Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang, lempeng epiphyseal atau permukaan rawan
sendi.
Menurut Muttaqin (2011) Fraktur Humerus adalah terputusnya hubungan tulang humerus
yang disertai kerusakan jaringan lunak yang meliputi otot, kulit, jaringan saraf dan pembuluh
darah.
Menutur Lukman dan Nurna (2011) penanganan untuk fraktur dibagi menjadi dua yaitu
penanganan secara operatif dan penanganan fraktur secara konservatif.
Tindakan operatif yang dilakukan pada fraktur humerus akan dipasang ORIF (Open
Reduction Internal Fixation) berupa plate atau lempengan dan screw. Dampak yang dapat terjadi
pada raktur ini adalah penurunan kekuatan otot sekitar lengan atas dan bahu yang akan diikuti
dengan keterbatasan lingkup gerak sendi, pada sendi bahu Dampak selanjutnya functional
limitation atau fungsi yang terbatas, misalnya keterbatasan fungsi dari lengan atas untuk menekuk,
berpakaian dan makan serta aktifitas sehari-hari seperti aktifitas perawatan diri yang meliputi
memakai baju, mandi, ke toilet dan sebagainya (Lukman dan Nurna, 2011).
Kekakuan sendi shoulder akan menimbulkan beberapa gangguan yaitu adanya nyeri dan
keterbatasan lingkup gerak sendi bahu. Dalam hal ini fisioterapis berperan dalam memelihara,
memperbaiki, dan mengembalikan kemampuan fungsional penderita seperti semula. Untuk
mengatasi hal tersebut banyak teknologi fisioterapi antara lain : hidroterapi, elektroterapi, dan
terapi latihan, Penulis mengambil modalitas fisioterapi yaitu dengan sinar infra merah dan terapi
latihan (Lukman dan Nurna, 2011).

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah Karya Tulis Ilmiah ini adalah sebagai berikut:
(1) Apakah modalitas Infra merah dapat mengurangi nyeri pada kondisi post fraktur
Humeris 1/3 tengah dekstra ?,
(2) Apakah Terapi latihan dapat meningkatkan LGS (Lingkup Gerak Sendi) Shoulder dan
elbow dekstra?
(3) Apakah Terapi latihan dapat meningkatkan kekuatan otot Shoulder dan elbow dekstra?

1
C. Tujuan
Tujuan penulisan dalam penyusunan Makalah ini adalah sebagai berikut:
(1) Untuk mengetahui manfaat modalitas Infra merah untuk mengurangi nyeri pada
kondisi post fraktur Humerus 1/3 tengah dekstra.
(2) Untuk mengetahui manfaat Terapi latihan untuk meningkatkan LGS (lingkup Gerak
Sendi) shoulder dekstra
(3) Untuk mengetahui manfaat terpi latihan untuk meningkatkan kekuatan otot shoulder
dekstra.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Deskripsi Kasus
1. Patah Tulang/ Fraktur
Fraktur atau patah tulang menurut Sjamsuhidayat dan Jong (2005) adalah terputusnya
kontinuitas jaringan tulang dan/ atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh ruda paksa.

2. Fraktur Tulang Humerus


a. Pengertian
Fraktur humerus adalah terputusnya hubungan tulang humerus disertai kerusakan
jaringanlunak (otot, kulit, jaringan saraf, pembuluh darah) sehingga memungkinkan terjadinya
hubungan atara fragmen tulang yang patah dengan udara luar yang disebabkan oleh cedera dari
trauma langsung yang mengenai lengan atas (Muttaqin, 2011).
b. Patofisiologi
Fraktur humerus pada kondisi klinis sangat jarang, penyebab terjadinya adalah trauma
tajam langsung ke batang humerus sehingga terjadi kerusakan total jaringan lunak disertai
terputusnya batang humerus. (Muttaqin, 2011).

3. Tulang Humerus
Gambar tulang Humerus

3
4. Otot-otot Penggerak Pada Bahu
Menurut Syaifuddin (2011), otot- otot bahu terdiri dari :
a. Gerakan fleksi shoulder
Gerakan ini terutama dilakukan oleh m. deltoid bagian anterior dan m. supraspinatus dari
0 -90 , sedangkan untuk 900-1800 dibantu oleh m. pectoralis mayor, m. coracobrachialis dan m.
0 0

biceps brachii.
b. Gerakan ekstensi shoulder dan elbow
Otot pergerakannya adalah m. latissimus dorsi dan m. teres mayor, sedangkan pada gerakan
hiperekstensi m. teres mayor tidak berfungsi lagi, dan digantikan fungsinya oleh m. deltoid
posterior. Lingkup Gerak Sendi normal untuk gerakan ini adalah 600
c. Gerakan abduksi shoulder
Gerakan ini dilakukan oleh serabut tengah m. deltoideus dimana innervasinya oleh nervus
axilaris C5, 6 dan m. supraspinatus yang diinervasi oleh nervus supra scapula C5. Lingkup Gerak
Sendi normal untuk gerakan ini adalah 1800
d. Gerakan adduksi shoulder
Penggerak utama gerakan ini adalah m. pectoralis major yang diinervasi oleh nervus medial
dan lateral pectoral C5-Th 1. Lingkup Gerak Sendi normal untuk gerakan ini adalah 450
e. Gerakan exorotasi shoulder
Gerakan ini dilakuakan oleh m. infraspinatus yang diinervasi oleh nervus supra scapula
C5, C6 dan m. teres minor yang diinervasi oleh nervus axilaris C5. Lingkup Gerak Sendi normal
untuk gerakan ini adalah 1000
f. Gerakan endorotasi shoulder
Penggerak utamanya adalah m. supscapularis yang diinervasi oleh nervus supscapular C5,
C6 kemudian juga m. latissimus dorsi dan m. teres mayor. Lingkup Gerak Sendi normal untuk
gerakan ini adalah 700
g. Gerakan feksi elbow
Gerakan ini dilakuakn oleh m. brachialis yang diinervasi oleh nervus muskulokutaneus C5-
C7 nervus radialis C5, C6. Gerakan fleksi juga dilakukan oleh otot biceps brachii. Lingkup Gerak
Sendi normal untuk gerakan ini adalah 1450
h. Gerakan ekstensi elbow
Gerakan ini dilakukan oleh m. triceps yang diinervasi oleh nervus…… dan m anconeus
yang diinervasi oleh nervus …… Lingkup Gerak Sendi normal untuk gerakan ini adalah 0-50

4
5. Klasifikasi Fraktur
Smeltzer (2004) membagi fraktur dibagi menjadi beberapa jenis yakni:
a. Berdasarkan sifat luka
a.1 Fraktur Tertutup (fraktur simple)
Adalah fraktur yang tidak menyebabkan robeknya kulit atau kulit tidak ditembus oleh
fragmen tulang.
a.2 Fraktur Terbuka
Adalah fraktur dengan luka pada kulit atau membrane mukosa sampai ke patahan tulang.
b. Berdasarkan komplit atau tidaknya tulang yang patah
b.1 Fraktur Komplit
Adalah patah pada seluruh garis tengah tulang dan biasanya mengalami pergeseran
(bergeser dari posisi normal).
b.2. Fraktur Inkomplit
Adalah fraktur yang terjadi ketika tulang yang patah hanya terjadi pada sebagian dari garis
tengah tulang.
c. Berdasarkan bentuk garis patah
c.1 Fraktur Transversal
Adalah fraktur yang garis patahannya tegak lurus terhadap sumbu panjang tulang.
c.2 Fraktur Spiral
Adalah fraktur yang bentuk patahannya berbentuk spiral akibat dari trauma rotasi.
c.3 Fraktur Oblik
Adalah fraktur yang garis patahannya membentuk sudut terhadap sudut tulang.
c.4 Fraktur Kompresi
Adalah fraktur yang terjadi karena trauma kompresi yang mendorong ujung-ujung tulang
ke arah titik tengah tulang.
c.5 Fraktur Avulsi
Adalah fraktur yang terjadi karen trauma tarikan atau traksi.
d. Berdasarkanjumlah garis patah
d.1 Fraktur Komunitif
Adalah suatu keadaan dimana garis patah lebih dari satu dan saling berhubungan.

5
d.2 Fraktur Segmental
Adalah suatu keadaan dimana garis patah lebih dari satu namun tidak saling berhubungan
d.3 Frktur Multiple
Adalah suatu keadaan dimana faris patah lebih dari satu tapi tidak pada tulang yang sama.
e. Berdasarkan posisi fraktur
e.1 Farkrur 1/3 proksimal
e.2 Farkrur 1/3 tengah

e.3 Farkrur 1/3 distal


f. Bersasarkan pergeseran fragmen tulang
f.1 Fraktur Undisplaced
fraktur lengkap tetapi kedua fragmen tidak bergeser dan periosteum masih utuh.
f.2 Fraktur Displaced
Fraktur lengkap dan terjadi pergeseran fragmen tulang.

6. Etiologi Fraktur Humerus


Fraktur disebabkan oleh pukulan langsung, gaya meremuk, gerakan puntir mendadak, dan
bahkan kontraksi otot ekstrem. Umumnya fraktur disebabkan oleh trauma dimana terdapat tekanan
yang berlebihan pada tulang (Reeves dkk, 2011).

7. Manifestasi Klinis dan Gejala Fraktur


Tulang mempunyai kemampuan menyambung setelah terjadi patah tulang. Menurut
Footner, (2004) Pada fraktur, proses penyambungan tulang dibagi dalam 5 tahap yaitu:
a. Hematoma
Hematoma adalah suatu proses perdarahan dimana darah pada pembuluh darah tidak
sampai pada jaringan sehingga osteocyt mati, akibatnya terjadi necrose. Stadium ini berlangsung
1 sampai 3 hari.
b. Proliferasi
Proliferasi adalah proses dimana jaringan seluler yang berisi cartilage keluar dari ujung–
ujung fragmen. Pada stadium ini terjadi pembentukan granulasi jaringan yang banyak mengandung
pembuluh darah, fibroblast dan osteoblast, berlangsung 3 hari sampai 2 minggu.

6
c. Pembentukan callus atau kalsifikasi
Pembentukan callus atau kalsifikasi adalah proses dimana setelah terjadi bentukan
cartilago yang kemudian berkembang menjadi fibrous callus sehingga tulang akan menjadi sedikit
osteoporotik. Fase ini berlangsung 2 sampai 6 minggu.
d. Konsolidasi
Konsolidasi adalah suatu proses dimana terjadi penyatuan pada kedua ujung tulang. Fase
ini biasanya butuh waktu 3 minggu sampai 6 bulan.
e. Remodeling
Remodeling adalah proses dimana tulang sudah terbentuk kembali atau tersambung dengan
baik. Tahap ini berlangsung selama 6 minggu sampai 1 tahun.

8. Penyembuhan Abnormal Pada Fraktur


Beberapa jenis penyembuhan abnormal pada patah tulang adalah:
a. Malunion
Keadaan dimana tulang sembuh pada saatnya dalam keadaan tersebut, namun terdapat
kelainan bentuk pada tulang.
b. Delayed union
Keadaan dimana patah tulang tidak sembuh setelah selang waktu 3- 5 bulan.
c. Nonunion adalah
Keadaan dimana patah tulang tidak sembuh setelah 6- 8 bulan dan tidak didapatkan
kosolidasi,sehingga terjadi pseudoarthrosis atau sendi palsu (Ebnezar, 2005).

B. Teknologi Intervensi Fisioterapi


Teknologi intervensi fisioterapi yang digunakan untuk mengatasi problematika pada
kondisi post fraktur humerus 1/3 tengah dekstra adalah Infra merah dan terapi latihan.
1. Infra Merah
Sinar Infra Merah adalah pancaran gelombang elektromagnetik dengan panjang
gelombang 7.700– 4 juta Amstrong. Efek Fisiologi Sinar Infra merah pada saat disinari akan
diabsorbsi oleh kulit, maka akan muncul panas pada daerah tersebut. Sinar Infra Merah yang
bergelombang pendek (7.700– 12.000A) penetrasinya sampai pada lapisan dermis yaitu dibawah
kulit. Sedangkan untuk gelombang panjang (diatas 12.000A) hanya sampai pada lapisan
superficial epidermis. Dengan efek panas tersebut otomatis temperatur akan naik dan akan

7
mempengaruhi beberapa aspek yakni : Meningkatkan proses metabolisme, vasodilatasi pembuluh
darah, pemanasan yang ringan akan bersifat sedatif, peningkatan temperature. Disamping
membantu relaksasi juga akan meningkatkan kemampuan kontraksi otot, menaikkan temperatur
tubuh.
Efek Terapeutik Sinar Infra Merah: Mengurangi rasa sakit, relakasi otot, meningkatkan
supplay darah, menghilangkan sisa- sisa metabolisme (Usman, 2012).

2. Terapi Latihan
Terapi latihan adalah salah satu upaya pengobatan dalam fisioterapi yang pelaksanaannya
menggunakan latihan- latihan gerak tubuh, baik secara aktif maupun pasif. Tujuan dari terapi
latihan adalah untuk mengatasi gangguan fungsi dan gerak, mencegah timbulnya komplikasi,
mengurangi nyeri serta melatih aktivitas fungsional. Beberapa tehnik dan gerakan yang digunakan
dalam terapi latihan, Menurut Garisson (2004)
yaitu:
1) Aktive Movement
a) Assisted Active Movement
Yaitu bentuk latihan dimana gerakan yang terjadi akibat kontraksi otot yang
bersangkutan dan mendapat bantuan dari luar.
b) Free Active Movement
Yaitu bentuk latihan dimana gerakan yang terjadi akibat kontraksi otot yang
bersangkutan tanpa pengaruh dari luar.
c) Resisted Active Movement
Yaitu suatu latihan otot yang bekerja dalam suatu gerakan untuk melawan suatu
tahanan.
2) Passive Movement
a) Relaxed Passive Movement
Tujuan dilakukan Relaxed Passive Movement adalah mencegah proses
perlengketan jaringan untuk memelihara kebebasan gerak sendi.

b) Forced Passive Movement


Penekanan yang kuat dan tiba-tiba, ini kurang begitu bagus karena biasa terjadi
robekan sendi.

8
c) Manipulatif Passive Movement
Biasanya dilakukan oleh dokter anastesi kemudian sendi digerakkan.

9
BAB III
PENATALAKSANAAN STUDI KASUS
A. Data Pasien
Nama : Ny C
Umur : 51 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Kristen
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Pasar Jumat

B. Keluhan Utama
Pasien mengeluh nyeri dan kaku pada lengan atas sisi kanan setelah 3 bulan yang lalu
menjalani oprasi pemasangan ORIF pada fraktur humerus 1/3 tengah kanan

C. Pemerikasaan

1. Tanda Vital
Tekanan Darah : 110/70mmHg
Denyut nadi : 77 kali/menit
Pernapasan : 19 kali/menit
Temperatur : 36,60 C
2. Inspeksi
Statis
- Tampak ada bekas luka oprasi pada lengan atas sisi kanan
Dinamis
- Ketika bergerak pasien tampak menahan nyeri
- Ada keterbatasan gerak sendi siku dan bahu kanan

10
3. Palpasi
- spasme pada otot biceps dan triceps dekstra
- spasme pada otot sekitar sendi bahu

4. Joint test
- Fleksi ekstensi aktif
Elbow : S(0-5-110)
Shouluder : S(15-0-120)
- Fleksi ekstensi pasif
Elbow : S(0-3-115)
Shoulder : S(20-0-125)
- Abduksi adduksi shoulder aktif
F(80-0-40)
- Abduksi adduksi shoulder pasif
F(85-0-45)

5. Muscle test, Antopometri dan pengukuran nyeri


Muscle test dengan MMT
- Otot ekstensor elbow : 4-
- Otot fleksor elbow : 4-
- Otot ekstensor bahu : 4-
- Otot fleksor bahu : 4-
- Otot abduktor bahu : 4-
- Otot adduktor bahu : 4-

Antopometri diukur dengan meteran dengan acromion sebagai patokan

patokan dari acromion Kanan Kiri


5 cm 28 25
10 cm 25 23
15 cm 23 20

Pengukuran nyeri dengan skala VAS (Visual Analog Scale)

Nyeri nilai
Diam 2
Tekan 5
Gerak 7

11
6. Kemampuan fungsional
- Pasien sudah bias berpakaian sendiri, namun jika memakai kaos masih memerlukan
bantuan
- Pasien kelsulitan saat menyisir rambut dengan tangan kanan.

D. Algoritma

tulang Soft tisue vaskularisasi

Hilangnya luka
diskontinuitas perdarahan
tulang

terbuka tertutup
Lepasnya lipid Devisit volume cairan
pada sumsung
tulang
Kerusakan jaringan Resiko infeksi

iscemic
Terarbsorbsi
masuk aliran Aktivasi saraf Muncul reflex proteksi
darah sensoris

emboli

nyeri spasme

Kontraktur
Keterbatasan LGS

Gangguan aktifitas
fungsional

Partisipasi restriksi
12
E. Diagnosa Fisioterapi
a. Impairment
- Nyeri dan spsme pada otot sekitar bahu dan lengan atas sisi kanan
- Penurunan kekuatan otot pada bahu dan lengan atas sisi kanan.
- penurunan Lingkup gerak sendi bahu dan siku kanan ke segala arah.
b. Functional Limitations
- Pasien sulit mengenakan kaos.
- pasien susah menyisir rambut dengan tangan kanan
c. Disability
Karena pasien bekerja di suatu persahaan, pasien mengalami kesulitan saat menyelesaikan
pekerjaannya. Sedangkan untuk kegiatan bermasyarakat pasin masih bisa mengikuti kegiatan
dalam masyarakat.

F. Program Fisioterpi
1. Tujuan jangka Panjang
- Mengembalikan aktivitas fungsional pasien
2. Tujan jangka pendek
- Mengurangi nyeri pada pada bahu dan lengan atas
- Meningkatkankekuatan otot
- Meningkatkan lingkup gerak sendi
3. Teknologi intervensi fisioterpi
- Infra red
- Execise

13
G. Prognosis
- Quo ad sanam : baik
- Quo ad vitam : baik
- Quo ad fungsional : baik
- Quo ad cosmeticam : baik

H. Kode dan keteranganpemeriksaan ICF


1. Body Functions
- b28014 Pain in upper limb
2. Activities and Participation
- d5100 washing body parts
- d5400 putting on clothes
- d5401 taking off clothes
3. Environmental Factors
- e1251 assistive products and technology for employment
4. Body Structures
- S7201 joint of shoulder region
- S7202 muscle of shoulder region
- S73000 bones of upper arm
- S73001 elbow joint
- S73002 muscle of upper arm

I. Pelaksanaan Fisioterapi
1) Infra Red
Siapakan IR, sebelumnya panasi IR kurang lebih 5 menit. Sinar IR harus tegak lurus
dengan area yang mau diterapi, Pasien tidur terlentang dengan lengan bawah posisi supinasi. Area
yang mau diterapi bebas dari pakaian, Nyalakan IR, atur jarak kurang lebih 45-60 cm (non
luminus) dengan waktu terapi selama 15 menit. Apabila terlalu panas, maka jaraknya bisa
ditambah. Selama terapi, Terapis selalu mengkontrol kondisi pasien.

14
2) Terapi latihan
Siapkan tempat tidur, agar pasien dapat senyaman mungkin saat mendapatkan terapi,
Sebelum terapi dimulai, hal yang perlu dilakukan pada pasien antara lain: pasien diposisikan
senyaman mungkin yaitu tidur terlentang atau bisa juga dengan duduk, tanyakan kepada pasien
apakah ada keluhan pusing, mual dan lainnya, sarankan kepada pasien agar jangan memakai
pakaian yang terlalu ketat agar tidak menghambat gerakan, Handling terapi pada tulang yang patah
yakni 1/3 tengah lengan atas dan ujung distal lengan atas.
Terapi yang pertama ini diawali dengan latihan fleksi- ekstensi, abduksi- adduksi secara
pasif pada shoulder dekstra dilakukan secara gentle. Lalu dilanjutkan latihan secara aktif oleh
pasien itu sendiri. Jika sudah ada peningkatan bisa dilanjutkan dengan memberikan sedikit
tahanan.
Setelah itu, terapis mengevaluasi kondisi dari pasien. Pasien diedukasi untuk melakukan
latihan secara aktif dirumah supaya mempercepat proses penyembuhan.

15
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Setelah mendapatkan tindakan Fisioterapi dengan menggunakan modalitas Infra merah dan
Terapi Latihan sebanyak 6 kali terapi didapatkan hasil sebagai berikut :
1. Penurunan rasa nyeri nyeri tekan pada lengan kiri pasien yang dibuktikan dengan grafik
pengukuran nyeri menggunakan Skala VAS.
Tabel Hasil Evaluasi Nyeri Tekan Menggunakan Skala VAS

Nyeri P1 P2 P3 P4 P5 P6
Diam 2 2 2 2 1 1
Tekan 5 5 5 4 4 3
Gerak 7 7 7 6 6 5

2. Peningkatan LGS pada bahu kiri pasien yang dibuktikan dengan grafik pengukuran LGS
menggunakan Goniometer.
Tabel Hasil Evaluasi LGS Shoulder dekstra Menggunakan Goniometer

P1 P6
Fleksi ekstensi aktif
Elbow S(0-5-110) S(0-3-120)
Shouluder S(15-0-120) S(30-0-140
fleksi ekstensi pasif
Elbow S(0-3-115)
Shoulder S(20-0-125)
Abduksi adduksi shoulder
F(80-0-40) F(90-0-45)
aktif
Abduksi adduksi shoulder
F(85-0-45)
pasif

16
3. Peningkatan kekuatan otot-otot lengan kiri pasien yang dibuktikan dengan grafik pengukuran
Peningkatan kekuatan otot dengan menggunakan Skala MMT.
Tabel Hasil Evaluasi Kekuatan Otot shoulder dan elbow dekstra

Otot P1 P6
Otot ekstensor elbow 4- 4+
Otot fleksor elbow 4- 4+
Otot ekstensor bahu 4- 4+
Otot fleksor bahu 4- 4+
Otot abduktor bahu 4- 4+
Otot adduktor bahu 4- 4+

B. Pembahasan
1. Pengurangan Derajat Nyeri Dengan modalitas Infra Merah Infra merah
Suatu terapi yang menggunakan pancaran gelombang elektromagnetik dengan panjang
gelombang 7.700– 4 juta Å. Tujuan pemberian penyinaran infra merah pada kasus ini adalah untuk
mengurangi rasa nyeri. Efek thermal dari Infra merah mampu mempengaruhi syaraf sensoris.
Pemanasan tersebut akan bersifat sedatif bagi ujung-ujung syaraf sensoris, tubuh akan rileks, dan
sirkulasi darah lancar, sehingga mengurangi rasa nyerinya (Usman, 2012).
2. Peningkatan Lingkup Gerak Sendi (LGS) dengan Terapi Latihan
Untuk meningkatkan lingkup gerak sendi terapis memberikan terapi latihan secara aktif
berupa free active. Dengan adanya gerakan yang teratur dan terkoordinir mampu mengembalikan
aktivitas fungsional bahu kanan pasien. Tujuan latihan adalah mencegah proses perlengketan
jaringan untuk memelihara kebebasan gerak sendi, meningkatkan lingkup gerak sendi, memelihara
ekstensibilitas otot dan mencegah pemendekan otot, memperlancar sirkulasi darah, dan rileksasi
(Garisson, 2004).
3. Peningkatan Kekuatan Otot Shoulder Dekstra dengan Terapi Latihan
Untuk meningkatkan kekuatan otot terapis memberikan terapi latihan secara active
resisted. Dengan adanya gerakan yang teratur oleh kekuatan otot penderita itu sendiri serta tahanan
dari Terapis dapat meningkatkan kekuatan otot, memelihara lingkup gerak sendi, memelihara
koordinasi dan ketrampilan motorik untuk aktivitas fungsional pada sendi bahu (Garisson, 2004).

17
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah mendapatkan penanganan terapi sebanyak 6 kali didapatkan hasil :
a. Terdapat pengurangan nyeri diam, nyeri tekan, dan nyeri gerak pada shoulder dekstra dan elbow
dekstra
b. Terdapat peningkatan LGS pada gerakan fleksi, ekstensi, abduksi, dan adduksi Shoulder dekstra,
serta peningkatan LGS pada gerakan fleksi ekstensi elbow dekstra.
c. Terdapat peningkatan kekuatan otot Shoulder dan elbow dekstra.

B. Saran
a. Kepada Pasien
Home program yang bisa dilakukan antara lain dengan melakukan latihan gerakan pada
sendi bahu seperti gerakan fleksi- ekstensi, abduksi- adduksi, dan eksorotasi- endorotasi. Pasien
disarankan agar lebih berhati- hati dalam beraktifitas khususnya seperti mengangkat berat,
mendorong ataupun menarik benda berat menggunakan tangan kirinya. Dapat juga memberikan
kompres air hangat pada bagian yang sakit untuk mengurangi nyeri.
b. Kepada Fisioterapi
Dalam melakukan pelayanan hendaknya sesuai prosedur yang ada sebelum melakukan
tindakan terapi. Fisioterapi mengadakan pemeriksaan yang teliti dan sistematis sehingga dapat
memecahkan permasalahan pasien secara rinci dan untuk itu perluasan dan penambahan ilmu
pengetahuan yang sesuai dengan kondisi pasien atau suatu masalah diperlukan, dengan
memanfaatkan dan mengaplikasikan kemajuan IPTEK. Fisioterapi dapat memilih teknologi
intervensi yang paling sesuai dengan hasil yang memuaskan bagi pasien dan terapis sendiri.
c. Kepada Masyarakat
Apabila mengalami atau menjumpai kecelakaan dan kejadian yang mengakibatkan cidera
tubuh terutama yang mengalami patah tulang supaya lebih memanfaatkan adanya institusi
kesehatan yang ada dengan memeriksakan diri ke rumah sakit terdekat untuk mendapatkan
pertolongan atau tindakan yang benar yang sesuai dengan permasalahan yang ada secara dini.

18
DAFTAR PUSTAKA

Ebnezar J. 2005. Essentials Of Orthopaedics For Physiotherapists. New Delhi: Jaypee Brothers
Medical Publishers.
Footner A. 2004. Orthopaedic Nursing and Traumatic. London: Bailliere Tindal.
Garisson S. 2004. Dasar- dasar Terapi Fisik dan Rehabilitasi.Jakarta: Hipocrates.
Hardisman dan Rizki R. 2014. Penatalaksanaan Orthopedi Terkini untuk Dokter Layanan Primer.
Jakarta: Mitra Wacana Media.
Lukman dan Nurna N. 2013. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem
Muskuloskeletal. Jakarta: Salemba Medika.
Muttaqin, Arif. 2011. Buku Saku Gangguan Muskuloskeletal Aplikasi Pada Praktik Klinik
Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Reeves CJ, dkk. 2011. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Salemba Medika.

19

Anda mungkin juga menyukai