Anda di halaman 1dari 1

Kado Hari Pendidikan

Pagi itu sangat cerah kebetulan ada pondok dibawah pohon depan rumahku sambil
menunggu bapak untuk menghantarkanku kerja, sambil menunggu biasa aku melihat banyak
anak-anak yang seusia denganku berjalan dengan seragam serta topi dan tas yang dibawa
mereka. Berbeda dengan ku yang menghabiskan waktu dengan membantu perekonomian
keluarga, sebenarnya aku ingin seperti anak yang lainnya mengenyam pendidikan di sekolah
tapi apa boleh aku dibuat pasrah dengan keadaan. Aku sering membujuk orang tuaku agar
mau menyekolakanku tapi mereka selalu menolak terutama lebih suka membakar rokok dan
menghembuskan asapnya daripada melihatku sekolah.

“Buat apa sekolah tinggi-tinggi kalo nantinya kamu cuma jadi kuli,” ucap bapak saat
kuutarakan niat untuk melanjutkan pendidikanku di sekolah.

“Yang penting kamu bisa baca, tulis dan menghitung, itu sudah cukup.” Argumen bapak lagi.
“Uangnya bisa untuk makan. Coba kamu lihat si Tarno, sekolahnya sampai sarjana, tapi
apa….. ujung-ujungnya tetap nguli juga,”
“Tapi pak….”
“Sudah, nggak usah kebanyakan tapi-tapi, mendingan sekarang kamu ikut bapak ke toko Wak
Agus,” potong bapak cepat dan sebelum aku sempat bertanya lebih jauh, bapak sudah keluar
rumah dengan rokok yang terselip di kedua bibirnya. Dengan setengah berlari aku berusaha
menjajari langkahnya. Langkah lelaki tua yang berpikiran sempit tentang pendidikan, yang
percaya bahwa untuk mendapatkan materi nggak perlu sekolah tinggi-tinggi tapi cukup
dengan modal bisa baca, tulis dan menghitung serta fisik yang kuat.

Beginilah aku sekarang melewati hari-hari di tokoh Wak Agus yang dipenuhi dengan suasana
yang sesak karena debu ya namanya juga toko bangunan ditambah lagi aku sendiri yang
masih dibilang sangat muda.

Anak-anak tertawa

Anda mungkin juga menyukai