Anda di halaman 1dari 2

Melihat Indonesia Bebas dari Kemiskinan

Nama : Muhammad Fakhri Barustan

NIM : 1502005251

Institusi : Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

Dapatkah kita melihat Indonesia bebas dari kemiskinan? Bagi beberapa orang
pertanyaan berikut merupakan hal yang dianggap tidak mungkin atau impossible. Mengapa?
Karena menurut saya beberapa orang hanya melihat pada titik gelapnya saja atau pada sisi
negatifnya saja dan mencari kambing hitam atas peristiwa yang terjadi. Salah satunya yang
biasa terkena imbasnya adalah pemimpin yang padahal sudah sama-sama berrjuang untuk
membebaskan Indonesia dari kemiskinan. Padahal pada satu sudut pandang yang lain,
warganya memang yang belum mau untuk berubah ke arah yang lebih baik, ini beberapa saya
alami ketika menjadi Ketua BEM FK Unud periode 2018-2019. Sehingga ada suatu kutipan
yang berkata bahwa Tuhan tidak akan merubah nasib suatu kaum hingga kaum itu juga ingin
merubah nasibnya. Sehingga disini kita membutuhkan kolaborasi dari berbagai aspek
kehidupan, tua dan muda, pengusaha dan politisi, praktisi dan masyarakat, hingga kerjasama-
kerjasama kolaborasi lainnya yang pada akhirnya menguntungkan rakyat, tidak sebagian
rakyat. Sebenarnya beasiswa yang diberikan Yayasan Pelayanan kasih A&A Rachmat
merupakan sebuah bentuk kolaborasi yang baik yang nantinya akan menciptakan pemimpin
muda yang nantinya akan menghasilkan bukan hanya pemikiran, tapi juga aksi yang nyata, dan
juga evaluasi yang menyeluruh sehingga dapat membuat terciptanya kebermanfaatan yang
luas bagi masyarakat.

Untuk menumpaskan kemiskinan di Indonesia, bukan perihal menyelesaikan masalah


perekonomian semata. Pendidikan yang terjangkau bagi rakyat, kesehatan yang terjamin,
hingga kepastian hokum merupakan faktor-faktor lainnya. Sehingga alangkah baiknya apabila
pemimpin-pemimpin muda ini membuat suatu komunitas, semisal dengan nama Adaro Muda
berkarya yaitu komunitas kumpulan penerima beasiswa Adaro yang nantinya dapat
memberikan pemikiran dan hasil kerjanya yang berkolaborasi dari berbagai bidang. Saya yang
kebetulan sebagai calon dokter yang bergerak di bidang kesehatan akan membuat komunitas
yang nantinya bergerak di bidang pencegahan kesehatan, yang tergabung tidak harus dari
bidang kesehatan, sehingga pergerakan ini dapat lebih masif mengenai anak muda millennial.
Karena selama ini Indonesia mengalami defisit asuransi kesehatan Nasional karena bukan
hanya masih dalam tahap proses pematangan dari para pemimpin, tapi mindset dari
masyarakat yang belum sejalan dengan program ini. Apabila saya bandingkan dengan survey
singkat yang saya lakukan saat saya ke Thailand, Thailand pun sempat mengalami hal yang
sama sebelum jaminan kesehatan nasional mereka berjalan dengan baik. Selain membantu
edukasi, tentunya membuat desa binaan juga akan membuat suatu jawaban. Apabila
melakukan pelayanan kesehatan maupun bantuan sesaat, pengabdian itu terasa sangat hit and
run yang nantinya tidak bisa kita ukur proses dan tingkat keberhasilannya. Selain membina
lewat kesehatan, bidang ekonomi dengan menumbuhkan wirausaha muda di desa tersebut
dan membuat gerakan pemuda memotivasi, yaitu pemimpin – pemimpin muda yang saling
memberikan motivasi untuk pemuda – pemudi di desa binaan tersebut. Sehingga nantinya
produktivitas di bidang kesehatan, ekonomi kreatif, kepastian hukum dan pendidikan akan
bertambah dan berasal dari masyarakat desa sendiri, bukanlah paksaan dari pihak luar. Saya
membayangkan semakin luas jangkauan program kolaborasi ini, mimpi kita bersama melihat
Indonesia bebas dari kemiskinan dapat tercapai. Karena yang dibutuhkan bukan sekadar
bantuan materil belaka, karena rakyat butuh motivasi dan mindset yang searah dengan
perbaikan bangsa.

Anda mungkin juga menyukai