20215559
Aliya Dimarizkya
Dr. Caecilia Widi Pratiwi, SE., MM
Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Gunadarma
Email: dimarizkya97@gmail.com
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Pendapatan Asli
Daerah (PAD) dan Dana Alokasi Umum (DAU) terhadap Belanja Daerah (BD) dan
kemudian menganalisis fenomena flypaper effect yang diketahui dari celah fiskal
pada Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat periode 2015 – 2017. Variabel
Independen dalam penelitian ini adalah Pendapatan Asli Daerah yang diukur
dengan menggunakan pajak daerah dan retribusi daerah, Dana Alokasi Umum yang
diukur dengan menggunakan alokasi dasar dan celah fiskal, Sedangkan untuk
variabel dependen dalam penelitian ini adalah Belanja Daerah yang diukur dengan
menggunakan belanja langsung dan belanja tidak langsung. Data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa laporan realisasi anggaran dan
pendapatan asli daerah, dana alokasi umum dan belanja daerah pemerintah
Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat dengan tahun penelitian 2015 – 2017.
Metode analisis yang digunakan adalah uji statistik deskriptif, uji hipotesis dan
model regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukan bahwa Pendapatan Asli
Daerah mempunyai pengaruh signifikan terhadap belanja daerah di
Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat periode 2015 – 2017. Dana Alokasi Umum
mempunyai pengaruh signifikan terhadap belanja daerah di Kabupaten/Kota di
Provinsi Jawa Barat. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa hasil nilai koefisien
Dana Alokasi Umum (DAU) lebih besar dari pada hasil nilai koefisien Pendapatan
Asli Daerah (PAD). Maka terjadi fenomena Flypaper Effect.
Kata Kunci: Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Belanja Daerah,
Celah Fiskal, Flypaper Effect.
Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi – Universitas Gunadarma (2019)
20215559
bersumber pada APBN untuk
PENDAHULUAN
mendanai kebutuhan daerah dalam
Di era globalisasi saat ini pelaksaaan desentralisasi.
pembangunan suatu bangsa tidak
Desentralisasi fiskal
akan berjalan dengan baik tanpa
merupakan suatu tanggung jawab
adanya dukungan dari level-level
finansial yang merupakan komponen
pemerintahan yang ada dibawahnya,
utama dalam desentralisasi. Tujuan
hal tersebut tentu hanyalah
desentralisasi fiskal adalah
kewenangan yang hanya dimiliki oleh
memberikan kewenangan yang luas
pemerintah daerah yang terbagi-bagi
dan nyata kepada pemerintah daerah
melalui hirarki propinsial, kabupaten
untuk mengelola dan mengatur
baik kota madya dan daerah istimewa.
sumberdaya sesuai dengan
Melihat dari segi pelaksanaan kepentingan masyarakat daerahnya,
otonomi daerah yang sedang marak- sehingga pemerintah daerah
maraknya diselenggarakan, tentunya berwenang untuk menetapkan
hal ini memberikan kewenangan yang prioritas pembangunan sesuai dengan
luas pemerintah daerah untuk potensi dan sumber daya yang
mengatur dan memanfaatkan potensi dimiliki.
daerah yang ada. Maka baik
UU No. 32 Tahun 2004
Pemerintah Daerah Kabupaten
menyebutkan bahwa transfer dari
maupun Pemerintah Daerah Provinsi
pemerintah berupa Dana Alokasi
diberi hak otonomi untuk
Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus
merencanakan penyusunan Anggaran
(DAK), dana Dana Bagi Hasil
Pendapatan dan Belanja Daerah
digunakan untuk pelaksanaan
sendiri-sendiri sesuai kebutuhan dan
kewenangan Pemda. Dana bagi hasil
potensi daerah. Serta berkewajiban
berperan sebagai penyeimbang fiskal
untuk mempertanggungjawabkan
antara pusat dan daerah dari pajak
pengelolaan seluruh sumber
yang dibagihasilkan. DAU berperan
penerimaan dan pengeluaran daerah
sebagai pemerataan fiskal antar
kepada masyarakat. Dengan demikian
daerah di Indonesia, Sedangkan DAK
pemerintah daerah diberi kebebasan
berperan sebagai dana yang
menetukan prioritas pembangunan
didasarkan pada kebijakan yang
daerah selama tetap memperhatikan
bersifat darurat. Di luar fungsi
keseimbangan Anggaran Pendapatan
tersebut, untuk secara detailnya
dan Belanja Daerah (APBD).
penggunaan tersebut diserahkan
Setiap daerah memiliki sepenuhnya kepada pemerintah
kemampuan keuangan yang berbeda- kabupaten/kota yang bersangkutan.
beda dalam mendanai kegiatan- Oleh karena itu, diharapkan
kegiatannya, sehingga hal ini pemerintah kabupaten/kota
menimbulkan ketimpangan fiskal menggunakan dana ini dengan efektif
antara satu daerah dengan daerah dan efisien untuk peningkatan
lainnya. Untuk mengatasi pelayanan pada kepada masyarakat
ketimpangan tersebut pemerintah dengan disertai pertanggungjawaban
pusat mengalokasikan dana yang atas penggunaan dana tersebut.
Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi – Universitas Gunadarma (2019)
20215559
Permasalahan yang timbul (2015) yang diperoleh kesimpulan
dalam Dana Alokasi Umum ini bahwa meskipun kedua variabel
terletak pada perbedaan pemahaman bebas (PAD dan DAU) secara
fungsinya oleh pemerintah pusat signifikan dapat mempengaruhi
maupun daerah. Pemerintah pusat variabel terikatnya (Belanja Daerah),
memberikan dana ini untuk namun PAD ternyata lebih
mencukupi keuangan antar daerah. berpengaruh dibandingkan DAU
Sedangkan pemerintah daerah dimana koefisien regresi variabel
menganggap pemberian dana ini PAD lebih besar dibandingkan
untuk mencukupi kebutuhan koefisien regresi DAU. Dimana
daerahnya. Perbedaan pemahaman koefisien regresi dari PAD sebesar
inilah yang menyebabkan adanya 2,63 sedangkan koefisien regresi
respon Belanja Daerah yang lebih DAU sebesar 0,94. Ini menunjukkan
banyak oleh pemerintah daerah bahwa tidak terjadi Flypaper Effect
terhadap transfer dari pemerintah artinya kebijakan belanja daerah
pusat terutama yang berasal dari Dana Pemerintah Provinsi Banten periode
Alokasi Umum daripada Pendapatan 2010-2013 lebih didominasi oleh
Asli Daerahnya sendiri atau dikenal Pendapatan Asli Daerah (PAD)
dengan istilah “Flypaper Effect”. daripada Dana Alokasi Umum
(DAU).
Dalam menentukan apakah
terjadi gejala Flypaper Effect pada Melihat penelitian
keuangan pemerintah daerah dapat sebelumnya, memberikan ruang bagi
diketahui dari besarnya celah fiskal peneliti untuk melengkapi hasil
tinggi, yaitu Kapasitas Fiskal daerah penelitian tersebut dengan melakukan
tidak cukup membiayai kebutuhan penelitian pada Pulau Jawa
daerahnya. Kapasitas Fiskal daerah khususnya Kabupaten/Kota di
dicerminkan dari Pendapatan Asli Provinsi Jawa Barat. Provinsi Jawa
Daerah, Dana Bagi Hasil Pajak, dan Barat adalah provinsi dengan
Sumber Daya Alam. penduduk terbanyak di Indonesia dan
memiliki potensi daerah khususnya
Penelitian Maimunah (2006) dari bidang pariwisata dan budaya
telah melakukan pengujian adanya sangat besar. Data Realisasi
flypaper effect pada belanja daerah Anggaran Pendapatan dan Belanja
pemerintah kabupaten/kota di pulau Daerah (APBD) Tahun Anggaran
Sumatera tahun 2004. Dari penelitian 2015 – 2017 Provinsi Jawa Barat
tersebut diperoleh kesimpulan bahwa adalah yang terbesar kedua setelah
flypaper effect terjadi pada DAU Provinsi DKI Jakarta.
terhadap Belanja Daerah, yang
artinya respon pemerintah daerah Berdasarkan latar belakang
terhadap DAU lebih besar daripada diatas, peneliti tertarik untuk
PAD dalam membiayai semua melakukan penelitian yang berjudul
pengeluarannya. “PENGARUH PENDAPATAN
ASLI DAERAH (PAD) DAN
Berbeda hal dengan penelitian DANA ALOKASI UMUM (DAU)
yang dilakukan oleh Fitri Amalia TERHADAP BELANJA DAERAH
Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi – Universitas Gunadarma (2019)
20215559
DAN IMPLIKASINYA bawahannya sehingga yang
TERHADAP FLYPAPER diserahi/dilimpahi kekuasaan
EFFECT (STUDI KASUS wewenang tertentu itu berhak
PEMERINTAH bertindak atas nama sendiri dalam
KABUPATEN/KOTA DI urusan tertentu tersebut.
PROVINSI JAWA BARAT
PERIODE 2015 – 2017) ”. Perimbangan Keuangan
Menurut Halim (2012), dana
perimbangan merupakan dana yang
KAJIAN PUSTAKA bersumber dari penerimaan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara
Otonomi Daerah (APBN) yang dialokasikan kepada
daerah untuk membiayai kebutuhan
Menurut UU No. 23 tahun
daerah.
2014 tentang Pemerintah Daerah,
otonomi daerah adalah hak, Anggaran Pendapatan dan Belanja
wewenang, dan kewajiban daerah Daerah (APBD)
otonom untuk mengatur dan
mengurus sendiri urusan Menurut Badrudin (2012),
pemerintahan dan kepentingan APBD adalah suatu rencana kerja
masyarakat setempat sesuai dengan pemerintah daerah yang mencakup
peraturan perundang-undangan. seluruh pendapatan atau penerimaan
Otonomi yang diberikan kepada dan belanja atau pengeluaran
daerah kabupaten dan kota pemerintah daerah, baik provinsi,
dilaksanakan dengan memberikan kabupaten, dan kota dalam rangka
kewenangan yang luas, nyata dan mencapai sasaran pembangunan
bertanggungjawab kepada dalam kurun waktu satu tahun yang
pemerintah daerah secara dinyatakan dalam satuan uang dan
proporsional. Artinya, pelimpahan disetujui oleh DPRD dalam peraturan
tanggung jawab akan diikuti oleh perundangan yang disebut Peraturan
pengaturan pembagian, dan Daerah.
pemanfaatan dan sumber daya
nasional yang berkeadilan, serta Pendapatan Asli Daerah (PAD)
perimbangan keuangan pusat dan
Menurut Mardiasmo (2012),
daerah (Mardiasmo, 2012).
pengertian Pendapatan Asli Daerah
Desentralisasi (PAD) yaitu Pendapatan Asli Daerah
(PAD) adalah penerimaan hasil dari
Menurut Menurut UU Nomor setoran pajak daerah, retribusi daerah
23 Tahun 2014, Desentralisasi pada hasil dari milik daerah, hasil
dasarnya adalah pelimpahan atau pengelolaan kekayaan daerah yang
penyerahan kekuasaan atau dipisahkan dan lain-lain pendapatan
wewenang di bidang tertentu secara asli daerah yang sah. Sebagaimana
vertikal dari institusi/lembaga/pejabat disebutkan bahwa pendapatan asli
yang lebih tinggi kepada daerah merupakan penerimaan daerah
institusi/lembaga/fungsionaris yang berasal dari berbagai sumber
Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi – Universitas Gunadarma (2019)
20215559
ekonomi asli daerah, maka Daerah yang diakui sebagai
diharapkan setiap pemerintah daerah pengurang nilai kekayaan bersih
dapat membangun infrastruktur dalam periode tahun anggaran yang
ekonomi baik didaerahnya masing- bersangkutan. Belanja daerah
masing guna meningkatkan dipergunakan dalam rangka mendanai
pendapatannya. Adapun Rumus pelaksanaan urusan pemerintahanan
Pendapatan Asli Daerah sebagai yang menjadi kewenangan provinsi
berikut: atau kabupaten/kota yang terdiri dari
urusan wajib, urusan pilihan dan
urusan yang penanganannya dalam
PAD = Pajak Daerah + Retribusi bagian atau bidang tertentu yang
Daerah + Hasil Pengelolaan dapat dilaksanan bersama antara
Kekayaan Daerah yang Dipisahkan + pemerintah dan pemerintah daerah
Lain-lain PAD yang Sah yang ditetapkan dengan ketentuan
perundang-undangan.Adapun Rumus
Belanja Daerah sebagai berikut:
Dana Alokasi Umum (DAU)
Belanja Daerah = Belanja Tidak
Menurut Halim (2012), Dana Langsung + Belanja Langsung
Alokasi Umum adalah dana yang
Flypaper Effect
berasal dari Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara (APBN) yang Menurut Maimunah (2006)
dialokasikan dengan tujuan Flypaper effect atau lebih dikenal
pemerataan kemampuan keuangan dengan efek kertas layang merupakan
antar daerah untuk membiayai suatu keadaan yang terjadi saat
kebutuhan pengeluarannya dalam pemerintah daerah merespon belanja
rangka pelaksanaan desentralisasi. lebih banyak atau boros dengan
Dari penjelasan di atas terlihat bahwa menggunakan dana transfer (grants)
Dana Alokasi Umum memiliki yang diproksikan dengan DAU (Dana
jumlah yang sangat signifikan Alokasi Umum) daripada
sehingga semua pemerintah daerah menggunakan keahlian sendiri yang
menjadikannya sebagai sumber diproksikan dengan PAD
penerimaan terpenting dalam (Pendapatan Asli Daerah).
anggaran penerimaannya dalam
APBN. Adapun Rumus Dana Alokasi Indikasi Adanya Flypaper Effect
Umum sebagai berikut:
1. Pengaruh/ nilai koefisien DAU
DAU = Alokasi Dasar + Celah Fiskal terhadap belanja daerah lebih besar
dari pada pengaruh PAD terhadap
Belanja Daerah, dan nilai keduanya
signifikan.
Belanja Daerah
2. Hasil analisis menunjukkan bahwa
Undang-undang Nomor 23
pengaruh/ respon PAD terhadap
Tahun 2014 tentang Pemerintah
Belanja Daerah tidak signifikan,
Daerah menjelaskan bahwa Belanja
Daerah adalah semua kewajiban
Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi – Universitas Gunadarma (2019)
20215559
maka dapat disimpulkan terjadi penelitian ini selama tahun
flypaper effect. penelitian yang dibutuhkan penulis
yaitu periode 2015 – 2017.
Adapun daerah yang memenuhi
kriteria yang menjadi sampel
METODOLOGI PENELITIAN
penelitian adalah populasi dari
Objek Penelitian Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa
Objek penelitian yang Barat sebanyak 27 Kabupaten/Kota
digunakan dalam penelitian ini adalah yang terdiri dari 18 Kabupaten dan 9
Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Kota.
Alokasi Umum (DAU) dan Belanja
Daerah (BD) pada Laporan Realisasi Jenis dan Sumber Data
APBD Pemerintah Kabupaten/Kota Jenis data yang digunakan
Provinsi Jawa Barat periode 2015 – dalam penelitian ini adalah data
2017. sekunder berupa Laporan Realisasi
Anggaran dan Pendapatan Belanja
Populasi Daerah (APBD) yang mencakup
Populasi dalam penelitian ini Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana
adalah seluruh daerah Provinsi Jawa Alokasi Umum (DAU) dan Belanja
Barat dalam periode 2015-2017. Daerah Pemerintah Kabupaten/Kota
Pemilihan periode 3 tahun bertujuan di Provinsi Jawa Barat dengan tahun
untuk dapat membandingkan keadaan penelitian 2015 – 2017. Sumber data
daerah selama tiga tahun tersebut dan yang akan diolah dalam penelitian ini
dapat mendapatkan data terbaru berasal dari situs web Direktorat
sehingga memperoleh hasil yang Jenderal Perimbangan Keuangan
dapat menjelaskan permasalahan yaitu www.djpk.kemenkeu.go.id
dalam penelitian ini. serta web Badan Pusat Statistik
Provinsi Jawa Barat.
Sampel
Dalam penelitian ini difokuskan Prosedur Pengumpulan Data
pada Kabupaten/Kota di Provinsi Pengumpulan data yang
Jawa Barat. Kriteria pemilihan dilakukan pada penelitian ini dengan
sampel yang digunakan dalam menggunakan teknik dokumentasi.
penelitian ini adalah: Data dikumpulkan melalui
1. Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa penelusuran terhadap berbagai
Barat menyampaikan Laporan dokumen yang sudah ada serta
Realisasi APBD tahunan kepada dokumen lain yang terkait dengan
Direktorat Jenderal Perimbangan penelitian ini. Peneliti juga
Keuangan Pemerintah Daerah tahun menggunakan metode studi pustaka
2015 – 2017. yaitu berasal dari buku, ebook, jurnal,
2. Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa artikel, surat kabar dan instansi yang
Barat mencantumkan data-data berwenang mempublikasikan data
mengenai PAD, DAU dan Belanja tersebut yakni Direktorat Jenderal
Daerah pada Laporan Realisasi Perimbangan Keuangan (DJPK).
APBD yang digunakan dalam
Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi – Universitas Gunadarma (2019)
20215559
Teknik Analisis 2) Uji Multikolinearitas
1. Analisis Statistik Deskripsi Untuk mendeteksi ada atau
Statistik deskriptif berusaha tidaknya multikolinieritas di dalam
untuk membuat gambaran tentang model regresi, dapat dilihat dari nilai
berbagai karakteristik data yang VIF (Variance Inflation Factor) dan
berasal dari suatu sampel. Statistik nilai Tolerance. Untuk mengetahui
deskriptif seperti mean, median, terdapat atau tidaknya
modus, presentil, desil, quartile, multikolinearitas melalui kriteria
verian, standar deviasi dalam bentuk berikut ini (Ghozali,2013):
analisis angka maupun 1. Jika mempunyai nilai VIF < 10
gambar/diagram. Penyajian statistik dan nilai Tolerance > 0,1
deskriptif bertujuan untuk melihat dikatakan tidak terdapat gejala
profil dari data penelitian tersebut multikolinearitas.
dengan hubungan yang ada antar 2. Jika mempunyai nilai VIF > 10
variabel yang digunakan dalam dan nilai Tolerance < 0,1
penelitian tersebut. Dalam penelitian dikatakan terdapat gejala
ini variabel yang digunakan adalah multikolinearitas.
Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana
Alokasi Umum (DAU) dan Belanja 3) Uji Autokorelasi
Daerah (BD). Uji autokorelasi dilakukan
dengan menguji uji Durbin-Watson
Uji Asumsi Klasik (DW). Pengambilan keputusan dalam
Model regresi linier berganda menentukan ada atau tidaknya
dapat disebut sebagai model yang autokorelasi adalah sebagai berikut :
baik jika model tersebut memenuhi 1. Angka D-W dibawah -2 berarti
asumsi normalitas data dan bebas dari ada autokorelasi positif.
asumsi klasik statistic baik itu 2. Angka D-W diantara -2 sampai
multikolinieritas, autokorelasi, dan +2 berarti tidak ada autokorelasi.
heterokesdastisitas. 3. Angka D-W diatas +2 berarti ada
autokorelasi negatif.
1) Uji Normalitas
Hasil uji normalitas yang 4) Uji Heteroskedastisitas
diperoleh dari analisis grafik akan Menguji heteroskedastisitas
didukung oleh analisis statistik yaitu yaitu dengan melihat grafik plot
one-sample kolmogrov-smirnov test, antara nilai prediksi variabel terikat
dasar pengambilan keputusan dengan yaitu ZPRED dengan residualnya
ketentuan sebagai berikut: SRESID (Ghozali, 2013).
1. Jika signifikansi Asymp. Sig (2-
tailed) < 0,05, maka Ho ditolak Metode Analisis Data
atau H1 diterima. Artinya. Data 1. Uji Hipotesis
tidak terdistribusi normal. a) Koefisien Determinasi (R2)
2. Jika signifikansi Asymp. Sig (2- Koefisien determinasi (R2)
tailed) > 0,05, maka Ho diterima bertujuan untuk mengetahui seberapa
atau H1 ditolak. Artinya. Data jauh kemampuan model dalam
terdistribusi normal. menerangkan variasi variabel
Collinearity Statistics
HASIL DAN PEMBAHASAN
Model Tolerance VIF
1. Uji Normalitas
1(Constant)
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
LNPAD .680 1.471
Unstandardized
Residual LNDAU .680 1.471
Model Durbin-Watson
1 1.592