sengketa lahan serta menambah pengetahuan dan wawasan mahasiswa akan sengketa lahan.
BAB II
PEMBAHASAN
Pengertian Sengketa Tanah
Sengketa menurut kamus Bahasa Indonesia, berarti pertentangan atau konflik, konflik
dapat terjadi karena adanya pertentangan antara orang-orang, kelompok-kelompok ataupun
organisasi-organisasi. Winardi berpendapat pertentangan atau konflik yang terjadi antara
individu-individu atau kelompok-kelompok yang mempunyai hubungan atau kepentingan
yang sama atas suatu objek kepemilikan, yang menimbulkan akibat hukum antara satu
dengan yang lain. Adapun tujuan seseorang dalam memperkarakan sengketa adalah untuk
menyelesaikan masalah yang
a pembangunan tanah-tanah garapan petani atau tanah milik masyarakat adat diambil alih
oleh para pemodal dengan harga murah.
Legalitas kepemilikan tanah yang semata-mata didasarkan pada bukti formal (sertifikat),
tanpa memperhatikan produktivitas tanah. Akibatnya, secara legal (de jure), boleh jadi
banyak tanah bersertifikat dimiliki oleh perusahaan atau para pemodal besar, karena mereka
telah membelinya dari para petani/pemilik tanah, tetapi tanah tersebut lama ditelantarkan
begitu saja. Mungkin sebagian orang menganggap remeh dengan memandang sebelah mata
persoalan sengketa tanah ini, padahal persoalan ini merupakan persoalan yang harus segera di
carikan solusinya. Kenapa demikian? karena sengketa tanah sangat berpotensi terjadinya
konflik antar ras, suku dan agama. Akibatnya harga diri harus dipertaruhkan.
Indonesia adalah Negara yang berdasar hukum, maka semua aspek kehidupan
bermasyarakat diatur oleh hukum yang diwujudkan dalam peraturan perundang undangan.
Masyarakat dalam suatu Negara hukum akan menyelesaikan masalahnya dalam suatu
lembaga peradilan yang diatur khusus oleh undang undang. Begitu pula dengan pertanahan
yang mempunyai undang-undang politik agrarian (UUPA). Namun, sengketa tanah yang
terjadi di Indonesia tidak pernah berakhir, selalu ada permasahalan terkait masalah
kepemilikan tanah dan hak guna pakainya.
Jadi dilihat dari substansinya, maka sengketa pertanahan meliputi pokok persoalan yang
berkaitan dengan :
Peruntukan dan/atau penggunaan serta penguasaan hak atas tanah.
Keabsahan suatu hak atas tanah.
Prosedur pemberian hak atas tanah.
Pendaftaran hak atas tanah termasuk peralihan dan penerbitan tanda bukti haknya.
Contoh Kasus Sengketa Lahan
Contoh kasus :
Perebutan tanah sengketa mengakibatkan bentrokan antara dua kubu yang saling mengklaim
tanah kepemilikan. Peristiwa tersebut terjadi di Jalan Surya Kencana, Kelurahan Gudang, Bogor
Selatan, Kota Bogor.
Bentrokan dipicu oleh perebutan lahan tidur dengan luas sekitar 7.000 meter persegi. Ada dua
pihak yang mengklaim kepemilikan lahan. Masing-masing ingin menguasai lahan tersebut baik
secara fisik dan administratif. Perebutan tanah sengketa ini terjadi antara dua kubu warga yaitu
Tjipto Heriyanto dan Roby. Dari keterangan pihak Roby yang mengaku sebagai pemilik tanah yang
sah dengan bukti Akta Jual Beli (AJB) sejak tahun 1997. Sementara dilain pihak, Husni (pihak Tjipto)
menyebutkan, pihaknya sebagai pemilik sah atas tanah yang pernah dijadikan sebagai area parkir di
Jalan Surya Kencana tersebut. Kepemilikan tersebut dibuktikan dengan sertifikat yang dimiliki sejak
tahun 1993.Sempat terjadi peristiwa penganiayaan dari salah satu kubu.
Untuk mengantisipasi terjadinya bentrokan serupa, polisi dibantu TNI akan mengamankan
lokasi dengan menempatkan anggotanya hingga radius 500meter, hingga keputusan resmi BPN
keluar.
Berdasarkan faktor utama penyebab sengketaa tanah di masa akan datang, baik upaya
peningkatan administrasi yangmana harus jeli melihat dan akan membuat sertifikat-sertifikat
tanah, agar tidak ada yang berduplikat, maupun dalam pembagian tanah untuk pemukiman
yang merata bagi setiap rakyat Indonesia. Di sisi lain disarankan juga bagi masyarakat yang
akan membeli, memperoleh tanah maupun akan membuat surat bukti kepemilikan tana