagai

berikut13:

a. Keputihan yang sulit sembuh dan berbau busuk

b. Sering terjadi perdarahan dan nyeri senggama


11

c. Tampak pucat

d. Kurus

e. Nafsu makan menurun

f. Keputihan disertai darah secara terus menerus dan berbau

g. Nyeri pada perut bagian bawah

h. Tungkai kaki bengkak karena bendungan pada pembuluh darah balik

di kaki (pembengkakan diberbagai anggota tubuh seperti paha, betis

dan tangan).

6. Stadium kanker serviks dan ciri-cirinya

Klasifikasi kanker serviks adalahstadium awal (stadium I sampai II)

dan stadium lanjut (stadium III sampai IV)yaitu13:

a. Stadium 0

Kanker serviks hanya ditemukan pada lapisan atas dari sel-sel pada

jaringan yang melapisi leher rahim, stadium 0 disebut juga dengan

carcinoma in situ.

b. Stadium I

Kanker telah menyerang leher rahim di bawah lapisan atas dari sel-sel

dan kanker hanya ditemukan pada serviks.

c. Stadium II

Kanker serviks meluas melewati serviks ke dalam jaringan-jaringan

yang berdekatan dan kebagian atas dari vagina. Kanker serviks tidak

menyerang ke bagian ketiga yang lebih rendah dari vagina atau

dinding pelvis.
12

d. Stadium III

Kanker meluas kebagian bawah vagina dan telah menyebar ke dinding

pelvis.

e. Stadium IV

Kanker serviks telah menyebar ke kandung kemih dan rektum.

Klasifikasi stadium kanker serviks menurut FIGO (Internasional

Federation Of Gynecologic and Gynecology) adalah14:

a. Stadium 0, karsinoma insitu yaitu kanker yang masih terbatas pada

lapisan epitel mulut rahim dan belum punya potensi menyebar ke

tempat atau organ lain.

b. Stadium I, terbatas di uterus.

c. Stadium IA, diagnosis hanya dengan mikroskop (penyebab horizontal

≤ 7 mm).

d. Stadium IA1, kedalam invasi ≤ 3 mm.

e. Stadium IA2, kedalaman invasi > 3 mm dan ≤ 5 mm

f. Stadium IB, terlihat secara klinik dan terbatas diserviks atau secara

mikroskopik > IA2.

g. Stadium IB1, besar lesi atau tumor ≤ 4 cm.

h. Stadium IB2, besar lesi atau tumor > 4 cm.

i. Stadium II, invasi tidak sampai ke dinding panggul atau mencapai 1/3

bagian bawah vagina.

j. Stadium IIA, tanpa invasi ke parametrium atau jaringan disamping

uterus.
13

k. Stadium IIB, invasi ke parametrium.

l. Stadium III, invasi mencapai dinding panggul 1/3 bagian bawah vagina

atau timbul hidronefrosis atau bendungan ginjal.

m. Stadium IIIA, invasi pada 1/3 bagian bawah vagina.

n. Stadium IIIB, dinding panggul atau hidronefrosis.

o. Stadium IVA, invasi mukosa kandung kemih atau rektum meluas

keluar panggul kecil

p. Stadium IVB, metastasis jauh.

7. Diagnosis

Jika terdapat tanda dan gejala kanker serviks atau jika hasil

pemeriksaan Pap Smear. Pap smear atau papanikolaou test adalah

pemeriksaan sitologi serviks yang pertamakali dikenalkan pada tahun 1941

oleh Dr. Georgio Papanikolaou. Test ini terbukti dapat menurunkan

frekuensi mortalitas kanker serviks dari 35.000 kasus menjadi 5.000 kasus

setiap tahun. Tujuan dari tes ini adalah untuk menemukan proses-proses

premalignant pada endoserviks serta infeksi endoservik dan

endometrium.14

Pap Smear adalah salah satu deteksi dini terhadap kanker serviks

yang sering dilakukan dengan mengambil sel epitel yang ada dileher rahim

yang kemudian dilihat kenormalannya. Pap smear adalah pemeriksaan

yang mudah dan murah serta sederhana. Pap smear adalah upaya

pengambilan cairan dari vagina untuk melihat kelainan sel di sekitar leher

rahim. Tes pap smear hanyalah suatu langkah skrining bukan pengobatan,
14

karena diagnosis akhir harus melalui biosip dengan alat yang disebut

dengan kolposkopi.18

Pap Smear adalah pemeriksaan sederhana sebagai penapisan awal

dari gejala-gejala kanker serviks. Pap smear merupakan pemeriksaan

sitologi dengan memeriksa sel-sel epitel serviks yang lepas, pemeriksaan

ini lebih mudah, murah, sederhana, aman dan akurat. Pap smear dilakukan

untuk mencari sel-sel abnormal yang disebut sel-sel prekankerosa atau

displasia pada area serviks. Pap smear terbukti dapat menemukan lesi

prakanker serta menurunkan insiden dan angka kematian akibat kanker

serviks sampai 70-80%.13

Pap smear dapat mendeteksi sampai 90% kasus kanker serviks

secara akurat dengan biaya yang tidak terlalu mahal. Pap smear dapat

menurunkan angka kematian pada wanita menurun akibat kanker serviks

hingga lebih dari 50%. 19

Terdapat beberapa syarat yang harus dipenuhi sebelum menjalani

tes Pap Smear yaiyu sebagai berikut13:

a. Tidak boleh berhubungan badan selama 1-3 hari sebelum pemeriksaan

dilakukan, bahkan meskipun menggunakan kondom.

b. Tidak sedang menggunakan obat-obatan vaginal.

c. Mandi berendam dalam bath tub selama 24 jam sebelum pemeriksaan.

d. Tidak sedang hamil.

Syarat-syarat diatas perlu dipenuhi untuk menghindari adanya

kontaminasi ke dalam vagina yang dapat mempengaruhi hasil


15

pemeriksaan. Sedangkan pada ibu hamil, pap smear sebaiknya dapat

dilakukan dua atau tiga bulan setelah melahirkan, karena pada masa ini

darah atau cairan masa nifas sudah tidak ada. Selain itu pasien juga sudah

lebih siap untuk melakukan pemeriksaan.13

Terdapat beberapa indikasi pemeriksaan pap smear adalah sebagai

berikut18:

i. Menikah pada usia muda (di bawah 20 tahun).

j. Pernah melakukan hubungan seksual sebelum usia 20 tahun.

k. Pernah melahirkan lebih dari 3 kali.

l. Wanita yang sudah melakukan hubungan seksual selama tiga tahun

dari hubungan seksual pertama.

m. Pemakaian alat kontrasepsi lebih dari 5 tahun terutama IUD atau

kontrasepsi hormonal.

n. Mengalami perdarahan setiap berhubungan seksual.

o. Mengalami keputihan atau gatal pada vagina.

p. Sudah menopause dan mengeluarkan dara pervagina.

q. Berganti-ganti pasangan dalam berhubungan seksual.

r. Usia yang disarankan untuk menjalani pemeriksaan pap smear adalah

21 tahun, kecuali sudah pernah berhubungan seks sebelumnya.

Selanjutnya tes ini dilakukan sekurang-kurangnya setiap 1-3 tahun

sekali. Pada wanita sebaiknya memeriksakan diri sampai usia 65 tahun

atau lebih jika selama 3 kali tes berturut-turut hasilnya normal. Jika

tidak pap smear harus lebih sering dilakukan.


16

s. Wanita yang pernah menjalani operasi pengangkatan rahim sangat

dianjurkan untuk melakukan tes ini.

t. Wanita yang mempunyai anggota keluarga yang pernah terkena

penyakit HPV atau kanker leher rahim harus menjalami tes ini sesuai

dengan petunjuk dokter.

Pelaksanaan pap smear adalah sebagai berikut20:

a. Persiapkan alat dan jelaskan prosedur tindakan pada pasien.

b. Pasien dalam keadaan siap yaitu memenuhi syarat-syarat pemeriksaan

pap smear.

c. Pasien diminta untuk kencing.

d. Pasien dipersilahkan membuka pakaian bawah.

e. Pasien dipersilahkan tidur di meja ginekologi dengan posisi litotomi.

f. Vulva hygiene.

g. Memasang speculum.

h. Memeriksa portio.

i. Masukan ayre spatula ke dalam kanalis endoserviks sedalam 1 atau 2

cm dari orifisium uteri eksternum, putarlah alat tersebut secara

melingkar 360 derajat untuk menghapus permukaan mukosa

endoserviks.

j. Buat pulasan rata pada obyek glass 1 dan obyek glass 2.

k. Segera fiksasi minimal 30 menit.

l. Speculum dilepas

m. Lakukan periksa dalam untuk menentukan keadaan serviks.


17

Pelaksanaan pap smear adalah sebagai berikut21:

a. Pap smear biasanya dilakukan bila saat tidak menstruasi, prosedur ini

dapat menimbulkan sedikit rasa sakit. Meskipun demikian hal ini juga

dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti anatomi pasien, faktor

psikologi dan lain-lain.

b. Sampel yang diambil akan diuji di laboratorium dan hasilnya bisa

diperoleh dalam waktu sekitar 3 minggu, setelah pengambilan sampel

dapat terjadi sedikit perdarahn dan kram.

c. Pengambilan sampel dilakukan oleh dokter umum, dokter spesialis,

bidan atau paramedis.

d. Pengujian sampel dilakukan oleh analis atau teknisi laboratorium dan

proses diagnosa hasilnya akan dilakukan oleh ahli patologi anatomi.

Hasil dari pemeriksaan pap smear adalah sebagai berikut21:

a. Klas 0 : tidak dapat dinilai (segera diambil smear ulang)

b. Klas 1 : normal smear (kontrol ulang 1-2 tahun lagi)

c. Klas II : proses radang dengan atau tanpa diplasia ringan (kontrol

ulang 3-6 bulan lagi)

d. Klas III : displasia sedang-berat (kontrol ulang segera)

e. Klas IV : karsinoma insitu (kontrol ulang segera)

f. Klas V : karsinoma invasif (kontrol ulang segera).

Hasil pemeriksaan pap smear adalah sebagai berikut13:

a. Hasil pap smear menunjukkan hasil negatif jika tidak ada sel-sel serviks

yang abnormal.
18

b. Hasil pap smear abnormal yaitu bukan kanker, hasil pemeriksaan

menunjukkan bahwa yang dialami pasien hanya sebatas infeksi,

biasanya pasien akan diminta untuk menjalani pengobatan dan

melakukan tes pap smear ulang dalam waktu 4-6 bulan.

c. Prekanker, hasil pemeriksaan ini menunjukkan adanya beberapa

perubahan sel abnormal, biasanya sel-sel tersebut disebut dengan sel

atipik atau displasia serviks, dengan hasil tersebut pasien akan

dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan kolposkopi dan biopsi,

kurang dari 5% hasil pap smear menemukan displasi serviks.

d. Ganas (kanker), jika hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan

adanya sel kanker, pasien akan diminta untuk segera melakukan

tindakan pengobatan lebih lanjut.

8. Pencegahan dan deteksi dini

Terdapat beberapa cara untuk pencegahan dan deteksi dini kanker

serviks adalah sebagai berikut20:

a. Mencegah terjadinya infeksi HPV.

b. Melakukan pemeriksaan Pap Smear.

c. Melakukan vaksinasi HPV.

d. Menghindari aktivitas seksual dini.

e. Menghindari hubungan seksual dengan laki-laki dan perempuan mitra

seksual atau memakai kondom saat berhubungan seksual.


19

f. Tidak merokok dan minum alkohol.

g. Memperbanyak konsumsi sayuran dan buah-buahan.

h. Memilihara kesehatan tubuh dan menjaga kebersihan.

9. Pengobatan dan terapi

Pemilihan pengobatan untuk kanker serviks tergantung pada lokasi

dan ukuran tumor, stadium kanker, usia, kondisi umum penderita serta

rencana penderita untuk hamil lagi, penjelasan selengkapnya adalah

sebagai berikut:19

a. Pembedahan

Karsinoma insitu (kanker yang terbatas pada lapisan serviks paling

luar) seluruh kanker sering kali dapat diangkat dengan bantuan pisau

bedah ataupun melalui LEEP (loop electrosurgical excision

procedure) atau konisasidengan pengobatan tersebut penderita masih

bisa memiliki anak, karena kanker dapat kambuh kembali maka

penderita dianjurkan untuk menjalani pemeriksaan ulang dan Pap

Smear setiap 3 bulan sekali selama 1 tahun pertama selanjutnya Pap

Smear dilakukan setiap 6 bulan sekali. Apabila penderita tidak

memiliki rencana untuk hamil lagi maka dianjurkan untuk menjalani

histerektomi.

b. Terapi penyinaran

Terapi penyinaran (radioterapi) dianggap efektif untuk mengobati

kanker invasif yang masih terbatas pada daerah panggul, pada


20

radioterapi digunakan sinar berenergi tinggi guna merusak sel-sel

kanker dan menghentikan pertumbuhannya.

c. Kemoterapi

Apabila kanker telah menyebar keluar panggul penderita dianjurkan

untuk melakukan kemoterapi, pada kemoterapi digunakan obat-obatan

guna membunuh sel-sel kanker, obat anti kanker bisa diberikan

melalui suntikan intravena atau mulut kemoterapi diberikan dalam

suatu siklus artinya suatu periode pengobatan diberi jarak waktu untuk

pemulihan.

d. Terapi biologis

Pada terapi biologis digunakan zat-zat tertentu guna memperbaiki

sistem kekebalan tubuh dalam melawan penyakit, terapi ini dilakukan

pada kanker yang telah menyebar ke bagian tubuh lainnya, biasanya

yang paling sering digunakan adalah interferon yang dapat

dikombinasikan dengan kemoterapi.

10. Efek pengobatan

Selain membunuh sel kanker pengobatan juga menyebabkan

kerusakan pada sel-sel yang sehat sehingga sering kali menimbulkan efek

samping yang tidak menyenangkan, efek samping dari pengobatan kanker

sangat tergantung pada jenis dan luasnya pengobatan, selain itu reaksi dari

setiap penderita berbeda-beda. Efek yang terjadi dari masing-masing

pengobatan adalah sebagai berikut12:

a. Efek dari histerektomi


21

Efek samping yang sering timbul berupa kram dan rasa nyeri,

perdarahan atau keluarnya cairan vagina, kesulitan saat BAB dan

BAK, tidak mengalami menstruasi lagi dan mengalami gangguan

emosional.

b. Efek dari radiasi

Efek samping yang sering timbul adalah kelelahan yang luar biasa,

kerontokan rambut di daerah yang disinari, kulit menjadi merah kering

dan gatal.

c. Efek dari kemoterapi

Efek samping yang sering timbul adalah infeksi, memar, mengalami

perdarahan, kekurangan tenaga, kerontokan rambut, nafsu makan

berkurang, mual muntah dan mengalami luka terbuka di mulut.

d. Efek dari terapi biologis

Efek yang sering timbul adalah flu, menggigil, demam, nyeri otot,

lemah, nafsu makan berkurang, memar, mengalami perdarahan, mual

muntah dan diare.

B. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian kanker serviks

Kanker serviks disebabkan oleh Human Papilloma Virus atau lebih

dikenal dengan virus HPV (Human Papilloma Virus). Virus HPV (Human

Papilloma Virus) akan menyerang selaput dalam mulut, kerongkongan,

serviks serta anus. Apabila tidak segera terdeteksi infeksi virus HPV (Human

Papilloma Virus) akan menyebabkan terbentuknya sel-sel prakanker serviks

dalam jangka panjang. Selain itu ada beberapa faktor penyebab kanker serviks
22

yaitu wanita dan laki-laki mitra seksual, aktivitas seksual dini usia kurang

dari 20 tahun, wanita perokok, paritas, status sosial ekonomi, riwayat IMS.2

1. Usia Hubungan Seksual Pertama

Suami atau istri yang melakukan hubungan seksual untuk pertama

kalinya pada usia dini (dibawah 18 tahun), berganti-ganti pasangan dan

pernah menikah dengan wanita yang menderita kanker serviks dapat

menyebabkan terkena kanker serviks. Umur reproduksi yang sehat dan

aman adalah umur 20-35 tahun, pada kehamilan di usia kurang dari 20

tahun secara fisik dan psikis masih kurang misalnya dalam perhatian untuk

pemenuhan kebutuhan zat-zat gizi selama kehamilannya. Sedangkan pada

usia lebih dari 35 tahun berkaitan dengan kemunduran dan penurunan daya

tahan tubuh serta berbagai penyakit yang sering menimpa usia masa ini.15

Umur mempunyai pengaruh terhadap kehamilan, usia yang

memungkinkan tidak risiko tinggi pada saat kehamilan adalah umur 20-35

tahun, karena pada usia tersebut rahim sudah siap menerima kehamilan.

Sedangkan umur < 20 tahun dan > 35 tahun merupakan umur risiko tinggi

terhadap kehamilan karena umur < 20 tahun rahim dan bagian tubuh

lainnya belum siap menerima kehamilan dan cenderung kurang perhatian

terhadap kehamilannya.14

2. Merokok

Wanita perokok mempunyai risiko lebih tinggi untuk menderita

kanker serviks daripada perempuan yang tidak merokok. Merokok

merupakan salah satu kebiasaan yang lazim ditemui dalam kehidupan


23

sehari-hari, dimana-mana mudah menemui orang merokok, laki-laki,

wanita, anak kecil,tua renta, kaya-miskin tidak ada terkecuali. Didalam

keluarga terdapat beberapa orang yang merokok seperti suami, istri, anak

laki-laki, paman, kakek dan lain-lainnya. Dari kesehatan tidak ada satu

titik yang menyetujui atau melihat manfaat yang dikandungnya. Namun

tidak mudah untuk menurunkan terlebih menghilangkannya. Karena itu

gaya hidup ini menarik sebagai salah satu masalah kesehatan.16

3. Paritas

Paritas adalah jumlah kelahiran bayi dengan umur kehamilan 22

minggu atau lebih (bayi tunggal atau kembar dianggap telah mampu

bertahan hidup diluar kandungan) yang pernah dialami ibu, dengan kata

lain paritas adalah banyaknya bayi yang telah dilahirkan oleh seorang ibu

baik dalam keadaan hidup atauapun lahir mati.16

a. Nullipara adalah wanita yang belum pernah melahirkan bayi.

b. Primipara adalah wanita yang telah melahirkan bayi pertama kalinya.

c. Multipara adalah wanita yang telah melahirkan bayi sebanyak 2-5kali

d. Grandemultipara adalah wanita yang telah melahirkan bayi lebih dari 5

kali

Wanita yang pernah hamil dan melahirkan sebanyak 3 kali atau lebih

berisiko terkena kanker serviks lebih tinggi, belum diketahui secara pasti

penyebabnya, namun ada beberapa dugaan kondisi ini dipengaruhi oleh

perubahan hormonal selama kehamilan dan persalinan yang berpotensi

membuat wanita lebih rentan terhadap infeksi HPV, menurunnya daya


24

tahan tubuh selama kehamilan dan persalinan juga memungkinkan adanya

infeksi HPV dan pertumbuhan kanker.14

Perempuan yang sering melahirkan memiliki risiko menderita kanker

serviks lebih tinggi, begitu pula dengan perempuan yang kehamilan

pertamanya cepat2. Trauma kronis pada serviks disebabkan karena

persalinan yang berulangkali sehingga menyebabkan infeksi dan iritasi

menahun.21

Wanita dengan grandemultipara yaitu wanita yang melahirkan anak

lebih dari 5 kali lebih berisiko 4 kali lebih besar mengalami kanker

serviks, hal ini disebabkan karena wanita yang sering melahirkan dapat

terjadi trauma yang bila tidak mendapat pengobatan dapat menjadi

perlukaan yang menahun yang dapat menimbulkan infeksi pada serviks

dan menjadi keganasan, selain itu seringnya melahirkan juga dapat

menyebabkan penurunan daya tahan tubuh sehingga meningkatkan risiko

infeksi HPV.

Hasil penelitian, tentang hubungan kejadian kanker serviks dengan

jumlah paritas di RSUD DR. Moewardi, diketahui bahwa terdapat

hubungan yang signifikan antara kejadian kanker serviks dengan jumlah

paritas.7

4. Status sosial ekonomi

Pengukuran faktor ekonomi digunakan acuan berdasarkan penetapan

UMP (Upah Minimum Provinsi) Aceh nomor 72 tahun 2017 per 27

Oktober 2017 yaitu Upah Minimum Provinsi (UMP) Aceh tahun


25

2018ditetapkan sebesar Rp.2.700.000. Tingkat pendapatan dapat

dikelompokkan menjadi dua golongan yaitu17:

a) Diatas UMP, jika > Rp.2.700.000 perbulan.

b) Dibawah UMP, jika ≤ Rp 2.700.00 perbulan

Perempuan dengan tingkat sosial ekonomi rendah mempunyai risiko

lebih tinggi untuk menderita kanker serviks daripada perempuan dengan

tingkat sosial ekonomi menengah atau tinggi, hal ini berkaitan dengan

asupan gizi serta status imunitas.

5. Riwayat penyakit menular seksual

Riwayat terpapar infeksi menular seksual (IMS) juga meningkatkan

risiko terkena kanker serviks, hal ini terkena HPV bisa ikut tertularkan

bersamaan dengan penyebab penyakit kelamin lainnya saat terjadi

hubungan kelamin. Tanda dan gejala IMS adalah cairan yang keluar dari

alat kelamin encer dan berwarna kuning atau hijau, sering buang air kecil

dan sakit saat buang air kecil, rasa sakit pada perut bagian bawah saat

berhubungan intim atau setelahnya, gatal-gatal disekitar alat kelamin dan

luka atau benjolan disekitar alat kelamin

C. Penelitian Terkait

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Hidayat (2014), tentang

hubungan paritas dengan kejadian kanker serviks dengan jumlah paritas di

RSUD DR. Moewardi, diketahui bahwa terdapat hubungan yang signifikan

antara paritas dengan kejadian kanker serviks, dimana ibu yang memiliki
26

paritas tinggi yaitu grandemultipara 3 kali lebih besar mengalami kanker

serviks dibandingkan dengan ibu yang primipara.7

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Setyarini (2012), tentang faktor-

faktor yang berhubungan dengan kanker serviks di RSUD dr Moewardi,

diketahui bahwa kejadian kanker serviks sebesar 50%, umur pertamakali

menikah sebesar 60%, usia sebesar 60,6%, paritas lebih dari 3 kali sebesar

57,9% dan menggunakan kontrasepsi hormonal sebesar 40%, sehingga

terdapat hubungan antara umur melakukan hubungan seksual, usia, paritas

dan penggunaan kontrasepsi hormonal dengan kejadian kanker serviks,

dimana ibu yang berusia >35 tahun 4 kali lebih besar mengalami kanker

serviks dibandingkan dengan usia < 35 tahun, hubungan seksual < 20 tahun 5

kali lebih besar berisiko dibandingkan dengan usia > 20 tahun, paritas >3 5

kali lebih besar berisiko dibandingkan dengan paritas <3 dan penggunana

hormonal >4 tahun 2 kali lebih besar berisiko dibandingkan < 4 tahun.22

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Masyrita (2014), tentang

hubungan paritas dengan kejadian kanker serviks di RSU Prof Kandou

Manado, diketahui bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara paritas

dengan kejadian kanker serviks, dimana ibu yang multipara cenderung

mengalami kanker serviks dibandingkan dengan ibu yang primipara.23

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Darmayanti (2015), tentang

hubungan paritas dengan kejadian kanker serviks di RSU Sidoarjo, diketahui

bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara paritas dengan kejadian


27

kanker serviks. Paritas yang tinggi menunjukkan risiko yang lebih besar

mengalami kanker serviks dibandingkan dengan paritas yang tidak tinggi.24

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Siti (2016), tentang Faktor-

Faktor Risiko Kejadian kanker Serviks Di Rumah Sakit umum Daerah

Propinsi NTB, diketahui bahwa terdapat hubungan antara usia melakukan

hubungan seksual, penggunaan kontrasepsi hormonal, paritas dan status

ekonomi dengan kejadian kanker serviks.6

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Siska (2017), tentang faktor-

faktor yang berhubungan dengan kanker serviks di RSUD Banjarmasin,

diketahui bahwa kejadian kanker serviks sebesar 57%, umur awal melakukan

hubungan seksual sebesar 52,2%, jumlah perkawinan 2 kali sebesar 7,8%,

paritas lebih dari 3 kali sebesar 26,8% dan menggunakan kontrasepsi

hormonal sebesar 62,1%, sehingga terdapat hubungan antara umur melakukan

hubungan seksual, jumlah perkawinan, paritas dan penggunaan kontrasepsi

hormonal dengan kejadian kanker serviks.21


28

D. Kerangka Teori

Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian


kanker serviks menurut Smadi (2012)
adalah:
a. Aktivitas seksual dini usia kurang dari 20
tahun
b. Wanita perokok
c. Paritas
d. Status sosial ekonomi
e. Riwayat IMS

Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian


Kejadian
kanker serviks menurut Tilong (2014)
Kanker
adalah:
serviks
a. Wanita dan laki-laki mitra seksual
b. Smegma
c. Pengguna obat imunosupresan
d. Infeksi Human Papilloma Virus (HPV)
e. Kontrasepsi oral
f. Defisiensi zat gizi
g. Sistem imun menurun

Di teliti

Tidak di teilti

Gambar 2.1 Kerangka Teori

Anda mungkin juga menyukai