Anda di halaman 1dari 16

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DAN DANA

ALOKASI UMUM (DAU) TERHADAP BELANJA DAERAH DAN


IMPLIKASINYA TERHADAP FLYPAPER EFFECT (STUDI KASUS
PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA BARAT
PERIODE 2015 – 2017)

20215559
Aliya Dimarizkya
Dr. Caecilia Widi Pratiwi, SE., MM
Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Gunadarma
Email: dimarizkya97@gmail.com

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Pendapatan Asli
Daerah (PAD) dan Dana Alokasi Umum (DAU) terhadap Belanja Daerah (BD) dan
kemudian menganalisis fenomena flypaper effect yang diketahui dari celah fiskal
pada Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat periode 2015 – 2017. Variabel
Independen dalam penelitian ini adalah Pendapatan Asli Daerah yang diukur
dengan menggunakan pajak daerah dan retribusi daerah, Dana Alokasi Umum yang
diukur dengan menggunakan alokasi dasar dan celah fiskal, Sedangkan untuk
variabel dependen dalam penelitian ini adalah Belanja Daerah yang diukur dengan
menggunakan belanja langsung dan belanja tidak langsung. Data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa laporan realisasi anggaran dan
pendapatan asli daerah, dana alokasi umum dan belanja daerah pemerintah
Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat dengan tahun penelitian 2015 – 2017.
Metode analisis yang digunakan adalah uji statistik deskriptif, uji hipotesis dan
model regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukan bahwa Pendapatan Asli
Daerah mempunyai pengaruh signifikan terhadap belanja daerah di
Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat periode 2015 – 2017. Dana Alokasi Umum
mempunyai pengaruh signifikan terhadap belanja daerah di Kabupaten/Kota di
Provinsi Jawa Barat. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa hasil nilai koefisien
Dana Alokasi Umum (DAU) lebih besar dari pada hasil nilai koefisien Pendapatan
Asli Daerah (PAD). Maka terjadi fenomena Flypaper Effect.

Kata Kunci: Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Belanja Daerah,
Celah Fiskal, Flypaper Effect.
Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi – Universitas Gunadarma (2019)
20215559
bersumber pada APBN untuk
PENDAHULUAN
mendanai kebutuhan daerah dalam
Di era globalisasi saat ini pelaksaaan desentralisasi.
pembangunan suatu bangsa tidak
Desentralisasi fiskal
akan berjalan dengan baik tanpa
merupakan suatu tanggung jawab
adanya dukungan dari level-level
finansial yang merupakan komponen
pemerintahan yang ada dibawahnya,
utama dalam desentralisasi. Tujuan
hal tersebut tentu hanyalah
desentralisasi fiskal adalah
kewenangan yang hanya dimiliki oleh
memberikan kewenangan yang luas
pemerintah daerah yang terbagi-bagi
dan nyata kepada pemerintah daerah
melalui hirarki propinsial, kabupaten
untuk mengelola dan mengatur
baik kota madya dan daerah istimewa.
sumberdaya sesuai dengan
Melihat dari segi pelaksanaan kepentingan masyarakat daerahnya,
otonomi daerah yang sedang marak- sehingga pemerintah daerah
maraknya diselenggarakan, tentunya berwenang untuk menetapkan
hal ini memberikan kewenangan yang prioritas pembangunan sesuai dengan
luas pemerintah daerah untuk potensi dan sumber daya yang
mengatur dan memanfaatkan potensi dimiliki.
daerah yang ada. Maka baik
UU No. 32 Tahun 2004
Pemerintah Daerah Kabupaten
menyebutkan bahwa transfer dari
maupun Pemerintah Daerah Provinsi
pemerintah berupa Dana Alokasi
diberi hak otonomi untuk
Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus
merencanakan penyusunan Anggaran
(DAK), dana Dana Bagi Hasil
Pendapatan dan Belanja Daerah
digunakan untuk pelaksanaan
sendiri-sendiri sesuai kebutuhan dan
kewenangan Pemda. Dana bagi hasil
potensi daerah. Serta berkewajiban
berperan sebagai penyeimbang fiskal
untuk mempertanggungjawabkan
antara pusat dan daerah dari pajak
pengelolaan seluruh sumber
yang dibagihasilkan. DAU berperan
penerimaan dan pengeluaran daerah
sebagai pemerataan fiskal antar
kepada masyarakat. Dengan demikian
daerah di Indonesia, Sedangkan DAK
pemerintah daerah diberi kebebasan
berperan sebagai dana yang
menetukan prioritas pembangunan
didasarkan pada kebijakan yang
daerah selama tetap memperhatikan
bersifat darurat. Di luar fungsi
keseimbangan Anggaran Pendapatan
tersebut, untuk secara detailnya
dan Belanja Daerah (APBD).
penggunaan tersebut diserahkan
Setiap daerah memiliki sepenuhnya kepada pemerintah
kemampuan keuangan yang berbeda- kabupaten/kota yang bersangkutan.
beda dalam mendanai kegiatan- Oleh karena itu, diharapkan
kegiatannya, sehingga hal ini pemerintah kabupaten/kota
menimbulkan ketimpangan fiskal menggunakan dana ini dengan efektif
antara satu daerah dengan daerah dan efisien untuk peningkatan
lainnya. Untuk mengatasi pelayanan pada kepada masyarakat
ketimpangan tersebut pemerintah dengan disertai pertanggungjawaban
pusat mengalokasikan dana yang atas penggunaan dana tersebut.
Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi – Universitas Gunadarma (2019)
20215559
Permasalahan yang timbul (2015) yang diperoleh kesimpulan
dalam Dana Alokasi Umum ini bahwa meskipun kedua variabel
terletak pada perbedaan pemahaman bebas (PAD dan DAU) secara
fungsinya oleh pemerintah pusat signifikan dapat mempengaruhi
maupun daerah. Pemerintah pusat variabel terikatnya (Belanja Daerah),
memberikan dana ini untuk namun PAD ternyata lebih
mencukupi keuangan antar daerah. berpengaruh dibandingkan DAU
Sedangkan pemerintah daerah dimana koefisien regresi variabel
menganggap pemberian dana ini PAD lebih besar dibandingkan
untuk mencukupi kebutuhan koefisien regresi DAU. Dimana
daerahnya. Perbedaan pemahaman koefisien regresi dari PAD sebesar
inilah yang menyebabkan adanya 2,63 sedangkan koefisien regresi
respon Belanja Daerah yang lebih DAU sebesar 0,94. Ini menunjukkan
banyak oleh pemerintah daerah bahwa tidak terjadi Flypaper Effect
terhadap transfer dari pemerintah artinya kebijakan belanja daerah
pusat terutama yang berasal dari Dana Pemerintah Provinsi Banten periode
Alokasi Umum daripada Pendapatan 2010-2013 lebih didominasi oleh
Asli Daerahnya sendiri atau dikenal Pendapatan Asli Daerah (PAD)
dengan istilah “Flypaper Effect”. daripada Dana Alokasi Umum
(DAU).
Dalam menentukan apakah
terjadi gejala Flypaper Effect pada Melihat penelitian
keuangan pemerintah daerah dapat sebelumnya, memberikan ruang bagi
diketahui dari besarnya celah fiskal peneliti untuk melengkapi hasil
tinggi, yaitu Kapasitas Fiskal daerah penelitian tersebut dengan melakukan
tidak cukup membiayai kebutuhan penelitian pada Pulau Jawa
daerahnya. Kapasitas Fiskal daerah khususnya Kabupaten/Kota di
dicerminkan dari Pendapatan Asli Provinsi Jawa Barat. Provinsi Jawa
Daerah, Dana Bagi Hasil Pajak, dan Barat adalah provinsi dengan
Sumber Daya Alam. penduduk terbanyak di Indonesia dan
memiliki potensi daerah khususnya
Penelitian Maimunah (2006) dari bidang pariwisata dan budaya
telah melakukan pengujian adanya sangat besar. Data Realisasi
flypaper effect pada belanja daerah Anggaran Pendapatan dan Belanja
pemerintah kabupaten/kota di pulau Daerah (APBD) Tahun Anggaran
Sumatera tahun 2004. Dari penelitian 2015 – 2017 Provinsi Jawa Barat
tersebut diperoleh kesimpulan bahwa adalah yang terbesar kedua setelah
flypaper effect terjadi pada DAU Provinsi DKI Jakarta.
terhadap Belanja Daerah, yang
artinya respon pemerintah daerah Berdasarkan latar belakang
terhadap DAU lebih besar daripada diatas, peneliti tertarik untuk
PAD dalam membiayai semua melakukan penelitian yang berjudul
pengeluarannya. “PENGARUH PENDAPATAN
ASLI DAERAH (PAD) DAN
Berbeda hal dengan penelitian DANA ALOKASI UMUM (DAU)
yang dilakukan oleh Fitri Amalia TERHADAP BELANJA DAERAH
Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi – Universitas Gunadarma (2019)
20215559
DAN IMPLIKASINYA bawahannya sehingga yang
TERHADAP FLYPAPER diserahi/dilimpahi kekuasaan
EFFECT (STUDI KASUS wewenang tertentu itu berhak
PEMERINTAH bertindak atas nama sendiri dalam
KABUPATEN/KOTA DI urusan tertentu tersebut.
PROVINSI JAWA BARAT
PERIODE 2015 – 2017) ”. Perimbangan Keuangan
Menurut Halim (2012), dana
perimbangan merupakan dana yang
KAJIAN PUSTAKA bersumber dari penerimaan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara
Otonomi Daerah (APBN) yang dialokasikan kepada
daerah untuk membiayai kebutuhan
Menurut UU No. 23 tahun
daerah.
2014 tentang Pemerintah Daerah,
otonomi daerah adalah hak, Anggaran Pendapatan dan Belanja
wewenang, dan kewajiban daerah Daerah (APBD)
otonom untuk mengatur dan
mengurus sendiri urusan Menurut Badrudin (2012),
pemerintahan dan kepentingan APBD adalah suatu rencana kerja
masyarakat setempat sesuai dengan pemerintah daerah yang mencakup
peraturan perundang-undangan. seluruh pendapatan atau penerimaan
Otonomi yang diberikan kepada dan belanja atau pengeluaran
daerah kabupaten dan kota pemerintah daerah, baik provinsi,
dilaksanakan dengan memberikan kabupaten, dan kota dalam rangka
kewenangan yang luas, nyata dan mencapai sasaran pembangunan
bertanggungjawab kepada dalam kurun waktu satu tahun yang
pemerintah daerah secara dinyatakan dalam satuan uang dan
proporsional. Artinya, pelimpahan disetujui oleh DPRD dalam peraturan
tanggung jawab akan diikuti oleh perundangan yang disebut Peraturan
pengaturan pembagian, dan Daerah.
pemanfaatan dan sumber daya
nasional yang berkeadilan, serta Pendapatan Asli Daerah (PAD)
perimbangan keuangan pusat dan
Menurut Mardiasmo (2012),
daerah (Mardiasmo, 2012).
pengertian Pendapatan Asli Daerah
Desentralisasi (PAD) yaitu Pendapatan Asli Daerah
(PAD) adalah penerimaan hasil dari
Menurut Menurut UU Nomor setoran pajak daerah, retribusi daerah
23 Tahun 2014, Desentralisasi pada hasil dari milik daerah, hasil
dasarnya adalah pelimpahan atau pengelolaan kekayaan daerah yang
penyerahan kekuasaan atau dipisahkan dan lain-lain pendapatan
wewenang di bidang tertentu secara asli daerah yang sah. Sebagaimana
vertikal dari institusi/lembaga/pejabat disebutkan bahwa pendapatan asli
yang lebih tinggi kepada daerah merupakan penerimaan daerah
institusi/lembaga/fungsionaris yang berasal dari berbagai sumber
Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi – Universitas Gunadarma (2019)
20215559
ekonomi asli daerah, maka Daerah yang diakui sebagai
diharapkan setiap pemerintah daerah pengurang nilai kekayaan bersih
dapat membangun infrastruktur dalam periode tahun anggaran yang
ekonomi baik didaerahnya masing- bersangkutan. Belanja daerah
masing guna meningkatkan dipergunakan dalam rangka mendanai
pendapatannya. Adapun Rumus pelaksanaan urusan pemerintahanan
Pendapatan Asli Daerah sebagai yang menjadi kewenangan provinsi
berikut: atau kabupaten/kota yang terdiri dari
urusan wajib, urusan pilihan dan
urusan yang penanganannya dalam
PAD = Pajak Daerah + Retribusi bagian atau bidang tertentu yang
Daerah + Hasil Pengelolaan dapat dilaksanan bersama antara
Kekayaan Daerah yang Dipisahkan + pemerintah dan pemerintah daerah
Lain-lain PAD yang Sah yang ditetapkan dengan ketentuan
perundang-undangan.Adapun Rumus
Belanja Daerah sebagai berikut:
Dana Alokasi Umum (DAU)
Belanja Daerah = Belanja Tidak
Menurut Halim (2012), Dana Langsung + Belanja Langsung
Alokasi Umum adalah dana yang
Flypaper Effect
berasal dari Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara (APBN) yang Menurut Maimunah (2006)
dialokasikan dengan tujuan Flypaper effect atau lebih dikenal
pemerataan kemampuan keuangan dengan efek kertas layang merupakan
antar daerah untuk membiayai suatu keadaan yang terjadi saat
kebutuhan pengeluarannya dalam pemerintah daerah merespon belanja
rangka pelaksanaan desentralisasi. lebih banyak atau boros dengan
Dari penjelasan di atas terlihat bahwa menggunakan dana transfer (grants)
Dana Alokasi Umum memiliki yang diproksikan dengan DAU (Dana
jumlah yang sangat signifikan Alokasi Umum) daripada
sehingga semua pemerintah daerah menggunakan keahlian sendiri yang
menjadikannya sebagai sumber diproksikan dengan PAD
penerimaan terpenting dalam (Pendapatan Asli Daerah).
anggaran penerimaannya dalam
APBN. Adapun Rumus Dana Alokasi Indikasi Adanya Flypaper Effect
Umum sebagai berikut:
1. Pengaruh/ nilai koefisien DAU
DAU = Alokasi Dasar + Celah Fiskal terhadap belanja daerah lebih besar
dari pada pengaruh PAD terhadap
Belanja Daerah, dan nilai keduanya
signifikan.
Belanja Daerah
2. Hasil analisis menunjukkan bahwa
Undang-undang Nomor 23
pengaruh/ respon PAD terhadap
Tahun 2014 tentang Pemerintah
Belanja Daerah tidak signifikan,
Daerah menjelaskan bahwa Belanja
Daerah adalah semua kewajiban
Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi – Universitas Gunadarma (2019)
20215559
maka dapat disimpulkan terjadi penelitian ini selama tahun
flypaper effect. penelitian yang dibutuhkan penulis
yaitu periode 2015 – 2017.
Adapun daerah yang memenuhi
kriteria yang menjadi sampel
METODOLOGI PENELITIAN
penelitian adalah populasi dari
Objek Penelitian Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa
Objek penelitian yang Barat sebanyak 27 Kabupaten/Kota
digunakan dalam penelitian ini adalah yang terdiri dari 18 Kabupaten dan 9
Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Kota.
Alokasi Umum (DAU) dan Belanja
Daerah (BD) pada Laporan Realisasi Jenis dan Sumber Data
APBD Pemerintah Kabupaten/Kota Jenis data yang digunakan
Provinsi Jawa Barat periode 2015 – dalam penelitian ini adalah data
2017. sekunder berupa Laporan Realisasi
Anggaran dan Pendapatan Belanja
Populasi Daerah (APBD) yang mencakup
Populasi dalam penelitian ini Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana
adalah seluruh daerah Provinsi Jawa Alokasi Umum (DAU) dan Belanja
Barat dalam periode 2015-2017. Daerah Pemerintah Kabupaten/Kota
Pemilihan periode 3 tahun bertujuan di Provinsi Jawa Barat dengan tahun
untuk dapat membandingkan keadaan penelitian 2015 – 2017. Sumber data
daerah selama tiga tahun tersebut dan yang akan diolah dalam penelitian ini
dapat mendapatkan data terbaru berasal dari situs web Direktorat
sehingga memperoleh hasil yang Jenderal Perimbangan Keuangan
dapat menjelaskan permasalahan yaitu www.djpk.kemenkeu.go.id
dalam penelitian ini. serta web Badan Pusat Statistik
Provinsi Jawa Barat.
Sampel
Dalam penelitian ini difokuskan Prosedur Pengumpulan Data
pada Kabupaten/Kota di Provinsi Pengumpulan data yang
Jawa Barat. Kriteria pemilihan dilakukan pada penelitian ini dengan
sampel yang digunakan dalam menggunakan teknik dokumentasi.
penelitian ini adalah: Data dikumpulkan melalui
1. Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa penelusuran terhadap berbagai
Barat menyampaikan Laporan dokumen yang sudah ada serta
Realisasi APBD tahunan kepada dokumen lain yang terkait dengan
Direktorat Jenderal Perimbangan penelitian ini. Peneliti juga
Keuangan Pemerintah Daerah tahun menggunakan metode studi pustaka
2015 – 2017. yaitu berasal dari buku, ebook, jurnal,
2. Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa artikel, surat kabar dan instansi yang
Barat mencantumkan data-data berwenang mempublikasikan data
mengenai PAD, DAU dan Belanja tersebut yakni Direktorat Jenderal
Daerah pada Laporan Realisasi Perimbangan Keuangan (DJPK).
APBD yang digunakan dalam
Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi – Universitas Gunadarma (2019)
20215559
Teknik Analisis 2) Uji Multikolinearitas
1. Analisis Statistik Deskripsi Untuk mendeteksi ada atau
Statistik deskriptif berusaha tidaknya multikolinieritas di dalam
untuk membuat gambaran tentang model regresi, dapat dilihat dari nilai
berbagai karakteristik data yang VIF (Variance Inflation Factor) dan
berasal dari suatu sampel. Statistik nilai Tolerance. Untuk mengetahui
deskriptif seperti mean, median, terdapat atau tidaknya
modus, presentil, desil, quartile, multikolinearitas melalui kriteria
verian, standar deviasi dalam bentuk berikut ini (Ghozali,2013):
analisis angka maupun 1. Jika mempunyai nilai VIF < 10
gambar/diagram. Penyajian statistik dan nilai Tolerance > 0,1
deskriptif bertujuan untuk melihat dikatakan tidak terdapat gejala
profil dari data penelitian tersebut multikolinearitas.
dengan hubungan yang ada antar 2. Jika mempunyai nilai VIF > 10
variabel yang digunakan dalam dan nilai Tolerance < 0,1
penelitian tersebut. Dalam penelitian dikatakan terdapat gejala
ini variabel yang digunakan adalah multikolinearitas.
Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana
Alokasi Umum (DAU) dan Belanja 3) Uji Autokorelasi
Daerah (BD). Uji autokorelasi dilakukan
dengan menguji uji Durbin-Watson
Uji Asumsi Klasik (DW). Pengambilan keputusan dalam
Model regresi linier berganda menentukan ada atau tidaknya
dapat disebut sebagai model yang autokorelasi adalah sebagai berikut :
baik jika model tersebut memenuhi 1. Angka D-W dibawah -2 berarti
asumsi normalitas data dan bebas dari ada autokorelasi positif.
asumsi klasik statistic baik itu 2. Angka D-W diantara -2 sampai
multikolinieritas, autokorelasi, dan +2 berarti tidak ada autokorelasi.
heterokesdastisitas. 3. Angka D-W diatas +2 berarti ada
autokorelasi negatif.
1) Uji Normalitas
Hasil uji normalitas yang 4) Uji Heteroskedastisitas
diperoleh dari analisis grafik akan Menguji heteroskedastisitas
didukung oleh analisis statistik yaitu yaitu dengan melihat grafik plot
one-sample kolmogrov-smirnov test, antara nilai prediksi variabel terikat
dasar pengambilan keputusan dengan yaitu ZPRED dengan residualnya
ketentuan sebagai berikut: SRESID (Ghozali, 2013).
1. Jika signifikansi Asymp. Sig (2-
tailed) < 0,05, maka Ho ditolak Metode Analisis Data
atau H1 diterima. Artinya. Data 1. Uji Hipotesis
tidak terdistribusi normal. a) Koefisien Determinasi (R2)
2. Jika signifikansi Asymp. Sig (2- Koefisien determinasi (R2)
tailed) > 0,05, maka Ho diterima bertujuan untuk mengetahui seberapa
atau H1 ditolak. Artinya. Data jauh kemampuan model dalam
terdistribusi normal. menerangkan variasi variabel

Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi – Universitas Gunadarma (2019)


20215559
dependen. Analisis yang digunakan pengujian hipotesis yang
yaitu dengan melihat nilai (adjusted dilakukan dengan menggunakan
R-square) untuk mengevaluasi model model analisis regresi berganda
regresi. Nilai koefisien determinasi yang bertujuan untuk
adalah antara nol dan satu. Semakin memprediksi kekuatan pengaruh
kecil Nilai R2, maka semakin terbatas variabel independen terhadap
kemampuan variabel-variabel variabel dependen. Hubungan
independen dalam menjelaskan antar variabel tersebut dapat
variabel dependenya. Penelitian ini digambarkan dengan persamaan
menggunakan adjusted R-square sebagai berikut :
karena terdapat lebih dari satu
variabel independen dan apabila Y = α + β1PAD + β2DAU + e
hanya ada satu variabel independen
maka menggunakan R-Square dalam Keterangan:
menjelaskan pengaruh variabel Y = Belanja Daerah (BD)
independennya (Ghozali, 2011). α = Konstanta
β = Slope atau Koefisien
b) Uji Simultan (Uji F) Regresi
Uji statistik F dilakukan untuk PAD = Pendapatan Asli Daerah
menguji model regresi atas pengaruh (PAD)
seluruh variabel independen yaitu DAU = Dana Alokasi Umum
Pendapatan Asli Daerah dan Dana (DAU)
Alokasi Umum secara simultan e = Error
terhadap variabel dependen. Tahapan
Uji F adalah sebagai berikut: d) Analisis Flypaper Effect
Jika Sig. F statistik < 0,05 (Ho Untuk menguji apakah terjadi
ditolak: signifikan secara statistik). flypaper effect dapat diketahui dari
Jika Sig. F statistik > 0,05 (Ho celah fiskal yang kemudian akan
diterima: tidak signifikan secara dilakukan serangkaian pengujian
statistik). dengan menggunakan uji t setelah
c) Uji Parsial (Uji t) pengujian hipotesis secara parsial
Uji statistik t atau uji parsial, dilakukan. Efek DAU terhadap
untuk menguji variabel independen Belanja Daerah akan dibandingkan
secara parsial terhadap variabel dengan efek PAD terhadap Belanja
dependen, yaitu pengaruh masing- Daerah. Syarat terjadiya flypaper
masing variabel independen yang effect yaitu (Verter, 2007):
terdiri atas Pendapatan Asli Daerah a. Pengaruh/ nilai koefisien DAU
dan Dana Alokasi Umum terhadap terhadap belanja daerah lebih besar
Belanja Daerah yang merupakan dari pada pengaruh PAD terhadap
variabel dependennya. Adapun Belanja Daerah, dan nilai keduanya
langkah dalam menganalisis signifikan.
pengaruh variabel independen b. Hasil analisis menunjukkan bahwa
terhadap variabel dependen: pengaruh / respon PAD terhadap
a. Sebelum melakukan uji hipotesis Belanja Daerah tidak signifikan,
secara parsial perlu dilakukan

Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi – Universitas Gunadarma (2019)


20215559
maka dapat disimpulkan terjadi 2. Uji Multikolinearitas
flypaper effect.
Coefficientsa

Collinearity Statistics
HASIL DAN PEMBAHASAN
Model Tolerance VIF
1. Uji Normalitas
1(Constant)
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
LNPAD .680 1.471
Unstandardized
Residual LNDAU .680 1.471

N 81 Sumber: Output SPSS 22.0 (2019)


Normal Mean .0000000
Berdasarkan nilai tolerance
Parametersa,b Std.
.10457104 yang didapat variabel LN Pendapatan
Deviation
Asli Daerah (LNPAD) dan variabel
Most Absolute .098 LN Dana Alokasi Umum (LNDAU)
Extreme Positive .068 sama-sama sebesar 0,680. Hasil
Differences Negative -.098 perhitungan nilai tolerance tersebut
Test Statistic .098 menunjukkan tidak ada variabel
Asymp. Sig. (2-tailed) .054c
independen yang memiliki nilai
Sumber: Output SPSS 22.0 (2019) tolerance yang kurang dari 0,10 yang
berarti tidak ada korelasi antar
Dari tabel diatas besarnya variabel independen. Hasil
signifikansi adalah 0,054. Dengan perhitungan Variance Inflation Factor
demikian, secara keseluruhan dapat (VIF) 1,471 menunjukkan hal yang
disimpulkan bahwa nilai-nilai sama yaitu tidak ada satu variabel
observasi data telah terdistribusi independen yang memiliki nilai VIF
secara normal dan dapat dilanjutkan lebih dari 10. Sehingga dapat
dengan asumsi klasik lainnya. disimpulkan bahwa tidak ada
Dengan demikian, secara keseluruhan multikolinieritas antar variabel
dapat disimpulkan bahwa nilai-nilai independen dalam model regresi.
observasi data telah terdistribusi
secara normal dan dapat dilanjutkan 3. Uji Autokolerasi
dengan asumsi klasik lainnya.
Model Summaryb

Model Durbin-Watson

1 1.592

Sumber: Output SPSS 22.0 (2019)

Berdasarkan Tabel diatas


menunjukkan nilai DW sebesar
1,592. Berdasarkan asumsi ketentuan
Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi – Universitas Gunadarma (2019)
20215559
diatas nilai DW yang dihasilkan mempengaruhi LN Belanja Daerah
berada diantara -2 sampai +2 (LNBD) sebesar 96,0% dan sisanya
sehingga dapat disimpulkan bahwa sebesar 4,0% dipengaruhi oleh faktor
tidak terdapat autokorelasi. lain diluar variabel penelitian yang
digunakan.
4. Uji Heteroskedastisitas
Hasil Uji Simultan (Uji F)
ANOVAa
Model F Sig.
1Regression 956.276 .000b
Residual
Total
Sumber: Output SPSS 22.0 (2019)

Tabel 4.10 menunjukkan hasil


Uji Scatterplot kesimpulan mengenai hipotesis
Sumber: Output SPSS 22.0 (2019) perhitungan statistic uji F sebesar
956,276 dengan probabilitas 0,000.
Berdasarkan tampilan grafik Karena probabilitas jauh lebih kecil
dari hasil uji scatterplot di atas dapat dari 0,005 yang berarti H0 ditolak dan
dilihat bahwa grafik di atas Ha diterima secara simultan seluruh
menunjukan bahwa tidak terjadinya variabel independen LNPAD dan
masalah heterokedastisitas. Hal LNDAU berpengaruh secara
tersebut dikarenakan dimana titik- signifikan terhadap variabel LN
titik pada tampilan grafik diatas tidak Belanja Daerah. Dengan demikian
membentuk suatu pola tertentu yang model regresi ini dapat menjelaskan
jelas dan titik-titik tersebut tersebar di bahwa LNPAD dan LNDAU secara
atas dan di bawah angka 0 pada bersama-sama berpengaruh terhadap
sumbu Y. LN Belanja Daerah.

Analisis Uji Hipotesis Hasil Uji Parsial (Uji t)


Koefisien Determinasi (R²)
Coefficientsa
Model Summaryb
Adjusted R Unstandardized
Model R R Square Square Coefficients
1 .980a .961 .960
Std.
Sumber: Output SPSS 22.0 (2019)
Model B Error t Sig.

Berdasarkan Tabel diatas nilai 1 (Constant) -1.042 .741 -1.407 .163


koefisien determinasi diperoleh
LNPAD .269 .017 15.484 .000
sebesar 0,960 yang artinya bahwa
variabel LN Pendapatan Asli Daerah LNDAU .808 .032 24.958 .000
(LNPAD) dan LN Dana Alokasi Sumber: Output SPSS 22.0 (2019)
Umum (LNDAU) berkontribusi
Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi – Universitas Gunadarma (2019)
20215559
Berdasarkan tabel diatas hasil dapat disimpulkan bahwa secara
uji regresi dengan menggunakan individual atau parsial Pendapatan
penerapan model persamaan regresi Asli Daerah (PAD) berpengaruh
Y = α + β1PAD + β2DAU + e, nilai terhadap Belanja Daerah.
dilihat dari kolom B pada
Unstandardized Coefficients sebagai Hal ini sesuai dengan
berikut: Peraturan Pemerintah No. 58 tahun
2005 tentang pengelolaan keuangan
BD = -1.042+ 0,269 PAD + 0,808 daerah yang menyatakan bahwa PAD
disusun sesuai dengan
DAU + e penyelenggaraan pemerintahan dan
kemampuan pendapatan daerah. Hasil
Berdasarkan persamaan regresi uji regresi dengan arah positif
diatas, maka dapat dijelaskan sebagai menunjukkan peningkatan PAD akan
berikut: meningkatkan belanja daerah
-Nilai konstanta (α) sebesar -1.042 Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Barat.
diartikan jika variabel independen Hal ini sesuai dengan teori yang
yaitu PAD dan DAU dianggap tidak dikemukakan oleh Mardiasmo (2012)
ada, maka Belanja Daerah sebesar - yang menyatakan bahwa PAD yang
1.042. tinggi maka belanja daerah akan
-Nilai koefisien regresi variabel PAD semakin besar salah satunya dengan
(X₁) bernilai positif yaitu sebesar meningkatnya subsidi pemerintah
0,269. Hal ini menunjukkan jika daerah pada pelayanan kepada
terjadi kenaikan pada variabel PAD masyarakat lapisan bawah. Jumlah
maka Belanja Daerah juga akan belanja pembangunan disesuaikan
mengalami kenaikan. dengan kemampuan tiap daerah untuk
-Nilai koefisien regresi variabel DAU membiayai pembangunan tersebut,
(X₂) bernilai positif sebesar 0,808. sehingga PAD antar daerah dapat
Hal ini menunjukkan jika terjadi berbeda-beda. Perbelanjaan tersebut
kenaikan pada variabel DAU maka akan meningkatkan pengeluaran
Belanja Daerah akan mengalami agregat dan mempertinggi tingkat
kenaikan. kegiatan ekonomi, dalam hal ini
pemerintah menetapkan pajak dan
Pendapatan Asli Daerah (PAD) retribusi dimana akan menambah
berpengaruh terhadap Belanja PAD.
Daerah Peningkatan PAD juga akan
Berdasarkan hasil uji t meningkatkan kemampuan
variabel Pendapatan Asli Daerah Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa
(PAD) diperoleh nilai signifikansi Barat dalam penyelenggaraan
yaitu sebesar 0,000. Hasil ini pemerintahan sehingga mampu
menunjukkan bahwa nilai meningkatkan dan mendorong
signifikansi tersebut kurang dari nilai peningkatan kesejahteraan
tingkat signifikansi 0,05, maka masyarakat. Dalam kondisi celah
keputusan yang diambil adalah H0 fiskal tinggi, pemerintah daerah akan
ditolak dan Ha diterima, sehingga mengoptimalkan potensi pendapatan
Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi – Universitas Gunadarma (2019)
20215559
daerah sebagai upaya Ha diterima, sehingga dapat
meningkatkan pembiayaan daerah. disimpulkan bahwa secara individual
atau parsial Dana Alokasi Umum
Celah fiskal menjelaskan berpengaruh terhadap Belanja
situasi dimana satu atau lebih Daerah.
pemerintah tidak mempunyai Menurut Peraturan
kemampuan untuk memperoleh Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005
revenue yang memadahi untuk tentang Dana Alokasi Umum
mendanai tanggung jawab kebutuhan merupakan bentuk transfer dana yang
daerah. Program-program ini paling penting selain bagi hasil.
dilakuan sebagai upaya pemerataan Transfer merupakan konsekuensi dari
pembangunan antarwilayah serta tidak meratanya kemampuan
mendorong peningkatan kemampuan keuangan dan otonomi daerah.
keuangan daerah. Dalam Tujuan transfer Dana Alokasi Umum
kenyataannya tujuan pemerataan untuk pemerataan kemampuan
tersebut tidak terwujud dan keuangan antar daerah melalui
ketimpangan pembangunan ekonomi penerapan formula yang
antarwilayah tetap saja terjadi ini mempertimbangkan kebutuhan
terjadi ketika sumber daya belanja pegawai, kebutuhan fiskal,
pendapatan tidak sama rata dibagi- dan potensi daerah.
bagikan antar wilayah dan provinsi Suatu daerah yang potensi
sehingga tingginya perbedaan fiskal nya rendah maka DAU yang
kebutuhan dan kemampuan diterimanya tinggi. Sedangkan suatu
antardaerah dapat menyebabkan daerah yang potensi fiskal nya tinggi
terjadinya celah fiskal. maka DAU yang diterimanya rendah.
Hal ini menunjukkan tingkat
Hasil penelitian ini sejalan
kemandirian Kabupaten/Kota di
dengan penelitian yang dilakukan
Provinsi Jawa Barat tergantung pada
oleh Amalia (2015), Subadriyah
dana transfer pemerintah pusat untuk
(2018), Shidieqqy (2013) yang
membiayai penyelenggaraan
menunjukkan bahwa hasil PAD
pemerintah daerahnya.
berpengaruh terhadap Belanja
Seiring dengan makin
Daerah. Namun hasil penelitian ini
seringnya terjadi keterlambatan
tidak sejalan dengan yang dilakukan
dalam penyampaian informasi
Eka (2017).
mengenai besarnya jumlah DAU
Dana Alokasi Umum berpengaruh yang akan direalisasi mengakibatkan
terhadap Belanja Daerah pemerintah daerah sering
menggunakan dasar realisasi DAU
Berdasarkan hasil uji t tahun sebelumnya dalam penyusunan
variabel Dana Alokasi Umum Anggaran Pendapatan dan Belanja
diperoleh nilai signifikansi yaitu Daerah. Dilihat dari tujuan pemberian
sebesar 0,000. Hasil ini menunjukkan DAU yang pada dasarnya sebagai alat
bahwa nilai signifikansi tersebut pancing untuk meningkatkan PAD.
kurang dari 0,005, maka keputusan Hasil uji regresi peningkatan DAU
yang diambil adalah H0 ditolak dan akan meningkatkan belanja daerah

Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi – Universitas Gunadarma (2019)


20215559
Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa dengan menggunakan dana sendiri
Barat menunjukkan positif. atau Pendapatan Asli Daerah.
Hasil penelitian ini sejalan Dalam menentukan apakah
dengan penelitian yang dilakukan terjadi gejala Flypaper Effect pada
oleh Eka (2017), Subadriyah (2018), keuangan pemerintah daerah dapat
Armawaddin (2015) yang diketahui dari besarnya celah fiskal,
menunjukkan bahwa hasil DAU celah fiskal terjadi apabila kapasitas
berpengaruh terhadap Belanja fiskal daerah tidak cukup untuk
Daerah. Namun hasil penelitian ini membiayai keseluruhan kebutuhan
tidak sejalan dengan yang dilakukan fiskal daerah maka terjadi
Amalia (2015) dan Bagus (2015). kesenjangan fiskal/celah fiskal (fiscal
gap). Kapasitas Fiskal daerah
Pengaruh DAU terhadap Belanja dicerminkan dari Pendapatan Asli
Daerah lebih besar daripada Daerah, Dana Bagi Hasil Pajak, dan
pengaruh PAD terhadap Belanja Sumber Daya Alam.
Daerah (Terjadinya Flypaper Untuk menghitung celah
Effect). fiskal digunakan rumus sebagai
berikut:
Berdasarkan Tabel hasil uji
regresi pengujian hipotesis H₄ dengan Celah Fiskal = Kebutuhan Fiskal –
Kapasitas Fiskal Daerah
diperoleh hasil nilai koefisien DAU
sebesar 0,808 dan nilai koefisien PAD Kebutuhan Fiskal Daerah = (Indeks Jumlah
sebesar 0,269 dan kedua variabel Penduduk x Indeks Luas Wilayah x Indeks
menunjukkan hasil berpengaruh, Pembangunan Manusia x Indeks Kemahalan
dilihat dari signifikan yaitu 0,000 Konstruksi x Indeks Produk Domestik
Regional Bruto perkapita)
yang berarti dibawah 0,005 untuk Kapasitas Fiskal = PAD + DBH dari
PAD dan DAU. Hal ini menunjukkan penerimaan pajak & SDA
bahwa telah terjadinya flypaper effect
pada Belanja Daerah Kabupaten/Kota Sumber: Direktorat Jenderal Perimbangan
di Provinsi Jawa Barat periode 2015 – Keuangan, 2019
2017. Hal tersebut dikarenakan sesuai
syarat pertama, dimana pengaruh / Berdasarkan rumus maka celah fiskal
nilai koefisien DAU terhadap Belanja yang terpilih meliputi daerah
Daerah, dan nilai keduanya Kabupaten Garut dan Kota Bekasi.
signifikan. Sehingga dapat Untuk perhitungan diperoleh celah
disimpulkan Pengaruh DAU lebih fiskal tinggi terjadi di Kabupaten
besar daripada pengaruh PAD Garut dan terendah di Kota Bekasi.
terhadap Belanja Daerah. Kabupaten Garut yang menunjukkan
Flypaper Effect merupakan hasil kebutuhan fiskalnya tinggi
suatu kondisi keuangan pemerintah dibandingkan kapasitas fiskal daerah.
daerah yang membelanjakan lebih Selain itu pada Kota Bekasi yang
banyak atau lebih boros dengan menunjukkan kebutuhan fiskal lebih
menggunakan dana transfer atau rendah dibandingkan kapasitas fiskal
Dana Alokasi Umum dibandingkan daerah.

Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi – Universitas Gunadarma (2019)


20215559
Untuk membuktikkan adanya belanja barang dan jasa dengan rata-
celah fiskal yang merupakan rata tahun 2015 – 2017 sebesar Rp.
indikator Flypaper Effect, maka 1.037.343.655.513.
dibuat uji regresi. Hasil uji regresi
menyatakan bahwa Kabupaten Garut Dengan demikian dapat
terjadi Flypaper Effect. Hal ini disimpulkan terjadi Flypaper Effect
dibuktikkan dengan hasil uji nilai pada Kabupaten Garut dan tidak
koefisien pengaruh Dana Alokasi terjadi Flypaper Effect pada Kota
Umum Kabupaten Garut terhadap Bekasi periode 2015 – 2017 yang
belanja daerah lebih besar daripada mengandung makna bahwa periode
pengaruh Pendapatan Asli Daerah pengamatan Pemerintah Daerah
terhadap Belanja Daerah dan nilai Kabupaten Garut terjadi penggunaan
keduanya signifikan. Terbukti pada dana belanja daerah inefisiensi. Hasil
Kapasitas Fiskal Daerah Kabupaten penelitian jg mengindikasikan bahwa
Garut tidak mampu menampung pemerintah daerah terlalu
Kebutuhan Fiskal daerah Kabupaten menggantungkan transfer pemerintah
Garut sehingga pembelanjaan untuk membiayai Belanja Daerah
penduduk daerahnya boros. tanpa mengoptimalkan potensi yang
Kabupaten Garut menggunakan dimiliki oleh daerah.
anggaran belanja pegawai dengan
Hasil penelitian ini relevan
rata-rata tahun 2015 – 2017 sebesar
dengan hasil penelitian yang
Rp. 1.731.259.032.290, sedangkan
dilakukan Maimunah (2006) untuk
belanja barang dan jasa dengan rata-
Kabupaten/Kota di Pulau Sumatera,
rata tahun 2015 – 2017 sebesar Rp.
serta Subadriyah (2018) untuk
991.585.826.407
Kabupaten Nganjuk. Namun hasil
Kota Bekasi tidak terjadi penelitian ini tidak mendukung
Flypaper Effect. Hal ini dibuktikkan penelitian yang dilakukan Amalia
dengan hasil uji nilai koefisien (2015) untuk Kabupaten/Kota di
pengaruh Pendapatan Asli Daerah Provinsi Banten dan Bagus (2015)
Kabupaten Garut terhadap belanja untuk Kabupaten/Kota di Provinsi
daerah lebih besar daripada pengaruh Bali.
Dana Alokasi Umum terhadap
Belanja Daerah dan nilai keduanya
signifikan. Terbukti pada Kapasitas KESIMPULAN DAN SARAN
Fiskal Daerah Kota Bekasi yang
menunjukkan kebutuhan fiskal lebih Kesimpulan
rendah dibandingkan kapasitas fiskal
daerah, semakin rendah nilai 1. Pendapatan Asli Daerah
kebutuhan fiskal suatu daerah, maka berpengaruh positif signifikan
dapat dikatakan semakin efisien terhadap Belanja Daerah. Hasil
pembiayaan daerah tersebut. Kota penelitian menunjukkan bahwa
Bekasi menggunakan anggaran semakin tinggi Pendapatan Asli
belanja pegawai dengan rata-rata Daerah maka Belanja Daerah
tahun 2015 – 2017 sebesar Rp. yang dikeluarkan oleh pemerintah
1.594.286.545.750, sedangkan akan semakin meningkat.
Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi – Universitas Gunadarma (2019)
20215559
2. Dana Alokasi Umum barang dan jasa demi terciptanya
berpengaruh positif signifikan kesejahteraan masyarakat.
terhadap Belanja Daerah. Hal ini 3. Menambah jumlah sampel
berarti bahwa semakin tinggi penelitian, tidak hanya
Dana Alokasi Umum yang pemerintah Kabupaten/Kota di
diperoleh maka Belanja Daerah Provinsi Jawa Barat tetapi semua
yang dikeluarkan oleh pemerintah
pemerintah Kabupaten/Kota
daerah akan semakin meningkat.
khususnya yang berada di luar
3. Telah terjadi Flypaper Effect pada
pemerintah Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat sehingga
Provinsi Jawa Barat Periode 2015 jumlah daerah Kabupaten/Kota
– 2017. Hal ini berarti bahwa yang menjadi sampel penelitian
pemerintah Kabupaten/Kota di lebih banyak dan hasil penelitian
Provinsi Jawa Barat masih lebih maksimal.
bergantung kepada pemerintah 4. Untuk penelitian selanjutnya
pusat dalam membiayai Belanja diharapkan dapat menambah
Daerah. variabel lain yang dapat
mempengaruhi Belanja Daerah
seperti Dana Alokasi Khusus,
Saran Dana Bagi Hasil dan lain-lain.
1. Dalam upaya lebih meningkatkan
Pendapatan Asli Daerah bagi DAFTAR PUSTAKA
pemerintah daerah Kabupaten
Garut dan daerah di Provinsi Jawa
Barat sebaiknya meningkatkan
Amalia, Fitri. 2015. Analisis Flypaper
PAD dengan melakukan inovasi Effect pada Belanja
dan menggali potensi kekayaan Daerah Kabupaten dan
alam daerahnya kemudian Kota di Provinsi Banten.
menggunakan semua pendapatan Jurnal Organisasi dan
baik yang berasal dari Pendapatan Manajemen. Vol. 11, No.1
Asli Daerah maupun Dana : 15 – 25.
Alokasi Umum secara tepat
sasaran agar dapat meningkatkan Armawaddin, Muhammad. 2015.
kesejahteraan masyarakat, selain Analisis Flypaper Effect
itu perlu perencanaan yang tepat pada Belanja Daerah
dalam menyusun anggaran Kabupaten dan Kota di
Sulawesi Tenggara. Jurnal
belanjanya.
Akuntansi. Vol. XVI. Hal:
2. Berkaitan dengan Celah Fiskal 13 – 19.
tinggi di Kabupaten Garut
sebaiknya pemerintah harus tetap Badrudin, Rudy. 2012. Ekonomika
mengontrol anggaran belanja dan Otonomi Daerah.
pegawai dan anggaran belanja Yogyakarta: UPP STIM
YKPN.
Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi – Universitas Gunadarma (2019)
20215559
Bagus, Ida. 2015. Dana Alokasi _________. 2015 – 2017. Laporan
Umum, Dana Bagi Hasil, Realisasi Anggaran
Dana Alokasi Khusus, dan Pendapatan dan Belanja
Pendapatan Asli Daerah Daerah. Jawa Barat. Dapat
Provinsi Bali. Jurnal Diunduh di
Akuntansi Universitas www.djpk.kemenkeu.go.id
Udayana. Vol. 13, No. 3. . Diunduh 20 April 2019.

Eka, Susanti. 2017. Flypaper Effect Maimunah, Mutiara. 2006. Flypaper


pada Pendapatan Asli Effect pada Dana Alokasi
Daerah dan Dana Alokasi Umum (DAU) dan
Umum terhadap Belanja Pendapatan Asli Daerah
Pemerintah Daerah (PAD) terhadap Belanja
Kabupaten Nganjuk Daerah pada
periode 2012 – 2016. Kabupaten/Kota di Pulau
Jurnal Akuntansi Sumatera. Simposium
Dewantara. Vol. 1, No. 2. Nasional Akuntansi IX
Padang.
Ghozali, 2011. Aplikasi analisis
Multivariate dengan Mardiasmo. 2012. Akuntansi Sektor
Program SPSS. Semarang : Publik . Yogyakarta:
Badan Penerbit UNDIP Penerbit Andi.

Halim Abdul, Kusufi Syam. 2012. Shidieqqy, Hasnan A dan Rizky. A.


Akuntansi Sektor Publik: Afriana. 2013. Flypaper
Teori, Konsep, dan Effect pada Dana Alokasi
Aplikasi. Jakarta: Salemba Umum dan Pendapatan
Empat. Asli Daerah terhadap
Belanja Daerah pada Kota
Kemenkeu. Undang-Undang Nomor dan Kabupaten di Pulau
22 Tahun 1999 tentang Kalimantan. Jurnal
Pemerintah Daerah. Dinamika Ekonomika-
Jurnal Ekonomi dan
_________. Undang-Undang Nomor Bisnis. Vol. 6, No.2.
23 Tahun 2014 Tentang
Pemerintahan Daerah. Subadriyah. 2018. Analisis Flypaper
Effect pada Belanja
_________. Undang-Undang Nomor Daerah Kabupaten dan
32 Tahun 2004 tentang Kota di Provinsi Jawa
Perimbangan Keuangan Tengah. Jurnal Optimum.
Antara Pemerintah Pusat Vol. 8, No. 2.
dan Pemerintah Daerah.

Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi – Universitas Gunadarma (2019)


20215559

Anda mungkin juga menyukai